• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh terdiri dari usia, pendidikan terakhir, pekerjaan contoh dan pekerjaan suami. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n %

Usia

Dewasa awal (20 - 40 tahun) 16 100 15 94 30 97

Dewasa madya (41 - 65 tahun) 0 0 1 6 2 3

Total 16 100 16 100 32 100

Pendidikan Terakhir

Tamat SD/ Sederajat 8 50 3 19 11 34

Tamat SMP/ Sederajat 4 25 8 50 12 38

Tamat SMA/ Sederajat 4 25 5 31 9 28

Total 16 100 16 100 32 100

Pekerjaan Contoh

Pedagang 1 6 3 19 4 13

Ibu rumah tangga 15 94 12 75 27 84

Buruh cuci 0 0 1 6 1 3 Pekerjaan Suami Office boy 1 6 0 0 1 3 Honorer koperasi 1 6 0 0 1 3 Supir 0 0 1 6 1 3 Jaga malam 1 6 0 0 1 3 Buruh bangunan 12 76 9 57 21 66 Nelayan 0 0 1 6 1 3 Pedagang 1 6 5 31 6 19 Total 16 100 16 100 32 100

12

Seluruh kelompok audio visual tergolong dewasa awal (20 – 40 tahun), sedangkan kelompok leaflet sebanyak 94% tergolong dewasa awal sisanya tergolong dewasa madya (41 – 65 tahun). Rata-rata usia contoh yang diteliti untuk kelompok audio visual dan kelompok leaflet berturut-turut berusia 27±4.3 tahun dan 28±6.5 tahun dengan rentang usia berkisar 19 – 42 tahun. Usia tertua pada kedua kelompok adalah 42 tahun serta usia termuda adalah 19 tahun. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan usia yang signifikan antara kelompok audio visual dan kelompok leaflet (p=0.432). Hal ini berarti bahwa contoh pada kedua kelompok berada pada usia yang sama. Menurut Notoatmodjo (2003) usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin berkembang.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu untuk kelompok audio visual (50%) merupakan tamatan SD/sederajat. Contoh kelompok leaflet sebesar 19% merupakan tamatan SD/sederajat sisanya sebesar 50% merupakan tamatan SMP/sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa contoh kelompok leaflet memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan audio visual. Menurut Notoatmodjo (2005) pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah menerima informasi.

Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan pendidikan yang signifikan antara kelompok audio visual dan kelompok leaflet (p=0.190). Hal ini berarti bahwa contoh kedua kelompok memiliki pendidikan yang sama. Hasil penelitian Frost (2005) menunjukkan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi status gizi anak secara tidak langsung melalui status sosial ekonomi, sikap peduli terhadap kesehatan, pengetahuan kesehatan, pendapatan ibu, dan perilaku reproduksi. Aspek pengetahuan mengenai kesehatan meliputi pengetahuan tentang gizi terhadap status gizi anak, yang hal ini berarti bahwa ketika status gizi seorang anak baik ditandai dengan pengetahuan gizi ibu yang baik pula.

Pekerjaan ibu tersebar pada jenis pekerjaan pedagang dan ibu rumah tangga (IRT). Sebesar 94% dari kelompok audio visual dan sebesar 75% dari kelompok leaflet merupakan ibu rumah tangga. Dominasi ini juga ditunjukkan secara khusus pada masing-masing kelompok. Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan ibu dan kehidupan keluarganya, sedangkan bagi ibu-ibu bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya (Wawan & Dewi 2011).

Sebagian besar suami pada kelompok audio visual bekerja sebagai buruh bangunan yaitu sebesar 76 %. Sedangkan pada kelompok leaflet hanya setengahnya bekerja sebagai buruh bangunan yaitu sebesar 57 % dan sisanya sebagai pedagang, supir dan nelayan. Walaupun sebagian besar pekerjaan pada kedua kelompok cendrung sama tetapi dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan suami pada kelompok leaflet memiliki penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok audio visual. Seperti pada kelompok leaflet, terdapat 31 % suami yang bekerja sebagai pedagang. Hal ini berarti bahwa kemampuan kelompok leaflet dalam hal mengonsumsi makanan lebih tinggi dibandingkan kelompok audio visual.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

