• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian mengenai pengaruh gaya pengasuhan orang tua terhadap tingkat kreativitas siswa Sekolah Dasar (SD) dilakukan di dua tipe sekolah, yaitu konvensional dan progresif. SD konvensional diwakili oleh satu SD Negeri dan satu SD Swasta Berbasis Agama, sedangkan SD progresif diwakili oleh satu SD Swasta Umum dan dua SD Swasta Berbasis Agama

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pertama dilakukan di SD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Pancoran Mas dengan luas 2 639 m2. Fasilitas yang dimiliki tergolong lengkap dengan kondisi cukup baik. Jumlah siswa dari kelas 1-6 adalah 823 orang dan jumlah guru adalah 27 orang. Rata-rata 1 kelas terdiri dari 40 siswa atau lebih dengan 1 wali kelas. Metode pengajaran yang dilakukan guru lebih banyak berceramah atau dengan kata lain komunikasi yang terjalin adalah komunikasi satu arah. Pemberian nilai dengan menggunakan angka dan adanya peringkat antar siswa di kelas menjadi bagian dari sistem penilaian dan nilai tersebut secara terang-terangan diberikan ke siswa sehingga siswa dapat mengetahui tingkat pemahamannya berdasarkan nilai yang didapat. Guru menilai pemahaman siswa terhadap materi pelajaran berdasarkan tes tertulis yang biasanya berupa pilihan ganda, isian, dan atau esai. Siswa juga diberi kesempatan untuk melakukan praktik, dan praktik yang dilakukan siswa juga dinilai oleh guru sebagai evaluasi pembelajaran. Namun, tes tertulis lebih sering dilakukan dalam menentukan tingkat pemahaman siswa. Hal inilah yang membuat orientasi guru dalam mengajar adalah agar siswa dapat menjawab soal dengan benar.

Lokasi penelitian kedua bertempat di SD Swasta Berbasis Agama yang berlokasi di Kecamatan Pancoran Mas dengan luas 8 645 m2. Fasilitas yang dimiliki tergolong lengkap dengan kondisi baik. Jumlah siswa dari kelas 1-6 adalah 899 orang dan jumlah guru adalah 33 orang. Rata-rata 1 kelas terdiri dari 40 siswa atau kurang dengan 1 wali kelas. Metode pengajaran yang dilakukan guru adalah komunikasi satu arah. Pemberian nilai dengan menggunakan angka dan adanya peringkat antar siswa di kelas menjadi bagian dari sistem penilaian dan nilai tersebut secara terang-terangan diberikan ke siswa sehingga siswa dapat mengetahui tingkat pemahamannya berdasarkan nilai tersebut. Guru menilai pemahaman siswa terhadap materi pelajaran berdasarkan tes tertulis yang biasanya berupa pilihan ganda, isian, dan atau esai. Siswa juga diberi kesempatan untuk melakukan praktik, dan praktik yang dilakukan siswa juga dinilai oleh guru sebagai evaluasi pembelajaran. Namun, tes tertulis lebih sering dilakukan dalam menentukan tingkat pemahaman siswa. Hal inilah yang membuat orientasi guru dalam mengajar adalah agar siswa dapat menjawab soal dengan benar.

Lokasi penelitian ketiga bertempat di Sekolah Dasar Swasta Umum yang berlokasi di Kecamatan Cimanggis dengan luas 3 hektar. Fasilitas yang dimiliki tergolong lengkap dengan kondisi baik. Jumlah siswa dari kelas 1-6 adalah 139 orang dan jumlah guru adalah 29 orang. Rata-rata 1 kelas terdiri dari 20 siswa dengan 2 wali kelas. Metode pengajaran yang dilakukan guru adalah komunikasi

23 dua arah. Guru biasanya mengajar dengan cara diskusi, sehingga siswa terlihat aktif bertanya dan memberikan pendapat dalam kegiatan belajar. Pembelajaran bersifat tematik. Pemberian nilai dengan menggunakan angka dan narasi, namun nilai tidak diberikan ke siswa dan tidak ada peringkat antar siswa di kelas. Guru menilai pemahaman siswa berdasarkan performance siswa di kelas. Hasil karya siswa dipajang di kelas. Siswa terkadang duduk secara berkelompok terkadang tidak, tergantung dari kondisi. Satu hal yang khas dari sekolah ini adalah mengajarkan karakter pada siswanya. Karakter secara formal dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan kelas yang dilakukan setiap hari di waktu pagi. Selain itu, pengajaran karakter juga dilakukan secara informal yang artinya terintegrasi baik dalam kegiatan belajar maupun di luar jam belajar.

