• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Hasil

Hasil dari penelitian adalah mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dan mengetahui konsentrasi optimal dari larutan detergen yang dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus. Mengetahui konsentrasi optimal dari detergen dapat dilakukan dengan menghitung telur Argulus japonicus yang menetas setelah perendaman dalam larutan detergen dengan konsentrasi 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm serta kontrol selama 20 hari. Masing – masing satuan perlakuan terdapat 50 butir telur Argulus japonicus. Perbedaan telur Argulus japonicus yang menetas dan tidak menetas dapat diketahui dari struktur terluar telur. Telur Argulus japonicus menetas dapat diketahui dari struktur terluar telur apabila struktur terluar dari telur tersebut rusak, sedangkan telur Argulus japonicus yang tidak menetas dapat diketahui dari perubahan warna pada telur parasit tersebut dari coklat kehitaman menjadi putih pucat. Daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1. Persentase pengendalian daya tetas Argulus japonicus terbesar terdapat pada perlakuan D (1,2%), diikuti dengan perlakuan C (4,8%), perlakuan B (14%) dan kemudian perlakuan A sebagai kontrol (47,6%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 2 ppm pada perlakuan D merupakan konsentrasi optimal untuk mengurangi daya tetas telur Argulus japonicus. Data tersebut juga menunjukkan bahwa detergen dapat mempengaruhi daya tetas

telur Argulus japonicus. Kualitas air yang diperoleh dari penelitian secara umum yaitu suhu antara 29-30 0C, DO 8 mg/l, pH 7.

A. Daya Tetas Telur Argulus japonicus

Hasil penelitian menunjukkan daya tetas telur Argulus japonicus bervariasi. Pengamatan terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dilakukan selama 20 hari, namun sebelumnya dilakukan pengamatan telur untuk memastikan keberadaan embrio. Adanya embrio pada telur Argulus japonicus ditandai dengan adanya bintik hitam yang terdapat di dalam telur, sedangkan telur yang tidak menetas dapat ditandai dengan perubahan warna pada telur tersebut dari coklat kehitaman menjadi putih pucat. Telur Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 5.1

Gambar 5.1 Telur Argulus japonicus yang belum menetas dan sudah menetas.

Keterangan :

A : Telur Argulus japonicus yang belum menetas dan berembrio.

B : Telur Argulus japonicus yang sudah menetas.

Pengendalian daya tetas Argulus japonicus oleh larutan detergen terbesar terdapat pada perlakuan D konsentrasi 2 ppm, diikuti dengan perlakuan C konsentrasi 1,5 ppm, perlakuan B konsentrasi 1 ppm dan kemudian perlakuan A kontrol. Hasil statistik menggunakan ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) pada pemberian detergen dalam media penetasan

terhadap daya tetas telur Argulus japonicus. Daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Persentase Daya Tetas Telur Argulus japonicus dan standar deviasi. Perlakuan Daya Tetas Telur

(%) ± SD A (Kontrol) 47,6a ± 9,84 B 14b ± 3,74 C 4,8c ± 2,68 D 1,2d ± 1,1 Keterangan :

Superscript : Superskrip menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan. A, B, C, D : Konsentrasi larutan detergen ( kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm).

SD : Standard deviasi

Keterangan perlakuan :

A (Kontrol) : 50 butir telur Argulus japonicus

B : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 1ppm C : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 1,5ppm D : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 2ppm

Dari beberapa konsentrasi yang digunakan daya tetas tertinggi terdapat pada perlakuan 1 (A) sementara daya tetas yang terendah terdapat pada perlakuan 4 (D), hal ini disebabkan konsentrasi detergen yang terdapat pada perlakuan 4 (D) lebih besar dari pada perlakuan lainnya, sedangkan pada perlakuan 1(A) tanpa dipengaruhi oleh konsentrasi detergen. Data tersebut di dapatkan grafik yang terdapat pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 Grafik daya tetas telur Argulus japonicus dengan pemberian detergen.

Data daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Lampiran 1. Perhitungan statistik daya tetas telur Argulus japonicus terdapat pada Lampiran 2. B. Kualitas Air

Pengamatan terhadap kualitas air selama penelitian meliputi suhu, pH, dan DO (oksigen terlarut). Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air selama penelitian dilakukan pada setiap perlakuan dan ulangan. Data yang diperoleh dari penelitian secara umum yaitu suhu antara 29-30 0C, DO 8 mg/l, sedangkan pH 7. Pengamatan terhadap suhu menggunakan termometer, pengamatan DO menggunakan DO meter dan pengamatan terhadap pH menggunakan pH meter. Data hasil kualitas Air dapat dilihat pada Tabel 5.2

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 0,5 1 1,5 2 2,5 da y a t et a s telur (%) Detergen (ppm)

Tabel 5.2 Kualitas air media penetasan. Parameter Perlakuan A B C Kontrol Suhu (0C) 29-30 29-30 29-30 29-30 DO (mg/L) 8 8 8 8 pH 7 7 7 7 5.2 Pembahasan

Penelitian diawali dengan persiapan alat. Persiapan alat tersebut harus dibersihkan dari debu yang menempel dengan cara dicuci menggunakan sabun hingga bersih. Untuk mengetahui jenis kelamin Argulus japonicus jantan dan betina dapat dilakukan dengan mengamati dengan mikroskop cahaya. Telur Argulus japonicus berderet dan setiap deret terdapat kurang lebih 50 butir telur.