Data karakteristik keluarga contoh meliputi pendapatan orang tua dan besar keluarga. Keadaan sosial ekonomi rumah tangga menentukan status gizi anggota rumah tangga tersebut terutama balita (Riyadi et al. 2006). Pendapatan orang tua mempunyai peranan penting dalam memberikan pengaruh terhadap kondisi hidup keluarga. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n % Pendapatan (Rp/kapita/bulan) Miskin ≤Rp 359 651 1 6 2 12 3 9 Tidak Miskin > Rp 359 651 15 94 14 88 29 91 Total 16 100 16 100 32 100 Besar Keluarga Kecil (≤ 4 orang) 13 81 11 69 24 75 Sedang (5-7 orang) 3 19 5 31 8 25 Total 16 100 16 100 32 100

Karakteristik sosial ekonomi keluarga pada kedua kelompok cenderung memiliki karakteristik yang sama. Pendapatan orang tua kedua kelompok tergolong keluarga tidak miskin. Rata-rata yang didapatkan dari kedua kelompok berada di atas rata-rata garis kemiskinan Kota Mataram tahun 2012 yaitu Rp 359 651 (BPS 2013). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan kelompok audio visual dan kelompok leaflet masing-masing adalah (Rp 796 875±256 560) dan (Rp 985 625±502 235) dengan rentang pendapatan berkisar Rp 200 000 – Rp 1 600 000 per kapita per bulan. Pendapatan tertinggi untuk kedua kelompok adalah Rp 1 600 000 dan pendapatan terendah sebesar Rp 200 000. Akan tetapi, hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan pendapatan yang signifikan antara kedua kelompok (p=0.191) berdasarkan pendapatan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok berada pada tingkat sosial ekonomi yang sama. Menurut penelitian Christiani et al. (2013) tingkat pendapatan menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.

Besar keluarga menurut BKKBN (1998) adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Besar keluarga pada kedua kelompok contoh sebagian besar tergolong keluarga kecil (≤4 orang) dan tidak terdapat keluarga berukuran besar pada kedua kelompok. Rata-rata anggota keluarga pada kelompok audio visual sebanyak 3±1 orang dan rata-rata anggota keluarga pada leaflet sebanyak 3±2 orang. Namun demikian, proporsi keluarga kecil pada kelompok audio visual lebih banyak (81%) dibanding kelompok leaflet (69%). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar contoh termasuk dalam keluarga kecil. Hal ini sejalan dengan Christiani et al. (2013) yang mengatakan bahwa keluarga kecil memungkinkan pembagian perhatian pada masing-masing anggota keluarga

14

semakin merata. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan besar keluarga yang signifikan (p=0.874) antara kedua kelompok.

Karakteristik Anak

Data karakteristik anak meliputi jenis kelamin dan umur anak. Karakteristik anak diperlukan untuk mengetahui kondisi anak di Desa Pagesangan. Sebaran anak berdasarkan karakteristik anak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 7 44 10 63 17 53 Perempuan 9 56 6 38 15 47 Total 16 100 16 100 32 100 Umur anak 6-12 bulan 7 44 11 69 18 56 12-24 bulan 9 56 5 31 14 44 Total 16 100 16 100 32 100

Hasil penelitian pada kelompok audio visual sebesar 56% berjenis kelamin perempuan sedangkan dari kelompok leaflet sebesar 63% berjenis kelamin laki-laki. Penelitian Conn JA et al. (2009) menyebutkan bahwa perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan ialah perbedaan dalam hal ukuran konsumsinya saja. Hasil uji beda Mann Whitney tidak terdapat perbedaan jenis kelamin anak yang signifikan (p=0.296) antara kedua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran jenis kelamin anak pada kedua kelompok sama rata baik laki-laki maupun perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kelompok audio visual sebesar 56% berada pada rentang umur 12-24 bulan. Kelompok leaflet sebesar 69% berada pada rentan umur 6-12 bulan. Rata-rata umur kelompok audio visual (12.2±4.6) bulan lebih tinggi dibandingkan kelompok leaflet (11.9±5.6) bulan. Akan tetapi, hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan umur anak yang signifikan (p=0.864) antara kedua kelompok.