Lokasi penelitian keempat bertempat di SD Swasta Berbasis Agama yang berlokasi di Kecamatan Beji dengan luas 1 935 m2. Fasilitas yang dimiliki tergolong lengkap dengan kondisi cukup baik. Jumlah siswa dari kelas 1-6 adalah 524 orang dan jumlah guru adalah 53 orang. Rata-rata 1 kelas terdiri dari 30 siswa atau kurang dengan 2 wali kelas. Metode pengajaran yang dilakukan guru adalah diskusi, terutama pada mata pelajaran umum, seperti sains, sosial, bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Khusus pada mata pelajaran yang bersifat agama guru terkadang menggunakan metode pengajaran kombinasi antara diskusi dan ceramah. Bagi siswa yang belum mencapai target hafalan agama, maka pada jam-jam khusus akan diadakan tambahan materi bagi siswa tersebut. Pemberian nilai dengan menggunakan angka menjadi bagian dari sistem penilaian. Susunan tempat duduk siswa dibuat berkelompok. Di dinding kelas terpajang hasil karya siswa.

Lokasi penelitian kelima bertempat di SD Swasta Berbasis Agama yang berlokasi di Kecamatan Sukmajaya dengan luas 1 300 m2. Fasilitas yang dimiliki tergolong lengkap dengan kondisi baik. Jumlah siswa dari kelas 1-6 adalah 257 orang dan jumlah guru adalah 38 orang. Rata-rata 1 kelas terdiri dari 20 siswa atau lebih dengan 2 wali kelas. Metode pengajaran yang dilakukan guru adalah active learning. Siswa juga diajak berdiskusi tentang materi pelajaran. Pengajaran mengenai agama seperti hafalan dilakukan dengan cara yang menyenangkan, seperti dengan puzzle atau games.

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga terdiri dari usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pendapatan total keluarga, jumlah anak, dan riwayat gaya pengasuhan ibu yang terdiri dari riwayat gaya pengasuhan authoritarian, authoritative, dan permissive. Usia ibu diduga berhubungan dengan gaya pengasuhan. Ibu dengan usia yang lebih tua akan lebih dekat dan hangat dengan anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu adalah 39.31 tahun di mana dua pertiga ibu berada pada kategori dewasa dini (18-40 tahun). Hal ini berarti dua pertiga ibu berada pada usia yang produktif. Usia ibu termuda adalah 27 tahun dan usia ibu tertua adalah 50 tahun. Tabel 3 menunjukkan hasil uji Anova dan t-test yaitu tidak terdapat perbedaan usia ibu pada masing-masing sekolah dan tipe sekolah.

24

Tabel 3 Rata-rata usia ibu dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah Tipe Sekolah Rata-rata

(tahun)

Standar Deviasi n

F test sig (p value) dan T-test sig (p

value) Konvensional 1.802 SD Negeri 38.57 3.664 30 (0.132) SD Berbasis Agama 40.00 4.586 30 Progresif SD Swasta Umum 40.63 3.653 30 SD Berbasis Agama 1 38.40 3.369 30 SD Berbasis Agama 2 38.97 4.287 30 Total -0.075 Konvensional 39.28 4.179 60 (0.940) Progresif 39.33 3.866 90 Total 39.31 3.980 150

Tingkat pendidikan ibu diduga berhubungan dengan gaya pengasuhan. Ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi diduga akan memiliki semakin banyak informasi atau pengetahuan mengenai cara pengasuhan anak yang baik, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka ibu akan mengasuh anaknya dengan gaya pengasuhan authoritative. Tingkat pendidikan ibu juga diduga berhubungan dengan persepsi ibu terhadap progresivitas. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka ibu akan memiliki persepsi yang lebih progresif untuk anaknya. Selain itu, tingkat pendidikan ibu juga diduga berhubungan dengan tingkat kreativitas anak karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan ibu, maka ia akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang bagaimana menstimulasi anak agar menjadi kreatif. Hampir separuh dari ibu pada penelitian ini berpendidikan sarjana. Tingkat pendidikan terendah ibu adalah SMP dan tertinggi adalah pascasarjana. Hasil uji korelasi Chi-Square pada Tabel 4 menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan tipe sekolah. Terlihat bahwa ibu dari contoh yang bersekolah di sekolah progresif lebih banyak yang menempuh pendidikan sampai dengan tingkat pendidikan pascasarjana (S2/S3).

