• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah (Tabel Lampiran 4). Pengaruh dosis terak baja terhadap pH tanah (Gambar 2) menunjukkan bahwa perlakuan tanpa terak baja (T0) nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan terak baja (T1, T2, T3), tetapi di antara perlakuan terak baja tidak berbeda nyata.

Gambar 2. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap pH Tanah

Secara umum dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis terak baja yang diberikan, pH tanah cenderung meningkat. Nilai pH terendah terjadi pada perlakuan T0 sebesar 4,1 dan tertinggi pada perlakuan T3 sebesar 5,5. Peningkatan pH ini diduga karena adanya pembebasan CaO dan MgO dari terak baja. Senyawa CaO bereaksi dengan H2O dalam tanah menghasilkan ion-ion Ca2+ dan OH- . Selanjutnya ion Ca2+ tersebut menggantikan kedudukan Al3+ dan H+ yang ada di kompleks jerapan tanah, sehinga Al3+ dan H+ dilepaskan ke larutan tanah. Ion Al3+ dalam larutan tanah mengalami reaksi hidrolisis menjadi Al(OH)3 yang tidak larut. Ion H+ yang ada dalam larutan tanah tersebut selanjutnya dinetralkan oleh ion OH- dari bahan kapur, akibatnya pH tanah meningkat. Selain meningkatkan nilai pH tanah, pemberian terak baja juga berpengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan basa-basa (Ca, Mg, dan K) serta kandungan P tersedia dalam tanah (Gambar 3).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Ca-dd (a), Mg-dd (b), K-dd (c), dan P-tersedia (d) dalam Tanah.

Kandungan Ca, Mg, K dan P-tersedia dalam tanah meningkat seiring dengan meningkatnya dosis terak baja. Kandungan Ca, Mg, K dan P tertinggi terjadi pada perlakuan T3 dan terendah pada perlakuan T0. Peningkatan kandungan basa-basa diduga berasal dari basa-basa yang dilepaskan terak baja (Tabel 2) ke dalam larutan tanah. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian Suwarno dan Goto (1997), bahwa pemberian terak baja dapat meningkatkan pH tanah dan basa-basa (Ca dan Mg) yang dapat ditukarkan.

Peningkatan kandungan P tersedia dalam tanah diduga berasal dari P2O5 yang dibebaskan dari terak baja ke dalam larutan tanah, selain itu SiO2 yang

dibebaskan terak baja juga turut berpengaruh terhadap peningkatan P tersedia dalam tanah (Kristen dan Erstad (1996). Unsur Si dapat mengurangi fiksasi P oleh oksida Al dan Fe melalui pertukaran ligan, yaitu SiO2 dari terak baja terhidrolisis

membentuk anion SiO44- yang mampu mengantikan PO4

3-Dalam penelitian ini, tanah diekstrak dengan akuades untuk mengetahui kandungan Zn dan Cu dalam larutan tanah (water soluble fraction) dilanjutkan dengan menggunakan estrakan MgCl

yang tersemat (Yuwono dan Yukamgo, 2007)

2 untuk mengetahui kandungan Zn dan Cu yang dapat dipertukarkan (exchangeable fraction).

Tabel 4. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanah

Perlakuan

Zn (ppm) Cu (ppm)

Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2 Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2

T0 0,3450 3,3500 0,1613 0,2400 T1 0,2237 3,1613 0,1000 0,1687 T2 0,0727 1,9983 0,0354 0,0737 T3 0,0733 1,5421 0,0220 0,0929

Dari Tabel 4 terlihat bahwa kandungan Zn dalam tanah cenderung lebih tinggi dibandingkan kandungan Cu, selain itu terlihat bahwa pemberian terak baja menurunkan kandungan Cu dan Zn di dalam tanah. Kandungan Cu dan Zn tertinggi, terjadi pada perlakuan T0 dan terendah pada perlakuan T3.

Penurunan kandungan Cu dan Zn dalam tanah diduga karena adanya peningkatan pH yang mengubah unsur mikro yang semula mudah larut, diubah menjadi bentuk senyawa hidroksida yang sukar larut. Selain itu, pada tanah yang berkadar bahan organik tinggi seperti tanah sulfat masam, sebagian besar hara mikro dikhelat cukup kuat oleh bahan organik sehingga menjadi tidak tersedia (Blasiak, 1979 dalam Handayani, 2000). Hasil ini juga didukung oleh Sopher dan Baird (1976) dalam Sari (2011) yang mengemukakan bahwa pada rentang pH 4,0-6,0, peningkatan pH tanah berpengaruh kuat terhadap penurunan ketersediaan Zn, Fe dan Mn.

