• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Kondisi Umum

Pertumbuhan benih pada 1 MST hanya berkisar antara 38-77% sehingga dilakukan penyulaman. Rendahnya pertumbuhan benih ini mungkin disebabkan oleh rendahnya curah hujan pada awal penanaman (Gambar 1) dan lubang tanam yang terlalu dalam sehingga benih yang sebenarnya tumbuh namun belum menembus permukaan tanah sehingga dianggap tidak tumbuh. Pada 2 MST, setelah dilakukan penyulaman, kondisi tersebut berubah menjadi 55-90%.

Gambar 1. Intensitas Curah Hujan dan Kelembaban Selama Percobaan Tanaman kedelai mengalami gejala klorosis (perubahan warna daun menjadi kuning) pada tepi daun dan diantara tulang daunnya. Gejala klorosis yang parah terjadi hingga mendekati pangkal daun dan hanya menyisakan warna hijau pada pertulangan daun (Gambar 2a), bahkan seluruh daun berubah menjadi kuning (Gambar 2b), selanjutnya timbul gejala nekrosis (tepi daun mengering). Gejala ini mulai muncul pada 3 MST dan jumlah tanaman yang mengalami klorosis semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman kedelai.

(a) (b)

Gambar 2. Daun kedelai mengalami klorosis dan nekrosis pada tepi daunnya (a) dan hampir seluruh bagian daun mengalami klorosis (b)

Gejala serangan penyakit yang terdapat pada pertanaman kedelai adalah gejala penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora kikuchii. Hama yang menyerang pertanaman kedelai antara lain hama kepik penghisap pucuk (Anoplocnemis plasiana), ulat bulu, kutu daun (Aphis glycines), kepik polong (Riptortus linearis), ulat penggulung daun (Lamprosema indica), dan ulat jengkal. Tanaman kedelai juga terserang rayap tanah, namun hanya menyerang beberapa tanaman pinggir saja sehingga tidak dilakukan pengendalian.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama percobaan antara lain penyiangan gulma yang dilakukan secara manual dan dengan menggunakan kored atau cangkul serta pembubunan yang dilakukan pada 4 MST. Gulma dominan pada pertanaman antara lain Mimosa pudica, Mimosa invisa, Emilia sonchifolia,

dan beberapa gulma berdaun lebar lainnya. Pembumbunan dilakukan untuk membantu tegaknya tanaman dan untuk menekan laju pertumbuhan gulma.

Bunga mulai muncul pada 4 MST. Pertumbuhan bunga berlangsung secara berangsur-angsur dan mencapai sekitar 75% pada 6 MST. Proses pembentukan bunga yang tidak bersamaan menyebabkan waktu pengisian polong yang tidak sama pula. Oleh karena itu, pemanenan dilakukan secara bertahap pada petakan yang 90% polongnya telah mengisi penuh. Pemanenan dilakukan pada 81, 85, dan 90 HST (Hari Setelah Tanam). Perbedaan waktu pemanenan ini bukan merupakan suatu perlakuan, namun hanya karena perbedaan waktu pengisian polong.

Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah

Perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano tidak berpengaruh nyata pada hampir semua peubah yang diamati baik peubah vegetatif maupun generatif. Pengaruh nyata akibat perlakuan residu pupuk kandang sapi hanya terlihat pada bobot kering bintil akar pada 7 MST, bobot basah polong hampa/petak panen (4.5 m2), dan bobot basah 100 butir biji, sedangkan perlakuan residu pupuk guano hanya berpengaruh nyata pada jumlah daun pada saat 8 MST, serta bobot basah dan bobot kering bintil akar pada 7 MST.