Tabel 4 Persentase sebaran keluarga menurut tingkat pendidikan ibu dan hubungannya dengan tipe sekolah

Tipe Sekolah Tidak

Sekolah SD SMP SMA Diplo-ma Sarjana (S1) Pasca-sarjana (S2/S3) Chi- Square Konvensional 0.004** SD Negeri 0.00 0.00 0.00 30.00 20.00 50.00 0.00 SD Berbasis Agama 0.00 0.00 3.33 30.00 33.33 30.00 3.33 Progresif SD Swasta Umum 0.00 0.00 0.00 6.67 33.33 50.00 10.00 SD Berbasis Agama 1 0.00 0.00 0.00 13.33 16.67 56.67 13.33 SD Berbasis Agama 2 0.00 0.00 0.00 16.67 16.67 53.33 13.33 Total Konvensional 0.00 0.00 1.67 30.00 26.67 40.00 1.67 Progresif 0.00 0.00 0.00 12.22 22.22 53.33 12.22

25 Pendapatan total keluarga diduga berhubungan dengan jumlah fasilitas yang dimiliki anak dan jumlah aktivitas yang pernah dan sedang diikuti anak. Semakin besar pendapatan total keluarga maka semakin banyak fasilitas yang dimiliki oleh anak serta semakin banyak pula aktivitas yang diikuti oleh anak. Selain itu pendapatan total keluarga yang tinggi diduga berhubungan dengan tingkat kreativitas anak karena dengan pendapatan total keluarga yang tinggi berarti anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang lebih sehingga anak menjadi lebih kreatif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata keluarga contoh memiliki pendapatan total sebesar Rp12 900 480/bulan. Pendapatan total keluarga terkecil adalah Rp0/bulan. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan data terdapat dua orang contoh di mana ayah dan ibunya tidak sedang bekerja, sehingga keluarga menggunakan uang tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan total keluarga tertinggi mencapai Rp75 000 000/bulan. Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga contoh memiliki tingkat pendapatan yang tinggi yaitu di atas Rp5 000 000/bulan. Hasil uji Anova dan t-test pada Tabel 5 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara sekolah dan pendapatan total keluarga serta antar tipe sekolah dan pendapatan total keluarga. Rata-rata pendapatan total keluarga dari sekolah progresif lebih besar daripada pendapatan total keluarga dari sekolah konvensional.

Tabel 5 Rata-rata pendapatan total keluarga dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah

Tipe Sekolah Rata-rata (rupiah)

Standar

Deviasi n

F test sig (p value) dan T-test sig (p value)

Konvensional 4.812

SD Negeri 11 213 333.33 7 460 458.215 30 (0.001***) SD Berbasis Agama 7 426 666.67 5 224 539.797 30

Progresif

SD Swasta Umum 15 372 400.00 6 858 463.513 30 SD Berbasis Agama 1 14 010 000.00 1.384E7 30 SD Berbasis Agama 2 16 480 000.00 9 543 526.421 30

Total -3.931

Konvensional 9 320 000.00 6 664 802.564 60 (0.000***) Progresif 15 287 466.67 1.042E7 90

Total 12 900 480.00 9 539 275.910 150

Jumlah anak diduga berhubungan dengan gaya pengasuhan ibu. Semakin banyak anak maka ibu akan mengasuh anaknya dengan tidak authoritative. Namun, jumlah anak yang banyak diduga dapat mempengaruhi tingkat kreativitas anak, karena seorang anak akan mendapatkan stimulasi yang lebih dari saudara di rumahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh memiliki dua orang anak atau kurang. Hal ini berarti lebih banyak keluarga contoh yang merupakan keluarga kecil. Tabel 6 menunjukkan hasil uji Anova dan t-test bahwa terdapat perbedaan jumlah anak antarsekolah dan tipe sekolah. Keluarga contoh dari sekolah progresif memiliki anak lebih banyak daripada keluarga contoh dari sekolah konvensional.

