• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat-Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat-Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

DAN PRODUKSI PADI (

Oryza sativa

L.)

POSMA ROIDA GULTOM A14070029

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

POSMA ROIDA GULTOM. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat-Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam dan Produksi Padi (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh LILIK TRI INDRIYATI dan SUWARDI.

Terak baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair dalam pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi biji besi dan batu kapur yang ditambahkan. Terak baja mengandung unsur-unsur seperti Ca, Mg, Fe, Mn, dan Si. Kandungan material yang terdapat dalam terak baja inilah yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat kimia tanah-tanah masam seperti tanah sulfat masam.

Tanah sulfat masam adalah tanah yang mempunyai pH sangat rendah, diikuti dengan P tersedia dan kejenuhan basa-basa yang rendah (Andriesse dan Sukardi 1990). Hal ini yang menyebabkan produksi padi yang ditanaman pada tanah sulfat masam sangat rendah. Penambahan terak baja pada tanah sulfat masam diharapkan dapat memperbaiki sifat kimia tanah sulfat masam. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh terak baja converter terhadap perubahan sifat-sifat kimia tanah meliputi pH tanah, kandungan Ca, Mg, P, K, Cu, Zn, dan Pb, pertumbuhan dan produksi tanaman padi, dan kandungan hara dalam tanaman padi.

Penelitian dilakukan di rumah kaca (University Farm IPB) dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB. Penelitian ini menggunakan tanah sulfat masam dari Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Riau, yang diberi perlakuan terak baja yang diperoleh dari dari Sumitomo Metal Industry, Jepang. Benih padi yang digunakan sebagai indikator tanaman adalah varietas Inpari 1, semua pot diberi pupuk dasar yang meliputi pupuk urea, SP-18 dan KCl. Dosis terak baja yang diberikan yaitu: T0 (0 g/pot), T1(15 g/pot), T2(30 g/pot), dan T3 (45 g/pot).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terak baja meningkatkan pH tanah, kandungan Ca, Mg, K, dan P-tersedia dalam tanah. Peningkatan pH terjadi karena adanya CaO dan MgO yang dibebaskan dari terak baja ke dalam larutan tanah. Terak baja menurunkan kandungan Zn, Cu dan Pb dalam tanah, hal ini disebabkan karena dengan penambahan terak baja pH tanah meningkat, dengan demikian unsur Zn, Cu dan Pb dalam tanah mengendap. Penambahan terak baja juga meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sampai 145%, hal ini merupakan pengaruh tidak langsung dari penambahan terak baja yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah, dan meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanaman padi.

(3)

POSMA ROIDA GULTOM. Effects of Steel Slag on Chemical Properties of Acid Sulphate Soil and Production of Rice (Oryza sativa L). Supervised by LILIK TRI INDRIYATI and SUWARDI.

Steel slag is one of the solid waste from the process of purifying molten iron in steel-making. Steel slag is formed through the reaction of iron ore and limestone. Steel slag contains some elements such as Ca, Mg, Mn, Fe, and Si. The content such elements, steel slag possible to be utilized for improving chemical properties of acid soils such as acid sulphate soil.

Acid sulphate soil had a low pH, low available P and base saturation (Andriesse and Sukardi, 1990). Due to those soil properties, the production of rice cultivated on acid sulphate soil was extremely low. Application of steel slag on acid sulphate soil was expected to improve the chemical properties of acid sulphate soil. The objectives of this research were to observe the effects of steel slag on soil chemical properties, rice growth and production as well as nutrients absorption by rice plants.

Research was conducted in green house (University Farm IPB) and soil analysis were conducted in Laboratory of Chemical and Soil Fertility, Department of Soil Science and Land Resources, IPB. Soil sample used in this research was acid sulphate soil taken from Rantau Rasau District, Tanjung Jabung Timur Regency, Riau Province. Steel slag was obtained from Sumitomo Metal Industry, Japan. Rice variety of Inpari-1 was used as indicator plant. Fertilizers of urea, SP-18 and KCl were used at standard rate, where as the rates of steel slag were 0 g/pot (T0), 15 g/pot (T1), 30 g/pot (T2) and 45 g/pot (T3), respectively.

The results showed that steel slag increased the pH, Ca, Mg, K, and P in the soil. The increase of pH value was due to the presence of CaO and MgO which are released from steel slag into the soil solution. Steel slag decreased Zn, Cu and Pb content in soil because of the increasing soil pH. In higher pH the elments of Zn, Cu and Pb are more precipitate in the soil solution. The addition of steel slag also increases the growth and production of rice up to 145%. This is due to indirect effect of steel slag addition which improve the chemical properties of soil.

(4)

DAN PRODUKSI PADI (

Oryza sativa

L.)

POSMA ROIDA GULTOM A14070029

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Nama : Posma Roida Gultom

NIM : A14070029

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc.) (

NIP. 19660315 199103 2 002 NIP. 19630607 198703 1 003 Dr. Ir. Suwardi, M.Agr.)

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

NIP. 19621113 198703 1 003 (Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc.)

(6)

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar, Sumatera Utara pada tanggal 30 Maret 1989 sebagai anak ketiga dari pasangan P. Gultom dan R. Tampubolon. Penulis menempuh pendidikan dasar selama 6 tahun di SD Sw 4 YPHKBP (1995-2001). Penulis melanjutkan studi menengah pertama di SLTPN 5 Pematangsiantar selama 3 tahun (2001-2004). Kemudian penulis menempuh pendidikan menengah atas di SMAN 1 Pematangsiantar (2004-2007). Penulis melanjutkan studi ke tingkat perguruan tinggi di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2007.

(7)

Penulis mengucapkan syukur dan pujian ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat-Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam dan Produksi Padi (Oryza sativa L.)”.

Pada kesempatan ini penulis berkeinginan menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Lilik Tri Indriyati, M.Sc. selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, teladan, nasehat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis, selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Suwardi, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.Sc. selaku dosen penguji, yang telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Keluargaku Bapak P. Gultom, Mama R. Tampubolon serta kakakku (k’Santi, k’Yeyen), adikku (Asima, Samuel, Tensa) dan orang terdekat (Silvester) atas segala dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman Tanah 44, PMK, Pondok Putri dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu tanah. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan menyertai hati dan pikiran kita semua.

Bogor, Februari 2012

(8)

Halaman

2.1.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah ... 4

2.1.3. Logam Berat dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ... 5

2.2. Tanah Sulfat Masam... 7

2.2.1. Definisi Tanah Sulfat Masam ... 7

2.2.2. Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam ... 9

2.2.3. Penyebaran Tanah Sulfat Masam di Indonesia ... 10

2.3. Karakteristik Tanaman Padi ... 10

III. BAHAN DAN METODE ... 12

3.1. Waktu dan Tempat ... 12

3.2. Bahan dan Alat ... 12

3.3. Rancangan Percobaan ... 13

3.4. Pelaksanaan Percobaan ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah ... ..15

4.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi ... 18

4.3. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Unsur Makro dan Mikro dalam Tanaman Padi ... 20

(9)

5.2. Saran ... 25

(10)

Teks

1. Komposisi Kimia dari Terak Baja ... 13 2. Kandungan Cu, Zn dan Pb dari Terak Baja ... 13 3. Perlakuan Pemberian Terak Baja pada Tanah Sulfat Masam ... 13 4. Pengaruh Dosis terak baja terhadap Kandungan Zn dan Cu

dalam tanah ... 17 5. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi ... 18 6. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Jumlah Anakan

Tanaman Padi ... 19 7. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Produksi Padi ... 19 8. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanah ... 23

Lampiran

1. Analisis Kimia Tanah Sulfat Masam ... 20 2. Deskripsi Padi Varietas Impari 1 ... 31 3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja

terhadap Nilai pH Tanah ... 32 4. Kriteria Penilaian Analisis Tanah ... 32 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan

Basa-Basa dan P-tersedia dalam Tanah ... 33 6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zn

dan Cu dalam Tanah dengan Ekstrak Akuades dan MgCl2

7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Tinggi

... 34

Tanaman Padi ... 35 8. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Jumlah Anakan

Tanaman Padi ... 36 9. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Produksi Padi ... 37 10. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Ca,

Mg, K dan P dalam Tanaman Padi ... 38 11. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zu

dan Cu dalam Tanaman Padi ... 39 12. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Pb

(11)

dalam Tanah ... 40

15. Pengaruh Pemberian Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanah dengan Ekstrak Akuades dan MgCl2 16. Pengaruh Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi ... 41

... 40

17. Pengaruh Terak Baja terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi ... 41

18. Pengaruh Terak Baja terhadap Produksi Padi ... 42

19. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Ca, Mg, K dan P dalam Tanaman Padi ... 42

20. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanaman Padi ... 43

21. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanah Ekstrak Akuades dan MgCl2 22. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam ... 43

(12)

Teks

1. Pembuatan Terak Baja dengan Metode Converter ... . 3 2. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap pH Tanah ... 15 3. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Ca-dd (a), Mg-dd (b)

K-dd (c), dan P-tersedia dalam Tanah ... 16 4. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi ... 18 5. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Ca (a), Mg (a), K (c)

dan P (d) dalam Tanaman Padi ... 20 6. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Zn (a) dan Cu (b)

dalam Tanaman Padi ... 21 7. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Pb

dalam Tanaman Padi ... 23

Lampiran

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terak baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair

dalam pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji besi dan

batu kapur yang ditambahkan. Terak baja mengandung unsur-unsur seperti Ca,

Mg, dan Si. Kandungan material yang terdapat dalam terak baja ini diharapkan

dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian, untuk memperbaiki sifat-sifat kimia

tanah-tanah masam seperti tanah sulfat masam.

