• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Asi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Asi."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI

FITRIYAH NAFSIYAH MUTHMAINAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual dan Leaflet terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

FITRIYAH NAFSIYAH MUTHMAINAH. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual dan Leaflet terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penyuluhan dengan media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI anak 6-24 bulan di Desa Pagesangan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desain penelitian adalah quasy experimental, pre-post test without control group. Contoh dipilih secara purposive sebanyak 32 orang, terdiri dari 16 orang yang mendapatkan penyuluhan dengan media audio visual dan 16 orang yang mendapatkan penyuluhan dengan media leaflet. Penelitian dilakukan Februari-Maret 2015. Usia contoh kedua kelompok tergolong dewasa awal (20-40 tahun) dengan tingkat pendidikan tergolong rendah dan merupakan ibu rumah tangga. Mayoritas keluarga contoh termasuk keluarga tidak miskin dan tergolong keluarga kecil. Anak contoh berumur 6-24 bulan dengan status gizi baik (84%), tingkat kecukupan energi defisiensi berat (69%) dan protein tergolong defisiensi berat (63%). Pemberian MP ASI di Desa Pagesangan masih belum sesuai, terdapat 19% contoh kelompok leaflet tidak lagi memberikan ASI. Pengetahuan ibu tentang MP ASI masih kurang, ditunjukkan dengan skor pre test yang rendah (<60% jawaban pertanyaan benar). Uji statistik, menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan dengan media audio visual (p<0.05) dan media leaflet (p<0.05) terhadap pengetahuan MP ASI ibu. Penyuluhan menggunakan media audio visual lebih efektif meningkatkan pengetahuan MP ASI ibu daripada media leaflet (p = 0.001).

Kata kunci : Audio visual, leaflet, pengetahuan makanan pendamping ASI ibu, quasy experimental study

ABSTRACT

FITRIYAH NAFSIYAH MUTHMAINAH. The Effect of Using Audio Visual and Leaflet Media on Mother’s Complementary Feeding Knowledge. Supervised by CESILIA METI DWIRIANI and KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.

(8)

there was 19% samples of leaflet group who had stop breastfeeding. Mothers’s complementary feeding knowledge was indicated by low scores of pre-test (<60% of correct answers). Statistical test results showed there were significant effect of the audiovisual media (p <0.05) and leaflet media (p <0.05) on mother’s complementary feeding knowledge. Audiovisual media more effectively enhance mother’s complementary feeding knowledge than leaflet media (p = 0.001).

(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MEDIA AUDIO

VISUAL DAN

LEAFLET

TERHADAP PENGETAHUAN IBU

TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI

FITRIYAH NAFSIYAH MUTHMAINAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subahanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual dan Leaflet terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI). Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Scselaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik dan Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked, M.Gizi selaku dosen pembimbing skripsi, yang keduanya telah membimbing, memberikan ilmu dan memberi saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, MSi selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan ulasan dan saran untuk perbaikan skripsi ini

3. Orangtua tercinta (ayahanda Dzulfikar Kamal Alamsyah dan ibunda Nadiya Muthmainah) dan adik tercinta Shafina Monita Dzulaiha yang telah memberikan doa dan kasih sayang, serta motivasi yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang selama ini memberikan bantuan finansial melalui program Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (BIDIKMISI) sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

5. Dinas Kesehatan Kota Mataram dan Puskesmas Pagesangan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Pembahas seminar (Susani HM Al Alams, Shabira Utami P E, Resha Puji Lestari, dan Rahma Perdana Ridha) atas saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Keluarga besar Departemen Gizi Masyarakat, sahabat-sahabat GM 48 serta GM 46, 47, 49 dan 50 yang telah menjadi keluarga penulis di Institut Pertanian Bogor.

8. Sahabat-sahabat tersayang (Dora, Ajeng, Nisya, Mba Wah, Vieta, Ade, Susan, Ghina, Restu, Nita, Dyas, Nisfa, Ifah, Kiky, Rifka, Petriana Nova, Vero, Erin, Mesa, Regi, Mulvi, Mukhlas, Ahsan, Ijul, Iwa, Angga P, Fahmi, Mbay, Kus, Panji, Sahl, Arini, Mia, Bunda Nova, Mely, Nana, Fani) yang telah memberikan dukungan dan doanya.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 5

Desain, Waktu, dan Tempat 5

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Intervensi yang Diberikan 9

Pengolahan dan Analisis Data 9

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Contoh 11

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh 13

Karakteristik Anak 14

Konsumsi pangan anak 14

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Anak 16

Status Gizi Anak 18

Pengetahuan Ibu tentang Sumber Zat Gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI 19

Praktek Pemberian ASI dan MP ASI 23

Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet atau Audio Visual

terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP ASI 26

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 33

(16)

4

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 8

2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu 11 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga 13

4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak 14

5 Rata-rata konsumsi pangan, asupan energi dan asupan protein

anak dalam sehari 16

6 Sebaran tingkat kecukupan energi dan protein anak 17

7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi anak 19

8 Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI padapre test 20 9 Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan

ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada post test 21 10 Presentase contoh yang menjawab ≥ 60 % pertanyaan dengan benar

untuk setiap topik pada pre-post test 22

11 Sebaran contoh berdasarkan praktek pemberian ASI dan MP ASI 23 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan ibu tentang sumber

zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI 27

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengaruh media penyuluhan audio visual dan Leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian makanan

pendamping ASI

5

2 Tahapan penarikan contoh 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Media Penyuluhan leaflet 33

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa balita merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan struktur, fungsi tubuh, emosi, intelektual, serta tingkah laku. Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan, makanan, kesehatan, dan lingkungan yang baik. Pemberian makanan yang baik merupakan faktor yang sangat penting, karena kekurangan energi dan zat-zat gizi yang esensial dapat mengganggu pertumbuhan yang optimal dan menimbulkan penyakit gangguan gizi.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama karena mempunyai kandungan zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Namun seiring dengan pertumbuhan bayi, maka bertambah pula kebutuhan gizinya. Oleh karena itu, sejak usia 6 bulan, bayi mulai diberi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) (Bhandari et al. 2004).

Anak balita merupakan kelompok masyarakat rawan gizi dimana prevalensi gizi kurang tertinggi ditemukan pada kelompok tersebut. Masalah gizi terutama masalah gizi kurang ternyata memiliki jumlah yang masih cukup tinggi dan cenderung meningkat. Menurut data Riskesdas (2013), kasus balita dengan berat kurang persentasenya meningkat dari hanya 18.4% pada tahun 2007 dan 17.9% pada tahun 2010 menjadi 19.6% pada tahun 2013. Hal tersebut terjadi bukan semata-mata disebabkan oleh kekurangan pangan. Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab yaitu pemberian MP ASI yang tidak adekuat dan penyapihan yang terlalu cepat. Memburuknya keadaan gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara memberikan MP ASI yang tepat pada anaknya dan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anaknya (Arisman 2004).

Dalam periode pemberian MP ASI, bayi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan, sebab pengetahuan tentang MP ASI dan sikap yang baik terhadap pemberian MP ASI akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh bayinya. Pada keluarga dengan pengetahuan tentang MP ASI yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak balita karena ketidaktahuan ibunya.

