β k = pengaruh perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman 2 s/d 14 MST dapat dilihat pada lampiran 4 s/d 17. Untuk mengetahui perbedaan tinggi tanaman pada perlakuan varietas, komposisi tanah gambut dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 14 MST.
Varietas Rataan
Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 28.50 28.29 27.39 28.06 a G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 26.90 24.61 25.42 25.64 b G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 25.63 25.76 26.61 26.00 b G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 25.38 26.54 26.00 25.97 b G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 21.51 21.18 23.34 22.01 c Rataan 25.58 25.28 25.75 25.54
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh komposisi media tanam menunjukkan berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G0 (28,06 cm) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan G4 (22,01 cm). Perlakuan varietas dan interaksi VxG menunjukkan tidak berbeda nyata.
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk karakter pengamatan jumlah daun pada saat umur tanaman 2 s/d 14 MST dapat dilihat pada lampiran 18 s/d 29. Berdasarkan pengamatan pada saat umur tanaman 2 MST daun tanaman kelapa sawit belum membuka sempurna sehingga tidak
dilakukan pengambilan data, namun pada saat umur 4 MST daun kelapa sawit baru membuka sempurna. Untuk mengetahui perbedaan jumlah daun pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan data jumlah daun (helai) tanaman kelapa sawit umur 14 MST Varietas
Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 Rataan
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 4.22 4.00 4.00 4.07 G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 4.11 4.11 4.33 4.19 G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 3.89 4.44 4.56 4.30 G3 (75 % gambut + 25 % topsoil) 4.11 4.22 4.33 4.22 G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 4.00 3.89 3.89 3.93 Rataan 4.07 4.13 4.22 4.14
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata untuk karakter pengamatan parameter jumlah daun 14 MST.
Luas Daun (cm2)
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan luas daun dapat dilihat pada Lampiran 30 s/d 33. untuk mengetahui perbedaan luas daun pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan luas daun daun (cm2) tanaman kelapa sawit umur 14 MST
Varietas Rataan
Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (Helai)
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 46.67 e 42.67 f 54.56 d 47.96 c G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 59.33 c 58.67 c 61.44 ab 59.81 b G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 63.44 a 60.44 bc 62.89 ab 62.26 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 40.00 f 37.00 g 36.22 g 37.74 d G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 34.00 gh 31.78 h 33.00 h 32.93 e Rataan 48.69 ab 46.11 b 49.62 a 48.14 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan berbeda nyata terhadap parameter luas daun pada umur tanaman 14 MST. Untuk perlakuan varietas rataan tertinggi terdapat pada V3(49,62 cm2) dan terendah terdapat pada V2 (46,11 cm2). Pada perlakuan komposisi media tanam rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (62,26 cm2) dan rataan terendah terdapat pada G4 (32,93 cm2). Selanjutnya interaksi VxG tertinggi terdapat pada kombinasi V1G2 (63,44 cm2) dan kombinasi terendah yaitu V2G4 (31,78 cm2)
Jumlah Klorofil (unit/6mm3)
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan jumlah klorofil dapat dilihat pada lampiran 34 s/d 45. Untuk mengetahui perbedaan jumlah klorofil pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah klorofil (unit/6mm3) pada umur 14 MST Komposisi Media Tanam
Varietas
V1 V2 V3 Rataan
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 58.44 ab 51.44 def 60.44 a 56.78 a G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 48.67 g 55.44 bcd 54.67 cde 52.93 b G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 53.22 cdef 55.44 bcd 61.56 a 56.74 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 49.78 ef 53.11 cdef 56.67 bc 53.19 b G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 51.44 def 49.89 ef 52.67 def 51.33 b
Rataan 52.31 b 53.07 b 57.20 a 54.19
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa akibat perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pengamatan parameter jumlah klorofil umur 14 MST. Rataan perlakuan varietas tertinggi yaitu V3 (57,20 unit/6mm3) diikuti V2 (53,07 unit/6mm3) dan V1 (52,31
yaitu G0 (52,78 unit/6mm3) dan rataan terendah G4 (51,33 unit/6mm3). Interaksi VxG teringgi terdapat pada kombinasi V3G2 (61,56 unit/6mm3) dan kombinasi terendah yaitu V1G1 (48,67 unit/6mm3).