Tanah sulfat masam dengan luasan 6,72 juta hektar (Sa’ad et al., 2008),

mempunyai tingkat kesuburan alami yang rendah dan kadar Al, Fe, dan Mn yang

tinggi dalam tanah, dan bersifat racun bagi tanaman (Nugroho et al., 1992 dalam

Sa’ad et al., 2008). Tanah sulfat masam juga mempunyai pH yang sangat rendah

dan kandungan basa-basa yang rendah. Hal ini yang menyebabkan produktivitas

tanah sulfat masam rendah.

Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan

dengan pertambahan jumlah penduduk. Sementara itu upaya peningkatan

produksi beras saat ini terhalang oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan

yang masih terus berjalan, penurunan kualitas sumberdaya lahanyang berdampak

terhadap penurunan produktivitas lahan. Indonesia akan mengalami krisis pangan

secara nasional apabila usaha-usaha dalam meningkatkan produksi pangan masih

tetap seperti waktu-waktu sebelumnya. Oleh karena itu penggunaan terak baja

dalam bidang pertanian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

produksi padi.

Penggunaan terak baja di Indonesia khususnya dalam bidang pertanian

sampai saat ini belum dikembangkan karena adanya peraturan pemerintah (PP No

85 Tahun 1999) yang menyatakan terak baja termasuk dalam kategori limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan

sebagai data ilmiah pendukung manfaat terak baja terhadap pertanian. Penelitian

ini dibatasi pada pengaruh terak baja converter terhadap perubahan sifat kimia

(14)

dalam tanah, tanaman, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman padi.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh terak baja terhadap perubahan sifat kimia tanah

yang meliputi pH, kandungan unsur hara Ca, Mg, P, dan K, mikro (Zn

dan Cu) dan logam berat (Pb) dalam tanah dan tanaman.

2. Mengetahui pengaruh terak baja converter terhadap pertumbuhan dan

produksi padi pada tanah sulfat masam.

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Pemberian terak baja dapat meningkatkan pH, kandungan hara dalam

tanah dan tanaman terutama unsur makro (Ca, Mg, dan P) dan tidak

meningkatkan kandungan logam berat dalam tanah dan tanaman

2. Pemberian terak baja dapat mempercepat pertumbuhan dan

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terak Baja

2.1.1. Pengertian Terak Baja

Terak baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair

dalam pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji besi dan

batu kapur yang ditambahkan. Penambahan batu kapur bertujuan untuk mengikat

bahan-bahan pengotor dari biji besi, agar diperoleh besi murni atau sudah terpisah

dari teraknya. Terak baja mengandung unsur-unsur seperti Ca, Mg, dan Si.

Terdapat beberapa macam jenis terak baja, antara lain blast furnace slag, electric

furnace slag, dan converter slag. Jenis terak baja ditentukan berdasarkan metode

yang digunakan ketika proses pembuatan baja. Metode yang umum digunakan

adalah blast furnace dan converter. Pembuatan terak baja dengan metode

converter disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pembuatan Terak Baja dengan Metode Converter dalam Hadisaputra, 2011).

Pembuatan baja dengan metode converter mula-mula diperkenalkan oleh

(16)

dari dapur tinggi (blast furnace). Besi cair dituangkan ke dalam converter

kemudian dihembuskan udara/oksigen sehingga bahan dan unsur pengotoran akan

terbakar dan keluar dari besi cair berupa gas atau terak. Pengisian dilakukan saat

posisi horizontal dan dilanjutkan dengan mengembalikannya ke posisi vertikal

sambil dihembuskan udara dari bawah. Gas CO keluar melalui mulut converter,

dan selanjutnya gas CO akan terbakar dan menjadi CO2. Hal ini ditandai dengan

nyala api yang panjang dan terang. Bila nyala api mulai meredup dan yang ada

adalah asap kemerahan hal ini berarti C sudah habis terbakar, dan hembusan angin

harus segera dihentikan, agar besi tidak habis terbakar. Kemudian converter

dimiringkan dan cairan besi dikeluarkan. Karena dalam cairan baja ini masih

banyak oksigen maka perlu diberikan oksidan (ferromangan, ferrosilikat, atau

alumunium) untuk menghilangkannya. Pengaturan kadar karbon dapat dilakukan

dengan menambahkan sejumlah besi kasar ke dalam baja cair (Hadisaputra,

2011).

2.1.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

Susunan kimia dari terak baja berbeda-beda, baik dalam jenis unsur

maupun kadarnya, tergantung pada bahan baku dan cara pembuatan baja.

Produksi terak baja di Indonesia dapat mencapai ± 350 ribu ton setiap tahunnya.

Terak baja umumnya mengandung unsur utama Ca dan Si, sedangkan unsur-unsur

lain yang terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit adalah Mg, Al, Fe, dan Mn

(Mulyadi et al., 2001)

Pemakaian terak baja sebagai pupuk telah mulai dicoba sejak tahun

1882/1883 di Jerman, kemudian di Inggris pada tahun 1884/1885 oleh Wrightson,

setelah itu berbagai penelitian terak baja telah dilakukan baik sebagai sumber Si

maupun sebagai bahan kapur atau untuk tujuan meningkatkan keefisiensian

pemupukan (Farrar, 1962 dalam Allorerung, 1988). Belakangan ini juga Mahro

(2010) telah melakukan penelitian pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah

gambut. Sejak terak baja menarik perhatian sebagai salah satu bahan

pupuk/perbaikan tanah, penelitian intensif telah dilakukan, alasan-alasan

(17)

yang dikemukakan adalah pengaruh positif dari terak baja terhadap beberapa sifat

kimia tanah.

Terak baja dalam pertanian digunkan antara lain: (1) untuk menetralkan

kemasaman tanah serta menambah unsur Ca dan Mg, (2) menurunkan unsur Mn

dalam tanah, (3) meningkatkan unsur fosfor dalam tanah, (4) sebagai sumber

silikat (Barber, 1967 dalam Rahim, 1995).

Beberapa peneliti menduga pengaruh terak baja terhadap sifat kimia

tanah berasal dari silikat yang terkandung di dalam terak baja dengan demikian

terak baja dipandang sebagai sumber Si. Peneliti lain juga menganggap bahwa

terak baja sebagai bahan masukan yang dapat memperbaiki ketersedian hara atau

sebagai bahan yang mempunyai pengaruh mirip dengan kapur, disebabkan

kandungan Ca dari terak baja yang cukup tinggi (Mohammadi dan Sedaghat,

2007).

Goto (1987) dalam Suwarno dan Goto (1999), melalui penelitian

menemukan bahwa converter adalah bahan yang baik untuk pengapuran. Bahan

kapur yang terkandung dalam terak baja memungkinkan terjadinya kenaikan pH,

menurunkan konsentrasi Al, Fe dan Mn dan menaikkan kandungan Ca dalam

tanah. Jumlah silikat dalam tanah akan memperbaiki jumlah fosfor tersedia pada

tanah yang mempunyai ketersedian fosfor rendah. Peranan silikat tersebut bukan

dikarenakan adanya penggantian peranan fosfor dalam tanaman oleh silikat, tetapi

karena silikat dalam tanah mampu mengadakan pertukaran anion dengan fosfor

dalam keadaan terjerap (Okuda dan Takhashi, 1964 dalam Rahim, 1995).