26

Tabel 6 Rata-rata jumlah anak dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah Tipe Sekolah Rata-rata

(orang)

Standar Deviasi n

F test sig (p value) dan T-test sig (p

value) Konvensional 2.727 SD Negeri 2.47 0.900 30 (0.032*) SD Berbasis Agama 2.23 0.679 30 Progresif SD Swasta Umum 2.40 0.814 30 SD Berbasis Agama 1 2.93 1.081 30 SD Berbasis Agama 2 2.80 1.243 30 Total -2.359 Konvensional 2.35 0.799 60 (0.020*) Progresif 2.71 1.073 90 Total 2.57 0.986 150 Karakteristik Anak

Karakteristik anak terdiri dari usia dan jenis kelamin. Usia anak diperkirakan berhubungan dengan banyaknya stimulasi yang didapat baik secara fasilitas maupun aktivitas karena anak dengan usia yang lebih tua memiliki pengalaman dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler/les yang lebih dibandingkan dengan yang usianya lebih muda. Selain itu, dengan bertambahnya usia anak maka fasilitas yang dimiliki merupakan akumulasi dari fasilitas-fasilitas sebelumnya, sehingga fasilitas yang dimiliki oleh anak dengan usia lebih tua akan lebih banyak daripada anak dengan usia lebih muda. Seiring dengan bertambahnya usia anak maka stimulasi yang didapat juga semakin banyak sehingga diduga dapat meningkatkan kreativitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh berusia 10 tahun. Usia terendah dari contoh adalah 9 tahun dan usia tertinggi adalah 11 tahun dengan rata-rata 10.13 tahun. Hasil uji beda Anova pada Tabel 7 menunjukkan terdapat perbedaan usia contoh minimal pada satu sekolah. Namun uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan usia contoh antara sekolah konvensional dan progresif.

27 Tabel 7 Rata-rata usia contoh dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah

Tipe Sekolah Rata-rata (tahun)

Standar Deviasi n

F test sig (p value) & T-test sig (p value)

Konvensional 4.391 SD Negeri 10.23 0.568 30 (0.002**) SD Berbasis Agama 10.03 0.809 30 Progresif SD Swasta Umum 10.03 0.669 30 SD Berbasis Agama 1 10.50 0.509 30 SD Berbasis Agama 2 9.83 0.699 30 Total 0.097 Konvensional 10.13 0.700 60 (0.923) Progresif 10.12 0.684 90 Total 10.13 0.688 150

Jenis kelamin diperkirakan berhubungan dengan gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Orang tua akan memperlakukan anak laki-laki dengan cara yang berbeda pada anak perempuan. Biasanya anak perempuan akan mendapatkan kehangatan yang lebih dari orang tua dibandingkan anak laki-laki. Selain itu, laki-laki dipercaya lebih kreatif daripada perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh dalam penelitian ini adalah perempuan. Berdasarkan uji korelasi Chi-Square tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan tipe sekolah.

Tabel 8 Sebaran contoh menurut jenis kelamin anak dan hubungannya dengan tipe sekolah

Tipe Sekolah Laki-laki Perempuan Chi-Square N % n % Konvensional 0.229 SD Negeri 16 53.33 14 46.67 SD Berbasis Agama 16 53.33 14 46.67 Progresif SD Swasta Umum 12 40.00 18 60.00 SD Berbasis Agama 1 16 53.33 14 46.67 SD Berbasis Agama 2 11 36.67 19 63.33 Total Konvensional 32 53.33 28 46.67 Progresif 39 43.33 51 56.67 Total 71 47.33 79 52.67

Riwayat Gaya Pengasuhan

Riwayat gaya pengasuhan ibu diperkirakan berhubungan dengan gaya pengasuhan ibu saat ini. Jika sewaktu kecil ibu diasuh dengan gaya pengasuhan authoritarian maka ia akan mengasuh anaknya dengan authoritarian juga. Hasil uji beda Anova menunjukkan terdapat perbedaan riwayat gaya pengasuhan authoritarian minimal pada satu sekolah dan hasil uji beda t-test menunjukkan

28

terdapat perbedaan riwayat gaya pengasuhan authoritarian pada tipe sekolah konvensional dan progresif. Ibu dari contoh yang bersekolah di sekolah konvensional mendapatkan gaya pengasuhan yang lebih authoritarian.

