• Tidak ada hasil yang ditemukan

 

Kondisi Umum

Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam

greenhouse adalah berkisar antara 45 - 49 ˚C dan kelembapannya 47 - 50%. Suhu

rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat permanen.

Hama yang menyerang tanaman melon umumnya adalah kutu daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun ini mulai terjadi saat tanaman berumur 4 MST sedangkan penyakit yang menyerang biasanya adalah embun tepung. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis dan fungisida. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di ember.

 

Gambar 1. Tanaman melon di lapangan

Tanaman melon mengalami stres setelah perlakuan irigasi dilakukan, terutama pada volume irigasi yang kecil. Stres tersebut ditandai dengan kondisi

daun yang tampak layu namun hal ini tidak bersifat permanen. Tanaman dapat pulih kembali setelah mendapat irigasi. Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan buah melon yang telah memiliki kriteria buah layak panen. Panen dilakukan dengan melihat penampakan kuantitatif buah yaitu ukuran buah sesuai dengan ukuran normal, serat jala pada kulit buah sangat nyata kasar dan warna kulit hijau kekuniangan serta buah memiliki aroma yang harum.

Pertumbuhan Vegetatif

Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST (Tabel 1).

Tinggi tanaman saat 3 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T, 1.5xEo T2, dan 2xEo T2 menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T2, 1xEo T1, 1.5xEo T1, 2xEo T, 2xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T dan 0.5xEo T1 dan pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T2 dan perlakuan 1xEo T2 menghasilkan tinggi tanaman nyataa lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T dan 0.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T, 1.5xEo T1, 0.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh perlakuan 0.5xEo merupakan dosis paling kecil yang diberikan saat irigasi sehingga pada perlakuan ini tanaman tidak memiliki tinggi tanaman yang optimal (Gambar 2). Pada fase pertumbuhan vegetatif ini, tanaman sangat sensitif terhadap kekurangan air. Jika terjadi kekurangan kelembapan pada media dalam fase ini maka akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhannya. Pemberian air irigasi untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman setelah mengalami kekeringan pada fase ini tidak akan berhasil.

16 

 

 

Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST

Pada gambar diatas dapat dilihat dari keadaan tanaman yang mengalami pertumbuhan yang terlambat, batang yang kurang kokoh dan kerdil. Hal ini menandakan bahwa air begitu penting dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V

Tinggi Tanaman 3 MST 0.0074 ** 1.61 12.46 4 MST <.0001 ** 4.18 11.71 5 MST 0.3017 tn 24.97 37.55 6 MST 0.2981 tn 36.62 25.25 7 MST 0.4851 tn 25.25 12.32 8 MST 0.675 tn 19.51 9.12 9 MST 0.675 tn 19.51 9.12

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Jumlah Daun 3 MST 0.0011 ** 0.44 8.13 4 MST <.0001 ** 0.85 9.47 5 MST <.0001 ** 1.51 10.78 6 MST 0.2753 tn 2.93 17.24 7 MST 0.4955 tn 1.91 8.54 8 MST 0.3001 tn 0.75 3.26 9 MST 0.7277 tn 0.54 2.32 Jumlah Cabang 4 MST 0.0045 ** 0.29 25.11 5 MST 0.0004 ** 0.57 30.9 6 MST 0.0002 ** 0.96 17.54 7 MST 0.0348 ** 1.11 11.02 8 MST 0.0028 ** 1.07 8.67 9 MST 0.4226 tn 2.54 19.49 Umur Berbunga 7 MST <0.001 ** 1.7 4.27 Bunga Jantan 7 MST 0.0005 ** 2.14 35.53 8 MST <.0001 ** 0.66 23.55 Bunga Betina 7 MST 0.001 ** 0.83 35.29 8 MST 0.0372 ** 0.66 39 Bunga Hermaprodit 7 MST 0.4594 tn 0.57 114.15 8 MST 0.0015 ** 0.38 99.25 Bobot Buah <.0001 ** 0.17 12.61 Diameter Vertikal <.0001 ** 2.68 2.21 Diameter Horizontal <.0001 ** 3.8 3.19

18 

 

