PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh : RATIH KUSUMI KEDIRI- JAWA T
Oleh : RAHMAWATI
JOMBANG – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus
Skripsi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh : RAHMAWATI NIM. 141011156
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
PENGARUH PEMBERIAN DETERGEN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus
Oleh : RAHMAWATI NIM. 141011156 Telah diujikan pada
Tanggal : 07 Agustus 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Prof. Dr. Hj. Sri Subekti,drh.DEA Anggota : Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D.
Abdul Manan, S.Pi.,M.Si. Dr. Kismiyati, Ir., M.Si Dr. GunantiMahasri, Ir.,M.Si
Surabaya,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Dekan,
RINGKASAN
RAHMAWATI. Pengaruh Pemberian Detergen Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus. Dosen pembimbing Dr. Kismiyati, Ir., M.Si dan Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.
Budidaya ikan hias air tawar memiliki prospek yang baik, namun kendala terbesar dalam usaha budidaya adalah infestasi parasit. Argulus japonicus merupakan parasit ikan air tawar dari kelas crustacea yang menyebabkan gangguan pada ikan. Daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, hal tersebut sangat membahayakan para pembudidaya, maka perlu dilakukan pengendalian terhadap Argulus japonicus dan telurnya.
Pengendalian terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dapat menggunakan detergen. Detergen mengandung surfaktan sebagai bahan dasar. Proses kerja detergen melalui surfakatan yang berinteraksi dengan membran sel dan enzim protease. Toksisitas timbul dari penghambatan enzim protease.
Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri atas penambahan larutan detergen dengan konsentrasi 1 ppm (B), 1,5 ppm (C), 2 ppm (D) dan kontrol (A). Masing-masing perlakuan diulang lima kali. Parameter utama yang diamati yaitu daya tetas telur Argulus japonicus selama 20 hari. Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA).
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa telur Argulus japonicus pada perlakuan A sebagai kontrol didapatkan persentase daya tetas telur 47,6 %, pada perlakuan B konsentrasi 1 ppm persentase yang didapat sebayak 14 %, perlakuan C dengan konsentrasi 1,5 ppm sebanyak 4,8 %, dan perlakuan D konsentrasi 2 ppm sebayak 1,2 %. Konsentrasi optimal dari pemberian detergen pada media penetsan terdapat pada perlakuan D dengan daya tetas Argulus japonicus sebanyak 1,2 %.
SUMARRY
RAHMAWATI. Influence of Giving Detergen Against Hatching Rate Argulus japonicus Eggs. Academic Advisor Dr. Kismiyati, Ir., M.Si and Dr. Gunanti mahasri, Ir., M.Si.
The cultivation of an ornamental freshwater fish having a fine prospect, constraint greatest in the business of cultivating is infestation of a parasite. Argulus japonicus is parasitic on fresh-water fishes of the class crustacea who cause trouble on fish. Life cycle Argulus japonicus very fast, it is very dangerous to farmers, should be carried out of control over Argulus japonicus and their eggs.
Control hatching rate Argulus japonicus eggs can use detergen. Detergent contains surfactants as a base material. Detergents work process through surfactants that interact with the cell membrane and the enzyme protease. Toxicity arising from inhibition of the enzyme protease.
The result of research used a Randomized Complete Design (RAL). The treatment consists of the addition of a detergent solution with a concentration of 1 ppm (B), (C) 1.5 ppm, 2 ppm (D) and control (A). Each treatment using replay as five times. The main parameters are observed hatching rate Argulus japonicus eggs for 20 days. Data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA).
Based on the results of the study it was concluded that the egg Argulus japonicus on treatment A as control percentage hatching rate eggs obtained 47.6%, in treatment B concentration 1 ppm percentage obtained 14%, the treatment C with 1.5 ppm concentration is 4.8%, and 2 ppm concentration D treatment 1.2%. The optimal concentration giving detergent in media hatching in the treatment of D with hatching rate Argulus japonicus by 1.2%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Detergen Terhadap Daya Tetas Telur Argulus japonicus dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium pendidikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Mei 2014.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.
Surabaya, Juli 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak melibatkan orang - orang yang sangat berarti, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Kismiyati, Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingannya sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian skripsi.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA, Bapak Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D dan Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan terhadap perbaikan skripsi ini. 3. Seluruh staf pengajar dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan. 4. Orang tua yang memberikan doa dan motivasi hingga selesainya skripsi. 5. Pak Darto selaku pegawai laboratorium
6. Terima kasih untuk motivasi khusus dari sahabat saya Deriva, Devi, Sari, Anita, Risma, Animiko, mbak reni, mbak nana, mbak nora, Mega, Fifit, Sari, Maya, Catur, Dhanik, Mentari, Amalia, Shinta dan Sha-sha.