Interaksi antara residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano juga menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada hampir semua peubah yang diamati. Pengaruh nyata hanya terlihat pada jumlah daun pada saat 3 MST, intensitas serangan hama dan penyakit pada saat 5 MST, dan bobot kering 100 butir biji. Rekapitulasi sidik ragamnya tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Keragaman Peubah K G Interaksi KK (%) Tinggi Tanaman 2 MST tn tn tn 13.94 3 MST tn tn tn 10.84 4 MST tn tn tn 14.61 5 MST tn tn tn 18.18 6 MST tn tn tn 15.37 7 MST tn cn tn 14.02 8 MST tn tn tn 12.58 9 MST tn tn tn 12.29 10 MST tn tn tn 31.46 Jumlah Daun 2 MST tn tn tn 9.72 3 MST tn tn * 6.67 4 MST tn tn tn 11.68 5 MST tn tn tn 20.97 6 MST tn tn tn 25.04 7 MST tn tn tn 27.27 8 MST tn * tn 24.63 9 MST tn tn tn 23.31 10 MST tn tn tn 33.78

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Lanjutan

Keterangan : tn = tidak nyata 5% ** = berbeda nyata pada taraf 1%

cn = berbeda nyata pada taraf 10% a) = hasil transformasi√(x+0.5) * = berbeda nyata pada taraf 5% b) = hasil transformasi√(x+1.0)

Keragaman Peubah

K G Interaksi KK (%) Intensitas Serangan Hama dan Penyakit

Tanaman 3 MST tn tn tn 19.29a) 4 MST tn tn tn 14.03 5 MST tn tn * 14.46 6 MST tn tn tn 17.30 7 MST tn tn tn 10.33 8 MST tn tn tn 10.33 9 MST tn tn tn 7.68 10 MST tn tn tn 29.72

Jumlah Tanaman/4.5 m2 pada 1 MST tn tn tn 33.21a) Jumlah Tanaman/4.5 m2 pada 2 MST tn tn tn 29.88 Jumlah Buku Produktif 10 MST tn tn tn 29.44 Jumlah Cabang Produktif 10 MST tn tn tn 17.01 BB Tajuk 7 MST tn tn tn 21.50a) BK Tajuk 7 MST tn tn tn 17.86a) BB Akar 7 MST tn tn tn 16.67a) BK Akar 7 MST tn tn tn 13.28a) BB Bintil Akar 7 MST tn * tn 8.70a) BK Bintil Akar 7 MST * * cn 4.22a) Rasio Tajuk/Akar tn tn tn 22.50 BB Polong Isi/Tanaman tn tn tn 19.79a) BK Polong Isi/Tanaman tn tn tn 21.90a) BB Polong Hampa/Tanaman tn tn tn 21.98a) BK Polong Hampa/Tanaman tn tn tn 20.08a) BB Polong Isi/Petak Panen (4.5 m2) tn tn tn 26.48a) BB Polong Hampa/Petak Panen (4.5 m2) * tn tn 34.20b) BB 100 Butir Biji * tn cn 5.38 BK 100 Butir Biji cn cn * 6.24 Jumlah Polong Isi/Tanaman tn tn tn 18.37a) Jumlah Polong Hampa/Tanaman tn tn tn 23.81a) Jumlah Polong/Petak Panen (4.5 m2) tn tn tn 21.09a)

Tinggi Tanaman

Perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk berpengaruh tidak nyata pada peubah tinggi tanaman. Perlakuan residu pupuk guano berpengaruh nyata pada taraf 10% pada saat tanaman berumur 7 MST. Tinggi tanaman pada semua perlakuan mengalami peningkatan pada setiap minggu. Perlakuan residu pupuk guano dengan dosis 108 kg/ha menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk guano lainnya pada setiap minggu. Tinggi tanaman kedelai dengan budidaya konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi tanaman kedelai pada semua perlakuan residu pupuk kandang sapi dan pupuk guano (Tabel 3).

Jumlah Daun

Perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano memberikan pengaruh yang tidak nyata pada peubah jumlah daun. Perlakuan residu pupuk guano pada 8 MST menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah jumlah daun. Jumlah daun pada perlakuan residu pupuk guano 108 kg/ha lebih tinggi dibandingkan dengan residu pupuk guano 216 kg/ha, namun tidak berbeda dengan perlakuan residu pupuk guano 0 kg/ha dan 324 kg/ha. Budidaya konvensional menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan semua residu pupuk organik (Tabel 4).

