• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sub Sektor Properti dan Real Estate

Sub sektor properti dan real estate merupakan bagian dari sektor properti, real estate dan konstruksi. Perusahaan sub sektor properti dan real estate yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia hingga saat ini tercatat telah mencapai 50 perusahaan. Daftar semua perusahaan yang listing di Bursa Efek dapat dilihat pada Lampiran 1. Selama periode 2010 sampai 2015 tercatat terdapat 11 perusahaan properti dan real estate yang melakukan initial public offering (IPO) sehingga tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Dalam kurun tahun 2010 sampai 2015 perkembangan sub sektor properti dan real estate mengalami berbagai fluktuasi yang menyebabkan tidak semua perusahaan sub sektor properti dan real estate membayarkan deviden tunai nya kepada pemegang saham setiap tahunnya. Tercatat hanya 9 perusahaan yang rutin melakukan pembayaran dividen setiap tahunnya selama periode 2010 sampai 2015, perusahaan tersebut diantaranya adalah perusahaan Alam Sutera Reality Tbk (ASRI), Ciputra Properti Tbk (CTRP), Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD), Jaya Real

12

Properti Tbk (JRPT), Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT), Lippo Karawaci Tbk (LPKR), Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI), Pudjiati Prestige Tbk (PUDP), Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Kegiatan perusahaan yang menghasilkan laba tentunya tidak luput dari komponen dasar yang menjadi fondasi berjalannya bisnis tersebut. Komponen dasar ini berada pada neraca yang terdiri dari total asset, total kewajiban, serta modal yang dimiliki. Tabel 1 memperlihatkan jumlah dari asset, kewajiban serta modal yang dimiliki oleh perusahaan sub sektor properti dan real estate.

Tabel 1. Total Aset,Kewajiban dan Modal Perusahaan Properti dan Real Estate Selama 2010-2015

Perusahaan Total Asset Total Ekuitas Total Kewajiban

ASRI 10,656,543,300,916 5,026,330,116,849 43,563,715,578 CTRP 40,411,265,473,447 25,741,300,852,880 14,567,649,661,432 GMTD 5,852,831,855,888 2,161,504,825,771 3,691,327,030,117 JRPT 32,804,286,028,000 15,772,846,996,000 17,031,439,032,000 JSPT 19,338,620,114,512 11,693,430,453,759 5,178,764,866,441 LPKR 169,775,144,884,383 79,809,746,733,290 90,010,541,246,465 MKPI 19,374,413,261,904 11,366,617,475,688 8,007,795,786,216 PUDP 2,201,685,947,534 1,588,473,906,968 612,879,285,524 SMRA 74,001,136,070,000 27,393,914,269,000 46,607,221,811,000 Sumber : data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) merupakan perusahaan yang memiliki total asset dan total ekuitas tertinggi. Sedangkan perusahaan Pudjiati Prestige Tbk (PUDP) merupakan perusahaan yang memiliki total asset dan ekuitas terendah namun memiliki total kewajiban yang harus dibayarkan paling tinggi diantara perusahaan lainnya.

Kondisi Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Return

on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM).

Rasio-rasio ini menjelaskan seberapa besar kemampuan perusahaan dapat memperoleh keuntungan, baik itu melalui asset yang digunakan, equity yang dimiliki, maupun dari hasil penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan sub sektor properti dan real estate dapat dilihat pada Grafik 3 berikut ini.

13

Sumber : data diolah (2016)

Gambar 6. Rasio Profitabilitas Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate 2010-2015

Berdasarkan Gambar 6, Net Profit Margin (NPM) tertinggi ditempati oleh perusahaan Jaya Real Properti Tbk (JRPT) sebesar 0.385515, yang artinya sebesar 38.55 % laba bersih yang dihasilkan perusahaan berasal dari kegiatan penjualan produk perusahaan. Tingginya persentase Net Profit Margin (NPM) dikarenakan perusahaan Jaya Real Properti Tbk (JRPT) terus melakukan upaya peningkatan penjualan produk yang diiringi dengan peningkatan laba yang dihasilkan setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan perusahaan lain, perusahaan Jaya Real Properti Tbk (JRPT) menghasilkan laba yang terus meningkat. Perusahaan lain memiliki kecenderungan akan fluktuasi laba yang dihasilkan dengan tingkat penjualan yang cukup tinggi, sehingga menghasilkan rasio perbandingan laba bersih terhadap penjualan yang lebih rendah jika dibandingkan perusahaan Jaya Real Properti Tbk (JRPT).

