• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Analisis data secara statistik menunjukkan pemberian berbagai konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST, jumlah daun, panjang akar bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas dan panjang tunas 16 MST.

Komposisi berbagai media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Interaksi antara Rootone F dan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer., tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang akar, bobot basah akar,bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas.

Persentase Setek Bertunas (%)

Hasil pengamatan persentase setek bertunas dan daftar sidik ragam persentase setek bertunas dapat dilihat pada Lampiran 3-4 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi Rootone F dan media serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 2. Rataan Persentase Setek Bertunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 67.07 74.13 57.07 60.00 64.56a

M2(Pasir + Kascing) 67.07 74.13 74.13 62.07 69.35a

M3(Pasir + Arang sekam) 55.00 70.40 74.13 69.13 67.16a

Rataan 63.04a 72.88a 68.44a 63.73a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan konsentrasi Rootone F yaitu pada konsentrasi 100 ppm (72,88 %) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (63,04 %). Persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan Pasir + kascing (69,35 %) dan yang terendah Pasir + top soil (64,56 %). Sedangkan interaksi kedua perlakuan, persentase setek bertunas tertinggi pada perlakuan R1M1, R1M2, R2M2

dan R2M3(74,13 %) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M3(55 %).

Jumlah Tunas

Hasil pengamatan jumlah tunas dan daftar sidik ragam jumlah tunas dapat dilihat pada Lampiran 5-6 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, sedangkan perlakuan media serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 3. Rataan Jumlah Tunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 1.00 1.33 1.00 1.67 1.25a

M2(Pasir + Kascing) 1.67 1.33 1.00 1.50 1.37a

M3(Pasir + Arang sekam) 1.50 1.17 1.00 2.00 1.41a

Rataan 1.39ab 1.27bc 1bc 1.72a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah tunas tertinggi pada perlakuan konsentrasi Rootone F yaitu pada konsentrasi 300 ppm (1,72) dan yang terendah pada konsentrasi 200 ppm (1). Jumlah tunas tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan pasir + arang sekam (1,41) dan yang terendah Pasir + top soil (1,25). Sedangkan interaksi kedua perlakuan, jumlah tunas tertinggi pada perlakuan R3M3 (2) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1, R2M1, R2M2

dan R2M3(1).

Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 1

= 1.4472 - 0.0055x + 2E-05x2 R2 = 0.7458 ymin = 1.45 0 0.5 1 1.5 2 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) Ju m la h Tu na s

Gambar 1. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit tanaman kamboja jepang

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah tunas bibit tanaman kamboja jepang adalah kuadratik dimana jumlah tunas menurun pada konsentrasi Rootone F 100 ppm (R1) dan meningkat pada konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3) bibit tanaman kamboja jepang yang digunakan.

Panjang Tunas

Hasil pengamatan panjang tunas dan daftar sidik ragam panjang tunas dapat dilihat pada Lampiran 7-10 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 12 dan 14 MST, sedangkan perlakuan Rootone F terhadap panjang tunas 16 MST, media serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 4. Rataan Panjang Tunas 12 sampai 16 MST Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Perlakuan Panjang Tunas (MST) 12 14 16 Konsentrasi Rootone F (ppm) R0(0) 0.21b 0.26b 0.33a R1(100) 0.20b 0.24b 0.33a R2(200) 0.25ab 0.28b 0.37a

R3(300) 0.32a 0.38a 0.52a

Media Tanam (M)

M1(Pasir + Top soil) 0.24a 0.28a 0.39a

M2(Pasir + Kascing) 0.26a 0.32a 0.44a

M3(Pasir + Arang sekam) 0.23a 0.27a 0.34a

Interaksi (RxM) R0M1 0.16 0.19 0.26 R0M2 0.28 0.38 0.47 R0M3 0.19 0.21 0.26 R1M1 0.23 0.28 0.38 R1M2 0.22 0.25 0.33 R1M3 0.16 0.21 0.28 R2M1 0.23 0.27 0.33 R2M2 0.28 0.32 0.49 R2M3 0.23 0.24 0.29 R3M1 0.33 0.40 0.57 R3M2 0.28 0.32 0.48 R3M3 0.34 0.41 0.52

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 5. Rataan Panjang Tunas 16 MST Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 0.26 0.38 0.33 0.57 0.39a

M2(Pasir + Kascing) 0.47 0.33 0.49 0.48 0.44a

M3(Pasir + Arang sekam) 0.26 0.28 0.29 0.52 0.34a

Rataan 0.33a 0.33a 0.37a 0.52a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa konsentrasi Rootone F berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi yaitu pada konsentrasi 300 ppm (0,52) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm dan 100 ppm (0,33). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi pada perlakuan pasir + top soil (0,39) dan yang terendah pasir + arang sekam (0,34). Sedangkan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, dimana panjang tunas tertinggi pada perlakuan R3M1 (0,57) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1dan R0M3(0,26).