Interaksi perlakuan residu pupuk kandang sapi dan pupuk guano menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun pada 3 MST. Kombinasi residu pupuk kandang sapi 1.5 ton/ha dan residu pupuk guano 0 kg/ha menghasilkan jumlah daun yang tertinggi (Tabel 5).

Tabel 3. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman (MST) Perlakuan

2 3 4 5 6 7 8 9 10

……….………..cm……….………..

Residu Pupuk Kandang Sapi (ton/ha)

0 8.41 12.58 15.67 20.97 29.88 37.61 43.71 47.18 43.20 1.5 9.11 13.18 16.70 22.06 30.32 38.14 43.57 45.40 42.66 3 8.73 12.70 15.82 21.21 29.23 37.00 41.85 43.87 39.98 Residu Pupuk Guano (kg/ha)

0 8.85 12.70 16.01 21.10 29.44 36.94 42.81 44.48 45.84 108 9.01 13.39 16.60 23.14 32.86 41.46 46.35 48.93 38.78 216 9.18 12.84 16.04 20.30 27.98 35.16 40.86 43.13 43.27 324 8.10 12.38 15.69 20.93 28.63 36.29 41.83 44.92 40.91 Konvensional 10.71 15.07 21.13 29.81 40.46 52.64 59.55 60.45 63.83

Tabel 4. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Jumlah Daun Tanaman Jumlah Daun (MST)

Perlakuan

2 3 4 5 6 7 8 9 10

Residu Pupuk Kandang Sapi (ton/ha)

0 4.8 5.9 6.2 8.2 12.0 15.9 20.0 23.3 20.7 1.5 5.1 6.1 6.7 7.9 11.7 15.8 20.0 23.1 21.5 3 5.0 5.9 6.3 7.7 10.7 14.6 18.8 21.7 19.8 Residu Pupuk Guano (kg/ha)

0 5.1 6.1 6.3 7.4 10.5 13.8 18.0ab 20.5 20.8 108 5.1 5.9 6.6 9.1 13.5 18.1 22.8a 25.3 20.2 216 5.2 6.1 6.3 7.3 10.4 13.8 16.5b 20.3 19.9 324 4.8 5.8 6.2 7.9 11.4 15.7 20.5ab 24.1 21.8 Konvensional 5.9 6.5 8.9 12.7 21.6 32.6 38.3 34.6 33.7

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Jumlah Daun Tanaman Kedelai pada 3 MST

Residu Pupuk Guano (kg/ha) Residu Pupuk Kandang

Sapi (ton/ha) 0 108 216 324 Rata-rata 0 5.7bcd 6.1abcd 6.3abcd 5.8abcd 5.97 1.5 6.7a 5.6bcd 6.4abc 5.5cd 6.05 3 6.1abcd 6.0abcd 5.5d 6.1abcd 5.91 Rata-rata 6.13 5.91 6.04 5.82

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk, Akar, Bintil Akar, dan Rasio Tajuk/Akar pada 7 MST

Perlakuan residu pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata pada bobot basah dan bobot kering tajuk dan akar, bobot basah bintil akar serta rasio tajuk/akar, namun residu pupuk kandang sapi berpengaruh nyata menurunkan bobot kering bintil akar. Bobot kering bintil akar pada perlakuan residu pupuk kandang sapi dengan dosis 0 ton/ha tertinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk kandang sapi lainnya. Perlakuan residu pupuk guano nyata menurunkan bobot basah dan bobot kering bintil akar pada 7 MST. Peningkatan dosis residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano cenderung menurunkan bobot basah dan bobot kering tajuk, akar, dan bintil akar (Tabel 6).

Interaksi residu pupuk kandang dan residu pupuk guano menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 10 % terhadap bobot kering bintil akar pada 7 MST. Kombinasi tanpa residu pupuk kandang sapi dan tanpa residu pupuk guano menghasilkan bobot kering bintil akar tertinggi yaitu 0.86 g (Tabel 7).

