• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Tanaman gandum pada dasarnya membutuhkan lingkungan tumbuh yang mempunyai suhu rendah dan iklim kering. Daerah Bogor yang termasuk ke dalam wilayah tropika basah diduga kurang sesuai untuk pertanaman gandum, terutama apabila ditanam pada bulan-bulan basah. Secara umum, kondisi iklim mikro pada lokasi penelitian selama bulan Januari sampai Mei 2014 mempunyai suhu udara rata-rata harian 28.83oC, suhu media 24.2 oC, serta kelembaban udara 47%. Tiga bulan pertama kondisi keawanan cenderung tinggi karena pada waktu tersebut sedang mengalami musim hujan, kemudian tiga bulan berikutnya mulai panas. Hal ini dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman gandum. Kondisi suhu udara, suhu media, dan kelembaban udara pada screen house dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik suhu udara, suhu media, dan kelembaban udara rata-rata selama bulan Januari-Mei 2014

Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor mempunyai ketinggian tempat kurang lebih 540 m dpl. Nur et al. (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan gandum dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Penanaman gandum di atas 1 000 m dpl mempunyai karakter agronomis lebih baik dibandingkan dengan penanaman gandum dengan ketinggian di bawah 400 m dpl. Dengan ketinggian tempat sebesar 540 m dpl, maka daerah Sukamantri tersebut dapat dikategorikan sebagai dataran menengah.

Secara umum, kedelapan genotipe gandum mempunyai daya berkecambah yang beragam. Namun apabila dirata-rata hasilnya tergolong rendah dengan nilai 25.03%. Daya berkecambah tertinggi terdapat pada varietas Nias yaitu 86.4%, sedangkan terendah adalah H-20 yaitu 4.44%. Hal ini disebabkan oleh viabilitas benih yang rendah akibat lamanya umur simpan. Penyulaman dapat memperbaiki jumlah tanaman sampai sebanyak yang dibutuhkan. Tanaman gandum pada umur 1 MST dan 13 MST dapat dilihat pada Gambar 2.

38.00 39.00 40.00 41.00 42.00 43.00 44.00 45.00 46.00 47.00 48.00 49.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 K e le m b ab an u d ar a (% ) S u h u ( oC) Bulan (tahun 2014)

Rata-rata suhu udara harian Rata-rata suhu media harian Rata-rata kelembaban udara harian

13

Gambar 2. Kondisi umum percobaan tanaman gandum (A) tanaman umur 1 MST; (B) tanaman umur 13 MST

Beberapa Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terlihat antara lain yaitu ulat bulu, ulat jengkal, belalang, kutu pada malai, serta penggerek, sedangkan penyakit yang menyerang adalah busuk akar serta cendawan pada batang dan malai tanaman. Namun hal tersebut tidak terlalu berimplikasi pada pertumbuhan tanaman. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menggunakan pestisida berbahan aktif abamectin, mengambil hama secara manual, serta membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Selain itu pengendalian gulma juga dilakukan secara manual.

Hasil

Aplikasi periode penghentian penyiraman dilakukan secara bertahap, tergantung stadia tumbuh tanaman gandum tiap genotipe. Secara umum, interaksi antara genotipe dengan perlakuan periode penghentian penyiraman hanya berpengaruh nyata pada peubah bobot biji per tanaman. Dari keenam belas peubah yang diamati, perlakuan periode penghentian penyiraman berpengaruh nyata terhadap tujuh peubah, antara lain jumlah trikoma, panjang malai, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot kering tajuk per tanaman, bobot kering akar per tanaman, bobot kering malai per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Genotipe berpengaruh nyata terhadap semua peubah kecuali tingkat kehijauan daun, jumlah stomata, dan bobot 100 biji, dimana ketiga peubah tersebut juga tidak dipengaruhi secara nyata oleh kedua perlakuan.