Terak baja tidak hanya dapat meningkatkan ketersedian hara dalam

tanah, tetapi juga dapat meningkatkan ketersedian dan penyerapan hara oleh

tanaman. Keadaan tersebut bukan hanya gejala penyerapan hara, tetapi diduga

mempunyai hubungan dengan proses metabolisme unsur tersebut dalam jaringan

tanaman, karena silikat diduga dapat membantu proses translokasi hara dalam

tanaman (Soepardi, 1983).

2.1.3. Logam Berat dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5

(18)

Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk

hidup lain (Pasal 1 (17) UU No. 23 1997) (Sudarmadji et al., 2006). Pemasok

logam berat ke dalam tanah pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk dan

pestisida), asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, buangan limbah rumah

tangga, industri, dan pertambangan.

Organisme pertama yang terpengaruh akibat penambahan logam berat ke

dalam tanah adalah organisme dan tanaman yang tumbuh ditanah. Dalam

ekosistem alam terdapat interaksi antar organisme baik interaksi positif maupun

negatif yang menggambarkan bentuk transfer energi antar populasi dalam

komunitas tersebut. Dengan demikian pengaruh logam berat tersebut pada

akhirnya akan sampai pada hirarki rantai makanan tertinggi yaitu manusia.

Logam-logam berat diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme

dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu yang lama sebagai racun

(Saeni, 1995).

Secara umum, logam berat untuk pertumbuhan dan perkembangan tum-

buhan dibagi menjadi dua yaitu: logam berat esensial dan non esensial. Unsur

tembaga (Cu) dan seng (Zn) merupakan logam berat yang termasuk esensial,

sedangkan timbal (Pb) merupakan logam berat non esensial bagi tumbuhan (Baker

dan Walker, 1990 dalam Hamza dan Setiawan, 2010). Unsur tembaga (Cu) sangat

berguna untuk pertumbuhan jaringan tumbuhan terutama jaringan daun dimana

terdapat proses fotosintesis (Kamaruzzaman et al., 2008 dalam Hamza dan

Setiawan, 2010). Selain itu, unsur Cu juga mempunyai fungsi sebagai salah satu

unsur hara mikro yang diperlukan di dalam mitokondria dan kloroplas, proses

sintesis dan metabolisme karbohidrat dan protein serta sebagai dinding sel lignin

(Verkleij dan Schat, 1990 dalam Hamza dan Setiawan, 2010). Unsur seng (Zn)

sangat berguna dalam sistem enzim, enzim aktivator dalam proses respirasi dan

hormon pertumbuhan. Unsur timbal (Pb) merupakan logam yang sangat rendah

daya larutnya, dan mempunyai daya translokasi yang rendah mulai dari akar

(19)

dan menyebabkan racun bagi beberapa spesies (Wozny dan Kzreslowka, 1993

dalam Hamza dan Setiawan, 2010).

Darmono (1995) dalam Suendarti (2004) mengemukakan ada dua hal

yang menyebabkan logam berat termasuk sebagai pencemar yang berbahaya,

yaitu: (a) tidak dihancurkan oleh mikroba yang hidup di lingkungannya, dan (b)

terakumulasi ke dalam komponen-komponen lingkungan. Secara alami Pb

ditemukan di udara dan tanah. Logam berat Pb yang dikonsumsi manusia dapat

mengakibatkan gangguan fungsi ginjal, gangguan terhadap sistem syaraf dan

gangguan terhadap sistem reproduksi. Gangguan pada sistem reproduksi dapat

berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin (Sudarmadji et al., 2006).

2.2. Tanah Sulfat Masam

2.2.1. Definisi Tanah Sulfat Masam

Pertama kali tanah sulfat masam dikenal dengan sebutan cat clay yang

diambil dari asal kata katteklei (bahasa Belanda) yang diartikan sebagai liat yang

berwarna seperti pada bulu kucing, yaitu warna kelabu dengan bercak kuning

pucat. Bercak kuning pucat ini merupakan senyawa hasil oksidasi pirit yang

sering disebut dengan jarosit. Istilah sulfat masam itu sendiri digunakan karena

berkaitan dengan adanya bahan sulfida (pirit) dalam tanah ini apabila teroksidasi

menghasilkan asam sulfat sehinga menyebabkan tanah menjadi masam sampai

sangat masam (Noor, 2004). Tanah sulfat masam dibedakan menjadi 2 golongan

yaitu:

1.

Tanah sulfat masam potensial adalah tanah yang mengandung horizon

sulfidik (pirit yang belum teroksidasi). Menurut Taksonomi Tanah yang disebut

bahan sulfidik adalah bahan tanah mineral atau organik yang penuh kandungan

air dengan kandungan sulfur (senyawa belerang) ≥ 0,75% dalam bentuk sulfida

dan mempunyai pH >3,5-4). Adapun yang dimaksud dengan tanah sulfat masam

potensial menurut Taksonomi Tanah digolongkan ke dalam kelompok besar (great

group) Sulfaquent yaitu dicirikan dengan warna kelabu masih mentah (Breemen

(20)

Tanah sulfat masam potensial menunjukkan adanya lapisan gambut yang

tipis, sekitar 0-12 cm. Tekstur tanah lapisan atas termasuk liat berdebu, sedangkan

lapisan bawahnya liat. Kapasitas tukar kation tanah, menunjukkan nilai tinggi

sampai sangat tinggi (31,5-62,5 cmol(+)/kg tanah) di lapisan atas, dan tinggi

(28,9-32,7 cmol(+)/kg tanah) di lapisan bawah karena pengaruh kandungan bahan

organik yang sangat tinggi. Kejenuhan basa tergolong rendah sampai sedang

(35-49%) di lapisan atas, dan sedang sampai sangat tinggi (55-84%) di lapisan

bawah. Kejenuhan Al di semua lapisan umumnya sangat bervariasi dari sangat

rendah sampai sangat tinggi, dan rata-ratanya rendah (32-35%) di lapisan atas, dan

rendah sampai sedang (30-47%) di lapisan bawah. Kandungan pirit (FeS2) sangat

rendah (0,44-1,12%) di lapisan atas, dan rendah (1,35-2,31%) di lapisan bawah

(Subagyo, 2006).

2.

Tanah sulfat masam aktual adalah tanah yang mengandung horizon

sulfurik (mengandung pirit yang sudah teroksidasi). Menurut Taksonomi Tanah

horison sulfurik adalah bahan tanah mineral atau organik yang mempunyai pH

≤3,5, dengan ketebalan lapisan ≥ 15 cm, serta menunjukkan tanda-tanda bahwa

rendahnya pH disebabkan oleh asam sulfat, disertai dengan tanda-tanda sebagai

berikut: (1) adanya bercak jarosit, (2) secara langsung berada di atas lapisan

sulfidik, dan (3) mengandung sulfat larut dalam air sebesar ≥ 0,05%. Tanah sulfat

masam aktual menurut Taksonomi Tanah digolongkan ke dalam kelompok besar

(great group) Sulfaquept yang cirinya antara lain kecoklatan dan permukaan

cukup matang dan sangat masan pH 3,5 (Breemen dan Pons, 1978 dalam Noor,

2004).

Tanah sulfat masam aktual

Tanah sulfat masam aktual mempunyai lapisan gambut permukaan yang

tipis, sekitar 0-12 cm. Seluruh lapisan tanah memiliki tekstur halus, dengan

kandungan fraksi liat 35-70%, dan debu 25-60%, sehingga tekstur tanah lapisan

atas tergolong liat berdebu, dan di lapisan bawah liat. Kapasitas tukar kation tanah

bervariasi dari tinggi sampai sangat tinggi, dan rata-rata tergolong tinggi

(33,5-37,2 cmol(+)/kg tanah) di seluruh lapisan karena kontribusi dari bahan organik.

(21)

rendah, sebagian rendah sampai sedang, dan sebagian lagi sangat tinggi, dengan

rata-rata sedang (40-42%), baik di lapisan atas maupun lapisan bawah. Kejenuhan

Al di semua lapisan umumnya bervariasi dari sedang sampai sangat tinggi,

sehingga rata-ratanya tinggi (67-71%) baik di lapisan atas maupun lapisan bawah.

Kandungan pirit (FeS2) menunjukkan rata-rata sangat rendah (0,85-1,07%) di

kedua lapisan tanah (Subagyo, 2006).

2.2.2. Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam

Rendahnya produktivitas tahan sulfat masam disebabkan karena

tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan meningkatnya kelarutan unsur

beracun seperti Al, Fe dan Mn, selain itu juga rendahnya kejenuhan basa dan

status hara P (Dent, 1986 dalam Subsiksa dan Diah, 1991).

Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan sulfat masam

adalah ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe.

Unsur P merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan

tanaman. Unsur ini berfungsi untuk pertumbuhan akar, transfer energi dalam

proses fotosintesis dan respirasi, perkembangan buah dan biji, kekuatan batang

dan ketahanan terhadap penyakit. Serapan hara P yang cukup akan menjamin

tanaman tumbuh dengan baik. Oleh karenanya pemupukan P pada lahan sulfat

masam adalah komponen teknologi yang harus mendapat prioritas. Pengapuran

untuk mengurangi kemasaman tanah dan unsur beracun dan pemupukan P untuk

mengurangi kahat P, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sulfat

masam. Masalah yang timbul bukan hanya karena tanahnya masam, tetapi

beberapa proses ikutan antara lain:

1. Pada pH yang rendah, ion Al akan dibebaskan dalam larutan tanah, dan

dapat mencapai konsentrasi yang bersifat toksik terhadap pertumbuhan

padi atau tanaman lain.

2. Konsentrasi besi-III yang tinggi dan adanya ion Al yang melimpah dalam

larutan tanah, akan mengikat ion fosfat yang tersedia, sehingga

mengurangi fosfat yang tersedia, bahkan mengakibatkan defisiensi P.

3. Adanya ion Al yang berlebihan akan mengganti basa-basa dapat tukar

(22)

ke dalam larutan tanah, yang selanjutnya dapat tercuci keluar karena

dibawa hanyut oleh air yang mengalir. Tidak hanya pasokan K menjadi

terbatas, tetapi juga mengakibatkan kahat unsur Ca dan Mg.

4. Secara ringkas, akibat penurunan pH tanah di bawah pH 3,5 terjadi

keracunan ion H+, Al, SO42-, dan Fe-III, serta penurunan kesuburan tanah

alami akibat hilangnya basa-basa tanah (Subiksa dan Diah, 1991).

2.2.3. Penyebaran Tanah Sulfat Masam di Indonesia

Lahan sulfat masam di Indonesia tersebar di daerah sepanjang pantai

timur dan utara Pulau Sumatera, pantai selatan dan timur Pulau Kalimantan,

pantai barat dan timur Pulau Sulawesi, dan pantai selatan Pulau Papua (Noor,

2004). Dari 20,11 juta ha lahan pasang surut yang ada di Indonesia, 6,7 juta ha

adalah lahan sulfat masam. Kalau digabungkan dengan lahan potensial (yang juga

berpotensi sulfat masam) 2,07 juta ha lahan, maka jumlahnya mencapai 8,77 juta

ha (Subsiksa dan Diah, 1991). Lahan sulfat masam merupakan ekosistem yang

potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, karena arealnya yang

cukup luas sehingga mempunyai peran yang strategis dalam mendukung

peningkatan produksi beras nasional. Namun lahan sulfat masam bukan hanya

cocok untuk tanaman padi, tetapi juga tanaman pangan lainnya, tanaman

hortikultura dan perkebunan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam

pemanfaatannya harus hati-hati dan terencana agar tidakmengalami degradasi dan

menimbulkan masalah lingkungan (Subiksa dan Diah, 1991).

2.3. Karakteristik Tanaman Padi

Organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok yakni organ vegetatif dan

organ generatif (reproduktif). Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun,

sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga. Menurut Yoshida (1981), tanaman padi pada umumnya memerlukan waktu 3-6 bulan yang

keseluruhannya terdiri dari dua stadia pertumbuhan yaitu vegetatif dan generatif.

Pertumbuhan padi dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase vegetatif, reproduktif, dan

(23)

Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai berkecambah

sampai dengan inisiasi primordial malai. Selama fase pertumbuhan vegetatif,

anakan bertambah dengan cepat, tanaman bertambah tingggi, dan daun tumbuh

secara regular. Anakan aktif ditandai dengan pertambahan anakan yang cepat

sampai tercapai anakan maksimal. Setelah anakan maksimal tercapai sebagian

dari anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai. Anakan tersebut dinamakan

anakan yang tidak efektif.

Fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga,

ditandai dengan memanjangnya beberapa ruas teratas pada batang, yang

sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Disamping itu, stadia

reproduktif juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun

bendera, bunting dan pembungaan. Inisiasi primordia malai biasanya dimulai 30

hari sebelum pembungaan. Stadia ini hampir bersamaan dengan memanjangnya

ruas-ruas yang terus berlanjut sampai berbunga.

Fase pemasakan dimulai dari pembungaan sampai masak panen. Setelah

pembungaan, pertumbuhan memasuki stadia pemasakan yang terdiri dari masak

susu dough (masak bertepung), menguning, dan masak panen. Periode pemasakan

(24)

I1I. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian dilakukan dari Nopember 2010–Agustus 2011.

Percobaan pot rumah kaca dilakukan di kebun percobaan University Farm,

Institut Pertanian Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium

Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,

Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh

tanah sulfat masam, berasal dari Kecamatan Rantau Rasa, Kabupaten Tanjung

Jabung Timur, Jambi, terak baja converter yang diperoleh dari Sumitomo Metal

Industry, Jepang, benih padi varietas Inpari 1 (Lampiran 2), pupuk urea, SP-18,

KCl dan beberapa bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman.

Peralatan yang digunakan dalam percobaan pot rumah kaca, yaitu: ayakan 2 mm,

timbangan, ember atau pot, dan jaring pelindung serangga dan burung, sedangkan

peralatan yang digunakan untuk analisis tanah dan tanaman adalah pH-meter,

destilator, spectrophotometer, flamephotometer,

Hasil analisis total terak baja converter disajikan pada Tabel 1 dan Tabel

2. Penyusun utama terak baja converter terdiri dari CaO (53,36%), Fe2O3

(8,12%), SiO2 (6,57%), MgO (2,86%) dan penyusun lain. Tingginya kandungan

CaO merupakan penyebab utama pemanfaatan terak baja converter di

negara-negara maju sebagai bahan peningkat pH tanah seperti kapur, selain itu SiO2 yang

(25)

Tabel 1. Komposisi Kimia dari Terak Baja(Sumawinata et al., 2010)

Tabel 2. Kandungan Cu, Zn, dan Pb dari Terak Baja (Sumawinata et al., 2010)

Pengekstrak Cu (ppm) Zn (ppm) Pb (ppm)

HCl 25% 1,39 4,12 Tr

Aquades 0,20 Tr Tr

Bahan Humik 0,13 Tr Tr

DTPA 0,46 1,20 Tr

Keterangan : Tr tidak terukur

3.3. Rancangan Percobaan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap hasil panen dan analisis

laboratorium, maka data hasil pengamatan dianalisis menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal. Jumlah perlakuan dosis terak baja

yang diberikan sebanyak empat taraf dengan ulangan sebanyak 3 kali, sehingga

diperoleh 12 unit percobaan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.

Adapun model matematika rancangan percobaan ini adalah sebagai

berikut :

= Nilai pengukuran/pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

i

E

= Pengaruh perlakuan ke-i

ij = Galat

Tabel 3. Perlakuan Pemberian Terak Baja pada Tanah Sulfat Masam.

Perlakuan Dosis Terak baja(g/pot) Dosis Terak Baja (ton/ ha)

T0 0 0

T1 15 3

T2 30 6

(26)

Untuk mengetahui pengaruh dosis terak baja terhadap pertumbuhan padi,

kandungan basa-basa, P-tersedia, unsur mikro dan logam berat maka dilakukan

analisis statistik (ANOVA). Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata

dianalisis dengan uji lanjut duncan (DMRT).

3.4. Pelaksanaan Percobaan

Bahan tanah sulfat masam pada kedalaman 0-20 cm. Persiapan media

tanam dilakukan dengan memasukkan tanah ke dalam pot yang setara dengan 10

BKM (Bobot Kering Mutlak). Selanjutnya ditambahkan terak baja converter

sesuai dosis perlakuan, yaitu setara dengan 0, 3, 6 dan 9 ton/ha. Tanah yang sudah

diberi terak baja selanjutnya dilumpurkan dan diinkubasi selama 14 hari.

Bersamaan dengan persiapan media tanam, juga dilakukan penyemaian benih

padi. Setelah bibit padi berumur 14 hari dilakukan pindah tanam (transplanting)

bibit padi sebanyak 2 bibit per pot. Ketika tanaman padi berumur 3 MST,

dilakukan penjarangan dan disisakan satu tanaman per pot.

Parameter yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan per pot,

bobot kering gabah per pot, dan persentase bobot gabah bernas. Tinggi tanaman

diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi setelah diluruskan.

Pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah anakan-per pot dilakukan

setiap selang tujuh hari sejak tanaman berumur 3 MST (Minggu Setelah Tanam)

sampai 9 MST.

Analisis tanah dan tanaman ditujukan untuk mengetahui perubahan sifat

kimia tanah dan kandungan hara dalam tanaman. Pengukuran kandungan P

tersedia menggunakan metode Bray I, sedangkan kandungan basa-basa Ca, Mg,

dan K ditetapkan menggunakan pengekstrak amonium asetat pH 7. Penetapan

kandungan logam Cu, Zn, dan Pb dalam tanah dilakukan dengan metode

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja

berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah (Tabel Lampiran 4). Pengaruh

dosis terak baja terhadap pH tanah (Gambar 2) menunjukkan bahwa perlakuan

tanpa terak baja (T0) nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan terak

baja (T1, T2, T3), tetapi di antara perlakuan terak baja tidak berbeda nyata.

Gambar 2. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap pH Tanah

Secara umum dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis terak baja yang

diberikan, pH tanah cenderung meningkat. Nilai pH terendah terjadi pada

perlakuan T0 sebesar 4,1 dan tertinggi pada perlakuan T3 sebesar 5,5.

Peningkatan pH ini diduga karena adanya pembebasan CaO dan MgO dari terak

baja. Senyawa CaO bereaksi dengan H2O dalam tanah menghasilkan ion-ion Ca2+

dan OH- . Selanjutnya ion Ca2+ tersebut menggantikan kedudukan Al3+ dan H+

yang ada di kompleks jerapan tanah, sehinga Al3+ dan H+ dilepaskan ke larutan

tanah. Ion Al3+ dalam larutan tanah mengalami reaksi hidrolisis menjadi Al(OH)3

yang tidak larut. Ion H+ yang ada dalam larutan tanah tersebut selanjutnya

dinetralkan oleh ion OH- dari bahan kapur, akibatnya pH tanah meningkat. Selain

meningkatkan nilai pH tanah, pemberian terak baja juga berpengaruh nyata dalam

meningkatkan kandungan basa-basa (Ca, Mg, dan K) serta kandungan P tersedia

(28)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Ca-dd (a), Mg-dd (b), K-dd (c), dan P-tersedia (d) dalam Tanah.

Kandungan Ca, Mg, K dan P-tersedia dalam tanah meningkat seiring

dengan meningkatnya dosis terak baja. Kandungan Ca, Mg, K dan P tertinggi

terjadi pada perlakuan T3 dan terendah pada perlakuan T0. Peningkatan

kandungan basa-basa diduga berasal dari basa-basa yang dilepaskan terak baja

(Tabel 2) ke dalam larutan tanah. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian

Suwarno dan Goto (1997), bahwa pemberian terak baja dapat meningkatkan pH

tanah dan basa-basa (Ca dan Mg) yang dapat ditukarkan.

Peningkatan kandungan P tersedia dalam tanah diduga berasal dari P2O5

(29)

dibebaskan terak baja juga turut berpengaruh terhadap peningkatan P tersedia

dalam tanah (Kristen dan Erstad (1996). Unsur Si dapat mengurangi fiksasi P oleh

oksida Al dan Fe melalui pertukaran ligan, yaitu SiO2 dari terak baja terhidrolisis

membentuk anion SiO44- yang mampu mengantikan PO4

3-Dalam penelitian ini, tanah diekstrak dengan akuades untuk mengetahui

kandungan Zn dan Cu dalam larutan tanah (water soluble fraction) dilanjutkan

dengan menggunakan estrakan MgCl

yang tersemat

(Yuwono dan Yukamgo, 2007)

2 untuk mengetahui kandungan Zn dan Cu

yang dapat dipertukarkan (exchangeable fraction).

Tabel 4. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanah

Perlakuan

Zn (ppm) Cu (ppm)

Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2 Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2

T0 0,3450 3,3500 0,1613 0,2400 T1 0,2237 3,1613 0,1000 0,1687 T2 0,0727 1,9983 0,0354 0,0737 T3 0,0733 1,5421 0,0220 0,0929

Dari Tabel 4 terlihat bahwa kandungan Zn dalam tanah cenderung lebih

tinggi dibandingkan kandungan Cu, selain itu terlihat bahwa pemberian terak baja

menurunkan kandungan Cu dan Zn di dalam tanah. Kandungan Cu dan Zn

tertinggi, terjadi pada perlakuan T0 dan terendah pada perlakuan T3.

Penurunan kandungan Cu dan Zn dalam tanah diduga karena adanya

peningkatan pH yang mengubah unsur mikro yang semula mudah larut, diubah

menjadi bentuk senyawa hidroksida yang sukar larut. Selain itu, pada tanah yang

berkadar bahan organik tinggi seperti tanah sulfat masam, sebagian besar hara

mikro dikhelat cukup kuat oleh bahan organik sehingga menjadi tidak tersedia

(Blasiak, 1979 dalam Handayani, 2000). Hasil ini juga didukung oleh Sopher dan

Baird (1976) dalam Sari (2011) yang mengemukakan bahwa pada rentang pH

4,0-6,0, peningkatan pH tanah berpengaruh kuat terhadap penurunan ketersediaan Zn,

(30)

4.2. Pengaruh Terak Baja terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi

Pertumbuhan tanaman padi diamati mulai dari 3 MST sampai 9 MST

(Gambar 4 dan Tabel 5) dimana pertumbuhan tanaman padi meningkat sampai

dengan 6 MST, selanjutnya sampai 9 MST terlihat mendekati konstan. Hal ini

dikarenakan pada 6 MST sudah menunjukkan tanda-tanda bunting sehingga

perlahan fase vegetatif berhenti dan diganti dengan fase generatif. Hasil analisis

ragam (Tabel Lampiran 7) menunjukkan bahwa terak baja berpengaruh nyata

meningkatkan tinggi tanaman padi. Pertumbuhan tinggi tanaman padi yang diberi

terak baja nyata lebih tinggi daripada tanaman yang tidak diberi terak baja,

sedangkan diantara perlakuan terak baja tidak berbeda nyata.

Gambar 4. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

Tabel 5. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm)

3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST P 59,6 b 67,4 b 76,8 b 83,5 b 84,3 b 86,3 c 87,9 b T1 64,2 ba 74,2 a 85,3 ba 96,1 a 97,0 a 98,5 b 101,5 a T2 69,1 a 78,4 a 88,7 a 101,4 a 104,7 a 106,9 ba 107,1 a T3 69,6 a 79,0 a 88,5 a 102,0 a 101,0 a 103,5 a 106,9 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

(31)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis terak baja yang diberikan

tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi, namun jumlah

anakan tanaman padi yang diberi terak baja cenderung lebih banyak daripada yang

tidak diberi terak baja. Jumlah anakan tanaman padi umur 9 MST terendah terjadi

pada perlakuan T0 yaitu 14,33 anakan per pot dan tertinggi pada perlakuan T3

yaitu 18,60 anakan per pot (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Jumlah Anakan Tanaman Padi.

Perlakuan

Tabel 7. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Produksi Padi.

Perlakuan

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Hasil analisis ragam (Tabel 7 dan Tabel Lampiran 9) menunjukkan

bahwa terak baja berpengaruh nyata meningkatkan jumlah gabah bernas, bobot

gabah bernas, dan persentase jumlah gabah bernas. Dari Tabel 7 terlihat bahwa

semakin tinggi dosis terak baja yang diberikan, semakin tinggi juga persentase

jumlah dan bobot gabah bernas. Persentase jumlah gabah bernas, tertinggi pada

T3 sebesar 89,36% dan terendah pada T0 sebesar 64,91 %. Tabel 7 juga

menunjukkan bahwa pemberian terak baja mampu meningkatkan produksi bobot

gabah bernas sampai 145,14%. Peningkatan pertumbuhan dan produksi padi

merupakan pengaruh tidak langsung dari pemberian terak baja yang memperbaiki

(32)

dilakukan Suwarno dan Goto (1997) bahwa pemberian terak baja dapat

meningkatkan persentase gabah isi dan menurunkan persentase gabah hampa.

4.3. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Unsur Hara Makro dan Mikro Dalam Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terak baja berpengaruh nyata

meningkatkan kandungan Ca, Mg, K dan P dalam tanaman padi (Gambar 5 dan

Tabel Lampiran 10).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 5. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Ca-dd (a), Mg-dd (b), K-dd (c) dan P-tersedia dalam Tanaman Padi.