Intensitas Serangan Hama dan Keparahan Penyakit

Residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano tidak berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan hama dan keparahan penyakit. Intensitas serangan hama dan keparahan penyakit semakin meningkat pada setiap minggu, namun intensitas serangan hama dan keparahan penyakit menurun pada 10 MST. Intensitas serangan hama dan keparahan penyakit pada perlakuan residu pupuk guano 108 kg/ha secara tunggal terendah dibandingkan dengan perlakuan residu lainnya dan lebih rendah dibandingkan dengan budidaya konvensional pada 10

MST. Dibandingkan dengan perlakuan tanpa residu pupuk guano, perlakuan residu pupuk guano 108 kg/ha menurunkan intensitas serangan hama dan penyakit sebesar 25.4%. Intensitas serangan hama dan keparahan penyakit pada budidaya konvensional lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk baik pupuk kandang sapi maupun pupuk guano (Tabel 8).

Tabel 6. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk, Akar, dan Bintil Akar pada 7 MST.

Tajuk Akar Bintil Akar Perlakuan BB BK BB BK BB BK Rasio Tajuk/AKar …….………g…….……… Residu Pupuk

Kandang Sapi (ton/ha)

0 17.86 3.78 2.53 0.88 0.32 0.14a 4.55 1.5 13.99 3.04 1.90 0.67 0.27 0.09b 4.44 3 11.96 2.54 1.83 0.62 0.23 0.07b 4.23 Residu Pupuk Guano

(kg/ha) 0 16.84 3.73 2.58 0.93 0.29a 0.13a 4.24 108 14.68 3.11 2.04 0.71 0.33a 0.11a 4.41 216 15.59 3.21 1.99 0.65 0.32a 0.11a 4.90 324 11.32 2.43 1.74 0.60 0.14b 0.05b 4.07 Konvensional 14.60 3.12 2.09 0.72 0.31 0.12 4.55

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

Tabel 7. Pengaruh Interaksi Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Bobot Kering Bintil Akar pada 7 MST

Residu Pupuk Guano (kg/ha) Residu Pupuk Kandang

Sapi (ton/ha) 0 108 216 324 Rata-rata

………..g……….. 0 0.25a 0.12b 0.13b 0.06b 0.14 1.5 0.07b 0.14b 0.10b 0.05b 0.09 3 0.08b 0.07b 0.01b 0.05b 0.07 Rata-rata 0.13 0.11 0.11 0.05

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

Interaksi residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan hama dan keparahan penyakit pada 5 MST. Kombinasi perlakuan residu pupuk kandang sapi 3 ton/ha dan residu pupuk guano 216 kg/ha menghasilkan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit terendah dibandingkan dengan kombinasi dosis residu pupuk kandang sapi dan pupuk guano lainnya (Tabel 9).

Tabel 8. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Intensitas Serangan Hama dan Penyakit

Intensitas Serangan Hama dan Penyakit (MST) Perlakuan 3 4 5 6 7 8 9 10 …………..………%…………..……… Residu Pupuk Kandang Sapi (ton/ha) 0 17.2 33.8 45.2 54.8 56.2 60.4 60.6 55.4 1.5 18.8 37.3 45.2 54.8 53.8 60.1 61.9 56.1 3 15.9 36.4 45.0 57.5 55.3 62.2 63.3 55.4 Residu Pupuk Guano

(kg/ha) 0 16.5 36.5 44.5 56.1 54.9 62.5 60.9 61.8 108 17.8 34.6 44.8 52.2 53.9 59.7 60.8 46.1 216 16.9 39.0 47.0 60.7 54.7 59.6 63.0 60.9 324 18.2 34.2 44.6 54.6 56.6 61.4 63.0 55.7 Konvensional 0.0 22.0 20.0 34.0 30.0 55.0 53.0 60.0