Konsumsi Pangan Anak

Bagi manusia makanan tidak hanya berfungsi untuk mengenyangkan, tetapi yang lebih penting adalah fungsinya dalam memelihara kesehatan tubuh melalui zat gizi yang terkandung didalamnya. Konsumsi pangan merupakan pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang yang meliputi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi dalam waktu tertentu (Lusiana & Dwiriani 2007). Konsumsi pangan contoh diperoleh melalui wawancara dengan metode food recall questionnaire 1 x 24 jam.

Pangan sumber energi merupakan pangan sumber protein, lemak, dan karbohidrat. Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi anak meliputi protein nabati (tahu, tempe, dan kacang-kacangan) dan protein hewani (daging ayam, telur, hati ayam, dan ikan segar). Jenis pangan sumber lemak yang dikonsumsi anak meliputi minyak (terdapat dalam makanan yang diolah dengan minyak) dan susu formula. Jenis pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi anak meliputi nasi, bubur dan ubi. Anak-anak dalam penelitian ini tidak mengonsumsi terlalu banyak sayur dan buah. Sayur yang dikonsumsi anak meliputi wortel, bayam, jagung, dan kol. Buah yang dikonsumsi anak meliputi buah pisang.

Penelitian menunjukkan bahwa kelompok leaflet memiliki pola konsumsi pangan yang lebih baik daripada kelompok audio visual. Hal ini disebabkan oleh pendapatan keluarga dari kelompok leaflet lebih tinggi daripada kelompok audio visual. Maka dari itu, jika dilihat dari segi kemampuan untuk membeli bahan pangan, kelompok leaflet memiliki kemampuan lebih untuk membelinya.

Tabel 5 menunjukkan rata-rata asupan energi dan protein baik pada kelompok audio visual maupun leaflet hampir sama atau tidak berbeda jauh. Uji beda dengan menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan asupan energi yang signifikan (p=0.228) antara kedua kelompok. Uji beda dengan menggunakan Mann Whitney juga menunjukkan tidak ada perbedaan asupan protein yang signifikan (p=0.316) antara kedua kelompok.

Asupan energi pada kelompok audio visual berasal dari beberapa bahan pangan. Lima bahan pangan yang menyumbangkan energi paling banyak yaitu beras, ASI, biskuit bayi, minyak goreng, dan telur. Asupan energi pada kelompok leaflet juga berasal dari beberapa bahan pangan. Lima bahan pangan yang menyumbangkan energi paling banyak yaitu beras, ASI, minyak goreng, susu formula dan telur. Asupan protein pada kedua kelompok juga berasal dari beberapa bahan pangan. Lima bahan pangan pada kelompok audio visual yang menyumbangkan protein paling banyak yaitu telur, beras, tempe, biskuit bayi dan ASI. Lima bahan pangan pada kelompok leaflet yang menyumbangkan protein paling banyak yaitu ikan segar, hati ayam, beras, susu formula, dan telur

Bahan pangan yang dikonsumsi pada kelompok audio visual dan kelompok leaflet terlihat sedikit berbeda. Kelompok leaflet mengonsumsi bahan pangan yang lebih bervariasi, hal ini ditunjukkan oleh adanya konsumsi hati ayam, ikan segar, dan susu formula sedangkan pada kelompok audio visual bahan pangan yang dikonsumsi adalah telur. Hal ini dikarenakan oleh keadaaan sosial ekonomi keluarga kelompok leaflet lebih tinggi dibandingkan kelompok audio visual sehingga kelompok leaflet memiliki daya beli yang baik terhadap bahan pangan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa konsumsi pangan sumber protein pada kelompok audio visual lebih rendah dibandingkan kelompok leaflet. Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi kelompok audio visual sebagian besar meliputi telur, tahu, tempe dan daging ayam. Berbeda dengan kelompok audio visual, jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi contoh kelompok leaflet lebih bervariasi meliputi daging ayam, ati ayam, ikan segar juga tempe dan tahu. Jenis bahan pangan yang dikonsumsi kelompok leaflet lebih banyak mengonsumsi protein hewani, sedangkan contoh kelompok audio visual lebih banyak mengonsumsi protein nabati.