Kandungan hara (Ca, Mg, K dan P) dalam tanaman padi meningkat

(33)

tanaman masing-masing tertinggi pada perlakuan T3 dan terendah pada perlakuan

T0. Kandungan Ca, Mg, K dan P pada perlakuan T3 nyata lebih meningkat,

dibandingkan dengan dosis terak baja yang lebih rendah (T1 dan T2).

Peningkatan kandungan hara dalam tanaman padi diduga terjadi karena

peningkatan kandungan hara tersedia dalam tanah. Hal ini membuktikan bahwa

pemberian terak baja ke dalam tanah, mampu menciptakan kondisi media tumbuh

yang lebih baik dibandingkan tanpa pemberian terak baja. Meningkatnya

kandungan Ca, Mg, K dan P dalam tanaman padi didukung oleh lebih tingginya

produksi padi yang diberi perlakuan terak baja (Tabel 7).

Kondisi di atas berbeda dengan kandungan Zn dan Cu dalam tanaman.

Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 11) menunjukkan bahwa pemberian terak

baja berpengaruh nyata terhadap kandungan Zn, tetapi tidak berpengaruh nyata

terhadap kandungan Cu dalam tanaman. Pengaruh dosis pemberian terak baja

pada kandungan Zn dan Cu oleh tanaman padi disajikan pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Zn (a) dan Cu (b) dalam Tanaman Padi

Dari Gambar 6 terlihat bahwa dengan pemberian terak baja, kandungan

Zn dan Cu dalam tanaman menurun. Penurunan kandungan Zn dan Cu berbanding

terbalik dengan dosis terak baja yang diberikan. Kandungan Zn dan Cu tertinggi

terjadi pada perlakuan T0 dan terendah pada perlakuan T3. Penurunan kandungan

(34)

baja, kandungan Zn dan Cu dalam tanah semakin rendah, dengan demikian yang

dapat diserap tanaman akan semakin rendah juga. Meskipun kandungan Zn dan

Cu dalam tanaman padi menurun, namun hasil di lapang menunjukkan tanaman

tidak kekurangan Zn dan Cu.

4.4. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Logam Berat Pb dalam Tanah dan Tanaman Padi.

Logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3

Pemberian terak baja cenderung menurunkan kandungan logam berat Pb,

dalam tanah. Kandungan Pb menurun seiring meningkatnya dosis terak baja yang

diberikan. Kandungan Pb tertinggi terjadi pada perlakuan T0, terendah ada pada

perlakuan T3.

.

Logam berat dalam bentuk tersedia mempunyai pengaruh yang lebih berbahaya

pada tanah, karena itu penting untuk mengetahui kandungan Pb yang terdapat

dalam tanah. Untuk mengetahui kandungan logam berat Pb dalam tanah, tanah

diekstrak sama halnya seperti Zn dan Cu. Pengaruh dosis terak baja terhadap

kandungan Pb dalam tanah disajikan pada Tabel 8.

Hasil analisis terak baja (Tabel 1) dalam terak baja tidak ditemukan Pb

namun pada perlakuan T0 (tanpa terak baja) logam berat Pb sudah ada. Hal ini

menunjukkan bahwa logam berat Pb sebenarnya sudah terdapat dalam tanah.

Penurunan kandungan logam berat Pb diduga karena adanya peningkatan pH yang

menyebakan Pb mengendap di dalam tanah, sehingga menjadi kurang tersedia.

Sondari (2009) mengemukakan bahwa keberadaan Pb dalam tanah biasanya akan

berkurang, apabila terjadi peningkatan pH atau adanya pengapuran. Hal ini diduga

karena peningkatan pH menyebabkan terjadi presipitasi (pengendapan Pb) sebagai

Pb(OH)2, Pb karbonat atau terjadi reaksi kompleks Pb-bahan organik. Hasil ini

juga didukung oleh pernyataan Soepardi (1983) mengungkapkan bahwa beberapa

cara dapat dilakukan untuk menurunkan peredaran logam dalam tanah, antara lain

mempertahankan pH tanah tetap tinggi sehingga unsur tersebut menjadi kurang

(35)

Tabel 8. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap KandunganPb dalam Tanah.

Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 12) menunjukkan bahwa

pemberian terak baja tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan Pb dalam

tanaman padi. Pengaruh pemberian dosis terak baja terhadap serapan Pb disajikan

pada Gambar 7. Pemberian terak baja tidak meningkatkan kandungan logam berat

dalam tanaman. Secara umum terlihat bahwa semakin tinggi dosis terak baja yang

diberikan,. maka akan semakin rendah kandungan logam berat dalam tanaman.

Kandungan logam berat tertinggi terjadi pada perlakuan T0 yaitu sebesar 0,081

ppm dan terendah pada perlakuan T3 yaitu sebesar 0,006 ppm. Penurunan

kandungan logam berat dalam tanaman diduga berkaitan dengan kandungan

logam berat dalam tanah yang semakin menurun dengan diberinya terak baja.

Gambar 7. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanaman Padi

Kabata (2001) menyatakan bahwa serapan Pb oleh tanaman sangat

dipengaruhi oleh kondisi tanah seperti kandungan bahan organik, kapasitas tukar

kation dan pH tanah, sedangkan unsur Ca dapat menghambat penyerapan Pb oleh

Perlakuan

Pb (ppm)

Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2

T0 0,0950 0,2236

T1 0,0356 0,1761

T2 0,0039 0,0831

(36)

tanaman. Hal ini dapat menjadi alasan rendahnya konsentrasi Pb pada tanaman,

diduga karena kandungan CaO yang tinggi pada terak baja converter merupakan

kompetitor utama serapan Pb sehingga mampu mereduksi terserapnya logam ke

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pemberian terak baja nyata meningkatan nilai pH, kandungan Ca-dd,

Mg-dd, K-dd, dan P-tersedia, dalam tanah dan tanaman.

2. Terak baja menurunkan kandungan unsur mikro Zn dan Cu, serta logam

berat Pb dalam tanah dan tanaman.

3. Pemberian terak baja cenderung meningkatkan jumlah anakan tanaman

padi. Terak baja juga nyata meningkatkan tinggi tanaman, bobot gabah

bernas sampai 145%.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian lanjut mengenai pengaruh terak baja terhadap

kandungan logam berat dalam gabah, selain itu juga perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut terhadap kadar logam berat lainnya, sehingga dapat dipastikan bahwa

terak baja aman untuk diaplikasikan sebagai pupuk dan beras layak dikonsumsi

manusia. Diperlukan percobaan dilapang untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh

(38)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D. 1988. Pengaruh pemberian terak baja pada Podsolik Merah Kuning terhadap ciri kimia tanah, kadar dan serapan hara, serta produksi tanaman tebu. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hadisaputra. 2011. Materi kuliah teknologi bahan. https://docs.google.com/viewer

[23 Desember 2011].

a=v&q=cache: KO0dCmIkvqgJ: hadisaputra mengfiles. wordpress. com/.

Hamza, F. dan A. Setiawan. 2010. Akumulasi logam berat Pb, Cu dan Zn di hutan mangrove Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. IPB. 2(2):41-52.

Handayani, S. 2000. Ketersedian seng (Zn) dalam tanah dan faktor-faktor yang berperan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2(2):180-200.

Kabata, A. and Pendias. 2001. Trace Elements in Soils and Plants, 4th

Kristen, M. and K. Erstad. 1996. Converter slag as liming material on organic soil. Norwegian J. Agri. Sci,. 10:83-93.

Edition, Crc Press, Boca Raton, Florida.

Mahro, S. 2010. Pengaruh terak baja terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada tanah gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mohammadi, T. A. and Sedaghat, H. 2007. Converter slag as a liming agent in the amelioration of acidic soils. Internasional Journal of Agriculture and Biology. 5:1560-8530.

Mulyadi, M., K. Idris, D.A. Rachim, dan S. Simeon. 2001. Kajian pemberian blotong dan terak baja pada tanah Kandiudoxs Pelaihari dalam upaya memperbaiki ciri kimia tanah serta serapan hara dan pertumbuhan tanaman tebu. Forum Pascasarjana. 26:81-87.

Noor, M. 2004. Sifat dan Pengolahan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(39)

Sa’ad, A., Y. Achnopha, dan H. I. Muhammad. 2008. Penerapan teknologi perbaikan lahan Sulfat Masam seluas 100 hektar di Desa Pematang Mayan dan Rantau Makmur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat. 46:46-54.