Jumlah tanaman/4.5 m2 pada 1 dan 2 MST, Jumlah Cabang, serta Buku Produktif pada 10 MST

Residu pupuk kandang sapi dan pupuk guano tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman kedelai/4.5 m2 pada 1 dan 2 MST. Jumlah tanaman pada perlakuan residu pupuk kandang sapi dengan dosis 3 ton/ha lebih tinggi 18.97% dibandingkan perlakuan tanpa residu pupuk kandang sapi, sedangkan jumlah tanaman residu pupuk guano dengan dosis 216 kg/ha lebih tinggi 27.59% dibandingkan pada perlakuan tanpa residu pupuk guano dan pada perlakuan dosis 324 kg/ha residu pupuk guano (Tabel 10).

Perlakuan residu dosis pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang dan buku produktif pada saat tanaman

berumur 10 MST. Jumlah cabang dan buku produktif tertinggi pada perlakuan residu pupuk kandang sapi 0 ton/ha dan residu pupuk guano 216 kg/ha secara tunggal. Peningkatan dosis residu pupuk kandang sapi cenderung menurunkan jumlah cabang dan buku produktif pada 10 MST (Tabel 10).

Tabel 9. Pengaruh Interaksi Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Intensitas Serangan Hama dan Penyakit pada 5 MST

Residu Pupuk Guano (kg/ha) Residu Pupuk Kandang

Sapi (ton/ha) 0 108 216 324

Rata-rata

…..………….………%…..………….………

0 40.3bc 48.0abc 55.0a 40.7abc 46.00 1.5 44.3abc 39.7bc 49.7ab 47.0abc 45.17 3 51.0ab 46.7abc 35.0c 46.0abc 44.67 Rata-rata 45.22 44.78 46.56 44.56

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

Tabel 10. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Jumlah Tanaman/4.5 m2 pada 1 dan 2 MST, Jumlah Buku, serta Cabang Produktif pada 10 MST

Jumlah Tanaman Perlakuan 1 MST 2 MST Buku Produktif Cabang Produktif Residu Pupuk Kandang

Sapi (ton/ha)

0 43 58 21.3 4.0

1.5 37 68 20.3 3.9

3 39 69 18.8 3.4

Residu Pupuk Guano (kg/ha) 0 43 58 18.9 3.3 108 38 71 21.8 4.0 216 42 74 18.9 3.7 324 37 58 20.8 3.9 Konvensional 30 73 34.4 5.4

Bobot Basah, Bobot Kering, dan Jumlah Polong Isi dan Polong Hampa Per Tanaman pada Saat Panen

Perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah, bobot kering, dan jumlah polong isi dan polong hampa per tanaman pada saat panen. Secara umum, peningkatan dosis residu pupuk kandang sapi menurunkan bobot basah, bobot kering, dan jumlah polong isi dan hampa. Perlakuan residu pupuk guano dengan dosis 108 kg/ha menghasilkan bobot basah, bobot kering, dan jumlah polong isi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis residu pupuk guano lainnya, namun pada budidaya konvensional, bobot basah, bobot kering, dan jumlah polong isi dan polong hampanya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano (Tabel 11).

Jumlah Polong, Bobot Basah Polong Isi dan Polong Hampa per Petak Panen, serta Bobot Basah dan Bobot Kering 100 Butir Biji

Perlakuan residu pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap bobot basah polong hampa/petak panen (4.5 m2) dan bobot basah 100 butir biji, sedangkan residu pupuk guano berpengaruh nyata tehadap bobot kering 100 butir biji. Jumlah polong/petak panen pada budidaya konvensional lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk kandang sapi dengan dosis 0 ton/ha dan residu pupuk guano 108 kg/ha secara tunggal (Tabel 12).

