• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.) DENGAN SISTEM HIDROPONIK OLEH HALIMAH RIYANTI A"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA BERBAGAI FASE

TUMBUH PADA PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

OLEH

HALIMAH RIYANTI

A24070119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

HALIMAH RIYANTI. Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh volume irigasi pada berbagai fase tumbuh pada pertumbuhan melon (Cucumis melo L.) yang dibudidayakan secara hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca

University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan Dramaga Bogor mulai bulan

Februari hingga Juni 2011.

Penelitian ini dilaksanakan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu volume irigasi. Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 taraf perlakuan, antara lain :

(0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T1) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(0.5T2) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen

(1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen

(1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(1.5T2) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen

(2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

Masing-masing taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan.

(3)

iii 

 

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Alien yang diperoleh dari toko pertanian yang ada di Bogor dan pasir yang digunakan sebagai media tanaman melon, pemupukan menggunakan pupuk hidroponik dengan komposisi 32-10-10 yang digunakan pada fase tanam hingga berbunga dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada fase berbunga hingga panen. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali dengan cara disemprot pada tanaman mulai dari tanaman berumur 3 MST.

Beradasarkan hasil penelitian bahwa secara umum perlakuan irigasi memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan vegetatif, generatif maupun pada bobot kering tanaman. Pada pengamatan vegetatif maupun generatif perlakuan irigasi 1.5xEo (evaporasi permukaan air bebas) dan 2xEo memberikan pengaruh pertumbuhan tertinggi. Pada pangamatan fase vegetatif, perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3, 4, dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST. Sedangkan pada fase generatif perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Produksi bobot buah terbesar dihasilkan oleh perlakuan irigasi 1.5 x Eo T2.

(4)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

HALIMAH RIYANTI

A24070119

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH VOLUME IRIGASI PADA

BERBAGAI FASE TUMBUH PADA

PERTUMBUHAN MELON (Cucumis melo L.)

DENGAN SISTEM HIDROPONIK

Nama : Halimah

Riyanti

NIM : A24070119

Menyetujui, Pembimbing Skripsi

Dr. Ir.Eko Sulistyono MSi NIP. 19620225 198703 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP. 19611101.198703.1.003

(6)

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 25 Mei 1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Suryanto dan Ibu Suhariyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Manna Bengkulu Selatan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 14 Madiun dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 3 Madiun dan lulus pada tahun 2007.

Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Penulis juga aktif di berbagai kepanitian acara mahasiswa. Tahun 2009 penulis sebagai sie medis dalam kepanitiaan MPD (Masa Perkenalan Departemen). Pada tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) selama 2 bulan di Desa Pantirejo Kabupaten Pekalongan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Pengaruh Volume Irigasi pada Berbagai Fase Tumbuh pada Pertumbuhan Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan Skripsi disusun untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) agronomi hortikultura.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksananan penelitian dan penulisan skripsi ini serta dalam kehidupan kampus penulis. Ucapan penghargaan penulis tujukan kepada :

1. Dr. Ir.Eko Sulistyono MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik.

3. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS dan Dr. Ir. Sobir, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

4. Kedua orang tua, ibu bapak dan mbakku Amalia Riyanti yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa tulus yang selalu diberikan kepada penulis. Penulis akan selalu memberikan yang terbaik untuk ibu dan bapak.

5. Mansur Setya Putra, yang telah banyak memberikan dukungan serta bantuannya, terima kasih banyak atas segalanya, sukses selalu.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2011 Penulis

(8)

DAFTAR TABEL ... ix  DAFTAR GAMBAR ... x  DAFTAR LAMPIRAN ... xi  PENDAHULUAN ... 1  Latar Belakang ... 1  Tujuan ... 2  Hipotesis ... 2  TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Botani dan Diskripsi Tanaman Melon ... 3 

Teknik Budidaya Melon ... 3 

Sistem Hidroponik ... 5 

Volume Irigasi dan Fase Tumbuh ... 6 

BAHAN DAN METODE ... 8 

Tempat dan Waktu Penelitian ... 8 

Bahan dan Alat ... 8 

Metode Penelitian ... 8 

Pelaksanaan Penelitian ... 10 

Pengamatan ... 12 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14 

Kondisi Umum ... 14 

Pertumbuhan Vegetatif ... 15 

Pertumbuhan Generatif ... 23 

Bobot Kering Tanaman ... 28 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31 

Kesimpulan ... 31 

Saran ... 31 

DAFTAR PUSTAKA ... 32 

(9)