4.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Pertumbuhan tanaman padi diamati mulai dari 3 MST sampai 9 MST (Gambar 4 dan Tabel 5) dimana pertumbuhan tanaman padi meningkat sampai dengan 6 MST, selanjutnya sampai 9 MST terlihat mendekati konstan. Hal ini dikarenakan pada 6 MST sudah menunjukkan tanda-tanda bunting sehingga perlahan fase vegetatif berhenti dan diganti dengan fase generatif. Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 7) menunjukkan bahwa terak baja berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman padi. Pertumbuhan tinggi tanaman padi yang diberi terak baja nyata lebih tinggi daripada tanaman yang tidak diberi terak baja, sedangkan diantara perlakuan terak baja tidak berbeda nyata.

Gambar 4. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

Tabel 5. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST P 59,6 b 67,4 b 76,8 b 83,5 b 84,3 b 86,3 c 87,9 b T1 64,2 ba 74,2 a 85,3 ba 96,1 a 97,0 a 98,5 b 101,5 a T2 69,1 a 78,4 a 88,7 a 101,4 a 104,7 a 106,9 ba 107,1 a T3 69,6 a 79,0 a 88,5 a 102,0 a 101,0 a 103,5 a 106,9 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis terak baja yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi, namun jumlah anakan tanaman padi yang diberi terak baja cenderung lebih banyak daripada yang tidak diberi terak baja. Jumlah anakan tanaman padi umur 9 MST terendah terjadi pada perlakuan T0 yaitu 14,33 anakan per pot dan tertinggi pada perlakuan T3 yaitu 18,60 anakan per pot (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi.

Perlakuan 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST ---per pot--- T0 3,67 5,00 6,33 8,33 8,67 11,67 14,33 T1 5,00 6,33 10,67 11,67 13,33 13,33 16,60 T2 5,67 7,33 8,67 11,33 13,33 15,00 17,00 T3 6,00 7,67 9,00 12,00 13,00 14,00 18,60

Tabel 7. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Produksi Padi.

Perlakuan Jumlah gabah bernas (per pot) Jumlah gabah hampa (per pot) Persentase jumlah gabah bernas (%) Bobot gabah bernas (g/pot) Persentase Peningkatan bobot gabah bernas (%) T0 727 b 393 b 64,91 b 18,52 b -T1 1378 ba 188 ba 87,99 a 31,60 ba 70,62 T2 1479 ba 291 a 83,55 a 35,32 ba 90,71 T3 1890 a 225 a 89,36 a 45,40 a 145,14

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Hasil analisis ragam (Tabel 7 dan Tabel Lampiran 9) menunjukkan bahwa terak baja berpengaruh nyata meningkatkan jumlah gabah bernas, bobot gabah bernas, dan persentase jumlah gabah bernas. Dari Tabel 7 terlihat bahwa semakin tinggi dosis terak baja yang diberikan, semakin tinggi juga persentase jumlah dan bobot gabah bernas. Persentase jumlah gabah bernas, tertinggi pada T3 sebesar 89,36% dan terendah pada T0 sebesar 64,91 %. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa pemberian terak baja mampu meningkatkan produksi bobot gabah bernas sampai 145,14%. Peningkatan pertumbuhan dan produksi padi merupakan pengaruh tidak langsung dari pemberian terak baja yang memperbaiki sifat-sifat kimia tanah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah

dilakukan Suwarno dan Goto (1997) bahwa pemberian terak baja dapat meningkatkan persentase gabah isi dan menurunkan persentase gabah hampa.

4.3. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Unsur Hara Makro dan Mikro Dalam Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terak baja berpengaruh nyata meningkatkan kandungan Ca, Mg, K dan P dalam tanaman padi (Gambar 5 dan Tabel Lampiran 10).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Ca-dd (a), Mg-dd (b), K-dd (c) dan P-tersedia dalam Tanaman Padi.