Selain itu, koefisien keragaman (KK) yang dihasilkan juga beragam dengan nilai terendah 4.36% dan nilai tertinggi 29.07%. Nilai KK menunjukkan tingkat keragaman yang terdapat pada populasi suatu percobaan. Semakin tinggi nilai KK maka semakin beragam nilai pengamatannya. Nilai KK yang melebihi 30% dalam percobaan ini dilakukan transformasi data, antara lain pada peubah panjang akar, kerapatan trikoma, bobot kering tajuk per tanaman, bobot kering akar per tanaman, bobot kering malai per tanaman, bobot biji per tanaman, dan umur panen. Keragaman tersebut diduga berasal dari faktor lingkungan seperti misalnya intensitas cahaya yang tidak merata, dan sebagainya. Rekapitulasi hasil analisis ragam terhadap peubah-peubah yang diamati pada perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe tanaman gandum disajikan pada Tabel 2.

14

Tabel 2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam peubah-peubah yang diamati pada perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe gandum

Peubah yang diamati Periode penghentian penyiraman Genotipe Interaksi periode penghentian penyiraman x genotipe KK Tinggi tanaman tn ** tn 22.83 Jumlah daun tn ** tn 8.79 Jumlah anakan produktif tn ** tn 23.24 Panjang akar tn ** tn 17.03a Tingkat kehijauan daun tn tn tn 11.57 Kerapatan stomata tn tn tn 29.07 Kerapatan trikoma * * tn 27.99a Panjang malai ** ** tn 11.61 Jumlah spikelet tn ** tn 11.09 Jumlah biji/tanaman * ** tn 25.27 Bobot kering tajuk/tanaman * ** tn 12.55a Bobot kering akar/tanaman ** ** tn 12.89a Bobot kering malai/tanaman ** * tn 11.21a Bobot biji/tanaman ** ** * 7.99a Bobot 100 biji tn tn tn 29.51 Umur panen tn ** tn 4.36a

Keterangan: tn: tidak berpengaruh nyata; *:berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; KK: koefisien keragaman; ahasil transformasi √

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diamati mulai minggu kedelapan dengan tujuan bahwa perlakuan periode penghentian penyiraman pada stadia booting sudah berakhir. Tinggi tanaman nyata dipengaruhi oleh genotipe, sebaliknya perlakuan periode penghentian penyiraman tidak berpengaruh nyata. Secara keseluruhan, genotipe S-03 mempunyai tinggi tanaman tertinggi mulai dari umur 9-12 MST dengan nilai pengamatan akhir sebesar 66.13 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada genotipe Selayar dengan nilai pengamatan akhir 50.95 cm pada umur 12 MST. Genotipe SBD juga mempunyai tinggi tanaman yang tertinggi dimulai pada saat umur 11-12 MST. Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.

15 Tabel 3 Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe

gandum terhadap tinggi tanaman pada 8-12 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST

Genotipe

Nias 57.08a 54.60b 57.49b 58.32ab 58.00c

Selayar 40.64e 47.38c 50.74c 51.00c 50.95d

Dewata 41.31d 45.48c 52.00c 55.57bc 59.36bc

H-20 42.34de 45.51c 51.94c 59.71ab 64.38ab

Munal 45.50cd 46.53c 48.51cd 52.54c 57.38c

SBD 46.99bc 49.12c 56.11b 63.06a 66.16a

S-03 50.71b 58.74a 62.49a 62.48a 66.13a

YMH 44.61cde 45.51c 46.91d 52.95c 59.06c Periode Penghentian Penyiraman Berhenti 30 hari stadia tillering 45.11+6.8 49.48+6.7 54.08+6.6 57.64+6.3 61.33+7.2 Berhenti 30 hari stadia booting 47.31+5.9 48.39+5.4 52.73+6.2 56.46+6.4 60.13+7.0 Disiram rutin (kontrol) 46.02+6.4 49.46+5.7 53.63+6.1 56.76+6.7 59.08+7.3 Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%; MST : minggu setelah tanam

Berdasarkan Tabel 3 di atas, genotipe S-03 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi di setiap minggunya, dimulai dari minggu kesembilan, sedangkan genotipe Nias, pada umur 8 MST menunjukkan tinggi tanaman yang tertinggi, namun kemudian disusul oleh genotipe yang lain seperti S-03 dan SBD pada minggu-minggu setelahnya. Hal tersebut mengindikasikan adanya perbedaan lama umur tanaman dimana pada umur 9 MST, genotipe Nias sudah memasuki fase generatif maksimum dimana tingginya sudah konstan dan tidak bertambah lagi, sedangkan genotipe introduksi masih melakukan pertumbuhan vegetatif. Genotipe Selayar menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang terendah di setiap minggu pengamatan. Diduga genotipe Selayar secara genetik memang pendek.