Sedangkan nilai Return on Equity (ROE) terbesar ditempati oleh perusahaan Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) sebesar 23.23%, hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 23.23% laba bersih yang dihasilkan berasal dari pemanfaatan modal yang dimiliki perusahaan. Selain itu, hal ini juga menggambarkan seberapa besar tingkat kepemilikan yang dimiliki terhadap perusahaan. Gambar 6 menunjukan nilai rata-rata Return on Asset (ROA) terbesar ditempati oleh perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) sebesar 13.73%. Nilai Return on Asset (ROA) yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) mampu memanfaatkan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Meskipun terjadi gejolak perekonomian, perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) mampu membuktikan bahwa perusahaan dapat tetap bertahan dan menghasilkan laba bersih yang terus meningkat disetiap tahunnya.

Tingkat profitabilitas tertinggi baik itu NPM, ROE maupun ROA ini dimiliki oleh perusahaan yang berbeda-beda dalam satu jenis sub sektor, sehingga dapat diketahui bahwa perusahaan yang menghasilkan ROA ataupun ROE yang tinggi belum tentu akan menghasilkan nilai NPM yang tinggi pula, dan begitu

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

ASRI CTRP GMTD JRPT JSPT LPKR MKPI PUDP SMRA

PM ROE ROA

14

pula sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya seperti total modal, asset dan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan.

Gambar 6 juga menunjukan nilai Net Profit Margin (NPM) terendah yang ditempati oleh perusahaan Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) sebesar 0.188912 atau 18.89%. . Peningkatan jumlah asset dan modal pada perusahaan ini setiap tahunnya tidak diimbangi dengan peningkatan laba yang dihasilkan, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu mengoptimalkan modal dan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Peristiwa ini mencerminkan bahwa perusahaan tidak cukup mampu berkompetisi dengan perusahaan lain ditengah kondisi ekonomi global yang sedang mengalami pasang surut pada beberapa tahun terakhir. Rendahnya rasio profitabilitas perusahaan ini juga disebabkan karena tidak optimalnya penyerapan capital expenditure (CAPEX) pada tahun 2015 sesuai dengan apa yang telah dianggarkan. Oleh karena itu, dengan adanyanya hal tersebut dan ditambah dengan adanya perekonomian yang melambat, perusahaan ini terpaksa mengalihkan dana belanja modal pada tahun 2015 untuk tahun depan.

Sedangkan nilai Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA) terendah ditempati oleh perusahaan Ciputra Properti Tbk (CTRP) yaitu sebesar 6.947% dan 4.531%, namun perusahaan ini memiliki nilai NPM yang cukup tinggi diatas nilai rata-rata secara keseluruhan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan Ciputra Properti Tbk (CTRP) lebih mengandalkan penjualan untuk menghasilkan laba dibandingkan dengan asset dan modal yang dimiliki. Sehingga pendanaan atas kegiatan perusahaan ini lebih mengandalkan pada lialibility, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Total asset dan modal yang cukup tinggi (Tabel 1) tidak menjamin dihasilkannya laba yang tinggi atas asset dan modal yang dimiliki.

Kondisi Dividen Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate

Kebijakan dividen secara penuh merupakan keputusan internal manajemen perusahaan, biasanya pembayaran dividen diputuskan melalui rapat umum pemegang saham (RUPS). Tidak semua perusahaan dalam sub sektor properti dan real estate memutuskan untuk melakukan pembayaran dividen setiap tahun nya. Tercatat dari 50 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya 9 perusahaan yang membayarkan dividen selama periode 2010 sampai 2015. Hal ini mencerminkan tingkat kestabilan kinerja perusahaan dalam menghadapi tantangan persaingan ditengah fluktuasi perekonomian yang terjadi di Indonesia.

Kebijakan dividen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Earning

per Share (EPS), Dividen per Share (DPS), Dividen Payout Ratio (DPR).

