• Tidak ada hasil yang ditemukan

Titer Newcastle Desease (ND)

Titer Newcastle Desease (ND) didapat dari hasil Uji Hemaglutinasi (HA) dan Hemaglutinasi Inhibisi (HI). Adapun rataan titer Newcastle Desease (ND) dapat dilihat dari Tabel 6.

Tabel 6. Rataan titer Newcastle Desease (ND) ayam pedaging umur 42 hari

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 R0 512 512 256 256 128 1664 332.8 R1 1024 512 1024 1024 1024 4608 921.6 R2 512 512 512 512 1024 3072 614.4 Total 2048 1536 1792 1792 2176 9344 Rataan 682.66 512.00 597.33 597.33 725.33 622.93

Gambar 1. Diagram rataan titer Newcastle Desease (ND) ayam pedaging umur 42 Hari.

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa rataan tertinggi dari titer Newcastle

2% yaitu 921.6 dan rataan titer Newcastle Desease (ND) terendah terdapat pada perlakuan R0 tanpa penambahan BIS termodifikasi yaitu 332.8, sehingga daya

tahan tubuh pedaging efektif terhadap virulensi Newcastle Desease (ND) pada perlakuan R1 dengan konsentrasi BIS termodifikasi 2% dan daya tahan tubuh

pedaging terhadap virulensi Newcastle Desease (ND) mulai menurun dengan konsentrasi BIS termodifikasi 4% dan tanpa penambahan BIS termodifikasi, ini disebabkan karena sel imunitas tubuh pedaging merespon BIS termodifikasi sehingga tubuh mengaktifkan sistem kekebalan terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shashidara et al. (2003) menjelaskan bahwa sel pertahanan tubuh pada GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) mendeteksi kehadiran mikroba akibat adanya molekul unik yang disebut PAMP (Patogen-Associated Moleculer Pattern) yang selanjutnya akan mengaktifkan sistem kekebalan.

Penambahan bungkil inti sawit (BIS) termodifikasi terhadap titer

Newcastle Desease (ND) dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis

keragaman seperti yang tertera pada tabel 7.

Tabel 7. Analisis keragaman titer Newcastle Desease (ND) pada ayam pedaging umur 42 hari SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 867259.733 433629.9 9.682927** 3.88 6.93 Galat 12 537395.2 44782.93 Total 14 1404654.93

Keterangan : ** = sangat berbeda nyata KK = 33.97%

Hasil analisis keragaman pada Tabel 7. Menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 0.05 yang berarti perlakuan R0, R1, dan R2,

pada pedaging memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,05) terhadap Titer Newcastle Desease (ND) dalam darah ayam, karena itu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada tabel 8.

Tabel 8. Uji Duncan ayam pedaging umur 42 hari Perlakuan Rataan notasi Duncan

0.05 0.01 R0 332.8 A A R1 614.4 AB AB R2 921.6 C B Keterangan : 5% = 21.87045 1% = 36.22815

Dari Tabel 8. dapat dilihat bahwa keterangan perlakuan memiliki notasi yang sangat berbeda nyata. Level peng

gunaan BIS termodifikasi sebesar 2% merupakan level penggunaan yang efisien dimana titer Newcastle Desease (ND) cukup tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar 921.6 dan level penggunaaan BIS termodifikasi sebesar 4% menunjukkan pengaruh negatif dimana hasilnya titer Newcastle

Desease (ND) menurun yaitu 614.4.

Titer Infectious Bursal Desease (IBD)

Titer Infectious Bursal Desease (IBD) didapat dari hasil Uji ELISA, prinsip dari uji ini adalah adanya ikatan antigen atau antibodi kemudian direaksikan dengan anti-immunoglobulin yang telah disenyawakan (conjungation) dengan enzim dan ditambahkan dengan substrat yang apabila dipecah dengan enzim akan menghasilkan warna. Intensitas warna ini kemudian diukur dengan fotometer (ELISA Reader). Intensitas warna menunjukkan kepekatan komplek

antigen antibodi dan enzim. Adapun rataan titer Infectious Bursal Desease (IBD) ayam pedaging umur 42 hari pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan titer Infectious Bursal Desease (IBD) ayam pedaging umur 42 hari

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 R0 13017 23153 10069 8007 14212 68458 13691.6 R1 9743 9014 9699 10380 11036 49872 9974.4 R2 10621 13788 10711 297 6719 42136 8427.2 Total 33381 45955 30479 18684 31967 160466 Rataan 11127 15318.33 10159.67 6228 10655.67 10697.73

Gambar 2. Diagram rataan titer Infectious Bursal Desease (IBD) ayam pedaging umur 42 hari.