DAFTAR TABEL

 

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam ... 16

2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman ... 18

3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun ... 20

4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ... 22

5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga ... 23

6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit ... 25

  7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah ... 27

  8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar ... 29

(10)

Nomor Halaman

1. Tanaman melon di lapangan ... 14 

2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST ... 16 

3. Cabang pada tanaman yang segera dipangkas ... 21 

4. Bunga tanaman melon ... 24 

5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T2 ... 27 

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

 

No Halaman

1. Kandungan Pupuk Hidroponik ... 36 

2. Denah Percobaan ... 37 

3. Jadwal Irigasi ... 38 

4. Pengamatan Evaporasi ... 39 

5. Pot Hidroponik dan Panci Evaporasi ... 40 

6. Tabel Volume Irigasi ... 41 

(12)

Latar Belakang

Kebutuhan terhadap tanaman hortikultura khususnya buah-buahan meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan gizi. Salah satu komoditas buah-buahan yang menjadi prioritas dan perlu mendapat perhatian adalah melon (Cucumis melo L.) Tanaman melon termasuk salah satu jenis tanaman buah-buahan semusim yang mempunyai arti penting bagi perkembangan sosial ekonomi khususnya dalam meningkatkan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Melon kini berkembang sebagai komoditas agribisnis dan memiliki nilai ekonomi serta prospek yang cukup besar dalam pemasarannya.

Menurut Fiar (2010) buah melon mengandung antikoagulan yang disebut dengan adenosine sehingga mampu menghentikan penggumpalan sel darah yang dapat memicu timbulnya penyakit stroke atau jantung serta kandungan karotenoid yang tinggi pada buah melon dapat mencegah kanker dan menurunkan resiko serangan kanker paru-paru. Kandungan nutrisi buah melon adalah 34 mg vitamin C, 15.00 mg kalsium, 25.00 mg fosfor, dan 0.5 mg zat besi.

Pencapaian kualitas buah yang baik dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lingkungan tumbuh, seperti penggunaan sistem hidroponik. Menurut Jones (1930) sistem hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa tanah dengan pemberian larutan hara yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan dan irigasi dapat diaplikasikan secara bersamaan (Susila, 2006). Sistem hidroponik tersebut dapat mengontrol kebutuhan hara tanaman sehingga kualitas buah yang dihasilkan optimal. Tanah yang merupakan media dalam budidaya konvensional, semakin lama unsur haranya semakin berkurang dan tanamanpun akan kekurangan nutrisi, sehingga dibutuhkan suatu teknologi baru yang dapat mengatur pemberian nutrisi dengan mudah agar kebutuhan nutrisi tanaman tercukupi. Teknologi hidroponik solusinya, yaitu dengan pemberian nutrisi yang langsung ke bagian akarnya.

(13)

 

Budidaya melon di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya volume irigasi yang berkaitan dengan kebutuhan air dan hara pada tanaman serta fase tumbuh pada tanaman melon juga mempengaruhi kualitas buah melon. Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Sulistyono (2007) menyatakan bahwa kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai volume air yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman selain yang berasal dari curah hujan. Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.

Tujuan

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui berapa kebutuhan air untuk tanaman melon dan perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan produksi melon.

Hipotesis

Terdapat pengaruh perbedaan volume air pada berbagai fase tumbuh untuk pertumbuhan dan produksi melon.

(14)

Botani dan Diskripsi Tanaman Melon

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon merupakan tanaman semusim (annual), tumbuh menjalar di tanah atau dapat dirambatkan pada turus bambu yang mirip dengan tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) (Rubatzky, 1999). Melon mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1980-an di daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) oleh PT Jaka Utama Lampung.

Famili Cucurbitaceae umumnya memiliki bunga monoecious, dengan bunga jantan dan bunga betina atau hermaprodit berada dalam satu tanaman (Richards, 1997). Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang menyelimuti (lendir). Lendir tersebut terasa manis, kenyal, dan tidak banyak mengandung air. Buah melon menghasilkan banyak biji dalam jumlah banyak (300-500 biji), berwarna puti atau kusam, berbentuk elips dan licin.

Tanaman melon terdiri dari dua daun lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan tergolong dalam genera Cucumis. Secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan, tanaman melon diklasifikasikan mulai dari kingdomnya adalah Plantarum, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dikotil, sub-kelas Sympetalae, ordo Cucurbitales, famili Cucurbitaceae, genus Cucumis, dan spesies Cucumis melo L (Resh, 2004).