Selain itu, dibandingkan dengan penelitian Rahmah (2011), tinggi tanaman gandum yang dihasilkan pada penelitian tersebut hampir memiliki rentang nilai yang sama. Berdasarkan penelitian Rahmah (2011) tersebut tanaman gandum yang ditanam dengan elevasi tinggi memiliki rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi (66.67 cm) dibandingkan dengan tanaman gandum yang ditanam di elevasi rendah (62.68 cm). Namun untuk penelitian yang dilakukan ini, hanya memiliki rata-rata tinggi tanaman sebesar 59-62 cm pada semua genotipe dalam ketiga perlakuan penyiraman. Gambar 3 menunjukkan beberapa genotipe tanaman gandum pada umur 1 bulan setelah tanam (BST). Secara umum, semua genotipe gandum yang ditanam memiliki ukuran keragaan yang kecil, sehingga berakibat pada pertumbuhan yang terjadi selanjutnya.

16

Gambar 3. Tanaman gandum umur 1 BST beberapa genotipe. (A)Nias; (B) Selayar; (C) Dewata; (D) H-20; (E) Munal; (F) SBD; (G) YMH; dan (H) S-03

Jumlah Daun

Tabel 4 menunjukkan pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe terhadap jumlah daun. Perlakuan periode penghentian penyiraman tidak menunjukkan pengaruh nyata, sedangkan genotipe berpengaruh sangat nyata. Genotipe Nias pada umur 8-9 MST memiliki jumlah daun yang terbanyak dengan nilai 6.87 dan 8.02 helai. Namun pada umur 10-12 MST jumlahnya tidak sebanyak pada genotipe S-03.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe gandum terhadap jumlah daun pada umur 8-12 MST

Perlakuan Jumlah Daun

8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST

Genotipe

Nias 6.87a 8.02a 8.55b 7.33b 6.85b

Selayar 5.15b 4.96b 4.48e 3.92d 3.92c

Dewata 4.52b 4.96b 5.12de 5.07cd 4.70c

H-20 4.59b 5.58b 6.22cd 6.26bc 6.25b

Munal 4.78b 5.40b 5.87cde 6.57b 6.85b

SBD 5.04b 5.92b 6.67c 6.66b 6.66b

S-03 6.44a 8.52a 9.92a 10.99a 11.37a

YMH 4.59b 5.22b 5.87cde 7.11b 7.18b Periode Penghentian Penyiraman Berhenti 30 hari stadia tillering 5.25+1.1 6.23+1.6 6.89+2.1 6.96+2.7 6.96+2.7 Berhenti 30 hari stadia booting 5.37+1.3 6.22+1.6 6.64+2.1 6.69+2.1 6.79+2.5 Disiram rutin (kontrol) 5.12+1.0 5.79+1.6 6.40+2.0 6.57+2.1 6.43+2.3 Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%; MST : minggu setelah tanam

17 Sama halnya dengan peubah tinggi tanaman, genotipe S-03 memberikan pertumbuhan jumlah daun yang paling banyak dibandingkan dengan genotipe yang lain dengan nilai 11.37, sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada genotipe Selayar dengan nilai 3.92 helai. Rata-rata jumlah daun yang dihasilkan pada seluruh genotipe dalam perlakuan penyiraman berkisar antara 6.43-6.96 helai.