7. Terima kasih untuk motivasi khusus dari Arie Oktavian.
Surabaya, Juli 2014
3.2 Hipotesis ... ... 15
IV. Metodologi Penelitian ... 16
4.1 Tempat dan Waktu ... 16
4.2 Materi Penelitian ... 16
4.3 Metodologi Penelitian ... 16
4.3.1 Metodologi Penelitian ... 16
4.3.2 Penelitian Pedahuluan ... 17
4.3.3 Rancangan Percobaan ... 17
4.3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 18
4.3.5 Parameter ... 20
4.2 Analisis Data ... 20
V. Hasil dan Pembahasan ... 23
VI. Kesimpulan dan saran ... 31
5.1 Kesimpulan ... 31
5.2 Saran ... 31
Daftar Pustaka ... 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Argulus japonicus ... 5
2. Daur hidup Argulus japonicus ... 6
3. Rumus kimia surfaktan ... 10
4. Kerangka Konseptual ... 14
5. Denah penempatan perlakuan pada (RAL) ... 18
6. Bagan Alur Penelitian ... 22
7. Telur Argulus japonicus ... 24
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya ikan hias air tawar memiliki prospek yang baik, mengingat masih terbukanya pasar domestik, regional maupun internasional. Hal tersebut menyebabkan kualitas produk ikan yang terkait dengan kesehatan ikan harus diperhatikan. Kendala terbesar dalam usaha budidaya ikan hias air tawar adalah infestasi parasit. Parasit dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas ikan budidaya (Alifuddin dkk., 2002).
Argulus japonicus adalah parasit yang paling sering di temukan di seluruh dunia (Taylor et al., 2005). Argulus japonicus juga merupakan parasit yang sering muncul dan menginfestasi ikan budidaya air tawar di Indonesia. Argulus japonicus ditemukan menginfestasi benih ikan koi di bursa ikan hias Surabaya dengan prevalensi sebesar 14 % (Prasetya dkk., 2013).
dibiarkan secara terus menerus akan menimbulkan kematian pada inang (Hakalahti et al., 2005).
Populasi parasit Argulus japonicus umumnya dapat ditekan dengan penggunaan Malathion, Pyrethrum dan Ammonium chloride (Hofman, 1977). Selain itu pengendalian Argulus japonicus dapat dilalukan dengan menekan daya tetas telur. Telur parasit tersebut pada suhu perairan 26 0C menetas dalam jangka waktu delapan hari (Fryer, 1982; Walker, 2008). Secara keseluruhan Argulus japonicus membutuhkan waktu 30 hari untuk melengkapi daur hidupnya. Hal tersebut menunjukkan daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, dengan adanya hal tersebut perlu dilakukan pengendalian terhadap daya tetas telur dari parasit Argulus japonicus.
Pengendalian terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilakukan dengan pemberian NaCl (Fatiza dkk., 2011) dan pemanfaatan detergen. Menurut Sudarmaja (2008), detergen dapat digunakan untuk mengendalikan daya tetas telur Aedes aegypti karena detergen memiliki komponen terpenting yaitu surfaktan. Surfaktan merupakan molekul yang mempunyai gugus hidrofolik yang bersifat polar dan gugus hidrofobik yang bersifat non polar (Fakhrizal, 2004).
penelitian tentang pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian detergen berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus
japonicus ?
2. Berapa konsentrasi optimal yang digunakan untuk menurunkan daya tetas telur Argulus japonicus ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.
2. Mengetahui konsentrasi optimal yang digunakan untuk menurunkan daya tetas telur Argulus japonicus.
1.4 Manfaat
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Argulus japonicus
2.1.1 Klasifikasi Argulus japonicus
Klasifikasi Argulus menurut Walker (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia
2.1.2 Morfologi Argulus japonicus
Argulus japonicus dapat dilihat dengan alat pembesar yaitu mikroskop cahaya dengan perbesaran 30 kali. Argulus japonicus memiliki lapisan luar yang mengandung khitin dan membentuk eksoskeleton yang keras. Argulus japonicus memiliki tubuh pipih dorsoventral. Bagian dorsal tubuh tertutup carapace mulai dari cephal hingga thorax. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu cephal, thorax dan abdomen (Walker, 2008).