(22)

2

Penelitian di bidang pendidikan menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan alat peraga/media. Pada umumnya manusia hanya dapat mengingat sebanyak 20 persen dari apa yang kita pelajari melalui indera pendengaran (audio), sedangkan jika melalui kedua indera yaitu indera penglihatan dan pendengaran (audio visual) kita dapat mengingat sebesar 50 persen (Khomsan 2000).

Salah satu media yang dapat digunakan secara efektif untuk memberikan informasi kesehatan adalah audio visual. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2014) menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikapi ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audiovisual. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2006) juga menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio visual.

Media audio visual bukanlah satu-satunya media yang dapat digunakan dalam suatu penyuluhan, salah satu contoh media yang tidak kalah dari audio visual dan dapat mempermudah proses penerimaan informasi dalam penyuluhan adalah media leaflet. Leaflet mempunyai beberapa kelebihan yaitu bisa dicetak/ditulis tangan dan disertai gambar-gambar sederhana. Leaflet cocok untuk ibu-ibu karena praktis, mudah dibawa-bawa serta berisi informasi/inovasi (Khomsan 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Anjelisa (2009) tentang sosialisasi cara penggunaan obat yang baik melalui penyebaran poster dan leaflet pada unit pelayanan kesehatan di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang terbukti dapat meningkatkan pengetahuan para tenaga kesehatan maupun masyarakat.

Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2012, diketahui bahwa dari 5 105 balita di wilayah kerja Puskesmas Desa Pagesangan terdapat 51 balita BGM (3.51%) dan balita gizi buruk sebanyak 14 balita (0.96%). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara kepada salah seorang petugas gizi puskesmas diketahui bahwa kesadaran masyarakat tentang kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Desa Pagesangan masih termasuk rendah hal ini dikarenakan dalam kegiatan posyandu sebagian besar ibu bayi/balita jarang menerima penyuluhan kesehatan, mereka hanya membawa anaknya untuk imunisasi dan menimbang anaknya, setelah itu mereka langsung pulang. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu bayi/balita saat pelaksanaan posyandu agar wawasan serta pengetahuan ibu dalam menjaga dan merawat anaknya juga bertambah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh media penyuluhan audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di Desa Pagesangan Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana pemberian makanan pendamping ASI yang tepat maka akan dapat mengakibatkan terjadinya masalah kurang gizi pada anak mereka di kemudian hari.

Perumusan Masalah

(23)

audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI pada anak 6-24 bulan di Desa Pagesangan Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan media audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI pada anak 6-24 bulan di Desa Pagesangan, Kelurahan Pagesangan Timur, Kecamatan Mataram.

Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi karakteristik contoh, sosial ekonomi keluarga contoh, karakteristik anak, konsumsi pangan anak, tingkat kecukupan energi dan protein anak, serta status gizi anak.

2) Menilai pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI.

3) Mengidentifikasi praktek pemberian makanan pendamping ASI di Desa Pagesangan.

4) Menganalisis pengaruh penyuluhan dengan media audio visual atau leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI.

Hipotesis

Penyuluhan dengan media audio visual lebih meningkatkan pengetahuan gizi ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI daripada media leaflet.

Manfaat Penelitian

(24)

4

KERANGKA PEMIKIRAN

Masa balita merupakan periode emas, pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak secara optimal. Unsur gizi memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Anak usia balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang sangat peka terhadap kondisi kurang gizi. Orang tua khususnya ibu, memiliki peranan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan anaknya. Karakteristik ibu seperti pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan gizi yang dimiliki ibu. Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi proses pendidikan gizi, yaitu penggunaan media pendidikan gizi, faktor eksternal, dan faktor internal (Contento 2008).

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pendidikan mencakup situasi dan kondisi belajar, pengaruh komunikasi (media massa, elektronik dan cetak), sistem sosial ekonomi budaya (sosekbud), serta kebijakan yang berlaku. Faktor internal meliputi sikap (kesiapan dan kesadaran), motivasi, keadaan psikologis dan fisiologis, kepercayaan, kebiasaan, serta pengalaman sebelumnya (Contento 2008). Selain faktor eksternal dan internal, faktor lainnnya yang mempengaruhi proses pendidikan gizi adalah penggunaan media pendidikan gizi. Proses pendidikan gizi dengan menggunakan media (alat peraga) dapat memperlihatkan situasi yang hampir mirip dengan kenyataan kepada sasaran pendidikan. Dengan cara tersebut diharapkan sasaran akan lebih mudah dan cepat menangkap pesan yang disampaikan. Hal tersebut didukung oleh banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan daya serap terhadap informasi yang diberikan (Khomsan 2000).

(25)

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang dianalisis = Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh media penyuluhan audio visual dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI

METODE

Desain, Waktu dan Tempat

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental, pre-post test without control group design. Penelitian ini dilakukan di Desa Pagesangan Kelurahan Pagesangan Timur Kecamatan Mataram Provinsi NTB. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2015. Penelitian ini adalah penelitian experimental dengan intervensi berupa penyuluhan menggunakan

Intervensi penyuluhan pemberian MP ASI dengan menggunakan

media leaflet dan audio visual

(26)

6

media audio visual dan leaflet. Tempat penelitian dilakukan di Desa Pagesangan dikarenakan Desa Pagesangan merupakan desa yang menyumbangkan angka balita BGM dan balita gizi buruk sebesar 3.51% dan 0.96% di kota Mataram (Dinkes NTB)

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Populasi contoh dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Desa Pagesangan Kelurahan Pagesangan Timur, Kecamatan Mataram. Contoh penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 6-24 bulan di Desa Pagesangan. Contoh dalam penelitian ini merupakan ibu yang memenuhi syarat sesuai kriteria inklusi contoh yaitu:

a. Ibu yang memiliki anak minimal berusia 6 bulan dan maksimal 24 bulan b. Mampu membaca dan menulis sehingga mudah memahami penyuluhan.

c. Bersedia mengikuti penyuluhan sebanyak 2 kali serta menyetujui informed consent yang diberikan. Adapun perhitungan contoh dalam penelitian ini menggunakan rumus Yamane (1967) dalam Notoadmojo (2005) bahwa besar contoh per kelompok intervensi adalah sebagai berikut :

  = Peningkatan skor minimal yang diinginkan = 10 (Yusuf 2014) Z1-β = nilai Z pada kekuatan uji sebesar 5% (0.84)

2

 = Simpangan dari penelitian sebelumnya = 96 (Yusuf 2014)

(27)

Gambar 2 Tahapan penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara serta observasi langsung ke Desa Pagesangan untuk melakukan screening sebelum penelitian dilakukan. Data sekunder didapatkan dari pemerintah setempat (kelurahan/kecamatan, kantor desa), Dinas Kesehatan Kota Mataram dan pencarian menggunakan internet. Data sekunder berisi jumlah balita yang ada di Desa Pagesangan, program yang dilakukan terkait ASI dan MP ASI, gambaran umum wilayah, dan jumlah balita

Jumlah contoh yang menjadi responden adalah 32 orang yang terdiri dari 16 orang yang mendapatkan intervensi penyuluhan dengan media leaflet dan 16 orang yang mendapatkan penyuluhan dengan media audio visual. Data primer meliputi karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga, karakteristik anak, pengetahuan ibu tentang MP ASI, konsumsi pangan anak, praktek pemberian ASI dan MPASI. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat

Desa Pagesangan

Posyandu Karang Anyar (Jumlah ibu aktif posyandu yang

memiliki anak balita: 50 orang)

Posyandu Pesinggahan (Jumlah ibu aktif posyandu yang

memiliki anak balita: 30 orang)

Jumlah ibu aktif posyandu yang memiliki anak 6-24 bulan: 20

orang

Jumlah ibu aktif posyandu yang memiliki anak 6-24 bulan: 20

orang

Jumlah ibu yang mengikuti 2 kali penyuluhan: 16 orang

Jumlah ibu yang mengikuti 2 kali penyuluhan: 16 orang

Jumlah ibu yang mengikuti 2 kali penyuluhan pada kedua posyandu: 32 orang

(28)

8

badan yaitu timbangan bayi dengan kapasitas 20 kg dan ketelitian 100 gram. Untuk panjang badan diukur dengan menggunakan length board dengan kapasitas 100 cm dan ketelitian 0,1 cm. Jenis data primer yang diambil dari masing-masing variabel penelitian beserta alat/instrumen dan cara pengumpulannya disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No. Variabel Alat dan cara pengumpulan Jenis data yang

dikumpulkan Data Primer

1. Karakteristik contoh Kuesioner, pengisian melalui wawancara langsung oleh

3. Sosial ekonomi keluarga Kuesioner, pengisian melalui wawancara langsung oleh

(29)

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan)

No. Variabel Alat dan cara pengumpulan Jenis data yang

dikumpulkan Data Sekunder

1. Profil wilayah/lokasi • Pemerintah setempat (kelurahan/kecamatan,

Intervensi yang diberikan adalah penyuluhan dengan materi berupa makanan pendamping ASI (MPASI) dengan menggunakan alat bantu berupa media leaflet dan media audio visual berupa slide power point disertai dengan video singkat tentang MPASI. Penyuluhan ini dilakukan sebanyak dua kali dengan durasi/waktu penyuluhan kurang lebih 30 menit setiap kali pertemuan per kelompok. Pre test dilakukan terlebih dahulu sebelum diberikan penyuluhan untuk menilai pengetahuan ibu tentang MPASI. Setelah itu ibu akan menerima materi penyuluhan dengan bantuan media yang sudah disiapkan dapat berupa leaflet ataupun audio visual. Pemberian materi diberikan dua kali dengan jarak antara penyuluhan pertama dan kedua adalah satu minggu. Setelah penyuluhan yang kedua, diberikan post test untuk mengetahui hasil penyuluhan yang dilakukan serta menilai pengetahuan ibu tentang MPASI meningkat atau menurun. Media leaflet dan audio visual yang digunakan merupakan hasil kreativitas peneliti beserta arahan dari dosen pembimbing (Lampiran 1 dan 2)

Pengolahan dan Analisis Data

(30)

10

statistik deskriptif dan statistik inferensia menggunakan program Microsoft Excel 2007, WHO Anthro dan Statistical Program for Social Science (SPSS for window versi 16.0).

Pengolahan dengan Excell dilakukan untuk mengolah data pre-post test tentang pengetahuan gizi. Analisis statistik deskriptif inferensia dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan di antara kelompok perlakuan media leaflet dan audio visual.

Data karakteristik contoh, meliputi usia, pendidikan, dan pekerjaan. Data karakteristik anak meliputi BB, PB dan umur anak. Data karakteristik keluarga meliputi pendapatan orang tua dan besar keluarga. Pekerjaan ibu digolongkan menjadi pegawai negeri sipil (PNS), buruh tani, guru, ibu rumah tangga dan lainnya. Pendapatan orang tua dikelompokan menjadi 2 kelompok menurut garis kemiskinan Kota Mataram tahun 2012 (BPS 2013), yaitu miskin apabila pendapatan ≤Rp 359 651 perkapita perbulan dan tidak miskin apabila pendapatan > Rp 359 651 perkapita perbulan. Besar keluarga dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu keluarga kecil ((≤ 4 orang), keluarga sedang (5 – 7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang) (Hurlock 1999).

Data pengetahuan gizi diambil dari nilai pre test dan post test yang bernilai 1 jika jawaban benar dan bernilai 0 jika jawaban salah. Soal pengetahun gizi terdiri dari 20 pertanyaan dengan nilai maksimal 20. Nilai dari pengetahuan gizi tersebut kemudian akan diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, yaitu dengan menggunakan fungsi aritmatika = nilai jawaban benar/total nilai*100%. Persentase jawaban benar tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000), yaitu kategori pengetahuan gizi baik dengan cut off >80% jawaban pertanyaan benar, kategori pengetahuan gizi sedang dengan cut off 60 - 80% jawaban pertanyaan benar, dan kategori pengetahuan gizi kurang dengan cut off <60% jawaban pertanyaan benar.

Definisi Operasional

Anak adalah anak dari contoh yang berumur 6 – 24 bulan yang bersedia diukur BB dan PB saat penelitian.

Besar keluarga yang dimaksud di sini adalah banyaknya anggota keluarga dalam sebuah keluarga yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama dalam satu rumah.

Contoh adalah ibu yang memiliki anak berumur 6 – 24 bulan di Desa Pagesangan, Kelurahan Pagesangan Timur, Kecamatan Mataram Provinsi NTB yang memenuhi kriteria inklusi.

Media penyuluhan audio visual adalah peraga pendidikan gizi yang berupa tampilan slide dan video yang berisi informasi gizi mengenai pemberian MP ASI.

Media penyuluhan leaflet adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar berupa gambar dan tulisan berukuran A4 yang berisi informasi gizi mengenai pemberian MP ASI.

(31)

Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang ditekuni contoh dan merupakan sumber penghasilan bagi contoh.

Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan ayah dan ibu yang dihitung dalam sebulan.

Pendidikan adalah pendidikan formal contoh yang terakhir.

Pengetahuan ibu adalah adalah tingkat pemahaman contoh terhadap materi sumber zat gizi, ASI eksklusif dan MP ASI yang diukur melalui hasil test sebelum dan sesudah pemberian materi dengan menjawab 20 soal pertanyaan pilihan berganda.

Umur adalah usia contoh dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Karakteristik contoh terdiri dari usia, pendidikan terakhir, pekerjaan contoh dan pekerjaan suami. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu

Variabel Audio visual Leaflet Total %

(32)

12

Seluruh kelompok audio visual tergolong dewasa awal (20 – 40 tahun), sedangkan kelompok leaflet sebanyak 94% tergolong dewasa awal sisanya tergolong dewasa madya (41 – 65 tahun). Rata-rata usia contoh yang diteliti untuk kelompok audio visual dan kelompok leaflet berturut-turut berusia 27±4.3 tahun dan 28±6.5 tahun dengan rentang usia berkisar 19 – 42 tahun. Usia tertua pada kedua kelompok adalah 42 tahun serta usia termuda adalah 19 tahun. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan usia yang signifikan antara kelompok audio visual dan kelompok leaflet (p=0.432). Hal ini berarti bahwa contoh pada kedua kelompok berada pada usia yang sama. Menurut Notoatmodjo (2003) usia seseorang akan mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap informasi yang diberikan. Semakin bertambah usia maka daya tangkap dan pola pikir seseorang semakin berkembang.

Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu untuk kelompok audio visual (50%) merupakan tamatan SD/sederajat. Contoh kelompok leaflet sebesar 19% merupakan tamatan SD/sederajat sisanya sebesar 50% merupakan tamatan SMP/sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa contoh kelompok leaflet memiliki pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan audio visual. Menurut Notoatmodjo (2005) pendidikan seseorang akan mempengaruhi perbedaan pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang maka daya tangkap informasi semakin tinggi, sehingga akan semakin mudah menerima informasi.

Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan pendidikan yang signifikan antara kelompok audio visual dan kelompok leaflet (p=0.190). Hal ini berarti bahwa contoh kedua kelompok memiliki pendidikan yang sama. Hasil penelitian Frost (2005) menunjukkan bahwa pendidikan ibu mempengaruhi status gizi anak secara tidak langsung melalui status sosial ekonomi, sikap peduli terhadap kesehatan, pengetahuan kesehatan, pendapatan ibu, dan perilaku reproduksi. Aspek pengetahuan mengenai kesehatan meliputi pengetahuan tentang gizi terhadap status gizi anak, yang hal ini berarti bahwa ketika status gizi seorang anak baik ditandai dengan pengetahuan gizi ibu yang baik pula.

Pekerjaan ibu tersebar pada jenis pekerjaan pedagang dan ibu rumah tangga (IRT). Sebesar 94% dari kelompok audio visual dan sebesar 75% dari kelompok leaflet merupakan ibu rumah tangga. Dominasi ini juga ditunjukkan secara khusus pada masing-masing kelompok. Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan ibu dan kehidupan keluarganya, sedangkan bagi ibu-ibu bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya (Wawan & Dewi 2011).

(33)

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

Data karakteristik keluarga contoh meliputi pendapatan orang tua dan besar keluarga. Keadaan sosial ekonomi rumah tangga menentukan status gizi anggota rumah tangga tersebut terutama balita (Riyadi et al. 2006). Pendapatan orang tua mempunyai peranan penting dalam memberikan pengaruh terhadap kondisi hidup keluarga. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n %

Karakteristik sosial ekonomi keluarga pada kedua kelompok cenderung memiliki karakteristik yang sama. Pendapatan orang tua kedua kelompok tergolong keluarga tidak miskin. Rata-rata yang didapatkan dari kedua kelompok berada di atas rata-rata garis kemiskinan Kota Mataram tahun 2012 yaitu Rp 359 651 (BPS 2013). Rata-rata pendapatan per kapita per bulan kelompok audio visual dan kelompok leaflet masing-masing adalah (Rp 796 875±256 560) dan (Rp 985 625±502 235) dengan rentang pendapatan berkisar Rp 200 000 – Rp 1 600 000 per kapita per bulan. Pendapatan tertinggi untuk kedua kelompok adalah Rp 1 600 000 dan pendapatan terendah sebesar Rp 200 000. Akan tetapi, hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan pendapatan yang signifikan antara kedua kelompok (p=0.191) berdasarkan pendapatan orang tua. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok berada pada tingkat sosial ekonomi yang sama. Menurut penelitian Christiani et al. (2013) tingkat pendapatan menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.

(34)

14

semakin merata. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan besar keluarga yang signifikan (p=0.874) antara kedua kelompok.

Karakteristik Anak

Data karakteristik anak meliputi jenis kelamin dan umur anak. Karakteristik anak diperlukan untuk mengetahui kondisi anak di Desa Pagesangan. Sebaran anak berdasarkan karakteristik anak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n %

Hasil penelitian pada kelompok audio visual sebesar 56% berjenis kelamin perempuan sedangkan dari kelompok leaflet sebesar 63% berjenis kelamin laki-laki. Penelitian Conn JA et al. (2009) menyebutkan bahwa perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan ialah perbedaan dalam hal ukuran konsumsinya saja. Hasil uji beda Mann Whitney tidak terdapat perbedaan jenis kelamin anak yang signifikan (p=0.296) antara kedua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran jenis kelamin anak pada kedua kelompok sama rata baik laki-laki maupun perempuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kelompok audio visual sebesar 56% berada pada rentang umur 12-24 bulan. Kelompok leaflet sebesar 69% berada pada rentan umur 6-12 bulan. Rata-rata umur kelompok audio visual (12.2±4.6) bulan lebih tinggi dibandingkan kelompok leaflet (11.9±5.6) bulan. Akan tetapi, hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan umur anak yang signifikan (p=0.864) antara kedua kelompok.

Konsumsi Pangan Anak

(35)

Pangan sumber energi merupakan pangan sumber protein, lemak, dan karbohidrat. Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi anak meliputi protein nabati (tahu, tempe, dan kacang-kacangan) dan protein hewani (daging ayam, telur, hati ayam, dan ikan segar). Jenis pangan sumber lemak yang dikonsumsi anak meliputi minyak (terdapat dalam makanan yang diolah dengan minyak) dan susu formula. Jenis pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi anak meliputi nasi, bubur dan ubi. Anak-anak dalam penelitian ini tidak mengonsumsi terlalu banyak sayur dan buah. Sayur yang dikonsumsi anak meliputi wortel, bayam, jagung, dan kol. Buah yang dikonsumsi anak meliputi buah pisang.

Penelitian menunjukkan bahwa kelompok leaflet memiliki pola konsumsi pangan yang lebih baik daripada kelompok audio visual. Hal ini disebabkan oleh pendapatan keluarga dari kelompok leaflet lebih tinggi daripada kelompok audio visual. Maka dari itu, jika dilihat dari segi kemampuan untuk membeli bahan pangan, kelompok leaflet memiliki kemampuan lebih untuk membelinya.

Tabel 5 menunjukkan rata-rata asupan energi dan protein baik pada kelompok audio visual maupun leaflet hampir sama atau tidak berbeda jauh. Uji beda dengan menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan asupan energi yang signifikan (p=0.228) antara kedua kelompok. Uji beda dengan menggunakan Mann Whitney juga menunjukkan tidak ada perbedaan asupan protein yang signifikan (p=0.316) antara kedua kelompok.

Asupan energi pada kelompok audio visual berasal dari beberapa bahan pangan. Lima bahan pangan yang menyumbangkan energi paling banyak yaitu beras, ASI, biskuit bayi, minyak goreng, dan telur. Asupan energi pada kelompok leaflet juga berasal dari beberapa bahan pangan. Lima bahan pangan yang menyumbangkan energi paling banyak yaitu beras, ASI, minyak goreng, susu formula dan telur. Asupan protein pada kedua kelompok juga berasal dari beberapa bahan pangan. Lima bahan pangan pada kelompok audio visual yang menyumbangkan protein paling banyak yaitu telur, beras, tempe, biskuit bayi dan ASI. Lima bahan pangan pada kelompok leaflet yang menyumbangkan protein paling banyak yaitu ikan segar, hati ayam, beras, susu formula, dan telur

Bahan pangan yang dikonsumsi pada kelompok audio visual dan kelompok leaflet terlihat sedikit berbeda. Kelompok leaflet mengonsumsi bahan pangan yang lebih bervariasi, hal ini ditunjukkan oleh adanya konsumsi hati ayam, ikan segar, dan susu formula sedangkan pada kelompok audio visual bahan pangan yang dikonsumsi adalah telur. Hal ini dikarenakan oleh keadaaan sosial ekonomi keluarga kelompok leaflet lebih tinggi dibandingkan kelompok audio visual sehingga kelompok leaflet memiliki daya beli yang baik terhadap bahan pangan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa konsumsi pangan sumber protein pada kelompok audio visual lebih rendah dibandingkan kelompok leaflet. Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi kelompok audio visual sebagian besar meliputi telur, tahu, tempe dan daging ayam. Berbeda dengan kelompok audio visual, jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi contoh kelompok leaflet lebih bervariasi meliputi daging ayam, ati ayam, ikan segar juga tempe dan tahu. Jenis bahan pangan yang dikonsumsi kelompok leaflet lebih banyak mengonsumsi protein hewani, sedangkan contoh kelompok audio visual lebih banyak mengonsumsi protein nabati.