Panjang Akar dan Biomassa Tanaman

Genotipe yang memiliki nilai tertinggi pada peubah panjang akar dan biomassa tanaman terdapat pada Munal dan YMH. Perlakuan periode penghentian penyiraman nyata mempengaruhi biomassa tanaman yang terdiri dari bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering malai, sedangkan panjang akar hanya dipengaruhi oleh genotipe tanaman. Tanaman yang diberi perlakuan periode penghentian penyiraman selama 30 hari saat stadia booting mampu menghasilkan biomassa tanaman tertinggi, yaitu dengan bobot kering tajuk (1.2 g), bobot kering akar (0.52 g), dan bobot kering malai (0.6 g). Pengaruh periode penghentian penyiraman dan genotipe dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe gandum terhadap panjang akar dan biomassa tanaman

Perlakuan Panjang akar (cm) Biomassa tanaman Bobot kering tajuk (g) Bobot kering akar (g) Bobot kering malai (g) Genotipe Nias 8.99c 0.57de 0.12d 0.21b Selayar 8.02c 0.35e 0.13d 0.17b Dewata 12.04bc 0.67cd 0.18cd 0.22b

H-20 14.56ab 0.92bcd 0.24acd 0.28ab

Munal 19.35a 1.36a 0.40a 0.45a

SBD 17.71ab 1.07abc 0.39ac 0.41ab

S-03 17.77a 1.28ab 0.16cd 0.27ab

YMH 18.69a 1.27ab 0.46a 0.49a

Periode Penghentian Penyiraman

Berhenti 30 hari stadia tillering

15.71+6.4 0.99a 0.18b 0.22b Berhenti 30 hari stadia

booting

16.03+8.7 1.20a 0.52a 0.60a Disiram rutin (kontrol) 12.81+5.6 0.74b 0.11b 0.15b Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa panjang akar hanya dipengaruhi oleh genotipe. Panjang akar mengindikasikan adanya efisiensi penyerapan hara, sehingga diduga genotipe S-03 yang memiliki akar terpanjang dapat menyerap hara lebih baik dibandingkan dengan tanaman gandum genotipe lain. Keragaan tanaman hasil panen dapat dilihat pada Gambar 4. Keragaan tanaman hasil panen

18

pada setiap genotipe tidak jauh berbeda ukurannya. Namun genotipe Selayar terlihat cenderung pendek dan kecil dibandingkan dengan genotipe yang lain.

A B C D E F G H

Gambar 4. Tanaman hasil panen pada beberapa genotipe (A) Nias; (B) Selayar; (C) Dewata; (D) H-20; (E) Munal; (F) SBD; (G) YMH; dan (H) S-03

Jumlah Anakan Produktif, Panjang Malai, Jumlah Spikelet, Jumlah Biji, dan Umur Panen

Perlakuan periode penghentian penyiraman berpengaruh nyata terhadap panjang malai dan jumlah biji per tanaman. Genotipe berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah spikelet per malai, jumlah biji per tanaman, dan umur panen. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe gandum terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah spikelet, jumlah biji, dan umur panen

Perlakuan Jumlah anakan produktif Panjang malai (cm) Jumlah spikelet/ malai Jumlah biji/ tanaman Umur panen (MST) Genotipe Nias 1.79b 9.03cd 9.06d 4.33bc 14.87c Selayar 1.05c 8.17d 8.99d 3.86c 13.75c Dewata 1.11c 9.71bc 11.06c 6.24bc 14.78c H-20 1.00c 10.00bc 13.08ab 6.34bc 16.55b

Munal 1.46b 11.42a 12.53b 12.33a 18.67a

SBD 1.00c 10.26abc 13.97a 11.16ab 16.67b

S-03 2.07a 9.78bc 10.70c 5.56bc 17.55ab

YMH 1.56b 10.87ab 11.78bc 12.80a 18.78a

Periode Penghentian Penyiraman Berhenti 30 hari stadia tillering 1.37+0.6 10.58a 11.75+2.0 9.35a 16.67+2.1 Berhenti 30 hari stadia booting 1.35+0.5 9.96ab 11.49+1.7 7.49ab 16.50+1.9 Disiram rutin (kontrol) 1.42+0.4 9.28b 11.03+2.2 6.76b 16.37+2.4 Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%; MST : minggu setelah tanam

19 Berdasarkan Tabel 6, jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada genotipe S-03 dengan nilai 2.07. Tanaman pada perlakuan periode penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia tillering mampu menghasilkan panjang malai dan jumlah biji per tanaman tertinggi. Genotipe Munal mempunyai panjang malai dan jumlah biji per tanaman yang lebih tinggi, sedangkan genotipe YMH mempunyai nilai tertinggi pada jumlah biji per tanaman. Umur panen tercepat terdapat pada genotipe Nias, Selayar, dan Dewata. Selain itu, berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat bahwa malai pada genotipe Nias dan Selayar sudah berwarna kuning pada umur 14 MST, sedangkan genotipe introduksi masih berwarna hijau dan sedang melakukan pengisian malai. Hal tersebut mengindikasikan adanya perbedaan lamanya umur panen pada tanaman gandum.