Kebijakan dividen ini menggambarkan seberapa besar laba yang ditahan dialokasikan untuk pembayaran dividen kepada pemegang saham, selain itu juga untuk melihat rasio pembayaran dividen atau kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividennya. Besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham secara rutin setiap tahunnya pada sub sektor properti dan real estate dapat dilihat dalam Lampiran 3. Sedangkan Tabel 2 menunjukan rasio pembayaran dividen pada sub sektor properti dan real estate.

15

Tabel 2. Rasio pembayaran dividen pada sub sektor properti dan real estate.

Kode Dividen Dividen(%) EPS DPS DPR(%)

ASRI 127,335,787,166 13.73 40 7 15 CTRP 57,714,607,271 6.22 48 10 19.55 GMTD 4,721,517,000 0.51 777 47 7.2 JRPT 136,172,097,500 14.68 93 22.7 24.45 JSPT 25,506,096,000 2.75 73 11 15.07 LPKR 216,209,432,218 23.31 50 10 24.155 MKPI 154,666,244,633 16.675 464 163 37.824 PUDP 3,194,240,000 0.34 66 10 15.67 SMRA 201,998,047,667 21.78 73 21 29.09

Sumber : data diolah (2016)

Jumlah dividen rata-rata yang dibayarkan paling tinggi ditempati oleh perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan presentase pembayaran dividen terhadap total dividen yang dibayarkan sebesar 23.31%. Dividen yang dibayarkan perusahaan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan meskipun laba yang dihasilkan pada tahun 2015 mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan lebih memilih untuk melakukan pembayaran dividen lebih besar dibandingkan dengan dana cadangan yang disimpan perusahaan. Namun perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) memiliki nilai Earning per Share (EPS) yang cukup rendah yaitu hanya sebesar 50, jauh lebih rendah dari nilai rata-rata EPS secara keseluruhan. Rendahnya nilai EPS perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) disebabkan oleh jumlah saham yang beredar dari perusahaan ini memiliki jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan saham yang dimiliki perusahaan lainnya. Sedangkan rasio pembayaran dividen (DPR) yang dimiliki perusahaan bukanlah rasio terbesar dalam sub sektor properti dan real estate, namun masih dapat dikatakan cukup baik karena rasio pembayaran dividen perusahaan ini diatas rata-rata rasio perbandingan secara keseluruhan. Apabila dilihat dari Grafik 3, nilai Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) memiliki nilai yang tidak cukup besar. Meskipun demikian, perusahaan ini masih dapat membagikan dividen tunai kepada pemegang saham dengan total pembayaran tertinggi dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) cukup memperhatikan posisi investor dalam perusahaan.

Pembayaran dividen terendah ditempati oleh perusahaan Pudjiati Prestige Tbk (PUDP) dengan rasio pembayaran dividen (DPR) yang cukup rendah yaitu sebesar 15.67% dibawah rata-rata (DPR) secara keseluruhan. Selain itu, nilai

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM)

yang dihasilkan perusahaan ini tidaklah cukup tinggi dan masih dibawah rata-rata secara keseluruhan. Laba yang dihasilkan perusahaan ini pun cukup berfluktuatif. Namun demikian, perusahaan tetap membagikan dividen sesuai dengan hasil keputusan yang diambil pada rapat umum pemegang saham (RUPS). Selain itu, perusahaan ini juga sedang melakukan penganggaran modal belanja untuk melakukan perbaikan dan perawatan terhadap asset yang dimiliki, selain itu perusahaan juga sedang melakukan beberapa proyek pembangunan yang ada di

16

daerah Banten dan Cikarang. Oleh sebab itu, perusahaan sedang membutuhkan dana untuk membiayai hal tersebut. Pendanaan ini salah satunya bersumber dari dana internal perusahaan yang dapat diambil dari laba ditahan, sehingga mengurangi jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Berdasarkan track

record pembayaran dividen yang dilakukan selama 6 tahun terakhir ini,

perusahaan Pudjiati Prestige Tbk (PUDP) diduga menganut kebijkaan dividen rendah teratur, dimana perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil namun teratur dibayarkan dalam setiap periode nya. Hal ini dilakukan perusahaan untuk memberikan investor pendapatan yang stabil yang digunakan untuk membangun kepercayaan kepada perusahaan.

