Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Semai R. apiculata
Pertumbuhan dan perkembangan akar semai Rhizophora apiculata pada berbagai tingkat salinitas di sajikan pada Gambar di bawah ini:
Gambar 3. Pertumbuhan dan perkembangan akar semai R. apiculata umur 5 bulan. Keterangan Gambar :1. Akar utama; 2. Akar lateral
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove R. apiculata menunjukkan perbedaan yang signifikan dari masing perlakuan konsentrasi pada setiap pemberian salinitas pada umur 5 bulan. Berdasarkan Pi et al (2009) akar R. apiculata diklasifikasikan menjadi 2 yaitu akar utama (tap root) dan akar lateral (primary root), akar utama merupakan akar yang memiliki diameter yang lebih besar dan panjang akar yang lebih panjang dibanding dengan lateral root.
Tabel 1. Persen hidup dan mortalitas semai R. apiculata
No Perlakuan Persen hidup (%) Mortalitas(%)
1 Salinitas 0% 100 -
2 Salinitas 0,5% 100 -
3 Salinitas 1,5% 100 -
4 Salinitas 2% 100 -
Kemampuan mangrove untuk tumbuh dan mampu bertahan hidup di daerah salinitas yang tinggi dan rendah di tunjukkan dari hasil penelitian selama 5 bulan yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persen hidup dan mortalitas dari semai R.apiculata pada tingkat salinitas yang berbeda, hal ini disebabkan semai R. apiculata mampu bertahan hidup dalam keadaan salinitas yang tinggi dan rendah meskipun tidak dapat tumbuh baik pada konsentrasi salinitas yang mendukung pertumbuhan dari semai mangrove R. apiculata. Hal tersebut di dukung pernyataan Richards (1964) yang menyatakan bahwa hampir semua jenis mangrove merupakan jenis yang toleran terhadap garam, tetapi bukan merupakan jenis yang membutuhkan garam untuk hidupnya (salt demanding).
Parameter pertumbuhan tinggi dan diameter semai dapat di lihat pada Gambar 4.
A B
Gambar 4. A. Pengaruh salinitas terhadap tinggi semai R. apiculata; B. Penngaruh salinitas terhadap diameter semai R. apiculata
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 5 bulan, pada Gambar 4A pertumbuhan semai tertinggi di tunjukkan pada salinitas 0% (kontrol) yaitu 28 cm dan yang terendah pada salinitas 2% dan 3% yaitu 18,86 cm. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0%
(kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 2% dan 3%. Pemberian salinitas yang semakin tinggi konsentrasinya memberikan dampak penurunan tingkat pertumbuhan tanaman. Hal yang sama juga dapat dilihat pada pertumbuhan diameter, pertumbuhan diameter yang baik di tunjukkan pada tingkat salinitas 0,5% yaitu 4,848 mm, sedangkan yang terendah pada salinitas 3% yaitu sebesar 3,496mm. Pemberian salinitas juga berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 2% dan 3%.
Berdasarkan dua Gambar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan tinggi dan diameter semai R. apiculata semakin menurun pada tingkat salinitas yang semakin tinggi, semai akan tumbuh tetapi dalam keadaan tidak normal (tertekan). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Ball et al (1997) menyatakan bahwa laju pertumbuhan, laju fotosintesis dan penggunaan air dari semai R. apiculata dan R. stylosa yang ditanam pada kondisi salinitas yang relatif lebih rendah lebih tinggi daripada semai yang ditanam pada kondisi salinitas yang relatif lebih tinggi. Fenomena ini juga diperkuat oleh penelitian Kusmana(2010) bahwa semai R. mucronata yang ditanam pada kondisi salinitas sekitar 10 ppt memperlihatkan riap diameter dan tinggi batang yang lebih tinggi daripada semai yang ditanam pada kondisi salinitas sekitar 28ppt. Peningkatan konsentrasi salinitas akan menghambat pertumbuhan dari semai mangrove, untuk mengurangi terjadinya stress garam terdapat senyawa metabolit sekunder pada tanaman jenis mangrove sesuai dengan penelitian yang dilakukan Basyuni et al (2009) terkait pengujian penambahan terpenoid mRNA sintesis untuk melihat pengaruhnya terhadap stress garam pada tanaman Kandelia candel dan Bruguiera gymnorhiza.