Interaksi residu pupuk kandang sapi dan residu pupuk guano berpengaruh nyata pada taraf 10% terhadap bobot basah 100 butir biji dan nyata terhadap bobot kering 100 butir biji. Kombinasi residu pupuk kandang sapi 1.5 ton/ha dan residu pupuk guano 0 kg/ha menghasilkan bobot basah 100 butir biji tertinggi dibandingkan kombinasi lainnya, sedangkan kombinasi residu pupuk kandang sapi 3 ton/ha dan residu pupuk guano 108 kg/ha menghasilkan bobot kering 100 butir biji tertinggi (Tabel 13 dan 14).

Tabel 11. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Komponen Panen per Tanaman

Polong Isi Polong Hampa Perlakuan JPI JPH

BB BK BB BK

………g………

Residu Pupuk Kandang Sapi (ton/ha)

0 37.88 10.31 22.14 8.34 2.30 0.88 1.5 35.97 10.03 21.47 8.33 2.22 0.81 3 33.35 7.90 19.93 7.40 1.76 0.59 Residu Pupuk Guano

(kg/ha) 0 33.15 7.81 19.20 7.11 1.69 0.59 108 41.67 10.76 25.37 9.79 2.43 0.89 216 31.58 7.83 18.60 7.74 1.70 0.58 324 36.52 11.25 21.55 7.45 2.55 0.98 Konvensional 59.45 12.10 41.63 17.07 2.65 1.18

Keterangan : JPI : Jumlah Polong Isi; JPH : Jumlah Polong Hampa

Tabel 12. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Komponen Panen per Petak Panen (4.5 m2)

Perlakuan BPI/Petak Panen BPH/Petak Panen JP/Petak Panen ………g………

Residu Pupuk Kandang Sapi (ton/ha)

0 1076.1 228.58a 3235.5 1.5 871.0 97.84b 2687.1 3 807.4 107.85ab 2500.3 Residu Pupuk Guano (kg/ha)

0 778.8 122.48 2506.4 108 1084.5 134.10 3245.6 216 913.9 209.03 2719.4 324 895.4 113.42 2759.0 Konvensional 1310.4 143.19 2449.6

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%

BPI/Petak Panen : Bobot Polong Isi/Petak Panen; BPH/Petak Panen : Bobot Polong Hampa/Petak Panen; JP/Petak Panen : Jumlah Polong/Petak Panen

Tabel 13. Pengaruh Interaksi Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Bobot Basah 100 Butir Biji Kedelai

Residu Pupuk Guano (kg/ha) Residu Pupuk

Kandang Sapi

(ton/ha) 0 108 216 324

Rata-rata

……….g……….

0 13.70c 15.22abc 15.17abc 14.89abc 14.74 1.5 16.43a 15.37ab 15.33ab 15.29ab 15.61 3 14.52bc 15.88ab 15.90ab 15.22abc 15.38 Rata-rata 14.89 15.49 15.47 15.13

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

Tabel 14. Pengaruh Interaksi Residu Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Guano terhadap Bobot Kering 100 Butir Biji Kedelai

Residu Pupuk Guano (kg/ha) Residu Pupuk

Kandang Sapi

(ton/ha) 0 108 216 324

Rata-rata

……….g……….

0 5.17c 5.99ab 5.97ab 5.94ab 5.77 1.5 6.35a 6.02ab 5.91ab 6.07ab 6.09 3 5.53bc 6.42a 6.38a 6.03ab 6.09 Rata-rata 5.68 6.14 6.09 6.01

Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

Hubungan Korelasi Antar Peubah

Korelasi positif antar peubah berarti semakin tinggi nilai suatu peubah (mendekati 1) akan meningkatkan peubah yang lain. Peubah vegetatif yang berkorelasi positif antara lain tinggi dengan jumlah polong; cabang produktif dengan jumlah buku produktif, jumlah polong isi, bobot basah polong isi, bobot kering polong isi, dan jumlah polong/petak panen (4.5 m2). Peubah generatif berkorelasi positif dan nyata adalah jumlah polong isi/tanaman dengan jumlah cabang dan buku produktif, serta bobot basah polong isi; bobot polong isi/tanaman dengan tinggi tanaman, jumlah cabang dan buku produktif, bobot basah tajuk, serta bobot basah bintil akar; dan jumlah polong/petak panen (4.5 m2) dengan tinggi tanaman, jumlah cabang dan buku produktif, jumlah polong isi, dan bobot polong isi/petak panen (4.5 m2) (Tabel 15).