Berat Basah Tajuk (g)
Data pengamatan rata-rata berat basah tajuk dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan berat basah tajuk pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26. Untuk mengetahui perbedaan berat basah tajuk pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan berat basah tajuk (g) pada umur 14 MST Komposisi Media Tanam
Varietas V1 V2 V3 Rataan G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 7.20 7.63 7.27 7.37 a G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 7.47 7.43 7.60 7.50 a G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 7.53 7.53 7.53 7.53 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 7.73 7.00 8.42 7.72 a G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 6.07 5.97 5.70 5.91 b Rataan 7.20 7.11 7.30 7.21
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media tanam berbeda nyata untuk karakter pengamatan berat basah tajuk umur 14 MST. Rataan teringgi yaitu G3 (7,72 g) dan rataan terendah yaitu G4 (5,91 g). Pada perlakuan varietas dan interaksi V x G menunjukkan tidak berbeda nyata.
Berat Kering Tajuk (g)
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan berat kering tajuk pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28. Untuk mengetahui perbedaan berat kering tajuk akibat
perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan berat kering tajuk (g) pada umur 14 MST
Varietas Rataan
Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 2.17 2.37 1.83 2.12 G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 2.20 2.37 2.10 2.22 G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 1.63 2.27 2.03 1.98 G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 2.27 2.23 2.53 2.34 G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 2.00 1.97 2.17 2.04 Rataan 2.05 2.24 2.13 2.14
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap karakter berat kering tajuk umur 14 MST.
Berat Basah Akar (g)
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk pengamatan parameter berat basah akar pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30. Untuk mengetahui perbedaan berat basah akar akibat perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rataan berat basah akar (g) umur 14 MST
Varietas Rataan
Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 1.80 1.60 1.50 1.63 b G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 1.87 1.80 2.50 2.06 a G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 1.83 2.07 1.83 1.91 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 1.87 1.83 2.07 1.92 a G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 1.97 1.80 2.00 1.92 a Rataan 1.87 1.82 1.98 1.89
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berbeda nyata terhadap parameter berat basah akar umur 14 MST. Rataan berat
basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (2,06 g) dan terendah terdapat pada G0 (1,63 g). Pada perlakuan varietas dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.
Berat Kering Akar
Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk pengamatan parameter berat kering akar pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 31 dan 32. Untuk mengetahui perbedaan berat kering akar akibat perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan berat kering akar (g) umur 14 MST.
Varietas Rataan
Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)
G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 0.50 0.40 0.43 0.44 bc G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 0.53 0.47 0.53 0.51 a G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 0.50 0.60 0.37 0.49 ab G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 0.47 0.37 0.37 0.40 c G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 0.60 0.60 0.50 0.57 a Rataan 0.52 0.49 0.44 0.48
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media tanam menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter berat kering akar umur 14 MST. Rataan berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan G4(0,57 g) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan G3 (0,40 g). Perlakuan varietas dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.
Heritabilitas
Tabel 9. Nilai duga heritabilitas beberapa parameter dari tanaman kelapa sawit.