Teknik Budidaya Melon

Pemilihan Benih dan Pembibitan

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Bibit yang jelek tidak akan mungkin menghasilkan tanaman melon yang mampu berproduksi bagus di lapangan. Oleh karena itu, pembibitan merupakan kunci awal keberhasilan dalam budidaya melon. Hal ini tak lepas pula dari peran pemilihan benih yang

(15)

 

berkualitas yang akan menentukan pertumbuhan selanjutnya pada tanaman melon. Benih yang akan digunakan pada penelitian ini adalah benih melon varietas Alien. Benih ditanam pada kedalaman 2-3 cm pada media pasir, kecambah tanaman melon akan mucul pada 4–8 hari setelah penanaman. Daun sejati tumbuh setelah 5–6 hari setelah membukanya kotiledon, lalu diikuti oleh pertumbuhan sekitar 2–4 tunas-tunas aksilar pada batang primer.

Transplanting dan Pemeliharaan

Tanaman melon perlu disemaikan terlebih dahulu agar pertumbuhannya lebih dapat dikontrol dan seragam. Persemaian dan pembibitan umumnya menjadi satu (tidak dilakukan dalam tempat yang berbeda) (Prihmantoro dan Indriani, 2002). Umur pembibitan yang siap untuk dipindahkan adalah sekitar 10-14 hari, saat telah keluar sekitar 3 daun pada tanaman. Melon (Cucumis melo L.) merupakan jenis tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber devisa dari sektor non-migas. Produksi dan pertumbuhan tanaman melon tetap baik ditanam pada musim hujan maupun musim kemarau. Namun yang paling baik ditanam pada musim kemarau karena rasa buahnya lebuh manis (Cahyono, 1996).

Langkah strategis yang menentukan pertumbuhan dan produktivitas tanaman melon adalah pemeliharaan tanaman. Faktor lingkungan sangat besar peranannya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon di lapangan. Pemeliharaan tanaman melon dimulai dari penyulaman, pemangkasan tunas, pengikatan batang, pengikatan tangkai buah, pemupukan tambahan, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit (Warni dan Purbiati, 2010). Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon membutuhkan para-para atau ajir untuk menopang berat tanaman dan buah serta sebagai arah rambatan tanaman. Dalam rumah kaca dapat digunakan tali rambat sebagai ganti ajir.

Panen

Pemanenan dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap dipanen. Kriteria buah yang siap untuk dipanen adalah bila

(16)

telah terjadi retakan dan garis pemisah antara tangkai buah dan buahnya tampak jelas, warna kulit kekuningan, dan beraroma harum. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Panen dan penanganan pasca panen yang salah akan menurunkan kualitas buah (Prihmantoro dan Indriani, 2002).

Sistem Hidroponik

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tumbuh tanpa tanah, telah dikembangkan dari hasil percobaan yang dilakukan untuk menentukan zat apa yang membuat tanaman tumbuh dan komposisi tanaman (Resh, 2004). Teknologi hidroponik ini masih termasuk baru, diperkirakan mulai dikenal di Indonesia pada akhir tahun 80-an. Namun teknologi hidroponik ini mulai mendapat perhatian di Indonesia dalam lima tahun terakhir, khususnya untuk menghasilkan produk hortikultura dan flortikultura. Di negara-negara subtropik teknologi hidroponik sudah dikenal dan diterapkan cukup lama sehingga sudah sampai pada tahap yang sangat maju terutama dalam hal penciptaan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Chadirin, 2007).

Menurut Wijayani dan Widodo (2005), buah yang ditanam dalam

greenhouse memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan penanaman di

lahan terbuka. Penggunaan greenhouse bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang terkendali agar pertumbuhan tanaman optimal, seperti melindungi tanaman dari angin dan hujan, menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit serta menjaga suhu dan kelembapan lingkungan.

Sistem hidroponik melon pada dasarnya hampir sama dengan sistem hidroponik sayuran. Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama dalam budidaya melon secara hidroponik. Hara makro yang diperlukan dalam media hidroponik adalah N, P, K dan Ca. sedangkan hara mikro yaitu Fe dan Mn. Pada budidaya secara hidroponik, nilai pH pada media tanam perlu dijaga dalam kisaran 6.2-6.8 untuk menjamin ketersediaan hara (Susila, 2006).