Rataan titer Infectious Bursal Desease (IBD) tertinggi diperoleh dari perlakuan R0 tanpa penambahan BIS termodifikasi yaitu 13691.6 dan rataan titer

Infectious Bursal Desease (IBD) terendah terdapat pada perlakuan R2 dengan

penambahan BIS termodifikasi yaitu 8427.2. Perlakuan R0 tanpa penambahan BIS

termodifikasi dapat meningkatkan titer Infectious Bursal Desease (IBD) yang dikarenakan infeksi campuran Infectious Bursal Desease (IBD) dengan Eschericia

coli dapat merangsang sistem kekebalan tubuh ayam pedaging, hal ini sesuai

dengan pernyatan Okeye dan Uzoukwu (1991), yang menyatakan bahwa infeksi oleh virus Infectious Bursal Desease (IBD) akan meningkatkan kepekaan ayam terhadap infeksi Eschericia coli. Infeksi campuran antara Infectious Bursal

Desease (IBD) dan Eschericia coli makin merangsang pertumbuhan jumlah sel

limfosit dalam bursa Fabricius maupun kelenjar timus.

Penambahan BIS (Bungkil Inti Sawit) termodifikasi terhadap titer

Infectious Bursal Desease (IBD) dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan

Analisis keragaman seperti yang tertera pada tabel 10.

Tabel 10. Analisis keragaman titer Infectious Bursal Desease (IBD) ayam pedaging umur 42 hari

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 73208851.7 36604426 1.786962 3.88 6.93 Galat 12 245809941 20484162 Total 14 319018793 Keterangan : KK= 22.61%

Hasil Analisis keragaman pada Tabel 10. menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0.05 yang berarti perlakuan R0, R1, dan R2,

pada pedaging memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap titer Infectious Bursal Desease (IBD) dalam darah ayam pedaging.

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Perhitungan sel darah merah ditujukan untuk mengetahui jumlah sel darah

merah. Uji ini dapat menentukan jumlah darah merah yang normal atau tidak sehingga dapat menentukan tingkat anemi atau tidak. Adapun rataan eritrosit ayam pedaging umur 42 hari pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan eritrosit ayam pedaging umur 42 hari

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 R0 4.3 3.2 5.1 5.2 3.3 21.1 4.22 R1 3.2 5.1 3.1 3.6 3.3 18.3 3.66 R2 4.2 3.3 3.2 3.2 5.2 19.1 3.82 Total 11.7 11.6 11.4 12 11.8 58.5 Rataan 11127 15318.33 10159.67 6228 10655.67 3.9

Gambar 3. Diagram rataan eritrosit ayam pedaging umur 42 hari.

Rataan eritrosit tertinggi diperoleh dari perlakuan R0 tanpa penambahan

BIS termodifikasi sebesar 4,22 10/mm3 dan rataan terendah pada perlakuan R1

dengan konsentrasi BIS 2% sebesar 3,66 10/mm3. Jumlah eritrosit dalam darah pedaging tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 dan Hb tertinggi dalam darah juga

diperoleh pada perlakuan R0 tanpa penambahan BIS termodifikasi dimana jumlah

eritrosit yang tinggi akan diikuti juga dengan kenaikkan jumlah Hb. Hal ini sesuai dengan pernyataan Swenson (1984) yang menyatakan jumlah eritrosit yang tinggi akan diikuti oleh haemoglobin yang tinggi.

Penambahan BIS (Bungkil Inti Sawit) termodifikasi terhadap eritrosit dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis keragaman seperti yang

Tabel 12. Analisis keragaman eritrosit ayam pedaging umur 42 hari SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 0.832 0.416 0.528366 3.88 6.93 Galat 12 9.448 0.787333 Total 14 10.28 Keterangan : KK= 22.61%

Hasil analisis keragaman pada Tabel 12. menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0.05 yang berarti perlakuan R0, R1, dan R2,

pada pedaging memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap sel darah merah.

Hematokrit (PCV)

Hematokrit atau packed cell volume (PCV) adalah persentase sel darah merah dalam 100 ml darah. Adapun rataan Hematokrit (PCV) ayam pedaging umur 42 hari pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Hematokrit (PCV) ayam pedaging umur 42 hari

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 R0 20 24 16 20 20 100 20 R1 21 10 18 15 22 86 17.2 R2 9 22 27 22 30 110 22 Total 50 56 61 57 72 296 Rataan 16.66 18.66 20.33 19 24 19.73

Gambar 4. Diagram rataan PCV ayam pedaging umur 42 hari.