No Karakter σ2g σ2f Nilai (H) Kriteria (H)
1 Tinggi Tanaman 12,85 17,53 0.73 Tinggi
2 Jumlah Daun 0,03 0,13 0.24 Sedang
3 Luas Daun 504,91 509,59 0.99 Tinggi
4 Jumlah Klorofil 15,53 22,87 0.68 Tinggi
5 Bobot Basah Tajuk 1,38 2,09 0.66 Tinggi
6 Bobot Basah Akar 0,05 0,12 0.42 Sedang
7 Bobot Kering Tajuk 0,03 0,26 0.11 Rendah
8 Bobot Kering Akar 0,09 0,02 0.47 Sedang
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa nilai duga heritabilitas untuk beberapa karakter pengamatan tanaman kelapa sawit memiliki kategori tinggi untuk pengamatan tinggi tanaman (0,73), Luas Daun (0,99), Jumlah Klorofil (0,68) dan bobot basah tajuk (0,66). Sementara nilai duga heritabilitas memiliki kategori sedang yaitu pada pengamatan parameter Jumlah Daun (0,24), bobot basah akar (0,42) dan bobot kering akar (0,47). Nilai duga heritabilitas memiliki karakter rendah yaitu pada pengamatan parameter bobot kering tajuk (0,00). Persentase Kadar Air Tanaman
a. Tajuk b. Akar G0 : x 100 % = 71,23 % G0 : x 100 % = 73 % G1 : x 100 % = 70,4 % G1 : x 100 % = 75,24 % G2 : x 100 % = 73,71 % G2 : x 100 % = 74,34 % G3 : x 100 % = 69,69 % G3 : x 100 % = 79,2 % G4 : x 100 % = 65,48 % G4 : x 100 % = 70,3 % 7,37 - 2,12 7,37 7,50 - 2,22 7,50 7,53 – 1,98 7,53 7,72 - 2,34 7,72 5,91 - 2,04 5,91 1,63 – 0,44 1,63 2,06 – 0,51 2,06 1,91 – 0,49 1,91 1,92 – 0,40 1,92 1,92 – 0,57 1,92
PEMBAHASAN
Pengaruh perlakuan varietas terhadap pertumbuhan kelapa sawit di prenursery.
Dari pengamatan terlihat bahwa pengaruh varietas berbeda nyata terhadap parameter luas daun dan jumlah klorofil umur 14 MST, sedangkan parameter lainnya tidak berbeda nyata. Luas daun tertinggi dijumpai pada perlakuan V3 (49,62 cm2) dan terendah pada V2 (46,11 cm2). Jumlah klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan V3 (57,20 unit/6mm3) dan terendah terdapat pada perlakuan V1 (52,31 unit/6mm3). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kelapa sawit relatif seragam dari setiap varietas. Luas daun dan jumlah klorofil meningkat karena adanya pengaruh dari faktor genetis dari masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa setiap varietas memiliki perbedaan ciri-ciri yang khas yang dapat dibedakan antara varietas satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu baik dari segi anatomi, fisiologi dan morfologi tanaman itu sendiri yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi dari suatu tanaman.
Perlakuan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar pada umur 14 MST. Hal ini menunjukkan antara ketiga varietas (marihat, simalungun dan langkat) yang digunakan memiliki keseragaman pertumbuhan pada saat pembibitan awal yang merupakan faktor genetik tanaman. Menurut Pahan (2006) faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sepanjang kehidupannya,
yaitu faktor innate adalah faktor yang terkait dengan genetik tanaman. Faktor ini bersifat mutlak dan sudah ada sejak mulai terbentuknya embrio dalam biji.
Selanjutnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang masih berumur 3 bulan dikatakan singkat karena pertumbuhannya relatif lambat dan dipengaruhi oleh faktor dari dalam biji kelapa sawit itu sendiri. Terdapat endosperm didalam cangkang kelapa sawit yang mempengaruhi pertumbuhan awal kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) bahwa waktu berkecambah, embrio mengembang, volume bertambah, bakal batang dan bakal akar tumbuh keluar dari cangkang melalui lubang pada cangkang tersebut dan berkembang menjadi batang, daun dan akar dibantu endosperm sebagai bahan makanan untuk pertumbuhan kecambah pada saat awal.
Pengaruh perlakuan komposisi media tanam tanah gambut terhadap pertumbuhan kelapa sawit di prenursery.