Kandungan hara (Ca, Mg, K dan P) dalam tanaman padi meningkat seiring dengan meningkatnya dosis terak baja. Kandungan Ca, Mg, K dan P dalam

tanaman masing-masing tertinggi pada perlakuan T3 dan terendah pada perlakuan T0. Kandungan Ca, Mg, K dan P pada perlakuan T3 nyata lebih meningkat, dibandingkan dengan dosis terak baja yang lebih rendah (T1 dan T2).

Peningkatan kandungan hara dalam tanaman padi diduga terjadi karena peningkatan kandungan hara tersedia dalam tanah. Hal ini membuktikan bahwa pemberian terak baja ke dalam tanah, mampu menciptakan kondisi media tumbuh yang lebih baik dibandingkan tanpa pemberian terak baja. Meningkatnya kandungan Ca, Mg, K dan P dalam tanaman padi didukung oleh lebih tingginya produksi padi yang diberi perlakuan terak baja (Tabel 7).

Kondisi di atas berbeda dengan kandungan Zn dan Cu dalam tanaman. Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 11) menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap kandungan Zn, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Cu dalam tanaman. Pengaruh dosis pemberian terak baja pada kandungan Zn dan Cu oleh tanaman padi disajikan pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Zn (a) dan Cu (b) dalam Tanaman Padi

Dari Gambar 6 terlihat bahwa dengan pemberian terak baja, kandungan Zn dan Cu dalam tanaman menurun. Penurunan kandungan Zn dan Cu berbanding terbalik dengan dosis terak baja yang diberikan. Kandungan Zn dan Cu tertinggi terjadi pada perlakuan T0 dan terendah pada perlakuan T3. Penurunan kandungan unsur mikro (Zn dan Cu) dalam tanaman terjadi karena dengan pemberian terak

baja, kandungan Zn dan Cu dalam tanah semakin rendah, dengan demikian yang dapat diserap tanaman akan semakin rendah juga. Meskipun kandungan Zn dan Cu dalam tanaman padi menurun, namun hasil di lapang menunjukkan tanaman tidak kekurangan Zn dan Cu.

4.4. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Logam Berat Pb dalam Tanah dan Tanaman Padi.

Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3

Pemberian terak baja cenderung menurunkan kandungan logam berat Pb, dalam tanah. Kandungan Pb menurun seiring meningkatnya dosis terak baja yang diberikan. Kandungan Pb tertinggi terjadi pada perlakuan T0, terendah ada pada perlakuan T3.

. Logam berat dalam bentuk tersedia mempunyai pengaruh yang lebih berbahaya pada tanah, karena itu penting untuk mengetahui kandungan Pb yang terdapat dalam tanah. Untuk mengetahui kandungan logam berat Pb dalam tanah, tanah diekstrak sama halnya seperti Zn dan Cu. Pengaruh dosis terak baja terhadap kandungan Pb dalam tanah disajikan pada Tabel 8.

Hasil analisis terak baja (Tabel 1) dalam terak baja tidak ditemukan Pb namun pada perlakuan T0 (tanpa terak baja) logam berat Pb sudah ada. Hal ini menunjukkan bahwa logam berat Pb sebenarnya sudah terdapat dalam tanah. Penurunan kandungan logam berat Pb diduga karena adanya peningkatan pH yang menyebakan Pb mengendap di dalam tanah, sehingga menjadi kurang tersedia. Sondari (2009) mengemukakan bahwa keberadaan Pb dalam tanah biasanya akan berkurang, apabila terjadi peningkatan pH atau adanya pengapuran. Hal ini diduga karena peningkatan pH menyebabkan terjadi presipitasi (pengendapan Pb) sebagai Pb(OH)2, Pb karbonat atau terjadi reaksi kompleks Pb-bahan organik. Hasil ini juga didukung oleh pernyataan Soepardi (1983) mengungkapkan bahwa beberapa cara dapat dilakukan untuk menurunkan peredaran logam dalam tanah, antara lain mempertahankan pH tanah tetap tinggi sehingga unsur tersebut menjadi kurang mobil dan kurang tersedia.

Tabel 8. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap KandunganPb dalam Tanah.

Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 12) menunjukkan bahwa pemberian terak baja tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Pb dalam tanaman padi. Pengaruh pemberian dosis terak baja terhadap serapan Pb disajikan pada Gambar 7. Pemberian terak baja tidak meningkatkan kandungan logam berat dalam tanaman. Secara umum terlihat bahwa semakin tinggi dosis terak baja yang diberikan,. maka akan semakin rendah kandungan logam berat dalam tanaman. Kandungan logam berat tertinggi terjadi pada perlakuan T0 yaitu sebesar 0,081 ppm dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 0,006 ppm. Penurunan kandungan logam berat dalam tanaman diduga berkaitan dengan kandungan logam berat dalam tanah yang semakin menurun dengan diberinya terak baja.

Gambar 7. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanaman Padi

Kabata (2001) menyatakan bahwa serapan Pb oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah seperti kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation dan pH tanah, sedangkan unsur Ca dapat menghambat penyerapan Pb oleh

Perlakuan

Pb (ppm)

Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2

T0 0,0950 0,2236

T1 0,0356 0,1761

T2 0,0039 0,0831

tanaman. Hal ini dapat menjadi alasan rendahnya konsentrasi Pb pada tanaman, diduga karena kandungan CaO yang tinggi pada terak baja converter merupakan kompetitor utama serapan Pb sehingga mampu mereduksi terserapnya logam ke dalam jaringan tanaman.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Pemberian terak baja nyata meningkatan nilai pH, kandungan Ca-dd, Mg-dd, K-dd, dan P-tersedia, dalam tanah dan tanaman.

2. Terak baja menurunkan kandungan unsur mikro Zn dan Cu, serta logam

berat Pb dalam tanah dan tanaman.

3. Pemberian terak baja cenderung meningkatkan jumlah anakan tanaman

padi. Terak baja juga nyata meningkatkan tinggi tanaman, bobot gabah bernas sampai 145%.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian lanjut mengenai pengaruh terak baja terhadap kandungan logam berat dalam gabah, selain itu juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kadar logam berat lainnya, sehingga dapat dipastikan bahwa terak baja aman untuk diaplikasikan sebagai pupuk dan beras layak dikonsumsi manusia. Diperlukan percobaan dilapang untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh terak baja terhadap tanah dan tanaman.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D. 1988. Pengaruh pemberian terak baja pada Podsolik Merah Kuning terhadap ciri kimia tanah, kadar dan serapan hara, serta produksi tanaman tebu. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hadisaputra. 2011. Materi kuliah teknologi bahan. https://docs.google.com/viewer

[23 Desember 2011].

a=v&q=cache: KO0dCmIkvqgJ: hadisaputra mengfiles. wordpress. com/.

Hamza, F. dan A. Setiawan. 2010. Akumulasi logam berat Pb, Cu dan Zn di hutan mangrove Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. IPB. 2(2):41-52.

Handayani, S. 2000. Ketersedian seng (Zn) dalam tanah dan faktor-faktor yang berperan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2(2):180-200.

Kabata, A. and Pendias. 2001. Trace Elements in Soils and Plants, 4th

Kristen, M. and K. Erstad. 1996. Converter slag as liming material on organic soil. Norwegian J. Agri. Sci,. 10:83-93.

Edition, Crc Press, Boca Raton, Florida.

Mahro, S. 2010. Pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada tanah gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mohammadi, T. A. and Sedaghat, H. 2007. Converter slag as a liming agent in the amelioration of acidic soils. Internasional Journal of Agriculture and Biology. 5:1560-8530.

Mulyadi, M., K. Idris, D.A. Rachim, dan S. Simeon. 2001. Kajian pemberian blotong dan terak baja pada tanah Kandiudoxs Pelaihari dalam upaya memperbaiki ciri kimia tanah serta serapan hara dan pertumbuhan tanaman tebu. Forum Pascasarjana. 26:81-87.

Noor, M. 2004. Sifat dan Pengolahan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rahim, S. S. 1995. Penggunaan terak baja sebagai sumber silikat bagi pertumbuhan dan produksi padi sawah varietas IR-64 pada Entisol Sukamandi. Skripsi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sa’ad, A., Y. Achnopha, dan H. I. Muhammad. 2008. Penerapan teknologi perbaikan lahan Sulfat Masam seluas 100 hektar di Desa Pematang Mayan dan Rantau Makmur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. 46:46-54.