Umumnya Argulus japonicus betina tumbuh lebih besar dibandingkan jantan (Alas et al., 2010). Morfologi Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Morfologi Argulus japonicus (Everts, 2010)
Keterangan : (ar) respiratory anterior, (an) antena, (as) antennules, (bp) membrane basal, (ms) maxillules, (mt) mulut, (mx) maxilla, (pr) respiratory area posterior, (ps) probosis, (sl) thoracopods, (sp) seminal receptacle.
2.1.3 Daur Hidup Argulus japonicus
Daur hidup Argulus japonicus berkisar antara 30-100 hari. Telur Argulus japonicus menetas dalam 17 hari pada suhu 23 0C, 30 hari pada suhu 20 0C dan membutuhkan 55 hari pada suhu 17 0C (Kismiyati dan Mahasri, 2012).
harus menemukan inang setelah 2-3 hari dari proses penetasan. Perbedaan antara Argulus japonicus juvenile dan dewasa adalah belum berkembangnya maxilla penghisap pada Argulus japonicus stadia juvenile.
Daur hidup Argulus japonicus dimulai dari stadia telur. Telur Argulus japonicus umumnya menempel pada benda keras seperti batu, setelah menetas parasit tersebut berkembang menjadi metanauplius. Metanauplius akan mengalami pergantian kulit menjadi stadium juvenile, setelah menemukan inang. Argulus japonicus akan mengalami pergantian kulit tergantung pada suhu. Fase terakhir pada Argulus japonicus adalah fase dewasa. Pada fase ini Argulus japonicus melakukan reproduksi. Daur hidup Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 2.2.
Keterangan :
1 : Telur Argulus japonicus menempel pada batu 2 : Argulus japonicus stadia Metanauplius
3 : inang yang terinfestasi Argulus japonicus stadia juvenile 4 : Argulus japonicus dewasajantan
5: Argulus japonicus dewasa betina
2.1.4 Habitat Argulus japonicus
Menurut Rusthon-Mellor (1992), bahwa Argulus japonicus berasal dari Jepang yang saat ini tersebar luas dalam perdagangan ikan hias. Parasit ini memiliki penyebaran luas di seluruh dunia. Argulus japonicus juga ditemukan di Asia, Amerika utara, Eropa dan di Afrika (Woo, 2006).
Parasit ini pertama kali di temukan di Indonesia tahun 1984 pada ikan budidaya air tawar (Kismiyati dan Mahasri, 2012). Hal ini sesuai dengan penyataan Wolfe et al. (2001) menjelaskan Argulus japonicus hidup di perairan tawar yaitu danau, sungai , rawa-rawa dan kolam budidaya. Argulus japonicus biasanya ditemukan pada ikan family Cyprinidae pada bagian kepala, sirip caudal, dorsal dan ventral (Taylor et al, 2005).
Argulus japonicus mampu hidup pada suhu perairan antara 10-30 0C, sedangkan telur parasit tersebut bersifat dorman pada suhu di bawah 15 0C (Mikheev et al., 2004).
2.1.5 Reproduksi
dengan adanya sepasang seminal receptacle, sedangkan Argulus japonicus jantan terdapat sepasang testis (Everts, 2010).
Argulus japonicus dengan ukuran 4 mm sudah siap bereproduksi. Kopulasi parasit ini dilakukan di atas tubuh inang. Saat kopulasi terjadi transfer sperma secara langsung dari jantan dan betina. Sel sperma tidak membuahi telur tetapi ditampung terlebih dahulu dalam seminal receptacles sehingga betina dapat mengatur fertilisasi sesuai kebutuhan (Pasternak et al., 2004).
Telur Argulus japonicus dilapisi lendir yang berfungsi sebagai pelindung. Lendir juga berperan penting dalam keseimbangan hydromineral pada telur, selain itu lendir berfungsi sebagai pelindung dari bakteri dan jamur (Walker, 2008). Telur Argulus japonicus berbentuk bulat berderet sejajar. Parasit betina umumnya meletakkan 1-9 deret dari 5-226 telur dalam 1-6 baris (Kearn, 2004). 2.1.6 Objek Perlekatan Telur Argulus japonicus
Argulus japonicus betina akan lepas dari inang mencari tempat yang aman untuk perlekatan telurnya dan biasanya melekat pada benda - benda yang ada di sekitar perairan setelah melakukan fertilisasi (Hakalahti et al., 2005). Argulus japonicus cenderung ke dasar perairan untuk mencari tempat perlekatan telur parasit tersebut misalnya batu, kayu atau terpat perlekatan keras lainnya (Hofman, 1977).
