• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada penelitian ini, pengaruh kombinasi plumbum dengan kalsium dan jarak pemberian, diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 3. Perbandingan Kadar Pb pada kelompok kontrol negatif (K) dan kelompok yang hanya diinduksi aquadest (P1)

Dari gambar 3, bila dibandingkan dengan kelompok mencit yang diberi Pb (P1), terlihat bahwa pada kelompok kontrol (K) ini dijumpai Pb dalam darahnya (0,029 mg/L). Hal ini memberi indikasi bahwa adanya Pb dalam darah mencit yang tidak dipaparkan dengan Pb mungkin disebabkan oleh keterpaparan dari udara yang terdapat di sekitar ruangan, ataupun mungkin berasal dari tempat pengolahan aquadest yang mungkin melalui pipa yang mengandung plumbum. Hewan coba

(mencit) ini diambil setelah berumur 6 minggu, sehingga mungkin saja mencit tersebut telah terpapar Pb sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Polivka et al, bahwa pada anak-anak berusia 1-2 tahun yang walaupun tidak tinggal di daerah pertambangan, sudah dijumpai plumbum dalam darahnya (Polivka et al, 2006). Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tong et al yang melakukan penelitian terhadap anak-anak mulai dari lahir dan kemudian diikuti sampai berusia 11-13 tahun yang tidak tinggal di daerah pertambangan. Mereka mendapati bahwa pada anak-anak ini terdapat peningkatan kadar plumbum dalam darah seiring dengan bertambahnya usia (Tong et al, 1998).

Gambar 4. Perbandingan kadar Pb pada kelompok yang diberikan Pb dalam waktu yang bersamaan dengan kalsium 25 mg/hari (P2) atau 50 mg/hari (P3), dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan Pb (P1)

Dari gambar 4 tampak bahwa kadar Pb pada kelompok yang mendapatkan kalsium dengan konsentrasi 25 mg/hari (P2) dan 50 mg/hari (P3) dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian Pb 40 mg/kgBB/hari, terlihat adanya penurunan bila dibandingkan dengan kelompok P1 (hanya mendapatkan Pb 40 mg/kgBB/hari), dimana setelah diuji dengan uji Anova satu arah, ternyata perbedaan ini tidak bermakna (p>0,05). Penelitian yang dilakukan oleh Tordoff menemukan bahwa tikus dan kera yang kekurangan kalsium mencerna plumbum asetat dalam jumlah yang lebih besar daripada kontrol (Tordoff, 2001).

Hasil ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh Gilman yang menemukan bahwa menurunnya kadar kalsium dan zincum akan meningkatkan absobsi plumbum (Gilman, 1990). Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) juga mendapati hasil bahwa kandungan mineral, khususnya, adanya kalsium dan fosfat dalam makanan merupakan salah satu faktor yang berperan untuk menurunkan absorpsi plumbum ketika plumbum masuk bersama makanan (ATSDR, 2007).

Pada kelompok P3 (mendapatkan kalsium 50 mg/hari) tampak penurunan nilai Pb dibandingkan dengan kelompok P2 (mendapatkan kalsium 25 mg/hari), walaupun secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan penurunan kadar Pb dalam darah bila dosis kalsium ditingkatkan dari 25mg/hari menjadi 50mg/hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bogden et al yang menemukan bahwa peningkatan konsumsi kalsium yang diberikan pada tikus dapat menurunkan akumulasi plumbum di tulang dan mobilisasinya selama masa kehamilan dan laktasi (Bogden et al, 1995).

Gambar 5. Perbandingan kadar Pb pada kelompok yang diberi Pb 1 jam setelah diberikan kalsium 25 mg/hari (P4) atau 50 mg/hari (P5), dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan Pb (P1)

Pada gambar 5 tampak nilai yang berbeda antara kelompok yang mendapatkan Pb 40 mg/kgBB/hari, 1 jam setelah diberi kalsium dengan konsentrasi 25 dan 50 mg/hari(P4 dan P5), yang ternyata setelah diuji dengan statistik, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Pemberian kalsium 25 mg/hari bahkan tampak meningkatkan kadar Pb dalam darah, walaupun bila dibandingkan dengan kontrol (P1), ternyata tidak bermakna (p>0,05).