Perlakuan komposisi media tanam tanah gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil umur 14 MST. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan G0 (28,06 cm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G4 (22,01 cm). Untuk parameter luas daun rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (62,26 cm2) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G4 (32,93 cm2). Pada pengamatan jumlah klorofil rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G0 (56,78 unit/6mm3) dan yang terendah terdapat pada G4 (51,33 unit/6mm3). Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara yang terdapat pada media tanam dan kemampuan kelapa sawit dalam menyerap unsur hara yang tersedia berbeda-beda. Hai ini sesuai dengan literatur Rinsema (1983) tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang dibutuhkan cukup
tersedia dan berada dalam konsentrasi yang sesuai untuk diserap oleh tanaman. Disamping itu kandungan unsur hara yang sesuai hingga ketersediaannya tidak mengganggu keseimbangan hara di dalam tanah akan memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan.
Dapat dibandingkan dari parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, luas daun dan jumlah klorofil yang berbeda nyata akibat pengaruh komposisi media tanam tanah gambut perlakuan G4 (100% tanah gambut) pertumbuhan tanaman kurang maksilmal. Hal ini dikarenakan pH tanah gambut yang sangat masam sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Berdasarkan hasil analisa tanah gambut pH (H2O) tanah 4,3, kandungan C 23,05%, N total 0,98%, C/N 23,5, P Bray 14 ppm, K 0,48 m.e/100g dan KTK 42,32 m.e/100g. Fadli,dkk (2006) menyatakan bahwa sifat kimia dari tanah gambut adalah bereaksi masam yaitu memiliki pH 3,5 sampai 5,0; kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena nisbah C/N yang tinggi juga, kandungan unsur hara Mg tinggi sementara P dan K rendah, kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B dan Zn sangat rendah dan memiliki daya sangga air tinggi sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang terdapat diatasnya.
Pada perlakuan G0 (100% tanah topsoil) parameter tinggi tanaman, luas daun dan jumlah klorofil memberikan perbedaan yang nyata dengan rataan tertinggi. Hal ini diduga karena media tanam memiliki kesesuaian sehingga kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal. Berdasarkan hasil analisa tanah topsoil jenis inceptisol pH (H2O) tanah 5,01, kandungan C 2,35%, N total 0,16%, C/N 14,68, P Bray 6,35 ppm, K 0,32 m.e/100g dan KTK 28,44 m.e/100g sehingga memenuhi
kriteria kelapa sawit untuk tumbuh secara optimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat
tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Akan tetapi, kelapa sawit akan dapat tumbuh secara optimal jika jenis tanahnya sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Sifat fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan optimal kelapa sawit adalah memiliki drainase baik, tekstur ringan, solum tanah cukup dalam, pH 4,0 – 6,0 dan pH optimal 5,0 – 5,5 dan tanah memiliki kandungan hara cukup tinggi.
Parameter berat basah tajuk umur 14 MST berbeda nyata akibat perlakuan komposisi tanah gambut dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (7,53 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G4 (5,91 g). Berat basah akar 14 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (2,06 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G0 (1,63 g). Berat kering akar 14 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G4 (0,57 g) dan terendah terdapat pada perlakuan G3 (0,40 g). Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis yang berlangsung pada tanaman kelapa sawit yang berkorelasi dengan luas daun dan jumlah klorofil pada daun. Pahan (2006) menyatakan tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis dalam melangsungkan aktivitas hidupnya yang berguna untuk pertumbuhan, kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery. Intensitas cahaya matahari bervariasi 1410-1540 J/cm2/hari. Fotosintesis pada daun kelapa sawit meningkat sejalan dengan kondisi luas daun dan jumlah klorofil yang dapat menerima cahaya. Produksi bahan kering bibit umur 13 minggu yang diberi
naungan sangat berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering pada bagian tajuk dan pada bagian akar.