Jumlah Daun

Hasil pengamatan jumlah daun dan daftar sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 15-16 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan perlakuan media serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 6. Rataan Jumlah Daun Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 1.76 2.35 2.41 3.59 2.52a

M2(Pasir + Kascing) 3.20 2.61 2.49 3.07 2.84a

M3(Pasir + Arang sekam) 2.26 2.64 2.41 3.19 2.62a

Rataan 2.40cd 2.53b 2.43bc 3.28a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (3,28) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (2,40). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan Pasir + kascing (2,84) dan yang terendah pasir + arang sekam (2,52). Kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (3,59) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1(1,76).

Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah daun, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 2

=2.2846 + 0.0025x r = 0.7852 0 1 2 3 4 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) Ju m la h D au n (h el ai )

Gambar 2. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah daun bibit tanaman kamboja jepang

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan jumlah daun bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya jumlah daun akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).

Jumlah Akar Primer

Hasil pengamatan jumlah akar primer dan daftar sidik ragam jumlah akar primer dapat dilihat pada Lampiran 19-20 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer dan interaksi kedua perlakuan, sedangkan perlakuan media berpengaruh tidak nyata. Tabel 7. Rataan Jumlah Akar Primer Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan

Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 1.29gh 2.11abcd 1.53defgh 2.16abc

M2(Pasir + Kascing) 2.31a 1.72abcdefg 1.65bcdefgh 2.00abcdef M3(Pasir + Arang sekam)

1.69bcdefgh 2.16abc 2.03abcde 2.18ab

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (2,10) dan yang terendah pada konsentrasi 200 ppm (1,73). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah akar primer, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan pasir + arang sekam (2,01) dan yang terendah pada media pasir + top soil (1,77). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer, dimana tertinggi pada perlakuan R0M2(2,31) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1(1,29).

Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap jumlah akar primer, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 3

= 1.2898 + 0.024x - 0.0002x2 + 4E-07x3

R2 = 1

ymax = 2.16 dan ymin = 1.53 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) Ju m la h A ka r P rim er

Pasir + Top soil Pasir + Kascing Pasir + Arang sekam

Gambar 3. Hubungan konsentrasi Rootone F pada berbagai media tanam terhadap jumlah akar primer bibit tanaman kamboja jepang Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F pada berbagai media tanam terhadap jumlah akar primer bibit tanaman kamboja jepang adalah kubik, jumlah akar primer akan meningkat pada konsentrasi Rootone F 100 ppm (R1) dan menurun pada konsentrasi Rootone F 200 ppm (R3) yang digunakan.

Panjang Akar

Hasil pengamatan panjang akar dan daftar sidik ragam panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 23-24 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap panjang akar primer, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 8. Rataan Panjang Akar Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 1.94 2.83 3.03 3.58 2.84a

M2(Pasir + Kascing) 2.78 2.18 2.42 2.53 2.47a

M3(Pasir + Arang sekam) 1.53 2.33 2.56 2.98 2.34a

Rataan 2.08cd 2.44bc 2.67ab 3.03a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap panjang akar , dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (3,03) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (2,08). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada media pasir + top soil (2,84) dan yang terendah pada media pasir + arang sekam (2,34). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (3,58) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M3(1,53).

Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap panjang akar, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 4

= 2.0975 + 0.0031x r = 0.9958 0 1 2 3 4 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) Pa nj an g A ka r ( cm )

Gambar 4. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan panjang akar bibit tanaman kamboja jepang

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan panjang akar bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya panjang akar akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).

Bobot Basah Akar

Hasil pengamatan bobot basah akar dan daftar sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat pada Lampiran 27-28 yang menunjukkan bahwa konsentrasi Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 9. Rataan Bobot Basah Akar Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 0.79 1.33 1.24 1.57 1.23a

M2(Pasir + Kascing) 1.14 0.89 1.28 1.23 1.13a

M3(Pasir + Arang sekam) 0.77 1.17 1.00 1.45 1.09a

Rataan 0.90bc 1.13ab 1.17ab 1.41a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 9 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar, dimana tertinggi pada konsnetrasi 300 ppm (1,41) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (0,9). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada media pasir + top soil (1,23) dan yang terendah pada media pasir + arang sekam (1,09). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (1,57) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M3(0,77).

Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap bobot basah akar , kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 5

= 0.9171 + 0.0016x r = 0.9971 0 0.5 1 1.5 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) B ob ot B as ah A ka r ( g)

Gambar 5. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah akar bibit tanaman kamboja jepang

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah akar bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot basah akar akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).