Nilai rasio pembayaran dividen (DPR) terbesar ditempati oleh perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) sebesar 37.8%, mengingat bahwa jumlah dividen yang dibayarkan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan dengan nilai dividen per share (DPS) yang dimiliki perusahaan ini merupakan DPS tertinggi dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Selain itu, nilai DPS perusahaan ini selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini memungkinkan bahwa jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham lebih besar jika dibandingkan dengan dana cadangan yang disimpan perusahaan. Apabila dilihat dari nilai Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan

Net Profit Margin (NPM) pada Lampiran 2 menunjukan bahwa nilai ROA, ROE,

dan NPM perusahaan berada diatas rata-rata nilai secara keseluruhan, bahkan ROA perusahaan ini memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) memiliki prosepek bisnis yang baik, selain menghasilkan laba yang terus meningkat, perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) juga sangat memperhatikan kepentingan dari pemegang saham.

Sedangkan nilai rasio pembayaran dividen (DPR) terendah ditempati oleh perusahaan Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) sebesar 7.2 %. Hal ini dikarenakan bahwa perusahaan ini memiliki nilai earning per share (EPS) terbesar jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Apabila dilihat dari nilai

Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM)

pada Lampiran 2 menunjukan bahwa nilai ROA, ROE, dan NPM perusahaan Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) berada diatas rata-rata nilai secara keseluruhan, bahkan ROE perusahaan ini memiliki nilai terbesar dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan lebih mengutamakan dana internal bagi pembiayaan perusahaan. Perusahaan Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) diduga menggunakan kebijakan dividen konstan atau naik secara mantap mengingat jumlah dividen yang dibayarkan pada beberapa tahun terakhir konstan (Lampiran 3).

Kondisi Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate

Indikator dari harga saham dalam penelitian ini menggunakan rata-rata harga saham harian perusahaan dalam tahunan. Tabel 3 menunjukan rata-rata harga saham harian perusahaan dalam tahunan sub sektor properti dan real estate selama periode 2010 sampai 2015. Sedangkan pergerakan harga saham perusahaan setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

17 Tabel 3. Rata-rata harga saham harian perusahaan sub sektor properti dan real estate selama 2010-2015

Kode Perusahaan Harga Saham (Rp)

ASRI Alam Sutera Reality Tbk 477

CTRP Ciputra Properti Tbk 608

GMTD Goa Makassar Tourism Development Tbk 3,620

JRPT Jaya Real Properti Tbk 1,663

JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 725

LPKR Lippo Karawaci Tbk 909

MKPI Metroplitan Kentjana Tbk 7,591

PUDP Pudjiati Prestige Tbk 460

SMRA Summarecon Agung Tbk 1,341

Sumber : data diolah (2016)

Harga saham tertinggi dalam sub sektor properti dan real estate adalah perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) yaitu sebesar 7591, apabila dilihat nilai Dividen Payout Ratio (DPR) perusahaan ini memiliki rasio dengan nilai paling besar diantara perusahaan lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa para investor lebih melihat besarnya dividen yang dibayarkan dalam menanamkan modalnya pada perusahaan properti dan real estate. Semakin banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi maka akan semakin meningkatnya harga saham. Pada umumnya semakin meningkatnya jumlah dividen yang dibayarkan, semakin tinggi pula harga saham perusahaan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Namun, terdapat pula peningkatan dividen yang tidak diikuti dengan meningkatnya harga saham seperti yang terjadi pada perusahaan Jaya Real Properti Tbk (JRPT) tahun 2014, perusahaan Lippo Karawaci Tbk (LPKR) tahun 2014 dan perusahaan Summarecon Agung Tbk (SMRA) tahun 2014, dimana harga saham perusahaan justru mengalami penurunan. Hal ini diduga karena terdapat penurunan pada nilai dividen payout ratio (DPR) pada tahun 2014 dari tahun sebelumnya. Penurunan ini memberikan signal negatif kepada investor atau memberikan gambaran terkait kinerja perusahaan, sehingga menyebabkan harga saham mengalami penurunan.

Perusahaan yang memiliki pergerakan harga saham yang cukup baik selain perusahaan Metroplitan Kentjana Tbk (MKPI) adalah perusahaan Goa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD), karena memiliki pergerakan harga saham yang terus meningkat meskipun dividen yang dibagikan tidak selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya bahkan perusahaan cenderung melakukan pembayaran dividen konstan pada beberapa periode waktu tertentu.