Yang sebelumnya Oku et al (2003) pernah melakukan penelitian bahwa terpenoid dapat membantu tanaman melawan stres terhadap garam.
A B
C
Gambar 5. A. Pengaruh salinitas terhadap jumlah daun semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap tebal daun semai R. apiculata; C. Pengaruh salinitas terhadap luas daun semai R. apiculata.
Jumlah daun terbanyak terdapat pada tingkat salinitas 0,5% dan 1,5% sedangkan jumlah daun terendah pada salinitas 3%. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 3%.Pada Gambar 5B di atas di tunjukkan
*
*
bahwa tebal daun semai R. apiculata tertinggi pada pemberian salinitas 1,5% yaitu 0,528 mm dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 0,395 mm. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s. Pada Gambar 5C di atas di tunjukkan bahwa luas daun semai R. apiculata tertinggi pada pemberian salinitas 0,5% yaitu 24,53 cm2 dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 3,40 cm2.Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05engan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas2% dan 3%.
Berdasarkan Gambar 5 A, B dan C jumlah daun, tebal daun dan luas daun mengalami penurunan yang drastis pada konsentrasi salinitas yang tinggi. Dimana dapat diketahui bahwa salinitas mempengaruhi morfologi dari struktur suatu tanaman baik ukuran daun yang relatif lebih kecil, jumlah daun yang sedikit dan tebal daun dari semai mangrove, hal ini akan berdampak pada penyerapan hara dan air yang berkurang pada tingkat salinitas yang tinggi sehingga menghambat laju fotosintesis, pada akhirnya tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Basyuni et al (2014) yang menyatakan bahwa tingkat salinitas akan mempengaruhi jumlah daun dari semai Rhizophora stylosa dan Avicennia marina dimana semakin tinggi salinitas maka semakin sedikit jumlah daun yang yang dihasilkan.
Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Akar Semai R. apiculata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 5 bulan pengaruh tingkat salinitas terhadap perkembangan akar semai R. apiculata berdasakan jumlah akar, panjang akar, dan diameter akardapat di lihat pada Gambar 6, 7 dan 8.
A B
Gambar 6. A. Pengaruh salinitas terhadap jumlah akar utama semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap jumlah akar lateral semai R. apiculata
Pada Gambar 6A jumlah akar utama semai tertinggi di tunjukkan pada salinitas 0,5%, 1,5% dan 2% yaitu 2 akar utama dan yang terendah pada salinitas 0% dan 3% yaitu 1 akar utama. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s. Sedangkan untuk jumlah akar lateral tertinggi pada tingkat salinitas 1,5% yaitu 56 akar lateral dan terendah pada salinitas 3% yaitu 19 akar lateral. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 0,5%, 1,5% dan 3%. A B * * * * * * * *
Gambar 7. A. Pengaruh salinitas terhadap panjang akar utama semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap panjang akar lateral semai R. apiculata.
Gambar 7A menunjukkan bahwa panjang akar utama semai R. apiculata tertinggi di tunjukkan pada salinitas 0,5% yaitu 5,35 cm dan yang terendah pada salinitas 1,5% yaitu 3,35 cm. Pemberian salinitasberpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan 0,5% dan 2%. Pada Gambar 7Buntuk panjang akar lateral tertinggi pada tingkat salinitas 2% yaitu 3,25 cm dan terendah pada salinitas 0% yaitu 2,07 cm. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan salinitas 1,5%, 2% dan 3%.
A B
Gambar 8. A. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar utama semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar lateral semai R. apiculata
Gambar 8 menunjukkan bahwa diameter akar utama semai R. apiculata tertinggi di tunjukkan pada salinitas 2% yaitu 4,43 mm dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 2, 81 mm. Pemberian salinitas tidakberpengaruhsignifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s. Sedangkan untuk diameter akar lateral tertinggi pada tingkat
salinitas3% yaitu 1,55 mm dan terendah pada salinitas 2% yaitu 1,27 cm. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s.