Tabel 9 Rata-rata skor riwayat gaya pengasuhan dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah

Tipe Sekolah

Riwayat Gaya Pengasuhan

n

Authoritarian Authoritative Permissive

Rata-rata ± standar deviasi Rata-rata ± standar deviasi Rata-rata ± standar deviasi Konvensional SD Negeri 19.13 ± 3.954 55.17 ± 9.147 20.20 ± 3.199 30 SD Berbasis Agama 22.27 ± 4.409 56.07 ± 6.883 19.23 ± 2.763 30 Progresif SD Swasta Umum 18.13 ± 5.198 55.93 ± 10.269 20.27 ± 3.129 30 SD Berbasis Agama 1 19.20 ± 4.521 54.93 ± 7.683 21.57 ± 3.720 30 SD Berbasis Agama 2 20.07 ± 4.487 50.87 ± 9.666 19.97 ± 2.918 30 Total Konvensional 20.70 ± 4.443 55.62 ± 8.038 19.72 ± 3.003 60 Progresif 19.13 ± 4.760 53.91 ± 9.428 20.60 ± 3.311 90 Total 19.76 ± 4.684 54.59 ± 8.910 20.25 ± 3.211 150 F test (sig) 3.554 (0.008**) 1.764 (0.139) 2.137 (0.079) T test (sig) 2.028 (0.044*) 1.150 (0.252) -1.660 (0.099)

Hal ini juga didukung melalui analisis per-item kuesioner riwayat gaya pengasuhan pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa ibu dari contoh sekolah konvensional lebih sering diejek, diatur, dihukum, dipaksa, diteriaki, dipelototi, dan disalahkan oleh ibu mereka. Selain itu, ibu dari contoh sekolah konvensional juga lebih sering mendapatkan kekerasan fisik dan tidak diterima pendapatnya oleh ibu mereka jika berbeda pendapat. Ini artinya ibu dari sekolah konvensional mendapatkan gaya pengasuhan yang lebih authoritarian daripada ibu dari sekolah progresif.

Data riwayat gaya pengasuhan dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan dominasi riwayat gaya pengasuhan yang diterima oleh ibu semasa kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas contoh memiliki riwayat gaya pengasuhan authoritative. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki riwayat gaya pengasuhan authoritarian dan permissive. Tabel 10 menunjukkan hasil uji hubungan Chi-Square yaitu tidak adanya hubungan antara riwayat gaya pengasuhan ibu dengan tipe sekolah.

Tabel 10 Sebaran keluarga menurut riwayat gaya pengasuhan ibu dan hubungannya dengan tipe sekolah

Riwayat Gaya Pengasuhan Tipe Sekolah Total Konvensional Progresif n % n % n % Authoritarian 2 3.33 8 8.89 10 6.67 Authoritative 58 96.67 81 90.00 139 92.67 Permissive 0 0.00 1 1.11 1 0.67 Chi-Square 0.317

29 Gaya Pengasuhan

Gaya pengasuhan diduga berhubungan dengan tingkat kreativitas anak. Jika ibu mengasuh anaknya dengan gaya pengasuhan authoritative maka anak akan semakin kreatif. Berdasarkan uji beda Anova menunjukkan terdapat perbedaan gaya pengasuhan authoritative dan permissive minimal pada satu sekolah. Namun berdasarkan uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan gaya pengasuhan authoritarian, authoritative, maupun permissive di kedua tipe sekolah.

Tabel 11 Rata-rata skor gaya pengasuhan dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah

Tipe Sekolah

Gaya Pengasuhan

n

Authoritarian Authoritative Permissive

Rata-rata ± standar deviasi Rata-rata ± standar deviasi Rata-rata ± standar deviasi Konvensional SD Negeri 18.17 ± 4.387 56.50 ± 6.601 20.20 ± 3.925 30 SD Berbasis Agama 19.93 ± 5.044 51.53 ± 9.202 18.53 ± 4.732 30 Progresif SD Swasta Umum 17.40 ± 4.375 58.03 ± 7.425 21.07 ± 4.323 30 SD Berbasis Agama 1 20.03 ± 5.048 50.33 ± 9.079 20.73 ± 3.473 30 SD Berbasis Agama 2 17.93 ± 3.685 53.70 ± 7.630 18.23 ± 2.873 30 Total Konvensional 19.05 ± 4.771 54.02 ± 8.325 19.37 ± 4.392 60 Progresif 18.46 ± 4.503 54.02 ± 8.593 20.01 ± 3.785 90 Total 18.69 ± 4.605 54.02 ± 8.459 19.75 ± 4.037 150 F test (sig) 2.136 (0.079) 4.876 (0.001***) 3.263 (0.013*) T test (sig) 0.773 (0.440) -0.004 (0.997) -0.958 (0.340)