Saeni, M. S. l995. Hubungan konsentrasi kandungan logam berat (Cd dan Hg) dalam lingkungan dan rambut. Buletin Kimia, Juni no.9. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sari, I. 2011. Studi ketersedian dan serapan hara mikro serta hasil beberapa varietas kedelai pada tanah gambut yang diameliorasi abu janjang kelapa sawit. Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Andalas.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sondari, N. 2009. Pertumbuhan, kadar logam berat Pb, dan hasil padi gogo akibat pemberian kombinasi limbah batubara Bottom Ash dan Bokashi Bottom Ash. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9 (2):88-94.

Subagyo, H. 2006. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Subiksa, I. G. M. dan D. Setyorini. 1991. Pemanfaatan fosfat alam untuk lahan Sulfat Masam. Prosiding Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Tanah. Cipayung, 3-5 Juni 1991.

Sudarmaji, J., Mukono dan I. P. Corie. 2006. Toksilogi logam berat B3 dan dampaknya terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2:129-142.

Suendarti, M. 2004. Pemanfaatan bakteri pengakumulasi logam berat Pb dan Cd untuk menurunkan kandungan logam berat pada beras tercemar limbah industri. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Sumawinata, B., Darmawan, Suwardi, A., Asmita, dan P. Aninda. 2010. Kandungan kimia total dan kelarutan unsur hara berbagai jenis steel slag dan berbagai jenis batuan serta abu dan batu dari limbah boiler.

Lokakarya Nasional. Pemanfaatan Steel Slag untuk Pertanian. IPB

Suprihatno, B., A.D. Aan, Satoto, Baehaki, Suprihanto, S. Agus, I. S. Dewi, W. I. Putu, dan S. Hasil.2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Suriadikarta, A. D. 2005. Pengelolaan lahan Sulfat Masam untuk usaha pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. 24(1):36-45.

Suwarno and I. Goto. 1997. Effect of Indonesia electric furnace slag on the rice yield and chemical properties of soils. pp 803-804. In Plant Nutrition for Sustainable Food Production and Environment. Kluwer Academic Publisher.

---. 1999. Comparison of chemical properties and application as acid soil amendement of pretreatmen center slag and other slags. Departement of Soil Sciences. Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Bogor. 2: hal 8-17

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines.

Yuwono, W. N. dan E. Yukamgo. 2007. Peran silikon sebagai unsure bermanfaat pada tanaman tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7:103-116.

Tabel Lampiran 1. Analisis Kimia Tanah Sulfat Masam

No Sifat Tanah Sulfat Masam Kriteria* 1 pH H2O (pH 1 :1) 4,10 Sangat rendah

2 KTK (me/100 g) 21,60 Sedang

3 KB (%) 10,60 Sangat rendah

4 C-Org (%) 7,82 Sangat Tinggi

5 N-Total (%) 0,58 Tinggi

6 P Bray 1 (ppm) 5,21 Sangat Rendah

7 Ca-dd (me/100 g) 0,11 Sangat Rendah 8 Mg-dd (me/100 g) 0,22 Sangat Rendah

9 K -dd(me/100 g) 0,18 Rendah

10 Na-dd (me/100 g) 0,40 Sedang

11 Al-dd me/100g 30,23

-12 Fe (ppm) 62,01 Sedang

Tabel Lampiran 2. Deskripsi Padi Varietas Inpari 1 (Suprihatno et al., 2010)

Nomor seleksi BP23f-PN-11

Asal persilangan IR64/IRBB-7//IR64

Golongan Cere

Umur tanaman 108 hari

Bentuk tanaman Tegak

Tinggi tanaman 93 cm

Anakan produktif 16 batang

Warna kaki Hijau

Warna batang Hijau

Warna telinga daun Tidak berwarna

Warna lidah daun Tidak berwarna

Warna daun Hijau

Permukaan daun Kasar

Posisi daun Tegak

Daun bendera Tegak

Leher malai Sedang

Bentuk gabah Ramping

Warna gabah Kuning bersih

Kerontokan Sedang

Kerebahan Tahan rebah

Tekstur nasi Pulen

Kadar amilosa 22 %

Indeks glikemik 50,4

Bobot 1000 butir 27 g

Rata-rata hasil 7,3 t/ha

Potensi hasil 10 t/ha

Hama Tahan terhadap Wereng Batang Coklat Biotipe 2,

agak tahan terhadap Biotipe 3.