Berdasarkan parameter jumlah akar, panjang akar, dan diameter akar, salinitas tidak memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Pertumbuhan akar yang baik akan menggambarkan pertumbuhan tanaman yang baik pula. Akar merupakan bagian dari tanaman yang memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman terutama untuk pertumbuhan tajuk dimana akar akan mentransfer ion-ion yang diserap dari untuk disalurkan ketajuk tanaman, hal tersebut di perkuat dengan pernyataan Shannon et al (1994) yang menyatakan bahwa akar merupakan organ yang kontak secara langsung dengan lingkungan salin, oleh karena itu akar merupakan struktur yang berfungsi mengatur pengambilan dan transpor ion. Akar merupakan barrier utama terhadap pergerakan larutan kedalam tumbuhan dan sebagai hasilnya konsentrasi ion yang diantarkan ke tunas sangat berbeda dari konsentrasi ion pada medium eksternal.
Jumlah akar semai R. apiculata berbanding terbalik dengan diameter akarnya pada tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi. Semakin sedikit jumlah akar maka diameter akar akan semakin besar, tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi menyebabkan terjadinya stress garam yang memberikan dampak terhadap perakaran dari mangove jenis R. apiculata. Pada dasarnya lingkungan merupakan faktor utama untuk menentukan keberhasilan suatu tanaman uuntuk tumbuh. Poedjirahajoe (2006) melaporkan bahwa jumlah akar mangrove sangat dipengaruhi oleh lokasi tempat tumbuh serta dapat merupakan indikasi dari kesesuaian mangrove terhadap tempat tumbuhnya.
Pengaruh Salinitas Terhadap Biomassa Semai R. apiculata
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 5 bulan terdapat pengaruh tingkat salinitas terhadap biomassa semai R. apiculata berdasakan kadar air akar, kadar air tajuk dan ratio tajuk dan akar dapat di lihat pada Gambar 9 dan 10.
A B
Gambar 9. A. Pengaruh salinitas terhadap kadar air akar semai R. apiculata; B. Pengaruh salinitas terhadap kadar akar tajuk semai R. apiculata.
Gambar 9A menunjukkan kadar air akar semai R. apiculata tertinggi di tunjukkan pada salinitas 2% yaitu 2,42% dan yang terendah pada salinitas 0% yaitu 0,794%. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan 0,5%, 2% dan 3%. Pada Gambar 9Buntuk kadar air tajuk tertinggi pada tingkat salinitas 2% yaitu 2,118% dan terendah pada salinitas 0% yaitu 1,34%. Pemberian salinitas tidak berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s.
*
* *
Gambar10. Pengaruh salinitas terhadap ratio tajuk dan akar semai R. apiculata
Gambar 10 menunjukkan ratio tajuk dan akar semai R. apiculata tertinggi di tunjukkan pada salinitas 0% yaitu 4,19 dan yang terendah pada salinitas 3% yaitu 1,143. Pemberian salinitas berpengaruh signifikan secara statistik dibandingkan salinitas 0% (kontrol) pada P<0,05 dengan uji Dunnet’s pada perlakuan 2% dan 3%.
Persen kadar air akar dan tajuk berbanding lurus pada tingkat konsentrasi salinitas 2% dan 3%, kadar air akar yang tinggi juga mempengaruhi kadar air tajuk menjadi tinggi, dan sebaliknya jika kadar air akar rendah maka kadar air tajuk juga rendah. Besar dan kecilnya persen kadar air tajuk dan akar di pengaruhi oleh meningkatnya suhu akan tetapi proses transpirasi rendah, selain itu tingkat konsentrasi salinitas yang tinggi juga mempengaruhi kadar air tanaman. Scholander et al (1962) menyatakan bahwa pada umumnya transpirasi jenis-jenis mangrove adalah rendah, sedangkan akarnya terus-menerus mengabsorbsi air garam. Hal ini menyebabkan terjadinya akumulasi garam pada daun. Untuk mengatasi hal ini beberapa jenis mangrove mempunyai kelenjar pengeluaran
*
garam (excretion gland) pada daunnya, sedangkan bagi jenis mangrove yang tidak memiliki kelenjar pengeluaran garam dilakukan dengan cara mengalirkan garam tersebut ke daun-daun muda yang baru terbentuk.
Rasio tajuk dan akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan akar. Dari Gambar 10 dapat di lihat bahwa ratio tajuk dan akar mengalami penurunan pada tiap tingkat konsentrasi salinitas, semakin tinggi salinitas maka
semakin kecil ratio tajuk dan akar. Hal ini di dukung oleh penelitian Basyuni et al (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi salinitas maka rasio
tajuk dan akar R. stylosa akan semakin kecil.