Analisis per-item pada kuesioner gaya pengasuhan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa ibu contoh dari sekolah progresif lebih sering mengejek, marah, berteriak, melotot, dan menyalahkan dibandingkan ibu dari sekolah konvensional. Sementara ibu contoh dari sekolah konvensional lebih sering mengatur, melakukan kekerasan fisik, menghukum, dan memaksa daripada ibu contoh dari sekolah progresif. Berdasarkan praktik gaya pengasuhan authoritative, ibu contoh dari sekolah konvensional lebih sering memahami perasaan anak dan mengajak anak berdiskusi serta meluangkan waktu bersama. Selain itu, ibu contoh dari sekolah konvensional juga lebih sering mengungkapkan perasaannya secara verbal terhadap perilaku anaknya baik yang negatif maupun positif. Namun ibu contoh dari sekolah progresif lebih sering memuji, menunjukkan rasa sayang, menghargai dan mendengarkan pendapat anak, serta meminta maaf jika ia melakukan kesalahan. Berdasarkan praktik gaya pengasuhan permissive, ibu contoh dari sekolah konvensional lebih memanjakan anaknya daripada ibu contoh sekolah progresif. Akan tetapi, ibu contoh dari sekolah progresif lebih sering membela, tidak menghukum, atau bahkan diam saja jika anaknya bersalah. Mereka lebih sering menuruti perintah anaknya.

Skor masing-masing gaya pengasuhan dibandingkan untuk melihat dominasi gaya pengasuhan ibu yang diterima oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anak di kedua tipe sekolah diasuh dengan gaya pengasuhan authoritative. Hanya sebagian kecil yang diasuh secara authoritarian

30

dan permissive. Hal ini berkaitan dengan riwayat gaya pengasuhan ibu di mana mayoritas ibu diasuh secara authoritative juga. Hasil penelitian Annisa (2011) dan Nurrohmaningtyas (2008) juga menunjukkan bahwa mayoritas gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua adalah gaya pengasuhan authoritative (demokratis). Berdasarkan uji hubungan Chi-Square menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara gaya pengasuhan dan tipe sekolah.

Tabel 12 Sebaran contoh menurut gaya pengasuhan ibu dan hubungannya dengan tipe sekolah Gaya Pengasuhan Tipe Sekolah Total Konvensional Progresif n % N % n % Authoritarian 2 3.33 3 3.33 5 3.33 Authoritative 56 93.33 86 95.56 142 94.67 Permissive 2 3.33 1 1.11 3 2.00 Chi-Square 0.734 Stimulasi

Stimulasi fasilitas diduga berhubungan dengan tingkat kreativitas anak. Semakin banyak fasilitas yang dimiliki anak maka akan semakin banyak stimulasi yang ia dapatkan sehingga ia akan semakin kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua contoh memiliki buku (selain buku pelajaran sekolah), VCD film, VCD edukasi, games komputer yang bersifat edukasi, games komputer non-edukasi, alat musik, alat menggambar, komputer/laptop/tablet/sejenisnya, alat olah raga, alat bermain peran, dan peta/globe/atlas. Tabel 13 menunjukkan bahwa berdasarkan uji Chi-square terdapat hubungan antara tipe sekolah dengan kepemilikan buku selain buku pelajaran sekolah, puzzle, dan balok/lego.

Tabel 13 Sebaran contoh menurut jenis fasilitas yang dimiliki dan hubungannya dengan tipe sekolah

Jenis Fasilitas Tipe Sekolah Total Chi-Square Konvensional Progresif

Buku selain textbook dari sekolah 52 90 142 0.000***

Puzzle 44 81 125 0.007**

VCDfilm 54 85 139 0.349

VCD edukasi 54 82 136 0.819 VCD/CD/ kaset musik 55 79 134 0.450 VCD instruksi/ demo 25 52 77 0.053