Bobot Basah Tunas

Hasil pengamatan bobot basah tunas dan daftar sidik ragam bobot basah tunas dapat dilihat pada Lampiran 29-30 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah tunas, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 10. Rataan Bobot Basah Tunas Pada Berbagai Konsnetrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 0.37 1.68 1.80 3.05 1.72a

M2(Pasir + Kascing) 2.50 1.62 2.77 2.85 2.43a

M3(Pasir + Arang sekam) 0.45 1.42 1.25 2.73 1.46a

Rataan 1.10b 1.57b 1.94b 2.87a

Tabel 10 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah tunas, dimana tertinggi pada perlakuan R3 (2,87) dan yang terendah pada perlakuan R0 (1,10). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tunas, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan M2 (2,43) dan yang terendah M3 (1,46). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (3,05) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1(0,37).

Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap bobot basah tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 6

= 1.0211 + 0.0057x r = 0.9765 0 1 2 3 4 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) B ob ot B as ah T un as (g )

Gambar 6. Hubungan konsentrasi Rootone F bobot basah tunas bibit tanaman kamboja jepang

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot basah tunas bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot basah tunas akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).

Bobot Kering Akar

Hasil pengamatan bobot kering akar dan daftar sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat pada Lampiran 33-34 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 11. Rataan Bobot Kering Akar Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 0.71 0.93 0.91 0.93 0.86a

M2(Pasir + Kascing) 0.82 0.75 0.87 0.81 0.81a

M3(Pasir + Arang sekam) 0.73 0.86 0.79 0.92 0.82a

Rataan 0.75c 0.84ab 0.85ab 0.88a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (0,88) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (0,75). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada perlakuan pasir + top soil (0,86) dan yang terendah pasir + kascing (0,81). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar, dimana tertinggi pada perlakuan R3M1 (0,93) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1(0,71).

Pengaruh Rootone F pada berbagai media terhadap bobot kering akar, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 7

= 0.7747 + 0.0004x r = 0.9165 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) B ob ot K er in g A ka r ( g)

Gambar 7. Hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering akar bibit tanaman kamboja jepang

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering akar bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot kering akar akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).

Bobot Kering Tunas

Hasil pengamatan bobot kering tunas dan daftar sidik ragam bobot kering tunas dapat dilihat pada Lampiran 37-38 yang menunjukkan bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering tunas, sedangkan perlakuan media dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tabel 12. Rataan Bobot Kering Tunas Pada Berbagai Konsentrasi Rootone F dan Komposisi Media Tanam

Media Tanam

Konsentrasi Rootone F (ppm)

Rataan R0(0) R1(100) R2(200) R3(300)

M1(Pasir + Top soil) 0.72 0.84 0.84 0.96 0.83a

M2(Pasir + Kascing) 0.89 0.84 0.92 0.95 0.90a

M3(Pasir + Arang sekam) 0.76 0.81 0.83 0.97 0.84a

Rataan 0.79cd 0.83bc 0.86b 0.95a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan.

Tabel 12 menunjukkan bahwa pemberian Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot kering tunas, dimana tertinggi pada konsentrasi 300 ppm (0,95) dan yang terendah pada konsentrasi 0 ppm (0,79). Perlakuan berbagai komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas, dimana tertinggi pada perlakuan media yaitu pada media pasir + kascing (0,90) dan yang terendah pada media pasir + top soil (0,83). Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas, dimana tertinggi pada perlakuan R3M3 (0,97) sedangkan paling rendah pada perlakuan R0M1(0,72).

Pengaruh konsentrasi Rootone F pada berbagai media terhadap bobot kering tunas, kurva responnya dapat dilihat pada Gambar 8

= 0.7816 + 0.0005x r = 0.9684 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 0 50 100 150 200 250 300 350 Konsentrasi Rootone F (ppm) B ob ot K er in g Tu na s (g )

Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa hubungan konsentrasi Rootone F dengan bobot kering tunas bibit tanaman kamboja jepang adalah linier yang artinya bobot kering tunas akan meningkat sejalan dengan semakin tinggi konsentrasi Rootone F yang akan digunakan dengan konsentrasi Rootone F 300 ppm (R3).

Pembahasan

Pengaruh ZPT Akar Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang

Dari data pengamatan dan hasil analisis secara statistika maka diperoleh bahwa perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas 12 dan 14 MST (cm), jumlah daun (helai), panjang akar (cm), bobot basah akar (g), bobot basah tunas (g), bobot kering akar (g) dan bobot kering tunas (g). Serta berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas (%), panjang tunas 16 MST (cm) dan jumlah akar primer.