Rasio tajuk dan akar menggambarkan kemampuan fisiologi suatu tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang.Hal tersebut dinyatakan oleh Ramayani (2012) yang menyatakan bahwa rasio berat kering batang/akar merupakan karakter fisiologi yang dapat membantu untuk memahami pertumbuhan relatif batang-akar. Hal ini berkaitan dengan sinar matahari atau naungan, tanah yang lembab atau tanah yang kering serta salinitas. Hal tersebut juga di dukung oleh pernyataan Klepper (1991) bahwa setiap tanaman mempunyai ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan hubungan antara tajuk dan akar. Keseimbangan tajuk dan akar merupakan upaya organ tanaman tersebut dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga masing-masing organ tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.
Tabel 2. Koefisien korelasi Parameter Pengamatan
Keterangan: JD: jumlah daun, TD: tebal daun, JAU:jumlah akar utama, JAL:jumlah akar lateral, PAU:panjang akar utama, PAL:panjang akar lateral, DAU:diameter akar utama, DAL:diameter akar lateral, KAA:kadar air akar, KAT:kadar air tajuk, RTA:ratio tajuk akar, LD: luas daun.
Berdasarkan Tabel 2 dapat di ketahui bahwa hubungan korelasi negatif (r =
-1) yang tertinggi ditunjukkan pada parameter luas daun terhadap salinitas yaitu -0,871 dan terendah ditunjukkan pada parameter kadar air tajuk terhadap salinitas yaitu -0,032. Sedangkan untuk hubungan korelasi positif (r = +) yang tertinggi di tunjukkan pada parameter panjang akar lateral terhadap salinitas yaitu 0,514 dan terendah ditunjukkan pada parameter panjang akar lateral terhadap salinitas yaitu 0,020.
Korelasi menunjukkan adanya hubungan antara parameter terhadap perlakuan yang bertujuan untuk mengukur derajat hubungan yang diberikan antara hubungan dengan variabel. Nilai korelasi (r = +1) menunjukkan hubungan yang berbanding lurus antara salinitas dengan parameter, jika variabel naik maka nilai lainnya naik sedangkan nilai korelasi (r = -1) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara salinitas dengan parameter, jika variabel naik maka variebel lainnya turun. Konteks tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa
semakin tinggi tingkat salinitas memberikan penurunan struktur morfologi maupun fisiologi seperti tinggi hingga ke luas daun tanaman R. apiculata.
Tabel 3. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian pada tingkat salinitas.
Parameter Pengukuran semai Salinitas
Tinggi 0%
Diameter 0,5%
Jumlah daun 0,5% dan 1,5%
Tebal daun 1,5%
Luas daun 0,5%
Jumlah akar utama 0,5%, 1,5% dan 2%
Jumlah akar lateral 1,5%
Panjang akar utama 0,5%
Panjang akar lateral 2%
Diameter akar utama 0,5%
Diameter akar lateral 3%
Kadar air akar 2%
Kadar air tajuk 2%
Ratio tajuk dan akar 0%
Dari tabel ringkasan parameter pengamatan pertumbuhan dan perkembangan akar terbaik diatas, konsentrasi salinitas yang terbaik dapat dilihat berdasarkan Gambar di bawah ini:
Gambar 11. Pengamatan pertumbuhan terbaik berdasarkan parameter
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 11 diatas dapat diketahui bahwa dari parameter pengamatan yaitu diameter, jumlah daun, luas daun, jumlah akar utama, panjang akar utama, dan diameter akar utama dapat dilihat bahwa tanaman
mangrove jenis R. apiculata dapat tumbuh dengan baik pada tingkat konsentrasi salinitas 0,5%, pada tingkat konsentrasi yang lebih tinggi dan lebih rendah jenis ini akan mengalami gangguan pertumbuhan. Hasil yang didapat pada penelitian ini di dukung oleh penelitian Basyuni et al (2014) yang menyatakan bahwa R. stylosa mengalami penurunan pertumbuhan pada tingkat konsentrasi salinitas yang lebih dari 0,5% tetapi jenis A. Marina dapat mengalami pertumbuhan pada tingkat konsentrasi 2% dan apabila lebih dari 2% maka akan mengalami penurunan.