Sedangkan harga saham terendah ditempati oleh perusahaan Pudjiati Prestige Tbk (PUDP) dengan nilai dividen payout ratio (DPR) nya sebesar 15.68%. Perusahaan ini juga merupakan perusahaan yang menghasilkan nilai NPM, ROE dan ROA tergolong rendah, sehingga wajar jika dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang kecil,ini merupakan jumlah pembayaran dividen paling rendah dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Rendahnya harga saham pada perusahaan ini mencerminkan bahwa investor tidak cukup tertarik menanamkan modalnya dan menganggap menanamkan modalnya pada perusahaan ini hanya memberikan sedikit keuntungan.

18

Pengujian Model SEM Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran atau outer model merupakan model pengukuran menggunakan convergent validity yang refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antar item score/component score dengan construct score yang dihitung menggunakan SmartPLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi apabila bernilai lebih dari 0.70 terhadap konstruk yang diukur (Ghazali, 2008) . Namun, untuk penelitian awal korelasi bernilai 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup (Chin, 1998).

Penelitian ini menggunakan batas model pengukuran atau batas outer model lebih dari 0,7. apabila terdapat nilai loading dibawah 0,7 maka indikator akan dihilangkan atau didrop. Tabel 6 menunjukan hasil outer loading sebelum dilakukan dropping.

Tabel 4. Nilai Faktor Loading Sebelum Dropping

Profitabilitas Kebijakan Dividen Harga Saham

NPM 0.755 ROA 0.9 ROE 0.935 DPR 0.275 DPS 0.926 EPS 0.815 HS 1

Sumber : data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 6, nilai DPR kurang dari batas outer model yang telah ditentukan (> 0,7), sehingga indikator DPR harus dihilangkan atau didrop. Oleh karena itu dilakuka kembali re-calculate dan menghasilkan nilai faktor loading yang baru seperti pada Gambar 4.

19

Model Akhir Setelah Dropping Gambar 7. Model SEM

Discriminant Validity

Discriminant Validity merupakan tolok ukur yang digunakan untuk

melihat tingkat validitas setiap variabel atau konstruk. Discriminant Validity dapat dilihat melalui nilai Average Variance Extracted (AVE) variabelnya atau dengan melihat cross-loading pada discriminant validity disetiap indikatornya. Konstruk dikatakan valid apabila nilai Average Variance Extracted (AVE) lebih besar dari 0,5.

Tabel 5. Nilai Average Variance Extracted (AVE)

Average Variance Extracted

(AVE)

Profitabilitas 0.751

Kebijakan Dividen 0.778

Harga Saaham 1

Sumber : data diolah (2016)

Tabel 5 menunjukan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid, hal ini dikarenakan setiap variabel bernilai lebih dari batas yang ditentukan (> 0,5).

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan tolok ukur yang digunakan untuk melihat tingkat konsistensi sebuah alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Uji reliabilitas dapat dilihat melalui nilai composite reliability dan cronbachs alpha dari masing-masing variabel. Sebuah variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai keduanya > 0,7.

Tabel 6. Composite reliability dan cronbachs alpha

Composite Reliability Cronbachs Alpha

Profitabilitas 0.9 0.833

Kebijakan Dividen 0.875 0.716

Harga Saham 1 1

20

Semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sehingga variabel tersebut dapat dikatakan reliable.

Model Struktural (Inner Model)

Menurut Abdillah dan Jogiyanto (2015) model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan square untuk konstruk dependen. Nilai

R-square digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen

terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R-square berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang dilakukan. Total nilai R-square dapat digunakan untuk menghitung secara manual goodness of-fit (GOF) model karena PLS tidak menyediakan menu khusus untuk menghitung GOF.

Tabel 7. R-square

R-Square

Profitabilitas 0

Kebijakan Dividen 0.427

Harga Saham 0.816

Sumber : data diolah (2016)

Tabel 7 menjelaskan bahwa variabilitas konstruk Kebijakan dividen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk profitabilitas sebesar 42.7 %, sedangkan 57.3% dijelaskaan oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini. Variabilitas konstruk harga saham yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk profitabilitas sebesar 81.6%, sedangkan 18.4% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Tingkat signifikan pengaruh setiap variabel dalam penelitian ini dapat dilihat melalui nilai uji t-statistik variabel yang dihasilkan dari calculate

bootsrapping SmartPLS pada Tabel 7. Sebuah variabel dikatakan signifikan atau

berpengaruh nyata terhadap indikator apabila nilai dari uji statistik lebih dari t-tabel yaitu 1.96 pada selang kepercayaan 5% (Ghazali, 2008).