Tabel 15. Hubungan Korelasi Antar Peubah

Tinggi Cabang Buku BB Tajuk BB Akar BB Bintil Akar BK Tajuk BK Akar BK Bintil Akar Rasio Tajuk/Akar Tinggi 1.00** Cabang 0.55** 1.00** Buku 0.70** 0.79** 1.00** BB Tajuk 0.49** 0.47** 0.58** 1.00** BB Akar 0.28cn 0.30cn 0.33* 0.85** 1.00** BB Bintil Akar 0.56** 0.45** 0.48** 0.77** 0.54** 1.00** BK Tajuk 0.43** 0.44** 0.51** 0.98** 0.90** 0.73** 1.00** BK Akar 0.23tn 0.28cn 0.26tn 0.80** 0.98** 0.48** 0.87** 1.00** BK Bintil Akar 0.36* 0.36* 0.25tn 0.73** 0.75** 0.74** 0.78** 0.76** 1.00** Rasio Tajuk/Akar 0.31cn 0.16tn 0.31cn 0.31cn -0.06tn 0.41** 0.27tn -0.16tn 0.15tn 1.00** Jumlah Polong Isi/Tanaman 0.58** 0.79** 0.73** 0.43** 0.23tn 0.42** 0.38* 0.21tn 0.29cn 0.11tn Jumlah Polong Hampa/Tanaman 0.20tn 0.37* 0.26tn 0.14tn 0.08tn 0.16tn 0.13tn 0.09tn 0.08tn -0.06tn BB Polong Isi/Tanaman 0.56** 0.75** 0.72** 0.37* 0.16tn 0.41** 0.31cn 0.14tn 0.24tn 0.10tn BB Polong Hampa/Tanaman 0.15tn 0.34* 0.21tn 0.07tn 0.04tn 0.12tn 0.07tn 0.05tn 0.07tn -0.07cn BK Polong Isi/Tanaman 0.55** 0.82** 0.74** 0.49** 0.21tn 0.57** 0.42** 0.17tn 0.33* 0.29cn BK Polong Hampa/Tanaman 0.08tn 0.27tn 0.17tn 0.03tn 0.01tn 0.04 tn 0.04tn 0.03tn 0.01tn -0.09tn BB 100 Biji -0.11tn -0.04tn -0.01tn -0.44** -0.57** -0.28cn -0.49** -0.54** -0.52** -0.11tn BK 100 Biji 0.00tn -0.11tn 0.02tn -0.40* -0.52** -0.28cn -0.45** -0.51** -0.50** -0.05tn BB Polong Isi/Petak Panen 0.71** 0.71** 0.68** 0.46** 0.20tn 0.48** 0.39* 0.15tn 0.24tn 0.31cn BB Polong Hampa /Petak Panen 0.26tn 0.01tn 0.06tn 0.01tn -0.06tn -0.03tn -0.03tn -0.08tn -0.09tn 0.13tn Jumlah Polong 0.76** 0.76** 0.77** 0.52** 0.26tn 0.53** 0.45** 0.21tn 0.28cn 0.28cn

Jumlah Polong Isi Jumlah Polong Hampa BB Polong Isi BB Polong Hampa BK Polong Isi BK Polong Hampa BB 100 Butir Biji BK 100 Butir Biji BB Polong Isi / Petak Panen BB Polong Hampa / Petak Panen Jumlah Polong Tinggi Cabang Buku BB Tajuk BB Akar BB Bintil Akar BK Tajuk BK Akar BK Bintil Akar Rasio Tajuk/Akar