2.1.7 Patogenesis
mulut, kemudian dilepaskan zat anti koagulan yang berfungsi mencegah pembekuan darah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lester-Roubal (1995), yang menyatakan Argulus japonicus merusak kulit ikan dan membuka peluang infeksi bakteri dan jamur, yaitu dengan menghisap darah ikan dan mengeluarkan anti-koagulan yang toksik.
Ikan mengalami kerusakan pada bagian kulitnya karena stylet pada Argulus japonicus. Ikan yang terinfestasi Argulus japonicus akan terlihat berenang tidak normal.
2.2 Detergen
Detergen adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan pakaian dengan cara mengangkat kotoran yang diawali dengan proses pembentukan emulsi (Abdulgani, 2001). Detergen mengandung bahan aktif surfaktan sebagai bahan dasar serta bahan lainnya antara lain abrasive, substansi, water softener, oxidants dan enzim protease (Fakhrizal, 2004).
2.3 Hubungan Antara Detergen dengan Daya Tetas Telur Argulus japonicus Detergen dapat menghambat daya tetas telur pada embrio yang sedang berkembang melalui molekul utamanya yaitu surfaktan (Abdulgani, 1995). Surfaktan dan enzim protease berinteraksi dengan membran sel, dengan terjadinya penyerapan surfaktan pada dinding sel. Toksisitas timbul dari enzim protease (Connel and Miller, 1995).
Detergen LAS adalah garam sulfanik acid. LAS memiliki banyak isomer
(sekitar 26) dengan struktur C6H4 SO3- Na+ . Senyawa LAS yang digunakan adalah
Linear alkylbenzene sulfonate C18H29O5S+Na+ yang memiliki berat molekul 380 dan
termasuk surfaktan anionik. Rumus kimia surfaktan dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Rumus kimia surfaktan (Fakhrizal, 2004).
Sifat atau karekteristik dari senyawa LAS adalah letak cincin benzennya acak
sepanjang rantai karbon, biasanya berbentuk garam Na atau Ca, panjang rantai
air, kehadiran sulfonik acid, resisten terhadap pengolahan anaerob, dapat
terbiodegradasi pada kondisi aerob (Fakhrizal, 2004).
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Budidaya ikan hias air tawar memiliki prospek yang baik mengingat masih terbukanya pasar domestik, regional maupun internasional, namun penyakit infeksi merupakan salah satu kendala bagi budidaya ikan hias tersebut. Salah satunya adalah parasit yang disebabkan oleh Argulus japonicus. Parasit Argulus japonicus dapat menyebabkan luka pada permukaan tubuh inang. Luka pada tubuh inang tersebut dapat menyebabkan terbukanya infeksi sekunder yang berupa bakteri, virus dan jamur. Jika hal tersebut dibiarkan secara terus menerus akan menimbulkan kematian pada inang (Hakalahti et al., 2005).
Pengendalian parasit Argulus japonicus umumnya dapat ditekan dengan penggunaan Malathion, Pyrethrum dan Ammonium chloride (Hofman, 1977). Selain itu pengendalian Argulus japonicus dapat dilakukan dengan menekan daya tetas dari telur parasit tersebut. Telur parasit tersebut pada suhu perairan di Indonesia yaitu 26 0C menetas dalam jangka waktu delapan hari (Fryer, 1982; Walker, 2008). Secara keseluruhan Argulus japonicus membutuhkan waktu 30 hari untuk melengkapi daur hidupnya. Hal tersebut menunjukkan daur hidup Argulus japonicus tergolong cepat, dengan adanya hal tersebut perlu dilakukan pengendalian terhadap daya tetas telur dari parasit tersebut.
juga dapat menggunakan detergen. Penggunan detergen sebagai pengendali telur Argulus japonicus sangatlah tepat karena di dalam detergen terdapat komponen penting yaitu surfaktan (Fakhrizal, 2004). Surfaktan merupakan molekul yang mempunyai gugus hidrofilik yang bersifat polar dan gugus hidrofobik yang bersifat non polar.
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
=yang tidak diteliti = yang diteliti
Masalah kesehatan budidaya ikan air tawar
Infestasi parasit Argulus japonicus
Telur Argulus japonicus
Pengendalian
NaCl drying
Detergen
Mengandung bahan aktif surfaktan dan enzim protease
Surfaktan larut dalam air karena gugus hidrofilik, gugus hidrofobik dan enzim protease menembus dan merusak inti telur.
3.2 Hipotesis
H 1 : Terdapat pengaruh pemberian detergen terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pendidikan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga pada bulan Mei 2014.