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V

BK Brangkasan

Batang <.0001 ** 1.86 10.48

Daun <.0001 ** 1.94 5.29

Akar 0.0007 ** 0.14 15.84

Ratio tajuk/akar <.0001 ** 6.23 7.52

Keterangan : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Tinggi tanaman pada 5 MST hingga 10 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena telah dilakukan pemangkasan tunas apikal atau pucuk pada tanaman melon dengan memangkas batang utama dan menyisakan minimum 24 helai daun per tanaman yang merupakan salah satu cara pemangkasan agar tanaman tetap terarah dan berproduksi optimal.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 9.23b 19.30d 47.77a 122.17a 192.20a 210.90a 210.90a 0.5T1 11.43ab 36.27b 71.90a 163.77a 219.13a 219.13a 219.13a 0.5T2 12.10ab 18.53d 68.90a 148.97a 201.27a 201.27a 201.27a 1T 12.00ab 35.00b 83.43a 164.23a 214.80a 214.80a 214.80a 1T1 13.50ab 22.53cd 65.10a 141.07a 198.30a 206.13a 206.13a 1T2 13.76ab 58.96a 51.33a 123.90a 191.43a 209.90a 209.90a 1.5T 14.26a 40.43b 71.17a 149.37a 204.03a 217.00a 217.00a 1.5T1 13.20ab 36.73b 49.53a 112.07a 182.57a 210.43a 210.43a 1.5T2 16.00a 60.43a 44.47a 116.50a 200.90a 219.03a 219.03a 2T 12.90ab 38.66b 100.43a 187.33a 211.93a 211.93a 211.93a 2T1 12.33ab 32.03bc 71.73a 137.57a 205.73a 205.73a 205.73a 2T2 14.33a 29.83bcd 72.30a 173.53a 237.27a 239.73a 239.73a Uji F ** ** tn tn tn tn tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Pada tahap vegetatif harus diperhatikan pada proses pembentukan akar, hal ini karena kebutuhan air tanaman cukup tinggi serta mencegah adanya semaian yang mati. Dalam fase ini juga terdapat periode pertunasan yang berlangsung setelah periode pembentukan akar (Anonim, 1994). Air merupakan unsur sangat penting bagi tanaman dan merupakan penyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan protein pada tanaman serta untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Harjadi, 1996).

Jumlah daun saat 3 MST dengan perlakuan irigasi 2xEo T, 1xEo T2 dan 0.5xEo T2 menghasilkan jumlah daun nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T1, 1xEo T, 1xEo T1, 1.5xEoT, 1.5xEo T1, 1.5xEo T2, 2xEo T1 dan 2xEo T2. Pada saat berumur 4 MST perlakuan irigasi 2xEo T1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 1.5xEo T2 dan 2xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T dan 1xEo T (Tabel 3). Pada saat tanaman berumur 3 dan 4 MST, telah muncul daun-daun yang produktif untuk perkembangannya, konsentrasi yang terkecil yang diberikan saat irigasi yaitu pada perlakuan 0.5xEo T memberikan jumlah daun yang terendah yang mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh kurang optimal. Irigasi yang diberikan sedikit tentu sangat mempengaruhi pertumbuhan daun pula. Air sangat penting bagi tumbuhan, 30 % - 90 % berat tumbuhan tersusun atas air. tumbuhan juga menggunakan air pada proses fotosintesis di daun. Oleh karena itu irigasi yang diberikan sedikit maka pertumbuhan daunpun akan terlambat.

Pada saat 5 MST, perlakuan irigasi 2xEo T1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2xEo T, 1xEo T, 1xEo T1, 2xEo T2, 0.5xEo T2, 1.5xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T dan 1xEoT2. Pada 6 MST hingga 10MST perlakuan volume irigasi tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan telah dilakukan pemangakasan pucuk atau tunas apikal yang hanya menyisakan daun minimum 24 helai daun. Menurut Atmosoedarjo et al (2000) pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu.

20 

 

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Perlakuan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 4.3b 7.0c 11.0de 15.0a 21.0a 23.3a 23.6a 0.5T1 5.3ab 8.6c 12.3cde 18.3a 23.6a 23.6a 23.6a 0.5T2 6.3a 8.3c 13.6cd 17.6a 22.0a 22.3a 23.0a 1T 5.6ab 11.6b 16.6abc 17.3a 23.0a 23.0a 23.3a 1T1 5.6ab 8.0c 16.0bc 17.0a 22.3a 23.0a 23.3a 1T2 6.0a 6.6c 10.6de 15.3a 22.6a 24.0a 24.0a 1.5T 5.3ab 9.0c 13.0cde 18.3a 22.6a 23.6a 23.6a 1.5T1 5.0ab 7.6c 12.3cde 14.0a 20.0a 23.0a 23.3a 1.5T2 5.3ab 7.0c 8.6e 14.6a 21.6a 22.6a 23.6a 2T 6.3a 12.0ab 19.0ab 20.3a 23.6a 23.6a 23.6a 2T1 5.6ab 14.3a 20.6a 17.0a 23.3a 23.6a 23.6a 2T2 5.3ab 7.6c 14.0cd 19.3a 22.6a 23.0a 23.3a Uji F ** ** ** tn tn tn tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan titik tumbuh dan pembentukan daun tanaman yang lebih banyak. Tanaman melon selain memiliki banyak cabang lateral yang tumbuh pada setiap ketiak daun, namun juga memiliki tunas apikal yang tumbuh terus tidak terarah apabila tidak dipangkas. Tunas apikal daun ke 20-25 dipangkas untuk menghentikan pertumbuhan batang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam agar tidak merusak permukaan batang.

Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat.

Pada (Tabel 4) terlihat bahwa jumlah cabang pada saat 4 MST perlakuan 1xEo T menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan

perlakuan 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2, 2xEo T, dan 2xEo T2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T1 dan 2xEo T1. Sama halnya pada 4 MST, jumlah daun pada 5 MST perlakuan 1xEo T yang paling tinggi yaitu menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T1, 1xEo T1, 1xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T1 dan 2xEo T1. Demikian selanjutnya hingga tanaman berumur 8 MST memberikan perngaruh yang nyata terhadap perlakuan.

Jumlah cabang yang banyak menandakan bakal buah akan banyak pula, hal ini dikarenakan bunga betina tumbuh pada cabang lateral tanaman (ketiak daun), namun pertumbuhan cabang ini harus dikendalikan dengan baik agar pertumbuhan tanaman dapat terarah yaitu dengan cara pemangakasan cabang lateral. Pemangkasan cabang merupakan cara untuk mengurangi titik tumbuh pada bagian lateral yang membutuhkan suplai fotosintat dan hara sehingga persaingan untuk mendapatkan fotosintat dan hara menjadi berkurang (Gambar 3). Bleasdale (1973), Janick (1972), dan Kinnet (1977) menyatakan pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Harjadi (1989) menambahkan bahwa tanaman yang berada dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan tingginya laju fotosintesis sehingga tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan daun tetapi sebagian digunakan untuk perkembangan bunga dan buah.

 

22 

 

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ini berbeda nyata hingga tanaman berumur 8 MST sedangakan pada 9 MST tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman berumur 9 MST, cabang-cabang produktif sudah tidak dapat tumbuh lagi akibat tanaman sudah berumur tua dan kecenderungan tanaman melon akan layu menjelang fase pemanenan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) pemangkasan cabang tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang Perlakuan Jumlah Cabang 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 1.0b 1.3b 5.0abcde 11.0ab 12.6ab 14.3a 0.5T1 1.0b 1.3b 6.0abcde 9.6ab 12.0ab 11.0a 0.5T2 1.3b 1.3b 4.0cde 9.0ab 13.6a 12.0a 1T 2.6a 4.0a 7.0ab 10.0ab 11.6ab 12.6a 1T1 1.6ab 1.6b 3.6de 9.3ab 11.0ab 15.3a 1T2 1.0b 1.6b 7.3a 12.0a 13.6a 14.6a 1.5T 1.0b 1.3b 6.3abcd 10.6ab 12.0ab 13.0a 1.5T1 1.3b 2.0b 5.6abcde 9.0ab 13.3a 14.0a 1.5T2 1.0b 1.3b 3.3e 10.6ab 13.6a 14.3a 2T 1.0b 2.3ab 6.6abc 8.6b 9.6b 10.3a 2T1 1.6ab 2.3ab 4.3bcde 10.0ab 13.3a 12.3a 2T2 1.0b 1.6b 6.3 abcd 11.0ab 12.3ab 12.6a Uji F ** ** ** ** ** tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Penelitian yang diakukan oleh Sumiati (1987) menunjukkan bahwa pemangkasan cabang pada tanaman melon dengan meninggalkan maksimal 3

cabang utama dapat meningkatkan bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Selain itu Sutopo (1988) menambahkan bahwa pemangkasann cabang tanaman melon akan mempercepat panen pertama dan memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan.

Pertumbuhan Generatif

Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T menghasilkan kecepatan umur berbunga nyata lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan 1xEo T2, 1.5xEo T, dan 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T2, 1xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T2, 2xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga

Perlakuan Umur Berbunga 7 MST 0.5T 47a 0.5T1 37.7cde 0.5T2 44.3ab 1T 37de 1T1 44ab 1T2 36e 1.5T 35.7e 1.5T1 37de 1.5T2 35e 2T 39.7bcde 2T1 42.7abc 2T2 41.7bcd Uji F **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

24 

 

Pada tabel terlihat bahwa perlakuan 0.5xEo T memiliki kemampuan berbunga paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 47 hari setelah tanam. Volume irigasi dengan dosis yang paling kecil yang diberikan pada seluruh fase tanam inilah yang mempengaruhi umur berbunga yang paling lambat. Pada fase generatif ini juga membutuhkan cukup air hingga periode pemasakan yang sudah tidak membutuhkan air. Pengatusan atau pengeringan ini dimaksudkan agar buah dapat masak secara bersamaan (Anonim, 1994).