Jumlah Polong Isi/Tanaman 1.00** Jumlah Polong Hampa/Tanaman 0.62** 1.00** BB Polong Isi/Tanaman 0.98** 0.59** 1.00** BB Polong Hampa/Tanaman 0.56** 0.97** 0.55** 1.00** BK Polong Isi/Tanaman 0.91** 0.49** 0.92** 0.46** 1.00** BK Polong Hampa/Tanaman 0.52** 0.95** 0.50** 0.97** 0.41** 1.00** BB 100 Biji 0.03tn -0.06tn 0.03 tn -0.12tn -0.06tn -0.04tn 1.00** BK 100 Biji 0.03tn -0.08tn 0.03 tn -0.15tn -0.12tn -0.08tn 0.92** 1.00**

BB Polong Isi/Petak Panen 0.59** 0.26tn 0.55** 0.17tn 0.64** 0.14tn 0.00tn -0.04tn 1.00** BB Polong Hampa /Petak

Panen 0.01tn -0.03tn 0.02tn -0.06tn -0.03tn -0.05tn 0.13tn 0.23tn 0.13tn 1.00**

Pembahasan Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan residu pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap hampir semua peubah yang diamati baik peubah vegetatif maupun peubah generatif. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya penurunan kandungan hara di dalam tanah sehingga penambahan pupuk kandang sapi 2.5 ton/ha tidak cukup menambah ketersediaan hara. Kemungkinan yang lain adalah pengapuran tanah yang kurang efektif.

Hasil analisis tanah setelah panen pada percobaan Rahadi (2008) menunjukkan bahwa pH dan unsur P mengalami penurunan, sedangkan unsur C, N, dan K sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil analisis tanah sebelum percobaan Rahadi (2008) dimulai (Lampiran 5). Oleh karena itu, percobaan residu pupuk organik ini ternyata menggunakan lahan yang telah berkurang kesuburannya.

Kemasaman tanah yang rendah ini diatasi dengan menambahkan kapur, namun pengapuran ini diduga kurang efektif karena tingginya curah hujan setelah aplikasi kapur diduga menyebabkan terjadinya pencucian kapur dan terbawa oleh erosi. Turunnya kandungan hara ini diduga disebabkan oleh tercucinya unsur hara oleh air hujan, erosi, atau terbawa oleh gulma yang tumbuh saat bera yang tidak dibenamkan pada saat pengolahan tanah.

Perlakuan residu pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap bobot kering bintil akar kedelai pada 7 MST, bobot basah polong hampa/petak panen (4.5 m2), dan bobot basah 100 butir biji. Peningkatan dosis residu pupuk kandang sapi menurunkan bobot basah dan bobot kering bintil akar serta meningkatkan bobot basah 100 butir biji.

Bintil akar merupakan bentuk asosiasi antara akar tanaman kedelai dengan bakteri Rhizobium. Rhizobium akan memfiksasi N dari udara untuk memenuhi kebutuhan N bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Gardner et al. (1991), ketahanan hidup Rhizobium di alam sangat tergantung pada kondisi tanah, terutama pH, kelembaban, bahan organik, dan lamanya jarak antara tanaman budidaya yang menjadi inangnya. Bintil akar akan banyak terbentuk dan aktif memfiksasi N dari udara apabila berada pada kondisi tanah yang kekurangan hara.

Hal ini terlihat pada bobot basah dan bobot kering bintil akar yang menurun dengan peningkatan dosis residu pupuk kandang sapi (Tabel 6).

Jumlah polong/petak panen (4.5 m2) pada budidaya konvensional lebih rendah dibandingkan dengan jumlah polong/petak panen (4.5 m2) pada perlakuan residu pupuk kandang sapi maupun residu pupuk guano. Namun, sebaliknya dengan bobot polong/petak panen (4.5 m2) dimana pada budidaya konvensional paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk organik. Hal ini terlihat bahwa pada budidaya konvensional tersedia cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai baik vegetatif maupun generatif, khususnya untuk pembentukan dan pengisian polong (Tabel 12). Hal ini juga disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah tanaman yang dipanen pada setiap petakan.

Dokumen terkait