4.2 Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan air tawar sebagai inang, detergen, Argulus japonicus jantan dan betina, media air tawar. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium ukuran 15x15x30 cm3 sebanyak 20 buah untuk perlakuan, akuarium ukuran 25x20x20 cm3 sebanyak satu buah untuk penetasan, selang aerasi, termometer, pH meter, DO meter, mikroskop stereo, handcounter dan batu pualam berwarna terang, berukuran kurang lebih 4 cm sebagai tempat penempelan telur Argulus japonicus.
4.3 Metodologi Penelitian 4.3.1 Metodologi Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : variabel terikat yaitu telur yang menetas setelah perlakuan pemberian detergen. Variabel kontrol yaitu kualitas air.
4.3.2 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan konsentrasi pemberian detergen untuk mengendalikan daya tetas telur Argulus japonicus. Pada penelitian pendahuluan penetasan telur Argulus japonicus dilakukan dengan meletakkan Argulus japonicus jantan dan betina pada akuarium ukuran 25x20x20 cm3. Konsentrasi yang digunakan adalah kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm. Hasil penelitian pendahuluan didapatkan konsentrasi detergen tertinggi yang dapat mempengaruhi daya tetas telur Argulus japonicus adalah 2 ppm.
4.3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap ( RAL ). Rancangan acak lengkap dipergunakan apabila media, alat dan bahan seragam atau dapat dikatakan seragam (Kusriningrum, 2008).
Perlakuan A : Air tawar 1L ( Sebagai Kontrol ) Perlakuan B : Konsentrasi detergen 1 ppm Perlakuan C : Konsentrasi detergen 1,5 ppm Perlakuan D : Konsentrasi detergen 2 ppm
Penempatan perlakuan penelitian ke dalam tempat percobaan setelah dilakukan pengacakan sebagaimana tergambar pada (Gambar 4.1).
A1 D2 C1 B2
B1 A2 D3 B4
D5 C2 A5 D4
A3 D1 B3 C3
C4 A4 C5 B5
Gambar 4.1 Denah Penempatan Perlakuan pada (RAL).
4.3.4 Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Alat Penelitian
Alat – alat yang digunakan harus dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel dengan cara dicuci menggunakan sabun hingga bersih, kemudian dikeringkan.
b. Penetasan Telur Argulus japonicus
Argulus japonicus diletakkan pada akuarium ukuran 25 x 20 x 20 cm3 yang berisi inang hingga bereproduksi dan menetaskan telur. Di dalam akuarium diberi tempat perlekatan telur yaitu batu pualam berwarna terang dengan ukuran kurang lebih 4 cm. c. Pemberian Detergen pada Media Penetasan
Pembuatan larutan stok detergen dengan konsentrasi 10 ppm dari detergen dengan cara mencampurkan 10 mg detergen ke dalam 1 liter air tawar kemudian diaduk. Larutan detergen yang digunakan untuk perlakuan adalah 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm dalam satu liter air tawar. Perlakuan tersebut disertai kontrol. Pemberian stok larutan detergen pada masing – masing perlakuan dengan cara pengenceran.
d. Daya Tetas Telur Argulus japonicus
Daya Tetas telur Argulus japonicus berkurang disebabkan telur parasit tersebut rusak sehingga tidak menetas. Telur tersebut tidak menetas dikarenakan gugus hodrofobik dan hidrofilik dari surfaktan berinteraksi sehingga terjadi penghambatan penetasan telur. Sesuai dengan pernyataan Nusanthary (2012) bahwa interaksi antara gugus hidrofobik dan hidrofilik dari surfaktan dapat berpengaruh terhadap makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya tetas dari telur Argulus japonicus menurut (Suseno, 1983) adalah :
Daya tetas telur = Jumlah telur yang menetas X 100% Jumlah telur keseluruhan
4.3.5 Parameter
Parameter utama dalam penelitian ini adalah menentukan jumlah telur parasit Argulus japonicus yang menetas setelah diberi perlakuan dengan pemberian detergen pada media penetasan. Parameter penunjang dalam penelitian ini adalah pengukuran suhu (0C), pH dan DO (mg/l).
4.4 Analisis Data
Persiapan telur Argulus japonicus
Pemberian detergen pada media penetasan.
Kontrol tanpa detergen (50 butir telur)
Detergen 1ppm (50 butir telur)
Detergen1,5 ppm (50 butir telur)
Detergen 2ppm (50 butir telur)
Inkubasiselama 20 hari
Persentase daya tetas telur Argulus japonicus
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
telur Argulus japonicus. Kualitas air yang diperoleh dari penelitian secara umum yaitu suhu antara 29-30 0C, DO 8 mg/l, pH 7.