Fase pertumbuhan generatif pada tanaman melon ditandai dengan keluarnya bunga yang kemudian diikuti dengan munculnya buah. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Parameter yang diamati dalam fase ini adalah umur berbunga, jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit serta bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah. Pengamatan umur berbunga yang diamati dari setiap tanaman adalah pada saat 7 MST. Tanaman melon mulai membentuk bunga jantan pada minggu ke-5 setelah tanam yaitu pada umur 35 HST, jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina (Gambar 4).

 

Gambar 4. Bunga tanaman melon

Jumlah bunga jantan (kiri) dan betina (kanan) masing-masing memberikan pengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T2 pada bunga jantan saat 7 MST menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T1,

2xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T, 1.5xEo T, 1xEo T2

dan 2xEo T. Pada saat 8 MST perlakuan 1.5xEo T1, 1.5xEo T2 dan 2xEo T1

menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 6). Kekurangan yang terus menerus dapat menurunkan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Menurut Polunin (1990) menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga akibat memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit

Perlakuan

Bunga Jantan Bunga Betina Bunga Hermaprodit 7 MST 8 MST 7 MST 8 MST 7MST 8 MST 0.5T 4.7abcd 2.3abc 1.3bc 3.0a 0.7a 1.0ab 0.5T1 5.7abcd 1.7bc 3.0abc 1.3ab 0.0a 0.0b 0.5T2 11.0a 3.0ab 3.3ab 1.7ab 0.3a 0.0b 1T 5.7abcd 1.7bc 1.7abc 1.3ab 0.3a 0.3ab 1T1 8.0abcd 3.0ab 4.0a 1.7ab 1.0a 0.3ab 1T2 3.7bcd 3.0ab 1.7abc 1.7ab 0.7a 1.0ab 1.5T 3.7bcd 3.3ab 1.3bc 1.3ab 1.0a 0.0b 1.5T1 5.3abcd 4.0a 3.3ab 1.3ab 0.7a 0.3ab 1.5T2 2.3d 4.0a 0.7c 2.7ab 0.3a 0.0b 2T 3.3cd 1.0c 2.3abc 1.3ab 0.7a 0.0b 2T1 10.0ab 4.0a 2.3abc 2.0ab 0.0a 0.3ab 2T2 9.0abc 2.7abc 3.3ab 1.0b 0.3a 1.3a Uji F ** ** ** ** tn **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Tanaman melon merupakan jenis tanaman yang memproduksi bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina. Pada tabel 6 terlihat

26 

 

bahwa pada saat tanaman berumur 7 MST, bunga jantan bisa mencapai 11 bunga jantan bila dibandingkan dengan bunga betina yang hanya ada 4 bunga betina. Semua bunga jantan yang mekar sebelum bunga betina siap diserbuki harus dibuang, walaupun dalam dua hari akan rontok dengan sendirinya. Maksudnya agar pertumbuhan tanaman mengarah ke pertumbuhan bunga betina.

Perlakuan 1xEo T1 menghasilkan jumlah bunga betina nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T, 1xEo T2, 1xEo T, 1.5xEo T dan 0.5xEo T. Pada 8 MST perlakuan 0.5xEo T menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T2, 2xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 0.5xEo T1, 1xEo T, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 2xEo T. Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tanaman melon sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan dan pembentukan buah. Jika terjadi kekurangan air pada tahap tersebut maka akan menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman.

Perlakuan irigasi pada jumlah bunga hermaprodit pada 7 MST tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan jumlah bunga hermaprodit sangat sedikit jumlahnya dan merata pada setiap tanaman tetapi pada 8 MST memiliki pengaruh yang nyata terhadap perlakuan. Perlakuan 2xEo T2 menghasilkan jumlah bunga nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 dan 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T2, 1xEo T, 1xEo T1, dan 2xEo T1.

Berdasarkan Tabel 7, perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah, diameter vertikal maupun diameter horizontal. Perlakuan 2xEo T1

menghasilkan bobot buah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T1, 2xEo T2, 2xEo T, 1xEo T2, 1xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 0.5xEo T1, dan 1.5xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T2 (Gambar 5).