Saeni, M. S. l995. Hubungan konsentrasi kandungan logam berat (Cd dan Hg) dalam lingkungan dan rambut. Buletin Kimia, Juni no.9. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sari, I. 2011. Studi ketersedian dan serapan hara mikro serta hasil beberapa varietas kedelai pada tanah gambut yang diameliorasi abu janjang kelapa sawit. Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Andalas.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sondari, N. 2009. Pertumbuhan, kadar logam berat Pb, dan hasil padi gogo akibat pemberian kombinasi limbah batubara Bottom Ash dan Bokashi Bottom Ash. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9 (2):88-94.

Subagyo, H. 2006. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Subiksa, I. G. M. dan D. Setyorini. 1991. Pemanfaatan fosfat alam untuk lahan Sulfat Masam. Prosiding Pertemuan Pembahasan Hasil Penelitian Tanah. Cipayung, 3-5 Juni 1991.

Sudarmaji, J., Mukono dan I. P. Corie. 2006. Toksilogi logam berat B3 dan dampaknya terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2:129-142.

Suendarti, M. 2004. Pemanfaatan bakteri pengakumulasi logam berat Pb dan Cd untuk menurunkan kandungan logam berat pada beras tercemar limbah industri. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Sumawinata, B., Darmawan, Suwardi, A., Asmita, dan P. Aninda. 2010. Kandungan kimia total dan kelarutan unsur hara berbagai jenis steel slag dan berbagai jenis batuan serta abu dan batu dari limbah boiler.

Lokakarya Nasional. Pemanfaatan Steel Slag untuk Pertanian. IPB

(40)

Suprihatno, B., A.D. Aan, Satoto, Baehaki, Suprihanto, S. Agus, I. S. Dewi, W. I. Putu, dan S. Hasil.2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Suriadikarta, A. D. 2005. Pengelolaan lahan Sulfat Masam untuk usaha pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. 24(1):36-45.

Suwarno and I. Goto. 1997. Effect of Indonesia electric furnace slag on the rice yield and chemical properties of soils. pp 803-804. In Plant Nutrition for Sustainable Food Production and Environment. Kluwer Academic Publisher.

---. 1999. Comparison of chemical properties and application as acid soil amendement of pretreatmen center slag and other slags. Departement of Soil Sciences. Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Bogor. 2: hal 8-17

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines.

(41)
(42)

Tabel Lampiran 1. Analisis Kimia Tanah Sulfat Masam

No Sifat Tanah Sulfat Masam Kriteria* 1 pH H2O (pH 1 :1) 4,10 Sangat rendah

2 KTK (me/100 g) 21,60 Sedang

3 KB (%) 10,60 Sangat rendah

4 C-Org (%) 7,82 Sangat Tinggi

5 N-Total (%) 0,58 Tinggi

6 P Bray 1 (ppm) 5,21 Sangat Rendah

7 Ca-dd (me/100 g) 0,11 Sangat Rendah 8 Mg-dd (me/100 g) 0,22 Sangat Rendah

9 K -dd(me/100 g) 0,18 Rendah

10 Na-dd (me/100 g) 0,40 Sedang

11 Al-dd me/100g 30,23

-12 Fe (ppm) 62,01 Sedang

(43)

Tabel Lampiran 2. Deskripsi Padi Varietas Inpari 1 (Suprihatno et al., 2010)

Nomor seleksi BP23f-PN-11

Asal persilangan IR64/IRBB-7//IR64

Golongan Cere

Umur tanaman 108 hari

Bentuk tanaman Tegak

Tinggi tanaman 93 cm

Anakan produktif 16 batang

Warna kaki Hijau

Warna batang Hijau

Warna telinga daun Tidak berwarna

Warna lidah daun Tidak berwarna

Warna daun Hijau

Warna gabah Kuning bersih

Kerontokan Sedang

Rata-rata hasil 7,3 t/ha

Potensi hasil 10 t/ha

Hama Tahan terhadap Wereng Batang Coklat Biotipe 2,

agak tahan terhadap Biotipe 3.

Penyakit Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII.

Anjuran tanam Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah

sampai dengan ketinggian ± 500 m dpl.

Pemulia

Bambang Kustianto, Supartopo, Soewito Tj., Buang Abdullah, Sularjo, Aris Hairmansis, Heni Safitri dan Suwarno.

Peneliti Atito D., Anggiani N., Santoso, Arifin K., Endang S.

Teknisi Sail Hanafi, Sudarno, Suryono, Panca Hadi Siwi.

Pengusul Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Alasan utama dilepas Lebih tahan HDB; perbaikan dari IR64 atas HDB

(44)

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Nilai pH Tanah

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ulangan 2 0.4829 0,2414 2,3700 0,1747

Dosis 3 3,8972 1,2990 12,7300 0,0052*

Galat 6 0,6120 0,1020

Total 11 4,9922

Keterangan: * = nyata pada taraf 5%, ** = nyata pada taraf 1%

(45)

Tabel Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Basa-Basa Tanah dan P-tersedia dalam Tanah.

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ca-dd (me/100g tanah)

Ulangan 2 1,8790 0,9390 3,5800 0,094 Dosis 3 25,1720 8,3900 31,9900 0,0004**

Galat 6 1,5730 0,2620

Total 11 28,6250

Mg-dd (me/100g tanah)

Ulangan 2 0,0128 0,0064 0,5500 0,6016 Dosis 3 2,1703 0,7234 62,1200 0,0001**

Galat 6 0,0698 0,0116

Total 11 2,2531

K-dd (me/100g tanah)

Ulangan 2 0,0076 0,0038 1,3300 0,3335 Dosis 3 0,3848 0,1282 44,4700 0,0002**

Galat 6 0,0173 0,0028

Total 11 0,4098

P-tersedia (ppm)

Ulangan 2 0,3703 0,1851 0,0600 0,9396 Dosis 3 79,3795 26,4598 9,0000 0,0122*

Galat 6 17,6420 2,9403

Total 11 97,3920

(46)

Tabel Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanah, dengan Ekstrak Akuades dan MgCl2.

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Zn Ekstrak Akuades (ppm)

Ulangan 2 1032,0 516,03 3,46 0,1002

Dosis 3 903,1 301,04 2,02 0,2130

Galat 6 895,0 149,18

Total 11 2830,2

Zn Ekstrak MgCl2 (ppm)

Ulangan 2 0,0010 0,0005 0,59 0,5851

Dosis 3 0,0370 0,0123 14,29 0,0039*

Galat 6 0,0051 0,0008

Total 11 0,0432

Cu Ekstrak Akuades (ppm)

Ulangan 2 0,0229 0,0114 1,35 0,3280

Dosis 3 0,0521 0,0173 2,04 0,1097

Galat 6 0,0510 0,0085

Total 11 0,1262

Cu Ekstrak MgCl2 (ppm)

Ulangan 2 0,0029 0,0014 1,70 0,2597

Dosis 3 0,0171 0,0057 6,71 0,0241*

Galat 6 0,0051 0,0008

Total 11 0,0251

(47)

Tabel Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ulangan 2 113,10 56,55 2,34 0,1772

Dosis 3 277,98 92,66 3,84 0,0758

Galat 6 144,90 24,15

Dosis 3 733,80 244,60 20,09 0,0016**

Galat 6 73,03 12,17

Total 11 869,00

(48)

Tabel Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Jumlah AnakanTanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

3MST

Ulangan 2 8,1666 4,0833 4,74 0,0582

Dosis 3 9,5833 3,1944 3,71 0,0806

Galat 6 5,1666 0,8611

Ulangan 2 18,1666 9,0833 4,61 0,0614

Dosis 3 25,6666 9,5555 4,34 0,0600

Galat 6 11,8333 1,9722

Total 11 55,6666

7MST

Ulangan 2 15,1666 7,5833 4,20 0,0723

(49)

Tabel Lampiran 9. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Produksi Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Jumlah Gabah Bernas

Ulangan 2 259590,5 129795,2 0,91 0,4521

Dosis 3 2088860,0 696286,5 4,88 0,0476*

Galat 6 856832,8 142805,4

Total 11 3205283,0

Jumlah Gabah Hampa

Ulangan 2 19145,1 9572,5 2,27 0,1841

Dosis 3 72805,5 24268,5 5,76 0,0336*

Galat 6 25262,1 4210,36

Total 11 117212,9

Persentase Jumlah Gabah Bernas

Ulangan 2 135,52 67,76 2,46 0,1657

Dosis 3 1458,44 486,14 17,67 0,0022**

Galat 6 165.11 27,51

Total 11 1759,07

Bobot Gabah Bernas

Ulangan 2 187,62 93,81 1,27 0,348

Dosis 3 1110,38 370,12 4,99 0,0454*

Galat 6 444,91 74,151

Ulangan 2 206,83 103,41 1,32 0,3348

Dosis 3 879,74 293,24 3,74 0,0793

Galat 6 469,95 78,32

Total 11 1556,52

(50)