Penyakit Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII.

Anjuran tanam Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah

sampai dengan ketinggian ± 500 m dpl. Pemulia

Bambang Kustianto, Supartopo, Soewito Tj., Buang Abdullah, Sularjo, Aris Hairmansis, Heni Safitri dan Suwarno.

Peneliti Atito D., Anggiani N., Santoso, Arifin K., Endang S.

Teknisi Sail Hanafi, Sudarno, Suryono, Panca Hadi Siwi.

Pengusul Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Alasan utama dilepas Lebih tahan HDB; perbaikan dari IR64 atas HDB

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Nilai pH Tanah

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ulangan 2 0.4829 0,2414 2,3700 0,1747

Dosis 3 3,8972 1,2990 12,7300 0,0052*

Galat 6 0,6120 0,1020

Total 11 4,9922

Keterangan: * = nyata pada taraf 5%, ** = nyata pada taraf 1%

Tabel Lampiran 4. Kriteria Penilaian Analisis Tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)

Sifat Tanah

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi C-organik (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01- 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00 Nitrogen-total (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 -0,50 0,51 - 0,75 > 0,75 C/N < 5 5 – 10 11 - 15 16 – 25 > 25 P2O5 < 10 HCl (mg/100g) 10 – 20 21 - 40 41 – 60 > 60 P2O5 Bray-1 (ppm) < 10 10 – 15 16 - 25 26 – 35 > 35 P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 – 25 26 - 45 46 – 60 > 60 K2 < 10 O HCl 25% (mg/100g) 10 – 20 21 - 40 41 – 60 > 60 KTK (me/100g) < 5 5 – 16 17 - 24 25 – 40 > 40 Susunan Kation : K -dd(me/100g) < 0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 > 1,0 Na-dd (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 > 1,0 Mg-dd (me/100g) < 0,4 0,4 -1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0 Ca-dd (me/100g) < 0,2 2 – 5 6 -10 > 20 K B (%) < 20 20 – 35 36 - 50 51 – 70 > 70 Al-dd (%) < 10 10- 20 21 - 30 31 – 60 > 60 Sangat masam Masam Agak masam Netral Agak alkalis Alkalis

Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Basa-Basa Tanah dan P-tersedia dalam Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ca-dd (me/100g tanah)

Ulangan 2 1,8790 0,9390 3,5800 0,094 Dosis 3 25,1720 8,3900 31,9900 0,0004** Galat 6 1,5730 0,2620 Total 11 28,6250 Mg-dd (me/100g tanah) Ulangan 2 0,0128 0,0064 0,5500 0,6016 Dosis 3 2,1703 0,7234 62,1200 0,0001** Galat 6 0,0698 0,0116 Total 11 2,2531 K-dd (me/100g tanah) Ulangan 2 0,0076 0,0038 1,3300 0,3335 Dosis 3 0,3848 0,1282 44,4700 0,0002** Galat 6 0,0173 0,0028 Total 11 0,4098 P-tersedia (ppm) Ulangan 2 0,3703 0,1851 0,0600 0,9396 Dosis 3 79,3795 26,4598 9,0000 0,0122* Galat 6 17,6420 2,9403 Total 11 97,3920

Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanah, dengan Ekstrak Akuades dan MgCl2.

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Zn Ekstrak Akuades (ppm) Ulangan 2 1032,0 516,03 3,46 0,1002 Dosis 3 903,1 301,04 2,02 0,2130 Galat 6 895,0 149,18 Total 11 2830,2 Zn Ekstrak MgCl2 (ppm) Ulangan 2 0,0010 0,0005 0,59 0,5851 Dosis 3 0,0370 0,0123 14,29 0,0039* Galat 6 0,0051 0,0008 Total 11 0,0432 Cu Ekstrak Akuades (ppm) Ulangan 2 0,0229 0,0114 1,35 0,3280 Dosis 3 0,0521 0,0173 2,04 0,1097 Galat 6 0,0510 0,0085 Total 11 0,1262 Cu Ekstrak MgCl2 (ppm) Ulangan 2 0,0029 0,0014 1,70 0,2597 Dosis 3 0,0171 0,0057 6,71 0,0241* Galat 6 0,0051 0,0008 Total 11 0,0251

Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

3MST Ulangan 2 46,01 23,00 2,10 0,2039 Dosis 3 199,42 66,47 6,06 0,0302* Galat 6 65,83 10,97 Total 11 311,26 4MST Ulangan 2 71,10 35,55 3,76 0,0875 Dosis 3 255,44 85,14 9,00 0,0122* Galat 6 56,78 9,46 Total 11 383,32 5MST Ulangan 2 113,10 56,55 2,34 0,1772 Dosis 3 277,98 92,66 3,84 0,0758 Galat 6 144,90 24,15 Total 11 535,98 6MST Ulangan 2 111,58 55,79 2,55 0,1578 Dosis 3 663,70 221,23 10,12 0,0092** Galat 6 131,21 21,86 Total 11 9065,09 7MST Ulangan 2 54,50 27,25 1,25 0,3518 Dosis 3 704,91 234,97 10,78 0,0079** Galat 6 130,83 21,80 Total 11 890,00 8MST Ulangan 2 58,08 29,04 2,15 0,1973 Dosis 3 727,13 242,37 17,97 0,0021** Galat 6 80,94 13,49 Total 11 866,00 9MST Ulangan 2 61,71 30,85 2,53 0,1592 Dosis 3 733,80 244,60 20,09 0,0016** Galat 6 73,03 12,17 Total 11 869,00

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Jumlah AnakanTanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

3MST Ulangan 2 8,1666 4,0833 4,74 0,0582 Dosis 3 9,5833 3,1944 3,71 0,0806 Galat 6 5,1666 0,8611 Total 11 22,9166 4MST Ulangan 2 6,1666 3,0833 3,17 0,1149 Dosis 3 12,9166 4,3055 4,43 0,0567 Galat 6 5,8333 0,9722 Total 11 24,9166 5MST Ulangan 2 29,1666 14,5833 3,83 0,0847 Dosis 3 28,6666 9,5555 2,51 0,1554 Galat 6 22,8333 3,8055 Total 11 80,6666 6MST Ulangan 2 18,1666 9,0833 4,61 0,0614 Dosis 3 25,6666 9,5555 4,34 0,0600 Galat 6 11,8333 1,9722 Total 11 55,6666 7MST Ulangan 2 15,1666 7,5833 4,20 0,0723 Dosis 3 46,9166 15,6388 8,66 0,0134* Galat 6 10,8333 1,8055 Total 11 72,9166 8MST Ulangan 2 33,5000 16,7500 12,83 0,0068* Dosis 3 17,6666 5,8888 4,51 0,0556 Galat 6 7,8333 1,3055 Total 11 590.000 9MST Ulangan 2 24,6666 12,3333 6,53 0,0312* Dosis 3 28,6666 9,5555 5,06 0,0441* Galat 6 11,3333 1,8888 Total 11 65,0000

Tabel Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Produksi Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Jumlah Gabah Bernas

Ulangan 2 259590,5 129795,2 0,91 0,4521

Dosis 3 2088860,0 696286,5 4,88 0,0476*

Galat 6 856832,8 142805,4

Total 11 3205283,0

Jumlah Gabah Hampa

Ulangan 2 19145,1 9572,5 2,27 0,1841

Dosis 3 72805,5 24268,5 5,76 0,0336*

Galat 6 25262,1 4210,36

Total 11 117212,9

Persentase Jumlah Gabah Bernas

Ulangan 2 135,52 67,76 2,46 0,1657

Dosis 3 1458,44 486,14 17,67 0,0022**

Galat 6 165.11 27,51

Total 11 1759,07

Bobot Gabah Bernas

Ulangan 2 187,62 93,81 1,27 0,348

Dosis 3 1110,38 370,12 4,99 0,0454*

Galat 6 444,91 74,151

Total 11 1742,91

Bobot Gabah Hampa

Ulangan 2 0,5516 0,2758 1,07 0,3994

Dosis 3 18,5758 6,1919 24,1 0,0010**

Galat 6 1,5416 0,2569

Total 11 20,6691

Persentase Bobot Gabah Bernas

Ulangan 2 206,83 103,41 1,32 0,3348

Dosis 3 879,74 293,24 3,74 0,0793

Galat 6 469,95 78,32

Total 11 1556,52

Tabel Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Ca, Mg, K dan P dalam Tanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Dokumen terkait