Rata-rata asupan energi dan protein berdasarkan konsumsi pangan anak di Desa Pagesangan menunjukkan bahwa konsumsi pangan anak masih kurang. Hal

16

ini terjadi karena kebiasaan makan di Desa Pagesangan termasuk masih homogen atau dalam sekali makan hanya mengonsumsi satu hingga dua jenis bahan pangan. Contoh menu yang dikonsumsi anak adalah bubur saja, bubur dicampur dengan hati ayam rebus atau daging ayam dan bubur dicampur dengan sayur.

Tabel 5 Rata-rata konsumsi pangan, asupan energi dan asupan protein anak dalam sehari

Bahan pangan

Jumlah

konsumsi (%) Konsumsi (g) Asupan energi (kkal) Asupan protein (g) Audio visual Leaflet Audio visual Leaflet Audio visual Leaflet Audio visual Leaflet Beras 100 94 103 ± 33.6 109 ± 28 184 ± 59.7 194 ± 49 2 ± 0.7 2 ± 0.6 Ubi jalar 6 0 1.9 ± 7.5 0 2 ± 8 0 0 ± 0.1 0 Telur 31 25 18.1 ± 30.8 13.4± 24.1 26 ± 45 20 ± 35 2.1 ± 3.5 1.5 ± 4 Daging ayam 6 13 2.5 ± 10 5 ± 13.7 4 ± 18 9 ± 24 0.2 ± 1 0.5± 1.4 Hati ayam 0 13 0 8.1 ± 22.3 0 13 ± 35 0 2 ± 5.4 Ikan segar 0 13 0 9 ± 25.6 0 10 ± 28 0 2.3 ± 6.1 Minyak goreng 69 94 4.4 ± 3.6 4.7 ± 1.3 39 ± 32 42 ± 11 0 0 Tempe 19 19 7.8 ± 17.6 6.6 ± 14.9 12 ± 26 10 ± 22 1.4 ± 3.2 1.2 ± 2.7 Tahu 19 19 8.8 ± 18.9 7.2 ± 16.1 6 ± 13 5 ± 11 0.7 ± 1.5 0.6 ± 1.3 Sayur 56 38 25 ± 24.5 21.3 ± 29 4 ± 4 4± 3 0.2 ± 0.1 0.1 ± 0.2 Buah 31 19 12.8 ± 20.3 8.8 ± 18.9 10 ± 15 6 ± 14 0.1 ± 0.2 0.1 ± 0.2 Bubur SUN 6 6 3 ± 13 3 ± 13 3 ± 10 3 ± 10 0.1 ± 0.4 0.1 ± 0.4 Biskuit bayi 50 13 16.9 ± 18.2 5 ± 13.7 59 ± 64 18 ± 48 1.4 ± 1.5 0.4 ± 1.1 ASI 100 81 114 ± 49.3 106 ± 75.1 74 ± 32 69 ± 49 1.3 ± 0.5 1.2 ± 0.8 Susu formula 0 6 0 6.3 ± 25 0 26 ± 105 0 1.6 ± 6.5 Total 423 ± 169 429±166 9.5 ± 6 13.6 ± 8 AKG 800 800 18.7 18.7 TKG (%) 53 54 50.8 72.7

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Anak

Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang dikonsumsi dari pangan terhadap angka kecukupan energi seseorang (WHO 1995). Menurut AKG (2013), kebutuhan energi rata-rata bayi umur 0-6 bulan sebesar 550 kkal, umur 7-11 bulan 725 kkal dan umur 12-36 bulan sebesar 1125 kkal. Tingkat kecukupan energi anak beragam mulai dari kategori defisiensi berat hingga cukup, tetapi tidak ada anak yang memiliki tingkat kecukupan energi lebih. Sebagian besar (69%) tingkat kecukupan energi contoh berada dalam kategori defisiensi berat. Secara keseluruhan presentase tingkat kecukupan energi anak pada kelompok leaflet lebih baik daripada kelompok audiovisual. Terlihat dari hasil penelitian kategori cukup terdapat pada kelompok leaflet yaitu sebesar 13%.