Tabel Lampiran 10. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Ca, Mg, K dan P dalam Tanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ca (%)

Ulangan 2 0,0212 0,0106 1,75 0,2525

Dosis 3 0,2286 0,0762 12,54 0,0054*

Galat 6 0,0364 0,006

Total 11 0,2862

Mg (%)

Ulangan 2 0,0200 0,0100 0,65 0,5551

Dosis 3 4,3144 1,4381 93,52 0,0001**

Galat 6 0,0922 0,0153

Total 11 4,4267

K (%)

Ulangan 2 0,0178 0,0089 0,2 0,8234

Dosis 3 2,0319 0,6773 15,26 0,0033**

Galat 6 0,2663 0,0443

Total 11 2,3160

P (%)

Ulangan 2 0,0009 0,0004 0,12 0,8925

Dosis 3 0,3156 0,1052 25,68 0,0008**

Galat 6 0,0245 0,0040

Total 11 0,3412

(51)

Tabel Lampiran 11. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zu dan Cu dalam Tanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Zn (ppm)

Ulangan 2 1,1722 0,5861 2,79 1,1391

Dosis 3 3,6461 1,2153 5,78 0,0333*

Galat 6 1,2607 0,2101

Tabel Lampiran 12. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanaman Padi

Sumber Derajat Jumlah Derajat F-Hitung Pr>F Keragaman Bebas Kuadrat Tengah

Ulangan 2 0,0006 0,0003 0,19 0,8331

Dosis 3 0,0087 0,0029 1,71 0,2642

Galat 6 0,0102 0,0017

Total 11 0,0196

Keterangan: * = nyata pada taraf 5%, ** = nyata pada taraf 1%

Tabel Lampiran 13. Pengaruh Terak Baja terhadap pH Tanah

(52)

Tabel Lampiran 14. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Basa-Basa (dd)

Tabel Lampiran 15.Pengaruh Pemberian Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu dalam Tanah dengan Ekstrak Akuades dan MgCl2

(53)

Tabel Lampiran 16. Pengaruh Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi

(54)

Tabel Lampiran 18. Pengaruh Terak Baja terhadap Produksi Padi

Keterangan: JGB (Jumlah Gabah Bernas), JGH (Jumlah Gabah Hampa), JGT (Jumlah Gabah Total), BGB (Bobot Gabah Bernas), BGH (Bobot Gabah Hampa), BGT (Bobot Gabah Total), PBGB (Persentase Bobot Gabah Bernas).

(55)

Tabel Lampiran 20. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Zn dan Cu

Tabel Lampiran 21. Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanah Ekstrak Akuades dan MgCl2

Perlakuan Ulangan

Pb(ppm)

Ekstrak Akuades Ekstrak MgCl2

(56)

Tabel Lampiran 22 Pengaruh Terak Baja terhadap Kandungan Pb dalam Tanaman Padi

Perlakuan Ulangan Pb (ppm)

1 0,083

T0 2 0,024

3 0,137

Rataan 0,081

1 0,036

T1 2 0,042

3 0,036

Rataan 0,038

1 0,009

T2 2 0,089

3 0,009

Rataan 0,036

1 0,000

T3 2 0,000

3 0,017

Rataan 0,006

(57)

Gambar Lampiran 1. Tanaman Padi Sudah Mulai Menunjukkan Malai.

(58)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terak baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair

dalam pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji besi dan

batu kapur yang ditambahkan. Terak baja mengandung unsur-unsur seperti Ca,

Mg, dan Si. Kandungan material yang terdapat dalam terak baja ini diharapkan

dapat dimanfaatkan untuk bidang pertanian, untuk memperbaiki sifat-sifat kimia

tanah-tanah masam seperti tanah sulfat masam.

Tanah sulfat masam dengan luasan 6,72 juta hektar (Sa’ad et al., 2008),

mempunyai tingkat kesuburan alami yang rendah dan kadar Al, Fe, dan Mn yang

tinggi dalam tanah, dan bersifat racun bagi tanaman (Nugroho et al., 1992 dalam

Sa’ad et al., 2008). Tanah sulfat masam juga mempunyai pH yang sangat rendah

dan kandungan basa-basa yang rendah. Hal ini yang menyebabkan produktivitas

tanah sulfat masam rendah.

Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan

dengan pertambahan jumlah penduduk. Sementara itu upaya peningkatan

produksi beras saat ini terhalang oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan

yang masih terus berjalan, penurunan kualitas sumberdaya lahanyang berdampak

terhadap penurunan produktivitas lahan. Indonesia akan mengalami krisis pangan

secara nasional apabila usaha-usaha dalam meningkatkan produksi pangan masih

tetap seperti waktu-waktu sebelumnya. Oleh karena itu penggunaan terak baja

dalam bidang pertanian diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan

produksi padi.

Penggunaan terak baja di Indonesia khususnya dalam bidang pertanian

sampai saat ini belum dikembangkan karena adanya peraturan pemerintah (PP No

85 Tahun 1999) yang menyatakan terak baja termasuk dalam kategori limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan

sebagai data ilmiah pendukung manfaat terak baja terhadap pertanian. Penelitian

ini dibatasi pada pengaruh terak baja converter terhadap perubahan sifat kimia

(59)

dalam tanah, tanaman, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman padi.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh terak baja terhadap perubahan sifat kimia tanah

yang meliputi pH, kandungan unsur hara Ca, Mg, P, dan K, mikro (Zn

dan Cu) dan logam berat (Pb) dalam tanah dan tanaman.

2. Mengetahui pengaruh terak baja converter terhadap pertumbuhan dan

produksi padi pada tanah sulfat masam.

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Pemberian terak baja dapat meningkatkan pH, kandungan hara dalam

tanah dan tanaman terutama unsur makro (Ca, Mg, dan P) dan tidak

meningkatkan kandungan logam berat dalam tanah dan tanaman

2. Pemberian terak baja dapat mempercepat pertumbuhan dan

(60)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terak Baja

2.1.1. Pengertian Terak Baja

Terak baja merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair

dalam pembuatan baja. Terak baja terbentuk melalui reaksi antara biji besi dan

batu kapur yang ditambahkan. Penambahan batu kapur bertujuan untuk mengikat

bahan-bahan pengotor dari biji besi, agar diperoleh besi murni atau sudah terpisah

dari teraknya. Terak baja mengandung unsur-unsur seperti Ca, Mg, dan Si.

Terdapat beberapa macam jenis terak baja, antara lain blast furnace slag, electric

furnace slag, dan converter slag. Jenis terak baja ditentukan berdasarkan metode

yang digunakan ketika proses pembuatan baja. Metode yang umum digunakan

adalah blast furnace dan converter. Pembuatan terak baja dengan metode

converter disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Pembuatan Terak Baja dengan Metode Converter dalam Hadisaputra, 2011).

Pembuatan baja dengan metode converter mula-mula diperkenalkan oleh

Gambar

Gambar 4. Pengaruh Dosis Terak Baja terhadap Tinggi Tanaman Padi
Tabel Lampiran 10).
Tabel Lampiran 1. Analisis Kimia Tanah Sulfat Masam
Tabel Lampiran 2. Deskripsi Padi Varietas Inpari 1 (Suprihatno et al., 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[1] Karakteristik komunikasi berdasarkan hasil pemindaian spektrum oleh Cognitive Radio harus memiliki kemampuan merekonfigurasi parameter kerja antena, seperti

Dalam suatu operasi pemboran berarah perlu diamati pada saat pengontrolan arah lintasan (survey).Terutama pada interval pembentukan sudut dalam pemboran berarah yaitu

Sumber Jaya Indah Nusa

agreement with fellow regional governments ideally set forth in the form of memorandum of understanding (MoU) and cooperation agreement, there is clear regulation on the role

P2 didapat dari hasil bantuan dengan fasilitas solver pada.

dilakukan penelitian tentang ekstraksi senyawa alkaloid dalam daun tapak dara dengan pelarut yang lebih baik dan uji reaksi pengendapan dengan. reagen

Maklumat yang berikut adalah berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh sebuah keluarga.. Ayah Jian Hin baru menerima panggilan telefon daripada guru tingkatan Jian Hin,

Dari hasil penelitian ini yang dilakukan mulai dari tahap awal hingga pengujian penerapan sistem pendukung keputusan untuk menentukan ranking calon penerima