A. Daya Tetas Telur Argulus japonicus
Hasil penelitian menunjukkan daya tetas telur Argulus japonicus bervariasi. Pengamatan terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dilakukan selama 20 hari, namun sebelumnya dilakukan pengamatan telur untuk memastikan keberadaan embrio. Adanya embrio pada telur Argulus japonicus ditandai dengan adanya bintik hitam yang terdapat di dalam telur, sedangkan telur yang tidak menetas dapat ditandai dengan perubahan warna pada telur tersebut dari coklat kehitaman menjadi putih pucat. Telur Argulus japonicus dapat dilihat pada gambar 5.1
Gambar 5.1 Telur Argulus japonicus yang belum menetas dan sudah menetas.
Keterangan :
A : Telur Argulus japonicus yang belum menetas dan berembrio.
B : Telur Argulus japonicus yang sudah menetas.
terhadap daya tetas telur Argulus japonicus. Daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Persentase Daya Tetas Telur Argulus japonicus dan standar deviasi. Perlakuan Daya Tetas Telur
Superscript : Superskrip menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan. A, B, C, D : Konsentrasi larutan detergen ( kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm).
SD : Standard deviasi
Keterangan perlakuan :
A (Kontrol) : 50 butir telur Argulus japonicus
B : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 1ppm C : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 1,5ppm D : 50 butir telur Argulus japonicus dan konsentrasi detergen 2ppm
Gambar 5.2 Grafik daya tetas telur Argulus japonicus dengan pemberian detergen.
Data daya tetas telur Argulus japonicus dapat dilihat pada Lampiran 1. Perhitungan statistik daya tetas telur Argulus japonicus terdapat pada Lampiran 2. B. Kualitas Air
Pengamatan terhadap kualitas air selama penelitian meliputi suhu, pH, dan DO (oksigen terlarut). Hasil pengamatan terhadap parameter kualitas air selama penelitian dilakukan pada setiap perlakuan dan ulangan. Data yang diperoleh dari penelitian secara umum yaitu suhu antara 29-30 0C, DO 8 mg/l, sedangkan pH 7. Pengamatan terhadap suhu menggunakan termometer, pengamatan DO menggunakan DO meter dan pengamatan terhadap pH menggunakan pH meter. Data hasil kualitas Air dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Kualitas air media penetasan. dibersihkan dari debu yang menempel dengan cara dicuci menggunakan sabun hingga bersih. Untuk mengetahui jenis kelamin Argulus japonicus jantan dan betina dapat dilakukan dengan mengamati dengan mikroskop cahaya. Telur Argulus japonicus berderet dan setiap deret terdapat kurang lebih 50 butir telur.
membuktikan bahwa pemberian detergen kontrol, 1 ppm, 1,5 ppm dan 2 ppm dapat berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus japonicus.
Pengamatan terhadap daya tetas telur Argulus japonicus dilakukan dengan menggunakan mikroskop stereo, yaitu dengan mengamati telur yang menempel pada batu pualam yang berukuran rata-rata 4 cm. Telur Argulus japonicus yang menetas ditandai dengan rusaknya selaput terluar telur sedangkan telur yang tidak menetas ditandai oleh perubahan warna telur parasit tersebut yang semula coklat kehitaman menjadi putih pucat. Dari pengamatan tersebut didapatkan persentase daya tetas Argulus japonicus terbesar terdapat pada perlakuan D konsentrasi 2 ppm (1,2%), diikuti dengan perlakuan C konsentrasi 1,5 ppm (4,8%), perlakuan B konsentrasi 1 ppm (14%) dan kemudian perlakuan A kontrol (47,6%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi 2 ppm pada perlakuan D merupakan konsentrasi optimal untuk mengurangi daya tetas telur Argulus japonicus.
Perendaman telur Argulus japonicus pada larutan detergen memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap persentase daya tetas telur Argulus japonicus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman telur Argulus japonicus pada larutan detergen berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus japonicus hal ini dibuktikan dengan perhitungan statistik pada lampiran 2.
bagian hidrofobik (larut dalam lemak) dan hidrofilik (larut dalam air). Komponen hidrofobik masuk kedalam telur dan dengan bantuan enzim protease merusak embrio yang terdapat pada telur, sedangkan komponen hidrofilik larut dalam air keadaan tersebut dapat mengakibatkan lendir yang melapisi kulit terluar telur akan berkurang dan mengakibatkan daya rekat telur juga semakin berkurang sehingga larutan detergen dapat masuk dalam telur, selain itu detergen dapat merubah warna telur dari coklat kehitaman menjadi putih pucat.