Gambar 5. Malai gandum pada beberapa genotipe umur 14 MST. (A) Nias; (B) Selayar; (C) Dewata; (D) H-20; (E) Munal; (F) SBD; (G) S-03; dan (H) YMH; garis = 1 cm

Bobot Biji per Tanaman dan Bobot 100 Biji

Bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji menggambarkan komponen hasil yang bernilai ekonomi di dalam budidaya gandum. Hal tersebut sangat berkaitan dengan produktivitas tanaman, terutama untuk kultivar atau genotipe yang berbeda. Berdasarkan Tabel 7, bobot biji per tanaman nyata dipengaruhi oleh genotipe dan perlakuan periode penghentian penyiraman, sedangkan bobot 100 biji tidak dipengaruhi oleh keduanya. Bobot biji per tanaman tertinggi terdapat pada genotipe Munal dan YMH. Perlakuan periode penghentian penyiraman yang memberikan bobot biji tertinggi adalah penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia tillering, sedangkan hasil terendah terdapat pada perlakuan penyiraman rutin. Meskipun demikian, bobot biji yang dihasilkan tersebut berada dibawah standar, seperti pada penelitian Budiarti (2005) dengan hasil 12 g per tanaman. Rata-rata bobot 100 biji seluruh genotipe untuk ketiga perlakuan periode penghentian penyiraman berkisar antara 2.14-2.46 buah. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Arfan et al. (2007) yang juga mengembangkan gandum di dalam net house, yang mempunyai rentang bobot 100 biji sekitar 1.5-3 g, tergantung kultivar.

20

Tabel 7 Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe gandum terhadap bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji

Perlakuan Bobot biji/

tanaman (g) Bobot 100 biji (g) Genotipe Nias 0.12cd 1.73+0.3 Selayar 0.08d 2.32+0.4 Dewata 0.11cd 1.75+0.8 H-20 0.16bcd 2.55+0.7 Munal 0.43a 2.09+0.6 SBD 0.28b 2.15+0.7 S-03 0.23bc 2.44+0.8 YMH 0.40a 2.39+0.7

Periode Penghentian Penyiraman

Berhenti 30 hari stadia tillering 0.30a 2.21+0.6 Berhenti 30 hari stadia booting 0.23ab 2.26+0.8

Disiram rutin (kontrol) 0.16b 2.14+0.7

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 8 menyajikan interaksi genotipe dan perlakuan periode penghentian penyiraman terhadap bobot biji per tanaman gandum. Berdasarkan Tabel 8, genotipe Munal dengan periode penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia tillering memberikan hasil paling tinggi dengan bobot biji 0.63 g per tanaman. Hal tersebut mengindikasikan bahwa produktivitas genotipe Munal dengan periode penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia tillering lebih unggul daripada genotipe dengan perlakuan periode penyiraman lain.

Tabel 8 Interaksi genotipe dan perlakuan periode penghentian penyiraman terhadap bobot biji per tanaman pada gandum

Perlakuan Berhenti 30 hari stadia tillering Berhenti 30 hari stadia booting Disiram rutin (kontrol) Nias 0.05g 0.30bcdefg 0.03g Selayar 0.06fg 0.14efg 0.05g

Dewata 0.12efg 0.11efg 0.08fg

H-20 0.18cdefg 0.15defg 0.15defg

Munal 0.63a 0.21cdefg 0.46abc

SBD 0.45abcd 0.34abcdef 0.07fg

S-03 0.39abcde 0.19cdefg 0.09fg

YMH 0.52ab 0.39abcde 0.29bcdefg

Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Gambar 6 berikut menggambarkan kenampakan biji gandum pada berbagai genotipe. Dapat dilihat bahwa ukuran bijinya cenderung berbeda. Genotipe YMH memiliki ukuran biji yang lebih besar dibandingkan dengan genotipe yang lain.