(36)

16

ini terjadi karena kebiasaan makan di Desa Pagesangan termasuk masih homogen atau dalam sekali makan hanya mengonsumsi satu hingga dua jenis bahan pangan. Contoh menu yang dikonsumsi anak adalah bubur saja, bubur dicampur dengan hati ayam rebus atau daging ayam dan bubur dicampur dengan sayur.

Tabel 5 Rata-rata konsumsi pangan, asupan energi dan asupan protein anak dalam sehari

Bahan pangan

Jumlah

konsumsi (%) Konsumsi (g) Asupan energi (kkal) Asupan protein (g) Audio

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Anak

(37)

Kelompok audio visual mengalami defisiensi pemenuhan energi mulai dari defisiensi berat hingga defisiesi ringan. Presentase tertinggi adalah kategori defisiensi berat terdapat pada kelompok audio visual yaitu sebesar 81%. Hal ini berarti bahwa konsumsi pangan dari 81% anak belum memenuhi 70% kecukupan energinya. Hal ini diduga karena kondisi sosial ekonomi contoh. Hasil uji beda dengan menggunakan t-test menunjukkan ada perbedaan tingkat kecukupan energi yang signifikan (p=0.026) antara kelompok audio visual dan kelompok leaflet. Menurut Sunarti dan Khomsan (2007), akses pangan untuk pemenuhan gizi tubuh hanya dapat terjadi apabila rumah tangga mempunyai penghasilan yang cukup. Sementara itu rata-rata pendapatan keluarga kelompok audio visual lebih rendah daripada leaflet sehingga terjadi perbedaan yang signifikan dalam pemenuhan pangan sumber energi. Sebaran tingkat kecukupan energi anak disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran tingkat kecukupan energi dan protein anak

Tingkat Kecukupan olahannya, sedangkan pangan sumber protein nabati meliputi kedele, kacangan-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, susu kedele, dan sebagainya. Hardinsyah et al. (2012) menyatakan bahwa mutu protein hewani lebih baik dibandingkan protein nabati.

(38)

18

Meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan protein pada kedua kelompok, namun secara keseluruhan tingkat kecukupan protein contoh kelompok leaflet lebih baik daripada contoh kelompok audio visual. Hal ini disebabkan karena asupan protein contoh kelompok leaflet sebagian besar berasal dari hewani dan kelompok audio visual sebagian besar dari nabati. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein defisit berat lebih banyak pada contoh kelompok audio visual.

Keadaan defisit berat yang dialami anak salah satunya disebabkan oleh kondisi psikologis anak yang memiliki nafsu makan yang rendah. Hal ini tidak diseimbangi oleh usaha ibu untuk mencukupi asupan makan anak yang kurang. Kebanyakan ibu di Desa Pagesangan hanya memberikan makanan kepada anak saat anak meminta makan, namun jika anak tidak meminta makan ataupun tidak mau makan ibu membiarkan anaknya begitu saja. Kalaupun ada cara ibu untuk mengusahakan makan anak yaitu dengan menuruti keinginan makan anaknya. Padahal makanan yang dipilih anak-anak adalah jajanan ringan atau snack, yang tidak terlalu banyak menyumbangkan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan anak.

Status Gizi Anak

Sebagian besar contoh memiliki status gizi baik (84%) pada kedua kelompok menurut indeks BB/U. Status gizi menurut indeks PB/U pada kedua kelompok sebanyak 44% tergolong sangat pendek. Sebagian besar contoh berstatus gizi normal (75%) pada kedua kelompok menurut indeks BB/PB. Hal ini sejalan dengan penelitian Christiani et al. (2013) bahwa status gizi anak menurut indeks BB/U hampir semua memiliki status gizi baik.

(39)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi anak

Variabel Audio visual Leaflet Total %

n % n %

Pengetahuan Ibu tentang Sumber Zat Gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI

Pengetahuan ibu pada penelitian ini dilihat dari nilai pretest atau sebelum diberikan intervensi berupa penyuluhan menggunakan media audio visual maupun leaflet dan nilai post test atau setelah diberikan intervensi berupa penyuluhan menggunakan media audio visual maupun leaflet.

Hasil pre test (Tabel 8) menunjukkan bahwa pertanyaan yang paling banyak (100%) ibu menjawab dengan benar ialah buah-buahan untuk MP ASI yaitu buah pisang pada kelompok audio visual. Pertanyaan yang paling sedikit (6%) ibu menjawab dengan benar adalah cara pemberian MP ASI dan manfaat mengonsumsi ikan, telur, ayam, daging, susu, keju yaitu sebagai zat pembangun.

Pertanyaan yang paling banyak (100%) ibu menjawab dengan benar pada kelompok leaflet ialah usia pemberian ASI eksklusif yaitu 6 bulan. Selain itu, pertanyaan yang paling sedikit (19%) ibu menjawab dengan benar adalah manfaat mengonsumsi ikan, telur, ayam, daging, susu, keju yaitu sebagai zat pembangun, porsi pemberian MP ASI untuk bayi berumur 6 bulan yaitu 6 sendok, dan jenis makanan pendamping ASI untuk bayi berumur 6 bulan yaitu bubur saring.

(40)

20

Tabel 8 Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada pre test

No Pertanyaan Audio visual Leaflet Total

n % n % n %

5 Manfaat mengonsumsi ikan, telur,

ayam, daging, susu, keju 1 6 3 19 4 13

ASI Eksklusif

6 Makanan apa yang paling baik

untuk bayi usia 0-6 bulan 15 94 13 81 28 88

13 Syarat makanan pendamping ASI

(MP-ASI) 3 19 4 25 7 22

20 Pemberian makanan padat pada

anak 7 44 7 44 14 44

(41)

Tabel 9 Presentase contoh yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI Eksklusif dan MP ASI pada post test

No Pertanyaan Audio visual Leaflet Jumlah

n % n % n %

4 Manfaat mengonsumsi sayuran dan

buah-buahan 12 75 10 63 22 69

5 Manfaat mengonsumsi ikan, telur,

ayam, daging, susu, keju 7 44 2 13 9 28

ASI Eksklusif

6 Makanan apa yang paling baik

untuk bayi usia 0-6 bulan 15 94 16 100 31 97

13 Syarat makanan pendamping ASI

(MP-ASI) 14 88 9 56 23 72

20 Pemberian makanan padat pada

anak 12 75 10 63 22 69

(42)

22

peningkatan seperti kelompok audio visual yaitu belum mencapai 100 % hanya mencapai 69%. Presentase contoh yang menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar untuk setiap topik pada pretest dan post test disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Presentase contoh yang menjawab ≥ 60% pertanyaan dengan benar untuk setiap topik pada pre-post test

Topik Pertanyaan Audio visual (%)

p-value Leaflet (%) p-value

Hasil uji paired samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor pengetahuan ibu berdasarkan topik sumber zat gizi hasil pre test dan post test pada kelompok audio visual (p=0.032). Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan ibu pada topik sumber zat gizi. Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor pengetahuan ibu berdasarkan topik ASI eksklusif hasil pre test dan post test pada kelompok audio visual (p=0.317). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan ibu pada topik ASI eksklusif. Hal ini terjadi karena materi penyuluhan tentang ASI eksklusif tidak dituliskan secara jelas pada media, hanya dijelaskan secara oral saja saat penyuluhan. Hasil uji paired samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor pengetahuan ibu berdasarkan topik MP ASI hasil pre test dan post test pada kelompok audio visual (p=0.000). Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media audio visual terhadap pengetahuan ibu pada topik MP ASI.