 

Gambar 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T2

Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah (Sismiyati, 2003). Perlakuan 2xEo T1 merupakan perlakuan yang menghasilkan bobot buah terbesar apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan dosis terbanyak dan irigasi yang diberikan dari fase tanam hingga berbunga ini sangat mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah

Perlakuan Bobot Buah (kg)

Diameter (mm) Vertikal Horizontal 0.5T 1.559bc 121.21bcd 123.23abc 0.5T1 1.097c 11915cd 118.37bcde 0.5T2 1.108c 125.17abc 129.79a 1T 1.268c 115.32de 108.72e 1T1 1.451c 132.22a 120.4abcd 1T2 1.287c 128.53ab 121.43abcd 1.5T 1.085c 128.58ab 127.77ab 1.5T1 1.180c 103.39f 107.98e 1.5T2 2.055ab 127.34ab 120.52abcd 2T 1.370c 113.76de 116.19cde 2T1 2.173a 128.42ab 124.20abc 2T2 1.394c 109.58ef 111.85de Uji F ** ** **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

28 

 

Perlakuan 1xEo T1 menghasilkan diameter vertikal nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T1, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 1xEo T, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T2, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 dan 2xEo T1. Sedangkan pada diameter horizontal perlakuan 0.5xEo T2 menghasilkan panjang diameter horizontal nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan 1.5xEo T1, 1xEo T, 0.5xEo T1, 2xEo T, 2xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T1, 0.5xEo T, 1xEo T2, 1.5xEo T2, 1xEo T1. Pada tahap pembentukan bunga kebutuhan air irigasi digunakan untuk pembentukan dan pembesaran bunga. Pada tahap pembentukan buah kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan yang lainnya, Hal ini dikarenakan nilai Kc pada tahap berbuah lebih besar dari nilai Kc pada tahap pertumbuhan lainnya.

Bobot Kering Tanaman

Hasil pangkasan berupa daun, batang, dan akar segar ditimbang kemudian dioven untuk mengetahui berat brangkasan kering oven. Dalam pertanian, brangkasan adalah sisa-sisa bagian tanaman, seperti kedelai, jagung, padi, atau kacang tanah, yang tidak dipanen. Brangkasan biasanya dibiarkan di lapangan dalam keadaan kering, namun beberapa tanaman ada yang memiliki brangkasan dalam keadaan masih hijau (Gambar 6).

 

Gambar 6. Panen brangkasan

Berdasarkan tabel 8 perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang, daun dan akar. Perlakuan 1xEo T2 menghasilkan bobot kering batang nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2, 0.5xEo T, 1xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1, 1xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T, 0.5xEo T2

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 2xEo T2. Perlakuan 1.5xEo T1

dan 2xEo T1 menghasilkan bobot kering daun nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T, 1xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2, 2xEo T dan 2xEo T2. Sedangkan pada bobot kering akar perlakuan 1.5xEo T1 menghasilkan bobot kering nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1.5xEo T, 0.5xEo T2, 2xEo T2, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1xEo T2, 1.5xEo T2, 0.5xEo T1, 1xEo T1, 1xEo T, 2xEo T1.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar

Perlakuan

Bobot Kering (gr)

Ratio Tajuk/akar Batang Daun Akar

0.5T 18.33bc 40.63bc 0.73c 64.97de 0.5T1 16.80bc 29.73de 1.03abc 66.40de 0.5T2 15.20c 25.60e 0.83bc 46.00f 1T 18.03bc 45.87b 0.90abc 77.80d 1T1 16.67bc 25.10e 0.93abc 171.06a 1T2 24.97a 44.30b 1.26ab 79.47d 1.5T 15.13c 24.30e 0.73c 57.97ef 1.5T1 16.73bc 57.30a 1.30a 138.50b 1.5T2 19.13bc 35.70c 1.10abc 42.06f 2T 15.23c 25.93e 0.80c 54.36ef 2T1 16.40bc 52.50a 0.90abc 117.60c 2T2 20.90ab 34.87cd 0.80c 77.80d Uji F ** ** ** **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Selain itu secara keseluruhan dapat dilihat bahwa stres air

30 

 

yang ringan sekalipun pada suatu tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan beberapa proses metabolisme. Dari tabel diatas terlihat bahwa semua perlakuan memberikan hasil yang nyata terhadap perlakuan.

Kesimpulan

Secara umum perlakuan irigasi memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan vegetatif, generatif maupun pada bobot kering tanaman. Pada pengamatan vegetatif maupun generatif perlakuan irigasi 1.5xEo dan 2xEo memberikan pengaruh pertumbuhan tertinggi. Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7MST dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST. Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah

Dokumen terkait