Kelompok audio visual mengalami defisiensi pemenuhan energi mulai dari defisiensi berat hingga defisiesi ringan. Presentase tertinggi adalah kategori defisiensi berat terdapat pada kelompok audio visual yaitu sebesar 81%. Hal ini berarti bahwa konsumsi pangan dari 81% anak belum memenuhi 70% kecukupan energinya. Hal ini diduga karena kondisi sosial ekonomi contoh. Hasil uji beda dengan menggunakan t-test menunjukkan ada perbedaan tingkat kecukupan energi yang signifikan (p=0.026) antara kelompok audio visual dan kelompok leaflet. Menurut Sunarti dan Khomsan (2007), akses pangan untuk pemenuhan gizi tubuh hanya dapat terjadi apabila rumah tangga mempunyai penghasilan yang cukup. Sementara itu rata-rata pendapatan keluarga kelompok audio visual lebih rendah daripada leaflet sehingga terjadi perbedaan yang signifikan dalam pemenuhan pangan sumber energi. Sebaran tingkat kecukupan energi anak disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran tingkat kecukupan energi dan protein anak

Tingkat Kecukupan Audio visual Leaflet Total n % n % n % Energi

Defisiensi berat (<70% angka kecukupan) 13 81 9 56 22 69

Defisiensi sedang (70-79% angka kecukupan) 2 13 4 25 6 19

Defisiensi ringan (80-89% angka kecukupan) 1 6 1 6 2 6

Cukup (90-119% angka kecukupan) 0 0 2 13 2 6

Total 16 100 16 100 32 100

Protein

Defisiensi berat (<70% angka kecukupan) 11 69 9 56 20 63

Defisiensi sedang (70-79% angka kecukupan) 1 6 1 6 2 6

Defisiensi ringan (80-89% angka kecukupan) 0 0 1 6 1 3

Cukup (90-119% angka kecukupan) 4 25 3 19 7 22

Lebih (≥120%) 0 0 2 13 2 6

Total 16 100 16 100 32 100

Pangan sumber protein terbagi menjadi dua macam, yaitu protein hewani dan nabati. Pangan sumber protein nabati meliputi daging, telur, ikan, dan hasil olahannya, sedangkan pangan sumber protein nabati meliputi kedele, kacangan-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, susu kedele, dan sebagainya. Hardinsyah et al. (2012) menyatakan bahwa mutu protein hewani lebih baik dibandingkan protein nabati.

Menurut AKG (2013), kebutuhan protein rata-rata bayi umur 0-6 bulan sebesar 12 g, umur 7-11 bulan 18 g dan umur 12-36 bulan sebesar 26 g. Namun kecukupan energi dan protein setiap anak berbeda-beda. Tingkat kecukupan protein anak beragam mulai dari kategori defisiensi berat hingga lebih. Tingkat kecukupan protein contoh pada kedua kelompok lebih dari setengah (69%) tergolong defisit tingkat berat. Hanya saja pada kelompok leaflet terdapat contoh yang memiliki tingkat kecukupan protein lebih sebesar 13%. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan protein yang signifikan (p=0.309) antara kedua kelompok.

18

Meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan protein pada kedua kelompok, namun secara keseluruhan tingkat kecukupan protein contoh kelompok leaflet lebih baik daripada contoh kelompok audio visual. Hal ini disebabkan karena asupan protein contoh kelompok leaflet sebagian besar berasal dari hewani dan kelompok audio visual sebagian besar dari nabati. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein defisit berat lebih banyak pada contoh kelompok audio visual.

Keadaan defisit berat yang dialami anak salah satunya disebabkan oleh kondisi psikologis anak yang memiliki nafsu makan yang rendah. Hal ini tidak diseimbangi oleh usaha ibu untuk mencukupi asupan makan anak yang kurang. Kebanyakan ibu di Desa Pagesangan hanya memberikan makanan kepada anak saat anak meminta makan, namun jika anak tidak meminta makan ataupun tidak mau makan ibu membiarkan anaknya begitu saja. Kalaupun ada cara ibu untuk mengusahakan makan anak yaitu dengan menuruti keinginan makan anaknya. Padahal makanan yang dipilih anak-anak adalah jajanan ringan atau snack, yang tidak terlalu banyak menyumbangkan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan anak.