Tabel 8. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T Statistics (|O/STERR|) Profitabilitas -> Harga Saham -0.109 -0.109 0.061 1.792 Profitabilitas -> Kebijakan Dividen 0.654 0.655 0.082 8.004 Kebijakan Dividen -> Harga Saham 0.971 0.968 0.049 19.68

Sumber : data diolah (2016)

Tabel 8 menunjukan adanya pengaruh negatif antara variabel profitabilitas terhadap harga saham sebesar 0.109, atau dapat dikatakan bahwa dengan meningkatnya profitabilitas akan menurunkan harga saham. Nilai dari hasil uji t pengaruh profitabilitas terhadap harga saham yang menunjukan nilai dari uji t sebesar 1.792. Karena nilai dari uji t ini kurang dari 1.96 maka variabel profitabilitas tidak signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu hipotesis

21 yang menyatakan “profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan” ditolak.

Tabel 8 juga menunjukan adanya pengaruh positif antara variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen sebesar 0.654, yang artinya dengan meningkatkan nilai profitabilitas maka peningkatan ini juga akan meningkatkan dividen yang dibayarkan. Nilai dari hasil uji t memperlihatkan pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen yang menunjukan nilai dari uji t sebesar 8.004. Karena nilai dar uji t ini lebih dari 1.96 maka variabel profitabilitas signifikan terhadap kebijakan saham. , hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis “Profitabilitas (ROE, ROA dan NPM) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan” diterima.

Tabel 8 menunjukan adanya pengaruh positif antara variabel kebijakan dividen terhadap harga saham sebesar 0.971, yang artinya dengan meningkatkan nilai dividen yang dibayarkan maka peningkatan ini juga akan meningkatkan harga saham. Nilai dari hasil uji t-statistik memperlihatkan pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham menunjukan nilai dari uji t-statistik sebesar 19.68. Karena nilai dar uji t ini lebih dari 1.96 maka variabel kebijakan dividen signifikan terhadap harga saham. Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis “Kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan” diterima.

Tabel 9. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Pengaruh Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung

Melalui Kebijakan Dividen Kebijakan Dividen -> Harga Saham 0.971

Profitabilitas -> Kebijakan Dividen 0.654

Profitabilitas-> Harga Saham -0.109 0.971*0.654 = 0.635 Sumber : data diolah (2016)

Tabel 9 menjelaskan pengaruh secara langsung antara variabel kebijakan dividen terhadap harga saham sebesar 0.971 dan variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen sebesar 0.654. Hal ini menunjukan bahwa adanya hubungan positif secara langsung diantara kedua variabel. Sedangkan variabel profitabilitas berpengaruh negatif secara langsung terhadap harga saham dengan nilai -0.109, namun berpengaruh positif secara tidak langsung melalui kebijakan dividen, hal ini dibuktikan dengan nilai positif hasil perkalian kebijakan dividen terhadap harga saham dengan variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen.

Pada analisis Structural Equation Modeling (SEM) terdapat aktivitas penghilangan atau dropping indikator. Berdasarkan tiga konstruk yang dianalisis terdapat satu indikator dari kebijakan dividen yaitu indikator dividen payout ratio (DPR) yang harus dihilangkan, hal ini dikarenakan nilai DPR saat calculate yaitu hanya sebesar 0.275 kurang dari 0.7, sehingga indikator tersebut harus

didropping. Hal ini dimungkinkan karena indikator DPR tidak secara kuat

menjelaskan konstruk kebijakan dividen. Pengaruh DPR diduga tidak kuat dikarenakan aspek perilaku korporat atau peran manajemen internal terhadap laba ditahan, dimana perilaku manajemen yang lebih memilih untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan, dengan mengutamakan besarnya laba ditahan sebagai modal utama sebagai sumber pembiayaan perusahaan dibandingkan dengan

Dokumen terkait