Games komputer edukasi 51 84 135 0.096

Games komputerselain edukasi 52 83 135 0.267 Balok/ lego 34 75 109 0.000*** Alat musik 57 86 143 1.000 Alat menggambar 60 89 149 1.000 Komputer/ laptop/ tablet/

sejenisnya

55 86 141 0.485 Alat olahraga 58 89 147 0.564 Lilin/playdough 47 75 122 0.441 Alat bermain peran 59 88 147 1.000 Peta/ globe/ atlas 52 85 137 0.097

31 Beragamnya jenis fasilitas yang dimiliki oleh mayoritas contoh menunjukkan bahwa orang tua contoh memiliki kesanggupan untuk menstimulasi anak dengan cara memberikan fasilitas yang beragam. Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata contoh memiliki 14.68 jenis fasilitas. Hasil uji Anova menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah dari jenis fasilitas yang dimiliki oleh contoh pada setiap sekolah. Namun, hasil uji t-test menunjukkan adanya perbedaan jumlah jenis fasilitas yang dimiliki oleh contoh dari sekolah konvensional dan progresif. Contoh dari sekolah progresif memiliki fasilitas yang lebih beragam daripada contoh yang bersekolah di sekolah konvensional.

Tabel 14 Rata-rata jumlah jenis fasilitas yang dimiliki contoh dan perbedaannya antarsekolah dan tipe sekolah

Tipe Sekolah Rata-rata (jenis)

Standar Deviasi n

F test sig (p value) dan T-test sig (p

value) Konvensional 1.670 SD Negeri 14.30 3.354 30 (0.160) SD Berbasis Agama 13.83 2.666 30 Progresif SD Swasta Umum 15.30 1.317 30 SD Berbasis Agama 1 14.87 2.662 30 SD Berbasis Agama 2 15.10 2.354 30 Total -2.265 Konvensional 14.07 3.013 60 (0.026*) Progresif 15.09 2.171 90 Total 14.68 2.581 150

Berdasarkan jumlah fasilitas yang dimiliki contoh, ternyata separuh dari contoh memiliki fasilitas antara 101-200 barang, dengan rata-rata contoh memiliki 182.16 barang. Paling sedikit contoh memiliki 6 barang dan paling banyak contoh memiliki 3 204 barang. Hasil uji Anova dan t-test tidak menunjukkan adanya perbedaan kepemilikan jumlah fasilitas antarsekolah maupun antar tipe sekolah. Tabel 15 Rata-rata jumlah fasilitas yang dimiliki contoh dan perbedaannya

antarsekolah dan tipe sekolah

Tipe Sekolah Rata-rata

(barang)

Standar

Deviasi n

F test sig (p value) dan T-test sig (p value)

Konvensional 0.676 SD Negeri 121.63 91.104 30 (0.609) SD Berbasis Agama 226.13 565.528 30 Progresif SD Swasta Umum 168.17 90.661 30 SD Berbasis Agama 1 243.47 490.067 30 SD Berbasis Agama 2 151.40 74.830 30 Total -0.243 Konvensional 173.88 405.039 60 (0.808) Progresif 187.68 290.482 90 Total 182.16 339.720 150

32

Stimulasi aktivitas yang didapat oleh anak berupa kegiatan ekstrakurikuler ataupun les, baik yang dulu pernah diikuti maupun sedang diikuti saat ini. Stimulasi aktivitas diduga berhubungan dengan tingkat kreativitas anak. Semakin banyak aktivtas yang diikuti anak maka tingkat kreativitasnya semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas contoh mengikuti aktivitas akademik di luar jam sekolah, seperti les Bahasa Inggris, Matematika, Komputer, atau bimbingan belajar. Hanya sebagian kecil contoh yang mengikuti aktivitas bela diri, seperti taekwondo dan karate. Tabel 16 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji beda Chi-square terdapat perbedaan yang nyata mengenai keikutsertaan contoh terhadap aktivitas seni dan aktivitas lainnya, seperti pramuka, menulis, memasak, robotik, dan paskibra antar tipe sekolah.

Tabel 16 Persentase sebaran contoh menurut jenis aktivitas yang pernah dan sedang diikuti contoh beserta hubungannya dengan tipe sekolah

Tipe Sekolah Akademik Seni Olah Raga Bela Diri Lain-lain

Konvensional 90.00 56.67 78.33 30.00 45.00 Progresif 91.11 83.33 80.00 40.00 84.44

Dokumen terkait