Gambar 6. Perbandingan kadar Pb pada kelompok yang mendapatkan Pb dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian kalsium 25 mg/hari (P2) atau 1 jam setelah pemberian kalsium 25 mg/hari (P4), dibandingkan dengan yang hanya mendapatkan Pb (P1)

Pada gambar 6 terlihat nilai yang berbeda antara kelompok yang mendapatkan kalsium dan Pb dalam waktu yang bersamaan (P2) dan yang mendapatkan Pb 1 jam setelah diberikan kalsium (P4) dengan konsentrasi kalsium yang sama (25 mg/hari). Setelah diuji secara stasitistik, ternyata perbedaan nilai ini juga tidak bermakna (p>0,05). Bila dibandingkan pemberian kalsium dengan konsentrasi 25 mg/hari dalam waktu yang bersamaan dengan waktu yang tidak bersamaan, maka tampak bahwa jika kalsium diberi bersamaan dengan Pb akan mengakibatkan kadar Pb darah menurun, tetapi bila pemberian kalsium tersebut 1 jam sebelum pemberian Pb, maka kadar Pb dalam darah akan meningkat, meskipun peningkatan kadar Pb tersebut tidak signifikan (p>0,05).

Hal ini mungkin berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Gulson bahwa plumbum mempunyai ikatan yang kuat dengan protein transport yang digunakan oleh kalsium, tetapi afinitas pengikatan plumbum paling sedikit dua kali lipat daripada terhadap kalsium (Gulson, 2001). Bronner juga mengemukakan bahwa transport Pb yang bermuatan elektropositif bisa dipengaruhi juga oleh suatu mekanisme “carrier” tertentu, walaupun hanya sedikit, selain dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya Pb (Bronner, 1986).

Gambar 7. Perbandingan kadar Pb pada kelompok yang mendapatkan kalsium 50 mg/hari dalam waktu bersamaan dengan Pb (P3) atau 1 jam kemudian baru diberikan Pb (P5), dibandingkan dengan yang hanya mendapatkan Pb (P1)

Hasil yang tampak pada gambar 7 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nilai Pb pada kelompok yang mendapatkan kalsium 50 mg/hari. Penurunan ini lebih besar

pada kelompok yang mendapatkan Pb 40 mg/kgBB/hari dan kalsium dalam waktu yang bersamaan (P3) dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan kalsium 1 jam sebelum diberikan Pb (P5), walaupun secara statistik tidak bermakna. Hal ini memberikan kesan bahwa tampaknya pemberian kalsium lebih efektif bila diberikan bersamaan dengan Pb. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Bronner bahwa absorbsi kalsium hampir sempurna dalam waktu 10 sampai 20 menit pada konsentrasi kalsium dibawah 10 mM (400 mg), sedangkan pada konsentrasi kalsium yang lebih tinggi, kecepatan absorbsi melambat (Bronner, 1986). Pada penelitian ini jumlah kalsium yang digunakan adalah 25 mg dan 50 mg, berarti masa absorbsi kalsium pada penelitian ini sudah hampir sempurna dalam waktu 10 sampai 20 menit.

Dari gambar 8 tampak adanya perubahan nilai Pb pada masing-masing kelompok yang menunjukkan adanya penurunan nilai Pb pada semua kelompok yang mendapatkan kalsium bila dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan Pb (P1), kecuali pada kelompok P4. Hasil uji statistik secara Kruskall Wallis ternyata didapati bahwa perbedaan diantara tiap kelompok perlakuan tersebut tidak bermakna (p>0.05).

Hasil yang didapat pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gulson,et al. Mereka mendapatkan hasil yang merupakan kebalikan dari apa yang didapat oleh para peneliti sebelumnya dimana mereka mendapati bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsentrasi Pb dan asupan mikronutrien, termasuk kalsium. Pada remaja dan orang dewasa dengan konsentrasi Pb dalam darah rendah dan keterpaparannya terhadap Pb hanya minimal, mungkin tidak diperlukan suplementasi mikronutrien (Gulson et al, 2006).

BAB 5

Dokumen terkait