(43)

terdapat pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet terhadap pengetahuan ibu pada topik MP ASI.

Praktek Pemberian ASI dan MP ASI

Menurut WHO (2005) pengertian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir tanpa makanan dan minuman tambahan lain kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup atas rujukan dokter atau ahli sampai bayi berusia 6 bulan. Sebaran contoh berdasarkan praktek pemberian ASI dan MP ASI disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan praktek pemberian ASI dan MP ASI

(44)

24

Tabel 11 menunjukkan terdapat beberapa pertanyaan terbuka yang berkaitan dengan pola pemberian MP ASI yang ada di Desa Pagesangan. Tabel 11 menunjukkbahwa belum seluruh ibu menerapkan ASI eksklusif (53%) pada kedua kelompok. Sebagian besar contoh sudah memberikan makanan selain ASI saat anak berumur kurang dari 6 bulan. Walaupun ibu sudah menerapkan pemberian ASI sejak lahir tetapi ibu masih belum menerapkan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan makanan apapun selain ASI kepada anak.

Menurut Depkes RI (2006) pengertian MP ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi dengan tetap memberikan ASI sampai dengan umur 2 tahun. Menurut Arisman (2004), bayi yang memasuki usia enam bulan telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Oleh karena itu bayi mulai siap mengkonsumsi makanan (setengah padat). Saat bayi berusia enam bulan ke atas, sistem pencernaannya juga mulai relatif sempurna dan siap menerima MP ASI. MP ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental (WHO 2001)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang umur anak yang mendapatkan penyuluhan adalah 12-24 bulan dan idealnya menurut Muchtadi (2004) dalam prinsip pemberian MP ASI banyaknya jenis bahan pangan yang dapat diberikan pada umur 12-24 bulan adalah 3-4 jenis bahan pangan atau sudah boleh diperkenalkan dengan makanan keluarga yang tentunya sesuai dengan kemampuan anak dalam memakannya. Namun jika dibandingkan dengan WHO (2001) banyaknya jenis bahan pangan yang dapat diberikan pada umur 12-24 bulan minimal adalah 2 jenis bahan pangan. Jenis bahan pangan yang dimaksud adalah setiap bahan pangan yang digolongkan berdasarkan sumber zat gizinya, yang terdiri dari sumber energi atau karbohidrat serta sumber pembangun atau protein hewani seperti daging, unggas, ikan atau telur. Maksimal jenis bahan pangan yang diberikan adalah 3 jenis bahan pangan yang terdiri dari sumber karbohidrat, sumber protein serta sumber vitamin dan mineral.

(45)

diberikan ibu kepada anaknya di Desa Pagesangan kepada anaknya adalah bubur dan ASI saja. Setelah dilakukan wawancara mendalam, hal ini terjadi bukan karena ibu tidak mau memberikan makanan sumber protein seperti telur, daging ayam, hati ayam dan ikan kepada anaknya. Melainkan terjadi karena kepercayaan masayarakat setempat bahwa memberikan makanan sumber protein seperti itu dapat membuat anak gatal-gatal dan muncul alergi sehingga ibu tidak memberikan kepada anaknya.

Setelah usia 6 bulan atau setelah pemberian ASI eksklusif bayi hendaknya diperkenalkan dengan makanan cair selain ASI seperti sari buah, bubur saring, dan biskuit bayi untuk menunjang kebutuhannya bayi yang semakin meningkat (Sulistijani 2001). Pemberian sari buah adalah langkah awal pengenalan MP ASI kepada bayi. Selain sari buah, pemberian makanan jenis lain seperti bubur saring dan biskuit bayi hendaknya diberikan pada umur sama dengan 6 bulan atau lebih dari 6 bulan, hanya saja variasi jenis bahan pangannya yang berbeda. Sama halnya seperti pemberian sari buah berdasarkan hasil penelitian masih ada sebesar 19% ibu yang masih memberikan bubur saring dan biskuit bayi pada umur kurang dari 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu di Desa Pagesangan bukan saja kurang informasi terkait pemberian MP ASI tetapi juga kurang dalam pemahaman jenis bahan pangan yang akan diberikan kepada bayinya.

Menurut Muchtadi (2004) dalam prinsip pemberian MP ASI dan menurut WHO (2001), selain makanan yang bertekstur cair seperti sari buah, bubur saring dan biskuit bayi, anak juga mulai diperkenalkan makanan semi padat seperti nasi tim sesuai dengan umurnya serta kemampuan mengunyahnya. Idealnya pemberian nasi tim diberikan saat anak berumur lebih dari 6 bulan karena tekstur nasi tim yang sudah semi padat dan memungkinkan bayi sudah mulai dapat mencerna dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan sebagian ibu di kedua kelompok yang sudah memberikan nasi tim sesuai dengan prinsip pemberian MP ASI dan sesuai dengan WHO (2001) yaitu memberikan nasi tim saat usia ≥ 9 bulan sebesar 56% untuk kelompok audio visual dan sebesar 50% orang untuk kelompok leaflet. Akan tetapi masih saja ada ibu yang memberikan pada umur 6-8 bulan (Tabel 11). Oleh karena itu praktek pemberian MP ASI di Desa Pagesangan masih harus diperbaiki. Menurut Pudjiaji (2005) risiko pemberian MP ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin juga dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna maupun zat pengawet, dan kemungkinan terjadinya pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanannya. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka ibu perlu pemahaman yang lebih dalam tentang pemberian MP ASI yang benar.

(46)

26

Setelah mengetahui praktek pemberian MP ASI di Desa Pagesangan, perlu diketahui juga rencana pelaksanaan pemberian ASI yang ada di Desa Pagesangan. Pada kelompok audio visual sudah lebih baik dibandingkan kelompok leaflet karena tidak ada ibu yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun sedangkan pada kelompok leaflet masih ditemukan 4 orang ibu yang ingin memberikan ASI kurang dari 2 tahun. Setelah dilakukan wawancara lebih mendalam ternyata ibu tersebut belum memiliki pengetahuan yang cukup dikarenakan anak yang diasuh merupakan anak pertama dari keluarganya sehingga ibu belum memiliki pengalaman yang cukup dalam mengasuh. Jika diteliti lebih mendalam terdapat ibu yang merencanakan memberikan ASI lebih dari 2 tahun sebanyak 2 orang ibu pada kelompok audio visual dan 1 orang ibu pada kelompok leaflet. Setelah dilakukan wawancara lebih mendalam ternyata ibu tersebut memiliki kepercayaan masyarakat lokal di Desa Pagesangan bahwa ASI merupakan makanan terbaik untuk anak yang baik diberikan sampai umur 2.5 tahun. Sejalan dengan pernyataan Contento (2008) bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan ibu meliputi sikap (kesiapan dan kesadaran), motivasi, keadaan psikologis dan fisiologis, kepercayaan, kebiasaan, serta pengalaman sebelumnya.