21

A B C D E F G H Gambar 6. Kenampakan biji gandum pada berbagai genotipe (A) Nias; (B)

Selayar; (C) Dewata; (D) H-20; (E) Munal; (F) SBD; (G) S-03; dan (H) YMH; garis = 1 cm

Tingkat Kehijauan Daun, Kerapatan Stomata, dan Kerapatan Trikoma

Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe terhadap tingkat kehijauan daun, kerapatan trikoma, dan kerapatan stomata dapat dilihat pada Tabel 9. Perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe berpengaruh nyata pada kerapatan trikoma, sedangkan peubah yang lain tidak berpengaruh nyata.

Tabel 9 Pengaruh perlakuan periode penghentian penyiraman dan genotipe gandum terhadap tingkat kehijauan daun, kerapatan stomata, dan kerapatan trikoma Perlakuan Tingkat kehijauan daun (unit klorofil) Kerapatan stomata Kerapatan trikoma Genotipe Nias 34.76+2.4 36.28+13.3 35.08ab Selayar 36.30+1.0 35.14+4.7 30.61abc Dewata 34.04+6.6 30.61+9.4 40.81a H-20 36.16+7.4 34.01+10.2 31.18abc Munal 35.63+2.3 40.09+8.5 29.15abc SBD 37.68+3.0 38.55+10.2 14.74c S-03 36.31+1.5 34.58+8.7 22.11bc YMH 36.78+1.2 30.04+7.8 36.28ab Periode Penghentian Penyiraman

Berhenti 30 hari stadia tillering 36.44+3.5 38.05+9.9 25.51b Berhenti 30 hari stadia booting 36.11+3.0 33.59+9.6 37.20a Disiram rutin (kontrol) 35.33+5.0 32.55+8.1 26.02b Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa tingkat kehijauan daun dan kerapatan stomata mempunyai rataan nilai yang hampir sama di setiap genotipe dan perlakuan periode penghentian penyiraman. Sedangkan kerapatan stomata dipengaruhi oleh keduanya. Tingkat kerapatan trikoma terbesar dihasilkan oleh Dewata untuk perlakuan genotipe dengan nilai 40.81/mm2, dan untuk perlakuan penyiramannya adalah ketika dihentikan selama 30 hari pada stadia booting dengan jumlah 37.20 per mm2.

22

Hasil pengamatan terhadap kerapatan stomata dan trikoma dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8 berikut. Berdasarkan Gambar 7 dan 8, dapat dilihat bahwa jumlah stomata dan trikoma beragam dalam berbagai perlakuan penyiraman dan genotipe. Jumlah trikoma lebih banyak ditemui pada perlakuan periode penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia booting. Gambar stomata ditandai dengan lingkaran warna merah, sedangkan trikoma dengan warna hijau. Dapat dilihat bahwa struktur stomata berbentuk pipih dan berwarna transparan, sedangkan trikoma mempunyai struktur yang lancip dan berwarna gelap.

H

Gambar 7. Stomata dan trikoma beberapa genotipe gandum. (A) Nias; (B) Selayar; (C) Dewata; (D) H-20; (E) Munal; (F) SBD;

(G) YMH; dan (H) S-03; perbesaran 40x

Gambar 8. Stomata dan trikoma gandum genotipe YMH pada berbagai perlakuan periode penghentian penyiraman. (A) Penyiraman berhenti 30 hari pada stadia tillering; (B) penyiraman berhenti 30 hari pada stadia booting; dan (C) Disiram rutin di semua stadia tumbuh; perbesaran 40x

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, perlakuan periode penghentian penyiraman berpengaruh nyata terhadap biomassa tanaman, panjang malai, jumlah biji, bobot biji, dan kerapatan trikoma, sedangkan genotipe berpengaruh nyata untuk semua peubah-peubah yang diamati kecuali bobot 100 biji, tingkat kehijauan daun, dan kerapatan stomata. Secara umum, genotipe yang memiliki nilai tertinggi pada pengamatan sebagian besar peubah adalah Munal,

23 S-03, dan YMH karena apabila dibandingkan dengan ketiga varietas nasional (Nias, Selayar, dan Dewata), ketiga genotipe tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi. Namun terdapat pengecualian yakni pada peubah kerapatan trikoma dimana genotipe Dewata memiliki jumlah trikoma yang lebih banyak per satuan luas.