Telur Argulus japonicus dilapisi oleh lendir yang berfungsi sebagai pelindung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hoffman (1977) bahwa telur di selaputi oleh kapsul gelatin yang lunak berwarna putih dan setelah beberapa menit akan mengalami perubahan terhadap warna menjadi kuning kecoklatan dan mengeras. Telur Argulus japonicus dilapisi oleh lendir yang berfungsi sebagai hydromineral. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Walker (2008) yang menyatakan bahwa lendir memiliki peran penting dalam keseimbangan hydromineral pada telur. Lendir tersebut akan melapisi dari cangkang telur hingga merekatkan telur satu dengan telur yang lain. Umumnya telur Argulus japonicus berderet.
Keluarnya cairan di dalam telur serta masuknya larutan detergen di dalam telur dapat menyebabkan telur tersebut rusak, berwarna pucat sehingga tidak menetas. Semakin banyak jumlah telur yang tidak menetas menandakan daya tetas telur Argulus japonicus dapat dikendalikan.
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Pemberian detergen berpengaruh terhadap daya tetas telur Argulus japonicus. 2. Konsentrasi optimal untuk menekan daya tetas telur Argulus japonicus adalah
2 ppm.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, N. 2001. Pengaruh Surfaktan Detergen Linear Alkylbenzene Sulfonate Terhadap Perkembangan Embrio Katak Fajervarya Cancrivora. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Airlangga. Surabaya.
Alas, A., A. Oktener., and K. Solak. 2010. A study on the morphology of Argulus foliaceus Lin.,1758 (Crustacea; Branchiura) procured from Çavuşcu Lake (Central Anatolia-Turkey) with scanning electron microscopy. Tubitak. 34 (1) : 147- 151.
Alberts, B., D. Bray., J. Lewis., M. Raff., K. Roberts and J. D. Watson. 1994. Molecular Biology of The Cell. 3rd Edition. Garland Science Publishing. New York.
Alifuddin, M., A. Priyono dan A. Nurfatimah. 2002. Inventarisasi Parasit Pada Ikan Hias yang Dilalulintaskan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Akuakultur. 1 (3) : 123-127.
Connel, D. W and G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UI Press. Jakarta. Hal 330-337.
Darnell, J., H. Lodish and D. Baltimore. 1990. Molecular Cell Biology. 2nd Edition. Scientific Americans Books, Inc. New York.
Dickerson, C. Z. The effect of Temperature and Humidity on the eggs of Aedes Aegypti and Aedes albopictus in Texas. Disertation. Texas A&M University. United States.
Everts, L. A. M. 2010. Aspects of the Reproductive Biology of Argulus japonicus and the Morphology of Argulus Coregoni from Malaysia. Thesis. University of Johannesburg. South Africa. 75 p.
Fatiza, R. N., Kismiyati., K. Rahayu. 2011. Pengaruh Pemberian garam (NaCl) Terhadap Kerusakan Telur Argulus japonicus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 3 (1) : 2.
Fryer, G. 1982. The Parasitic Copepoda and Branchiura of British Freshwater Fishes: A Handbook and Key. F. B. A. Scientific Publications of the Freshwater Biological Assciaton, Ambleside. PP 1-87.
Gosling, P. J. 2005. Dictionary of Parasitology. CRC Press Taylor and Francis Groub. PP 10.
Hakalahti, T., Y. Laniken and E. T. Valtonen, 2005. Efficacy of Emamectin Benzoate in The Control of Argulus Coregoni (Crustacea : Branchiura) on The Rainbow Trout Oncorhynchus. Aquatic. 60 (3) :197-204.
Hoffman, G. L. 1977. Argulus a Branchiuran Parasite Of Freshwater Fishes. United States Fish and Wildlife. Arkansas. 49.
Kearn, G. C. 2004. Leeches, Lice and Lamprey. A Natural History of Skin and Gill Parasites of Fishes. Springer. Netherlands.
Kismiyati. 2009. Infestasi Ektoparasit Argulus japonicus Pada Ikan Maskoki (Carassius Auratus) dan Upaya Pengendalian Dengan Ikan Sumatera (Puntius tetrazona). Disertasi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Kismiyati dan G. Mahasri. 2012. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan I. Global Persada Press. Surabaya. Hal 33-37
Kusriningrum. 2008. Dasar Perancangan. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Hal 23-25. Lester, R. J. G and F. R. Roubal. 1995. Phylum Arthropoda, Fish Diseases and
Disorders. Volume 1 : Protozoan and Metozoan Infection. CAB International. Wallingford, U.K.