Status Gizi Anak

Sebagian besar contoh memiliki status gizi baik (84%) pada kedua kelompok menurut indeks BB/U. Status gizi menurut indeks PB/U pada kedua kelompok sebanyak 44% tergolong sangat pendek. Sebagian besar contoh berstatus gizi normal (75%) pada kedua kelompok menurut indeks BB/PB. Hal ini sejalan dengan penelitian Christiani et al. (2013) bahwa status gizi anak menurut indeks BB/U hampir semua memiliki status gizi baik.

Mayoritas status gizi baik dalam penelitian ini dimungkinkan karena adanya pendapatan perkapita yang berada di atas garis kemiskinan Kota Mataram (> 359 651). Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan bayi dengan baik yang akan mempengaruhi status gizinya. Hasil ini sesuai dengan Sarah (2008) yang menunjukan bahwa ada pengaruh pendapatan keluarga dengan status gizi anak balita. Hal ini berarti bahwa dengan pendapatan keluarga besar, maka balita pasti akan mendapatkan gizi yang baik pula. Namun perlu diketahui peningkatan pendapatan rumah tangga, belum tentu bermuara pada perbaikan gizi anggota rumah tangga yang rawan, terutama anak balita, wanita hamil, dan wanita menyusui (Soekirman 2000). Hasil uji beda Mann Whitney bahwa status gizi tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.676) antara kedua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi anak pada kedua kelompok sama. Sebaran contoh berdasarkan status gizi anak disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi anak

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n %

Status Gizi menurut BB/U

Gizi buruk 2 13 2 13 4 13

Gizi kurang 1 6 0 0 1 3

Gizi baik 13 81 14 87 27 84

Total 16 100 16 100 32 100

Status Gizi menurut PB/U

Sangat pendek 7 44 7 44 14 44

Pendek 4 25 6 38 10 31

Normal 5 31 3 19 8 25

Total 16 100 16 100 32 100

Status Gizi menurut BB/PB

Kurus 1 6 0 0 1 3

Normal 11 69 13 81 24 75

Gemuk 4 25 3 19 7 22

Total 16 100 16 100 32 100

Pengetahuan Ibu tentang Sumber Zat Gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI

Pengetahuan ibu pada penelitian ini dilihat dari nilai pretest atau sebelum diberikan intervensi berupa penyuluhan menggunakan media audio visual maupun leaflet dan nilai post test atau setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan menggunakan media audio visual maupun leaflet.

Hasil pre test (Tabel 8) menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling banyak (100%) ibu menjawab dengan benar ialah buah-buahan untuk MP ASI yaitu buah pisang pada kelompok audio visual. Pertanyaan yang paling sedikit (6%) ibu menjawab dengan benar adalah cara pemberian MP ASI dan manfaat mengonsumsi ikan, telur, ayam, daging, susu, keju yaitu sebagai zat pembangun.

Pertanyaan yang paling banyak (100%) ibu menjawab dengan benar pada kelompok leaflet ialah usia pemberian ASI eksklusif yaitu 6 bulan. Selain itu, pertanyaan yang paling sedikit (19%) ibu menjawab dengan benar adalah manfaat mengonsumsi ikan, telur, ayam, daging, susu, keju yaitu sebagai zat pembangun, porsi pemberian MP ASI untuk bayi berumur 6 bulan yaitu 6 sendok, dan jenis makanan pendamping ASI untuk bayi berumur 6 bulan yaitu bubur saring.

Hasil pengelompokan pertanyaan untuk pre test (Tabel 8), sebagian besar ibu pada kelompok audio visual maupun leaflet terbanyak menjawab salah pada kelompok pertanyaan tentang MP ASI, khususnya pada pertanyaan nomor 13-17 kemudian nomor 19-20. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai pemberian MP ASI. Kelompok pertanyaan mengenai ASI eksklusif dijawab dengan benar oleh sebagian besar ibu (pertanyaan nomor 6-10). Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada pre test disajikan pada Tabel 8.