Penentuan konsentrasi dalam penelitian pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus berdasarkan penelitian pendahuluan yaitu kontrol (A), konsentrasi 1 ppm (B), konsentrasi 1,5 ppm (C) dan konsentrasi 2 ppm (D). Penggunaan konsentrasi maksimal 2 ppm pada penelitian ini karena pada konsentrasi tersebut detergen tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar perairan. Hal ini diperkuat oleh Santi (2009) bahwa konsentrasi detergen dalam air bersih tidak boleh lebih dari 2mg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan A, B, C dan D. Hasil tersebut

membuktikan bahwa pemberian detergen kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm dapat berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.

Pengamatan terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo, yaitu dengan mengamati telur yang menempel pada batu pualam yang berukuran rata-rata 4 cm. Telur Argulus japonicus yang menetas ditandai dengan rusaknya selaput terluar telur sedangkan telur yang tidak menetas ditandai oleh perubahan warna telur parasit tersebut yang semula coklat kehitaman menjadi putih pucat. Dari pengamatan tersebut didapatkan persentase daya tetas Argulus japonicus terbesar terdapat pada perlakuan D konsentrasi 2 ppm (1,2%), diikuti dengan perlakuan C konsentrasi 1,5 ppm (4,8%), perlakuan B konsentrasi 1 ppm (14%) dan kemudian perlakuan A kontrol (47,6%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 2 ppm pada perlakuan D merupakan konsentrasi optimal untuk mengurangi daya tetas telur Argulus japonicus.

Perendaman telur Argulus japonicus pada larutan detergen memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap persentase daya tetas telur Argulus japonicus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman telur Argulus japonicus pada larutan detergen berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus japonicus hal ini dibuktikan dengan perhitungan statistik pada lampiran 2.

Hal tersebut dikarenakan dalam detergen terdapat senyawa aktif yaitu surfaktan dan enzim protease. Cara kerja surfaktan tersebut terdapat dalam komponen hidrofobik dan hidrofiliknya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nusanthary dkk., (2012) bahwa detergen memiliki sifat surfaktan karena molekulnya mengandung

bagian hidrofobik (larut dalam lemak) dan hidrofilik (larut dalam air). Komponen hidrofobik masuk kedalam telur dan dengan bantuan enzim protease merusak embrio yang terdapat pada telur, sedangkan komponen hidrofilik larut dalam air keadaan tersebut dapat mengakibatkan lendir yang melapisi kulit terluar telur akan berkurang dan mengakibatkan daya rekat telur juga semakin berkurang sehingga larutan detergen dapat masuk dalam telur, selain itu detergen dapat merubah warna telur dari coklat kehitaman menjadi putih pucat.

Telur Argulus japonicus dilapisi oleh lendir yang berfungsi sebagai pelindung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hoffman (1977) bahwa telur di selaputi oleh kapsul gelatin yang lunak berwarna putih dan setelah beberapa menit akan mengalami perubahan terhadap warna menjadi kuning kecoklatan dan mengeras. Telur Argulus japonicus dilapisi oleh lendir yang berfungsi sebagai hydromineral. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Walker (2008) yang menyatakan bahwa lendir memiliki peran penting dalam keseimbangan hydromineral pada telur. Lendir tersebut akan melapisi dari cangkang telur hingga merekatkan telur satu dengan telur yang lain. Umumnya telur Argulus japonicus berderet.

Keluarnya cairan di dalam telur serta masuknya larutan detergen di dalam telur dapat menyebabkan telur tersebut rusak, berwarna pucat sehingga tidak menetas. Semakin banyak jumlah telur yang tidak menetas menandakan daya tetas telur Argulus japonicus dapat dikendalikan.

Pemberian larutan detergen pada telur Argulus japonicus akan menyebabkan kerekatan antar telur semakin berkurang karena pengaruh sifat hidrofobik dan

hidrofilik dari surfaktan. Komponen hidrofobik dari surfaktan membantu cairan masuk dalam telur yang mengakibatkan embrio dalam telur tidak berkembang. Keadaan tersebut akan mempengaruhi proses fisiologis organisme dan perkembangan embrio dalam telur sehingga mempengaruhi keberhasilan dalam penetasan. Parameter kualitas air dalam penelitian ini memiliki kisaran yang sama, yaitu pada suhu berkisar antara 29-30 0C, DO sebesar 8 mg/l, pH 7. Suhu sangat mempengaruhi daya tetas dari telur parasit tersebut semakin tinggi suhu maka daya tetas telur parasit tersebut semakin cepat sebaliknya semakin rendah suhu yang terdapat pada media maka daya tetas semakin lambat. Hal ini mengacu pada Kismiyati dan Mahasri (2012) bahwa semakin dingin suhu perairan penetasan telur parasit tersebut semakin lama sebaliknya semakin panas suhu perairan tersebut penetasan telur parasit tersebut semakin cepat.

Dokumen terkait