Adanya pengaruh nyata terhadap jumlah tunas disebabkan oleh perbedaan konsentrasi Rootone F yang diberikan. Semakin besar konsentrasi Rootone F yang diberikan semakin banyak jumlah tunas yang muncul. Hal ini dipengaruhi oleh Rootone F yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar untuk menyerap hara dan air dalam tanah sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung. Hasil fotosintesis sebagian dipergunakan untuk membentuk organ tanaman termasuk tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Elisabeth (2004) yang menyatakan bahwa penggunaan Rootone F sebagai hasil kombinasi dari ketiga jenis hormon yaitu IBA, IAA dan NAA lebih efektif merangsang perakaran dari pada penggunaan hanya satu jenis hormon secara tunggal. Hal ini juga diduga adanya pengaruh suhu dalam rumah

kaca yang tinggi yang dapat meningkatkan perkembangan tunas termasuk jumlah tunas. Hal ini didukung oleh pernyataan Hartman, 1983 dalam Elisabeth (2004) yang menyatakan Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari dan 15oC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.

Perlakuan Rootone F berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering akar pada berbagai konsentrasi Rootone F. Hal ini dikarenakan Rootone F mengandung kombinasi hormon tumbuh IBA, IAA dan NAA yang lebih efektif merangsang perakaran yang berpengaruh pada bobot basah dan bobot kering akar. Hal ini sesuai dengan literatur Elisabeth (2004) yang menyatakan bahwa Rootone F sebagai hasil kombinasi dari ketiga hormon tumbuh yaitu IBA, IAA dan NAA yang lebih efektif merangsang perakaran dari pada penggunaan hanya satu jenis hormon secara tunggal.

Bobot basah tunas dan bobot kering tunas berpengaruh nyata pada berbagai konsentrasi Rootone F. Hal ini dikarenakan Rootone F dapat mempercepat keluarnya akar. Hal ini disebabkan karena adanya perbandingan antara auksin dan sitokinin dalam tubuh tanaman. Apabila kandungan auksin lebih tinggi dari sitokinin akan terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas. Sebaliknya kandungan auksin lebih rendah dari sitokinin akan terjadi induksi tunas dan pemanjangan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Skoog, 1957 dan Haryadi, 1979 dalam Wuryaningsih, dkk.(2000) yang menyatakan bahwa pembentukan tunas dan akar tergantung pada perbandingan antara auksin dan sitokinin dalam tubuh tanaman. Apabila kandungan auksin lebih tinggi dari

sitokinin akan terjadi induksi akar dan pemanjangan tunas. Sebaliknya kandungan auksin lebih rendah dari sitokinin akan terjadi induksi tunas dan pemanjangan akar.

Perlakuan Rootone F berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tunas 16 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh suhu di dalam rumah kaca yang mendorong tunas bertambah panjang melampaui perkembangan perakaran. Hal ini sesuai dengan literatur Hartman, 1983 dalam Elisabeth (2004) yang menyatakan bahwa suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar antara 210C sampai 270C pada pagi dan siang hari dan 150C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi.

Rootone F berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar primer. Hal ini disebabkan karena kandungan auksin yang terdapat pada Rootone F. Auksin adalah salah satu ZPT yang dapat merangsang pembentukan akar pada stek. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh http/www.rootonef.com (2008) yang menyatakan bahwa auksin adalah hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan.

Pengaruh Berbagai Komposisi Media Tanam Terhadap Keberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang

Dari data pengamatan dan hasil analisis secara statistika maka diperoleh bahwa perlakuan berbagai komposis media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Perlakuan berbagai komposisi media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini diduga ketiga komposisi media tanam yang digunakan memiliki fungsi yang sama, yaitu memegang setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995) yang menyatakan bahwa fungsi media perakaran yang digunakan menanam setek adalah memegang setek agar tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup dan mengatur peredaran udara (aerasi). Oleh karenanya, media yang ideal haruslah mampu memberikan aerasi yang cukup, mempunyai daya pegang air dan drainase yang baik serta bebas dari jamur dan bakteri patogen.

Pengaruh Interaksi ZPT Akar dan Media Tanam terhadap Kerberhasilan dan Pertumbuhan Setek Kamboja Jepang

Dari hasil analisis secara statistik interaksi perlakuan Rootone F dan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap persentase setek bertunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun, panjang akar bobot basah akar, bobot basah tunas, bobot kering akar dan bobot kering tunas.

Interaksi Rootone F dan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Hal ini disebabkan pembentukan akar pada setek dipengaruhi oleh Rootone F untuk mempercepat munculnya akar. Hal ini sesuai dengan literatur Ashari (1995) yang menyatakan bahwa IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama

sebagai zat tumbuh perangsang perakaran yang dijual dengan nama dagang Bioroton atau Rootone F (Ashari,1995). Pembentukan akar juga dipengaruhi oleh media tanam yang mengandung unsur hara yang memiliki aerasi dan drainase yang baik, dimana komposisi media yang digunakan dominan pasir. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous (2007) yang menyatakan pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Selain itu, keunggulan media

Dokumen terkait