Mikheev, V. N., A. F. Pasternak and E. T. Valtogen. 2004. Tuning Host Specificity During the Ontogeny of a Fish Ectoparasite : Behavioural Responses To Host Induced Iues. Parasitol. 92 (1) : 220-224.
Nagasawa, K. 1994. Parasitic Copepoda and Branchiuraof Freshwater Fishes of Hokkaido. Hokkaido Fish Hatchery 48 (3) : 83-85.
Nur, A. F., Rahmaniah, E., dan Inayah, T. 2013. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas Kutu Ikan ( Argulus sp. ) Yang Menginfeksi Ikan Mas Koki. Skripsi. Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Nusanthary, D. L., E. R. Colby dan H. Santosa. 2012. Pengelolahan Air Limbah Rumah Tangga Secara Biologis Dengan Media Lumpur aktif. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1(1) : 2.
Pasternak, A., V. Mikheev., and E.T. Vatonen. 2004. Growth and Development of Argulus Coregoni (Crustacea : Branchiura) on Salmonid and Cyprinid Host.
Dist. Aquatik. Org. 58 : 203-207. Prasetya, N., S. Subekti dan Kismiyati. 2013. Prevalensi Ektoparasit yang Menyerang
Benih Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Bursa Ikan Hias Surabaya. Jurnal Perikanan dan Kelautan 5 (1) : 4
Rushton-Mellor, S. K. 1992. Discovery of the fish louse, Argulus japonicus Theile (Crustacea : Branchiura), in Britain. Aquaculture and Fisheries Management. 23: 269-271.
Santi, S. S. 2009. Penurunan konsentrasi surfaktan pada Limbah Detergen dengan proses photokatalitik sinar UV. Jurnal Teknik Kimia. 4 (1) : 1-4
Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 165.
Taylor, N.G.H., C. Sommerville., and R. Wootten. 2005. A review of Argulus spp. occurring in UK freshwaters. Environtment Agency. Bristol. pp 16.
Walker, P. D. 2008. Argulus The Ecology of Fish Pest. Doctoral Thesis. University Nijmegen. pp 134-138.
Wolfe, B. A., C. A. Harms., J. D. Groves and M. R. Loomis. 2001. Treatment of Argulus sp. infestation of river frogs. Contemporary Topics in Laboratory Animal Science. 40. 35-36.
Woo, P. T. K. 2006. Fish Diseases and Disordes. 2 th edition. University of Guelph Canada.
Perlakuan Ulangan
4 50 1 2 8,13
5 50 4 8 16,43
Total 250 12 4,8 61,05
2 ppm
1 50 1 2 8,13
2 50 1 2 8,13
3 50 0 0 0,405
4 50 1 2 8,13
5 50 0 0 0,405
Total 250 3 1,2 25,2
Lampiran 2. Perhitungan Statistik Daya Tetas Telur Argulus japonicus. Transformasi arcsin
Ulangan Perlakuan Total
A B C D
1 39,23 20,27 14,18 8,13 2 36,87 18,44 14,18 8,13
3 43,85 21,97 8,13 0,405
4 47,29 21,97 8,13 8,13
5 50,77 26,56 16,43 0,405
Total 218,01 109,21 61,05 25,2 413,47 Rata-rata 43,602 21,842 12,21 25,2
FK =
= 8547,872
JKT = (39,23)2 + (36,87)2+ …… + (0,405)2–FK = 13059,753 – 8547,872 = 4511,881
JKP = – FK = 12763,465 – 8547,872 = 4215, 593
JKG = JKT – JKP
SK db JK KT F.Hit F.Tab
0,05 0,01
Perlakuan 3 4215,593 1405,197 75,882** 2,60 3,86 Galat 16 296,288 18,518
Total 19 4511,881
Kesimpulan :
F.Hitung>F.Tabel,p<0,01 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata.
Uji jarak bergada Duncan : s.e = 0,860
LSR = SSR X s.e
Perlakuan x Beda P SSR LSR
(x-d) (x-c) (x-b)
A 43, 602 38,562* 31,392* 21,75* 4 3,24 2,7864 B 21,847 16,802* 9,637* 3 3,14 2,7004
C 12,21 7,17* 2 3,00 2,58
D 5,04