Pengaruh interaksi antara varietas dan komposisi tanah gambut terhadap pertumbuhan kelapa sawit di prenursery.
Pengaruh interaksi antara varietas dan komposisi media tanam tanah gambut berbeda nyata terhadap parameter luas daun dan jumlah klorofil umur 14 MST. Sedangkan parameter lainnya tidak berbeda nyata. Pada parameter luas daun kombinasi dengan rataan tertinggi terdapat pada V1G2 (63,44 cm2) dan kombinasi terendah V2G4 (31,78 cm2). Jumlah klorofil dengan rataan tertinggi terdapat pada kombinasi V3G2 (61,56 unit/6mm3) dan terendah terdapat pada kombinasi V1G1 (48,67 unit/6mm3). Hal ini disebabkan varietas memiliki respon terhadap kondisi lingkungan. Pahan (2006) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sepanjang kehidupannya salah satunya adalah faktor induce merupakan faktor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang terkait dengan keadaan buatan manusia (perlakuan). Selain itu, parameter pengamatan lain tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap interaksi VxG. Hal ini diduga karena karakter yang diteliti bertindak sendiri- sendiri satu sama lain atau masing-masing karakter dari faktor perlakuan mempunyai kerja yang berbeda.
Heritabilitas
Dari hasil analisa statistika dapat dilihat bahwa untuk karakter tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil dan bobot basah tajuk memiliki nilai duga heritabilitas yang tinggi. Ini berarti faktor genotif sangat berpengaruh terhadap
karakter pertumbuhan tanaman sedangkan pada karakter pengamatan jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar menunjukkan nilai duga heritabilitas dengan kriteria sedang, kemudian pada karakter pengamatan berat kering tajuk memiliki nilai duga heritabilitas yang rendah ini di sebabkan lingkungan yang mempengaruhi.hal ini sesuai dengan literatur Posespodarsono (1988) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas dinyatakan dalam pecahan (desimal) atau presentase. Nilainya berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotip hanya disebabkan oleh lingkungan, sedangkan keragaman dengan keragaman 1 berarti keragaman fenotip hanya disebabkan oleh genotip. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya semakin mendekati 0, heritabilitasnya semakin rendah. Welsh (1987) menyatakan bahwa pada dasarnya penampakan luar (fenotip) individu tanaman dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Karenanya dalam perhitungan nilai heritabilitas, apabila pengaruh lingkungan lebih besar dibandingkan dengan pengaruh genetik, maka nilai heritabilitas rendah. Selanjutnya Namkoong (1979) menyatakan bahwa heritabilitas yang sedang tidak sesuai dengan yang umum terjadi pada karakter kuantitatif dengan nilai heritabilitas rendah. Hal ini dapat terjadi karena nilai heritabilitas bukanlah suatu konstanta sehingga untuk karakter yang sama, nilainya dapat berbeda. Karena itu, walaupun metode pendugaannya serupa, tapi heritabilitas suatu karakter tidak selalu persis sama. Di sisi lain, walaupun metode pendugaan berbeda, mungkin saja diperoleh heritabilitas yang sama untuk karakter tertentu.
KESIMPULAN
1. Secara umum Varietas Langkat (V3) memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih jagur pada tahap prenursery untuk semua parameter pengamatan dari pada Varietas Marihat (V1) dan Varietas Simalungun (V2).
2. Komposisi 100% tanah topsoil (G0) memiliki rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih tinggi dari pada komposisi media tanam yang lain sedangkan perlakuan 100% tanah gambut (G4) memiliki rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang paling rendah.
3. Interaksi varietas dengan komposisi media tanam tanah gambut berbeda nyata pada pengamatan luas daun dan jumlah klorofil dan tidak berbeda nyata pada beberapa karakter pengamatan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar.
SARAN
Perlu diadakan penelitian lanjutan ke tahap Main nursery untuk menguji varietas kelapa sawit yang cocok untuk dikembangkan di lahan gambut.