20

Tabel 8 Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada pre test

No Pertanyaan Audio visual Leaflet Total

n % n % n %

Sumber zat gizi

1 Makanan 4 sehat 5 sempurna 10 63 9 56 29 59

2 Lauk pauk sumber protein 8 50 7 44 15 47

3 Makanan pokok sumber

karbohidrat 12 75 12 75 24 75

4 Manfaat mengonsumsi sayuran

dan buah-buahan 12 75 15 94 27 84

5 Manfaat mengonsumsi ikan, telur,

ayam, daging, susu, keju 1 6 3 19 4 13

ASI Eksklusif

6 Makanan apa yang paling baik

untuk bayi usia 0-6 bulan 15 94 13 81 28 88

7 Keuntungan ASI 14 88 12 75 26 81

8 Usia pemberian ASI eksklusif 14 88 16 100 30 94

9 Pertama kali pemberian ASI 14 88 15 94 29 91

10 Keberlanjutan pemberian ASI 15 94 14 88 29 91

MP-ASI

11 Kapan pemberian makanan

pendamping ASI 15 94 15 94 30 94

12 Pengertian makanan pendamping

ASI 14 88 14 88 28 88

13 Syarat makanan pendamping ASI

(MP-ASI) 3 19 4 25 7 22

14 Cara pemberian makanan

pendamping ASI 1 6 5 31 6 19

15 Konsistensi makanan pendamping

ASI 3 19 4 25 7 22

16 Porsi pemberian makanan

pendamping ASI 2 13 3 19 5 16

17 Jenis makanan pendamping ASI 2 13 3 19 5 16

18 Buah-buahan untuk makanan

pendamping ASI 16 100 10 63 26 81

19 Kandungan gizi buah-buahan

untuk makanan pendamping ASI 5 31 8 50 13 41

20 Pemberian makanan padat pada

anak 7 44 7 44 14 44

Hasil pengelompokan pertanyaan untuk post test ibu pada kedua kelompok menunjukkan peningkatan, akan tetapi pada kelompok audio visual terlihat peningkatan yang lebih besar menjawab benar seluruh pertanyaan dibandingkan contoh pada kelompok leaflet. Pengetahuan ibu tentang MP ASI terlihat meningkat (pertanyaan nomor 11-20) setelah diberikan penyuluhan pada kedua kelompok. Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada post test disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada post test

No Pertanyaan Audio visual Leaflet Jumlah

n % n % n %

Sumber zat gizi

1 Makanan 4 sehat 5 sempurna 16 100 13 81 29 91

2 Lauk pauk sumber protein 8 50 6 38 14 44

3 Makanan pokok sumber

karbohidrat 13 81 11 69 24 75

4 Manfaat mengonsumsi sayuran dan

buah-buahan 12 75 10 63 22 69

5 Manfaat mengonsumsi ikan, telur,

ayam, daging, susu, keju 7 44 2 13 9 28

ASI Eksklusif

6 Makanan apa yang paling baik

untuk bayi usia 0-6 bulan 15 94 16 100 31 97

7 Keuntungan ASI 16 100 15 94 31 97

8 Usia pemberian ASI eksklusif 14 88 14 88 28 88

9 Pertama kali pemberian ASI 16 100 15 94 31 97

10 Keberlanjutan pemberian ASI 15 94 15 94 30 94

MP-ASI

11 Kapan pemberian makanan

pendamping ASI 16 100 16 100 32 100

12 Pengertian makanan pendamping

ASI 15 94 12 75 27 84

13 Syarat makanan pendamping ASI

(MP-ASI) 14 88 9 56 23 72

14 Cara pemberian makanan

pendamping ASI 13 81 8 50 21 66

15 Konsistensi makanan pendamping

ASI 12 75 7 44 19 59

16 Porsi pemberian makanan

pendamping ASI 13 81 5 31 18 56

17 Jenis makanan pendamping ASI 15 94 10 63 25 78

18 Buah-buahan untuk makanan

pendamping ASI 16 100 11 69 27 84

19 Kandungan gizi buah-buahan

untuk makanan pendamping ASI 14 88 13 81 27 84

20 Pemberian makanan padat pada

Dokumen terkait