Praktek pemberian ASI dan MP ASI di Desa Pagesangan secara keseluruhan belum sesuai dengan WHO (2001) dan Muchtadi (2004) dalam prinsip pemberian MP ASI. Namun dalam hal praktek pemberian ASI dan MP ASI, kelompok audio visual lebih baik daripada kelompok leaflet. Padahal dari segi pendidikan contoh kelompok audio visual memiliki pendidikan yang lebih rendah daripada kelompok leaflet. Hal ini terjadi karena tradisi yang berkembang di Desa Pagesangan bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan lebih tinggi cendrung apatis dan merasa sudah lebih tahu. Sehingga, mereka menjalankan praktek pemberian ASI dan MP ASI sesuai yang mereka inginkan bukan sesuai dengan aturan yang ada.

Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual atau Leaflet terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian MP ASI

(47)

Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI eksklusif dan MP ASI dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI eksklusif dan MP ASI

Pengetahuan gizi contoh Audio visual Leaflet

n % n %

Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pengetahuan ibu hasil pre test antara kedua kelompok (p=0.573). Hal ini berarti bahwa pengetahuan ibu yang dimiliki kedua kelompok berada pada tingkat atau level yang hampir sama. Berbeda dengan hasil post test dari pengetahuan ibu tentang sumber zat gizi, ASI eksklusif dan MP ASI (Tabel 12) pada kedua kelompok baik audio visual maupun leaflet mengalami peningkatan menjadi tingkat pengetahuan gizi baik dan tingkat pengetahuan gizi sedang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kelompok audio visual sebesar 82.8±10.2 yang mengalami peningkatan dari yang sebelumnya hanya 57.5±8.8 sedangkan untuk kelompok leaflet dapat dilihat dari rata-rata nilai pengetahuan gizi sebesar 68.4±4.7 mengalami peningkatan dari yang sebelumnya hanya 59.4±9.8. Selain itu peningkatan juga terlihat pada kedua kelompok dengan tidak adanya lagi ibu yang memiliki pengetahuan gizi kurang. Hasil uji beda t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pengetahuan ibu hasil post test antara kedua kelompok (p=0.001). Hal ini berarti bahwa terdapat perubahan yang berarti pada pengetahuan ibu baik dari kelompok audio visual maupun kelompok leaflet setelah diberikan penyuluhan.

(48)

28

Yusuf (2014) bahwa pendidikan kesehatan atau penyuluhan menggunakan audio visual dapat meningkatkan pengetahuan ibu karena media audio visual menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga lebih menarik dan tidak monoton. Oleh karena itu penyuluhan gizi tidak terlepas dari media yang digunakan. Dalam mengunakan media pendidikan gizi perlu dipertimbangkan karakteristik dan ketepatan kepada sasaran penyuluhan sehingga pesan gizi yang disampaikan dapat diterima secara efektif (Khomsan 2000).

Pengaruh intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet juga diketahui melalui uji statistik paired samples t-test. Berdasarkan hasil diketahui bahwa didapatkan hasil yang sama dengan media audio visual yakni terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.001) pada skor pengetahuan yang mendapatkan intervensi dengan media leaflet berdasarkan nilai pengetahuan ibu pada pre test dan post test. Hasil ini selaras dengan Piddennavar et al. (2015) dan Rahmawati (2006), bahwa terjadi peningkatan pengetahuan ibu penderita diabetes mellitus setelah diberikan leaflet tentang pengendalian kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus. Demikian juga penelitian yang dilakukan Sari (2008) tentang pengaruh penyuluhan Kadarzi terhadap pengetahuan dan sikap tentang Kadarzi serta tentang pola konsumsi pangan pada ibu hamil di Nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok menyimpulkan bahwa penyuluhan yang disertai dengan pemberian leaflet dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil. Hasil ini menunjukkan bahwa kedua media penyuluhan berupa audio visual dan leaflet memiliki pengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan ibu, akan tetapi jika dilihat dari kenaikan rata-rata nilai pengetahuan ibu dari kedua media lebih terlihat signifikan kenaikan yang diperoleh dari media audio visual daripada media leaflet. Dapat disimpulkan bahwa media audio visual tampaknya lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(49)

menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada karakteristik contoh, karakteristik sosial ekonomi keluarga maupun karakteristik anak antara kedua kelompok.

Pemberian MP ASI di Desa Pagesangan masih belum sesuai, karena masih terdapat contoh yang memberikan MP ASI lebih awal dari batasan umur yang sudah ditentukan. Terdapat 19% contoh yang sudah tidak lagi memberikan ASI kepada anaknya dan juga 25% contoh yang sudah memberikan sari buah kepada anaknya sebelum berumur 6 bulan. Pengetahuan ibu tentang MP ASI masih kurang jika dilihat berdasarkan skor pretest. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor pre test antara kedua kelompok. Penyuluhan dengan menggunakan media audio visual dan leaflet dapat meningkatkan skor pengetahuan yang ditunjukkan pada skor post test (p = 0.000 dan p = 0.001). Penyuluhan menggunakan media audio visual lebih efektif meningkatkan pengetahuan MP ASI ibu daripada media leaflet (p = 0.001).

Saran

Pada penelitian selanjutnya mengenai pendidikan gizi dengan intervensi media, diharapkan peneliti dapat mengetahui dan menganalisis akses contoh terhadap sumber informasi gizi selain yang diberikan oleh peneliti. Diharapkan juga untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat menganalisis daya terima terhadap media yang digunakan dalam penyuluhan. Ibu-ibu di Desa Pagesangan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran kaya vitamin A dan pangan hewani yang kaya akan protein agar dapat mencapai angka kecukupan zat gizi yang sesuai standar. Ibu lebih memperhatikan jenis bahan pangan yang diberikan kepada anak. Salah satunya adalah memberikan jenis pangan sumber karbohidrat dan sumber protein seperti nasi atau bubur serta telur atau sumber protein hewani lainnya yang mudah dan terjangkau oleh keadaan sosial ekonomi keluarga.

(50)

30

DAFTAR PUSTAKA

American Dietetic Association. 2008. International Dietetics and Nutrition Terminology (IDNT): Standardized Language for the Nutrition Care Process. Chicago (US): American Dietetic Association

Anjelisa. 2009. Sosialisasi Cara Penggunaan Obat yang Baik melalui Penyebaran Leaflet dan Posterpada Unit Pelayanan Kesehatan di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. 3 (1) : 73-90.

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta (ID) : Buku Kedokteran EGC

Bhandari N, Mazumder S, Bahl R, Martines J, Black ER, Bhan KM. 2004. An educational intervention to promote appropriate complementary feeding practices and physical growth in infants and young children in rural Haryana India. The Journal of Nutrition. 134: 2342–2348.