Genotipe S-03 mempunyai nilai yang lebih tinggi pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan produktif, sedangkan berdasarkan peubah panjang akar, biomassa tanaman, panjang malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman, genotipe Munal mempunyai nilai yang lebih tinggi. Kemudian nilai pengamatan pada genotipe YMH terhadap peubah panjang akar, bobot kering akar, bobot kering malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman, hasilnya lebih tinggi. Namun demikian, ditemukan kekurangan dari ketiga genotipe introduksi tersebut, yaitu umur panen yang cenderung lama, terutama Munal dan YMH yang mencapai 18 MST atau setara dengan 126 hari. Penelitian Budiarti (2005) pada 89 genotipe gandum di Kuningan, Jawa Barat, menghasilkan umur panen yang beragam dengan rentang 87-114 hari. Varietas nasional lebih unggul dalam hal umur yang genjah, dengan umur panen + 14 MST atau 98 hari. Selisih tersebut cukup jauh mengingat kebutuhan manusia yang cenderung menginginkan umur genjah pada tanaman. Umur panen dalam percobaan ini nyata dipengaruhi oleh genotipe, diduga hal tersebut disebabkan oleh faktor genetik dan tidak berhubungan dengan perlakuan periode penghentian penyiraman. Selain memiliki umur panen yang genjah, varietas Nias juga mempunyai daya berkecambah yang tinggi dalam percobaan ini sehingga lebih unggul dari segi viabilitasnya. Kemudian, selain umur panen, peubah yang hanya dipengaruhi oleh genotipe antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar.

Tanaman gandum yang ditanam dalam kondisi normal pada ketinggian <400 m dpl mampu menghasilkan jumlah anakan produktif 1-4, sedangkan bila ditanam pada ketinggian > 1 000 m dpl mempunyai rata-rata anakan produktif 7.2 (Nur et al. 2010). Namun demikian, jumlah anakan yang diperoleh pada penelitian ini kurang dari 2, baik pada kondisi normal maupun dihentikan penyiramannya. Hal ini diduga disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung seperti suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya, dan jenis tanah. Suhu rataan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman gandum dalam penelitian Nur et al. (2010) adalah 25.8oC pada ketinggian > 1 000 m dpl. Dengan rata-rata suhu harian 28.83oC dalam percobaan ini, diduga kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman gandum. Suhu akan turun 1oC untuk setiap ketinggian tempat yang bertambah sejauh 100 m dpl. Dalam penelitian ini, ketinggian tempat yang digunakan adalah 540 m dpl. Dengan hasil jumlah anakan yang demikian, maka diduga ketinggian tempat yang digunakan untuk penanaman tanaman gandum diduga kurang sesuai.

Selanjutnya secara umum tanaman gandum yang diberi perlakuan periode penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia tillering mampu memberikan hasil yang tertinggi pada peubah bobot kering tajuk, panjang malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Tanaman gandum dengan perlakuan periode penghentian penyiraman selama 30 hari pada stadia booting memberikan hasil tertinggi pada bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering malai, dan kerapatan trikoma. Periode penghentian penyiraman pada umumnya sejalan dengan perlakuan pemberian jumlah air yang dibatasi pada suatu siklus

24

pertumbuhan tanaman. Penelitian Sulistyono et al. (2005), pemberian frekuensi irigasi yang semakin sering dilakukan pada tanaman padi gogo dapat mengurangi penurunan jumlah produksi bahan kering. Sehingga semakin sering diberi pengairan hasilnya akan semakin tinggi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh, dimana tanaman gandum mempunyai hasil tertinggi pada kondisi penyiraman yang dihentikan selama 30 hari pada stadia tillering maupun booting

Dokumen terkait