Rataan PCV tertinggi diperoleh dari perlakuan R2 dengan penambahan

BIS termodifikasi 4% yaitu 22% dan rataan terendah pada perlakuan R1 dengan

konsentrasi BIS 2% sebesar 17.2%. Jumlah hematokrit dipengaruhi oleh temperature lingkungan yang nilainya sebanding dengan jumlah eritrosit dan haemoglobin darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widjajakusuma dan Sikar (1986) dan Guyton (1996) yang menyatakan bahwa hewan normal memiliki nilai hematokrit sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar haemoglobin. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan yang dapat bertambah jika keadaan hipoksia atau polisitemia (jumlah sel-sel darah merah dalam tubuh meningkat) sehingga jumlah eritrosit lebih banyak dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton, 1996).

Penambahan BIS (Bungkil Inti Sawit) termodifikasi terhadap hematokrit (PCV) dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada tabel 14.

Tabel 14. Analisis keragaman Hematokrit (PCV) ayam pedaging umur 42 hari SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 58.13 29.066 0.906 3.88 6.93 Galat 12 384.79 32.066 Total 14 442.933 Keterangan : KK = 28.69%

Hasil analisis keragaman pada Tabel 14. menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0.05 yang berarti perlakuan R0, R1, dan R2,

pada pedaging memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap PCV.

Haemoglobin (Hb)

Perhitungan jumlah atau konsentrasi haemoglobin dalam darah dapat menunjukkan tingkat anemia dan kelainan lainnya. Adapun rataan haemoglobin (Hb) ayam pedaging umur 42 hari pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan haemoglobin (Hb) ayam pedaging umur 42 hari

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 R0 8.1 7.6 8.6 9.2 7.1 7.1 8.12 R1 8.4 3 9.2 3.1 1.9 25.6 5.12 R2 6.4 5.5 3.2 4.2 6.8 26.1 5.22 Total 22.9 16.1 21 16.5 15.8 58.8 Rataan 7.633 5.366 7 5.5 5.266 6.153

Gambar 5. Diagram rataan haemoglobin (Hb) pada ayam pedaging umur 42 hari Rataan haemoglobin tertinggi diperoleh dari perlakuan R0 tanpa

penambahan BIS termodifikasi yaitu 8,12 dan rataan terendah pada perlakuan R1

dengan konsentrasi BIS 2% sebesar 5,12. Rataan haemoglobin tertinggi diperoleh pada perlakuan R0 dan rataan eritrosit tertinggi juga terdapat pada perlakuan R0

sehingga titer haemoglobin sebanding dengan titer eritrosit dalam darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Swenson (1984) yang menyatakan jumlah eritrosit yang tinggi akan diikut i oleh titer haemoglobin yang tingg i.

Penambahan BIS (Bungkil Inti Sawit) termodifikasi terhadap haemoglobin (Hb) dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada tabel 16.

Tabel 16. Analisis keragaman Haemoglobin (Hb) ayam pedaging umur 42 hari

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05 0.01 Perlakuan 2 46.9 23.45 0.744969 3.88 6.93 Galat 12 377.734 31.47783 Total 14 424.634 Keterangan : KK = 91.17%

Hasil analisis keragaman pada Tabel 16. menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel pada taraf 0.05 yang berarti perlakuan R0, R1, dan R2,

pada pedaging memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap PCV.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Setelah diperoleh hasil penelitian maka dapat dibuat hasil rekapitulasi penelitian seperti tertera pada Tabel 17.

Tabel 17. Rekapitulasi Titer Newcastle Desease (ND), Titer Infectious Bursal

Desease (IBD), eritrosit, hematokrit (PCV) dan haemoglobin (Hb)

ayam pedaging umur 42 hari

Perlakuan Titer ND Titer IBD Eritrosit PCV (%) Haemoglobin (106/mm3) (g/100ml) R0 332.8 A 13691.6 tn 4.22 tn 20 tn 8.12 tn R1 921.6 B 9974.4 tn 3.66 tn 17.2 tn 5.12 tn R3 614.4 A 8427.2 tn 3.82 tn 22 tn 5.22 tn

Tabel 17 menunjukkan bahwa penambahan BIS ke dalam ransum ayam pedaging memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap Titer

Newcastle Desease (ND) ayam pedaging umur 42 hari. Namun, penambahan BIS ke dalam ransum ayam pedaging memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap Titer Infectious Bursal Desease (IBD), eritrosit, PCV dan Haemoglobin pad ayam pedaging umur 42 hari.

Dokumen terkait