Badan Pusat Statistik. 2012. Profil Kesehatan Kota Mataram. Mataram (ID): Badan Pusat Statistik

Chiristiani E, Marlina P W N. 2014. Faktor-Faktor yang terkait dengan Pola Asuh Pemberian MP ASI Untuk Bayi Usia 6-11 Bulan di Lingkungan Padat Penduduk Kelurahan Cipinang Melayu Jakarta Timur [skripsi]. Jakarta (ID) : STIK Saint Carolus

Conn JA, Davies MJ, Walker RB, Moore VM. 2009. Food and Nutrient Intakes of 9-month-old Infants in Adelaide, Australia. Public Health Nutrition:12(12),2448-2496.

Contento I. 2008. Nutrition Education: linking research, theory, and practice [ulasan]. Asia Pac J Clin Nutr. 17(1):176-179

Departemen Kesehatan RI. 2006. Penyebab Kurang Gizi. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI

Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2012. Profil Kesehatan Provinsi NTB. NTB (ID): Dinas Kesehatan Provinsi NTB

Eubelen C, Brendel F,Belche J, Freyens A,Vanbelle S,Giet D. 2011. Effect of an audiovisual message for tetanus booster vaccination broadcast in the waiting room. BMC Family Practice: 12:104

Frost MB, Forste R, Haas DW. 2005. Maternal education and child nutritional status in Bolivia: finding the links. Social Science and Medicine. 60:395-407.

Hurlock EB. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta (ID): Erlangga.

(51)

Lusiana SA, Dwiriani CM. 2007. Usia menarche, konsumsi pangan, dan status gizi anak perempuan sekolah dasar di Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan. 2 (3): 26-35.

Muchtadi D. 2004. Gizi untuk Bayi: ASI, Susu Formula, dan Makanan Tambahan. Jakarta (ID) : Sinar Harapan

Najimi A, Dolatabadi NK, Esmaeili AA, Sharifirad GR. 2012. The effect of educational program on knowledge, attitude and practice of mothers regarding prevention of febrile seizure in children. J Edu Health Promot. 2:26.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID) : PT Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2005. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID) : PT Rineka Cipta.

Piddennavar R, Krishnappa P. 2015. Preparation and evaluation of information leaflet for tobacco users. J Edu Health Promot. 4:19.

Pirzadeh A, Hazavei MM, Entezari MH, Hasanzadeh A. 2014. The effect of educational intervention on girl’s behavior regarding nutrition: applying the beliefs, attitudes, subjective norms, and enabling factors. J Edu Health Promot. 3:79.

Pudjiadi S. 2005. Bayiku Sayang. Jakarta (ID) : Balai Penerbit FKUI

Pulungan R. 2007. Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Dokter Kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia [tesis]. Medan (ID): Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Rahmawati. 2006. Efektifitas Leaflet Diabetes Mellitus Modifikasi terhadap

Pengendalian Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 [skripsi]. Medan (ID) : FKM USU

Riyadi H, Khomsan A, Sukandar D, Anwar F, Mudjajanto E S. 2006. Studi tentang status gizi pada rumah tangga miskin dan tidak miskin. Gizi Indonesia. Vol 29(1): 33-46.

Sarah M. 2008. Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. 2008. [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara.

Sari NC. 2008. Pengaruh Penyuluhan Kadarzi terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kadarzi serta Konsumsi Pangan pada Ibu Hamil di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok. [skripsi]. Medan (ID) : FKM, USU.

Simanjuntak E. 2007. Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun [skripsi]. Medan (ID) : FKM, USU.

Sulistijani. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta (ID) : Puspa Swara Sunarti E, Khomsan A. 2007. Study Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan

(52)

32

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta (ID): Dirjen Perguruan Tinggi Depdiknas.

Wawan A & Dewi M 2011. Teori dan Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia.Yogyakarta (ID): Muha Medika

[WHO]. 2001. Guiding principles for complementary feeding of the breastfeed child. Switzerland (CH) : WHO Press

[WHO] World Health Organizaton (ID). 2006. WHO child growth standards: methods and development: length/height-for-age, for-age, weight-for-length, weight-for-height and body mass index-for-age. Geneva, Switzerland (CH): Department of Nutrition for Health and Development. Yusuf M. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penanganan Kejang

(53)
(54)
(55)

MEDIA PENYULUHAN

LEAFLET

(56)

34

(57)

Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

Slide 5

Slide 6

Slide 7

Slide 8

(58)

36

MEDIA PENYULUHAN AUDIO VISUAL (lanjutan)

Slide 9 Slide 10

Slide 11

Slide 12

Slide 13 Slide 14

Slide 15

Slide 16

(59)

MEDIA PENYULUHAN AUDIO VISUAL (lanjutan)

Slide 17

(60)

38

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Juli 1994 dan merupakan putri pertama dari ayahanda Dzulfikar Kamal Alamsyah dan ibunda Nadiya Muthmainah. Penulis menempuh pendidikan di SDN 41 Mataram dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke SMPN 6 Mataram dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu, penulis melanjutkan ke SMAN 1 Mataram dan lulus pada tahun 2011. Penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan di Program Studi Sarjana Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dan mendapatkan Beasiswa Pendidikan Bagi Mahasiswa Berprestasi (BIDIKMISI) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik maupun non-akedemik. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Bahan Makanan pada semester ganjil 2013/2014, Ekologi Pangan dan Gizi pada semester ganjil 2013/2014, dan Patofisiologi Gizi pada semester genap 2014/2015. Penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti menjadi Ketua Divisi Humas HIMAGIZI tahun 2014, anggota Divisi Humas HIMAGIZI tahun 2013/2014, anggota dalam Klub Gizi Olahraga tahun 2011/2012 dan anggota Gizi Bakti Masyarakat tahun 2011/2012.

Penulis juga terlibat dalam berbagai kepanitian seperti panitia Nutrtition Fair sebagai anggota Divisi Sponsorship tahun 2013 dan 2014, panitia Fieldtrip sebagai Sekretaris dan Ketua Divisi Humas tahun 2013 dan 2014, panitia MAGNET (HIMAGIZI-Network) sebagai Sekretaris dan Ketua Divisi Humas tahun 2013 dan 2014, panitia Liga Gizi Masyarakat (LIGIMA) sebagai Ketua Divisi Humas tahun 2013 serta berbagai kegiatan dalam kepanitian lainnya.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengaruh media penyuluhan audio visual dan
Gambar 2 Tahapan penarikan contoh
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bertanda tangan di bawah ini telah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh Sartina Lylys Susiyanti Malau, yang berjudul Pengetahuan Ibu

Pemberian penyuluhan menggunakan leaflet terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan pengetahuan sesudah pemberian penyuluhan pada ibu-ibu PKK di Desa

rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan,

terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet tentang penatalaksanaan ISPA pada balita di Posyandu Bambu

Semakin tinggi pengetahuan tentang makanan pendamping ASI pada bayi 0-6 bulan akan semakin tau dampak pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan, dan semakin rendah pengetahuan

Berdasarkan pengujian hipotesis saat post test, diperoleh bahwa terdapat perbedaan penyuluhan kesehatan dan pemberian leaflet tentang menarche terhadap kesiapan menghadapi menarche

Berdasarkan hasil analisis bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara kelompok penyuluhan dan kelompok leaflet setelah diberikan materi tentang kanker

Efektivitas Media Leaflet Tentang Pengetahuan Tanda Bayi Cukup ASI Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah diberikan edukasi kesehatan dengan media leaflet sebagian besar