(17)

 

Volume Irigasi dan Fase Tumbuh

Pengelolaan air membutuhkan penanganan yang serius berkenaan dengan memaksimalkan penggunaan air permukaan. Pengaturan penggunaan air yang efisien sangat diperlukan untuk memaksimalkan areal tanam. Pengaturan kebutuhan air (volume irigasi) ini dapat dilakukan dengan pengaturan jadwal tanam terhadap petak irigasi. Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan pertanian. Pada mulanya kegiatan irigasi hanya sebatas mengairi lahan dengan air saja tanpa memperdulikan berapa air yang sebenarnya dibutuhkan oleh lahan dan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan air dalam tanah. Tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam kapasitas lapang, tetapi saat kadar air berada pada titik layu permanen pertumbuhan tanaman menjadi tertanggu. Tingkat respon tanaman terhadap air dipengaruhi oleh jenis tanaman dan sistem perakaran saat terjadi kekurangan air pada periode pertumbuhan (Supriyadi, 2006).

Hubungan air dengan pertumbuhan tanaman untuk melihat diperlukannya suatu pemahaman tentang respon tanaman terhadap air. Menurut Kramer (1996) air pada tanaman akan berfungsi sebagai : (1) penyusun utama jaringan tanaman, (2) pelarut garam, gula dan senyawa lainnya sehingga larutan tersebut dapat bergerak dari satu sel ke sel lainnya, (3) pengatur suhu, (4) mempertahankan turgor tanaman, (5) pereaksi dalam fotosintesis dan dalam hidrolitik.

Kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan merupakan jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh normal atau disebut evapotranspirasi. Besarnya kebutuhan air tanaman untuk setiap pertumbuhan ditentukan oleh tingkat pertumbuhan, faktor iklim, dan jenis dari tanaman tersebut. Kebutuhan air tanaman dalam hal ini adalah sebesar evaporasi dari tanaman itu sendiri yang nnantinya akan dijadikan dasar untuk mennentukann jumlah air yang harus diberikan pada waktu penyiraman. Kebutuhan air tanaman pada tanaman melon terbagi dalam lima tahap pertumbuhan yaitu tahap awal (15 hari) yang ditandai dengan mulainya pertumbuhan batang dan daun utama, tahap vegetatif (25 hari) ditandai dengan tumbuhnya bakal cabang atau bakal batang muda, tahap pembungaan (20 hari) ditandai dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina, tahap terbentuknya buah (20 hari) ditandai dengan bakal buah yang membesar dan

(18)

menjadi buah yang nyata, dan tahap pematangan (10 hari) ditandai dengan adanya perubahan warna buah dan aroma yang harum. Fase tumbuh pada tanaman melon memiliki beberapa tahap, mulai dari tanam hingga panen. Fase tumbuh pada tanaman melon memiliki beberapa tahap, mulai dari tanam hingga panen yaitu seluruh fase tumbuh (tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbnga hingga panen. Fase tumbuh ini juga berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sehingga menentukan kualitas dan produksi buah melon (Resh, 2004).

(19)

BAHAN DAN METODE

 

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm Kebun Percobaan Cikabayan IPB Dramaga Bogor pada ketinggian tempat 240 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2011.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih melon dengan varietas Alien, media hidroponik berupa pasir, pupuk hidroponik dengan kandungan unsur hara makro dan mikro (Lampiran 1) dimana yang digunakan pada saat fase tanam hingga berbunga yaitu komposisi 32-10-10 dan komposisi 10-55-10 yang digunakan pada saat fase berbunga hingga panen. Pupuk ini diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman. Pestisida yang digunakan antara lain decis dan

fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3

MST.

Peralatan yang digunakan adalah ember dengan diameter 30 cm dan ember yang digunakan untuk panci evaporasi yang berukuruan tinggi 35 cm dan diameter 30 cm, cangkul, ajir, tray, saringan, tali rambatan, timbangan, gelas ukur 1000 ml dan alat penunjang lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yang dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan pada penelitian ini adalah volume irigasi yaitu 0.5 x Eo (evaporasi permukaan air bebas), 1 x Eo, 1.5 x Eo dan 2 x Eo. Eo merupakan evaporasi permukaan air bebas dimana masing-masing diberikan pada seluruh fase tumbuh, yaitu seluruh fase tumbuh (dari tanam hingga panen), fase tanam hingga berbunga dan fase berbunga hingga panen. Jumlah perlakuan ada 12 perlakuan, antara lain :

(0.5T) Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (0.5T1)Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(20)

(0.5T2)Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen

(1T) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen (1T1) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(1T2) Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen

(1.5T) Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen (1.5T1)Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(1.5T2)Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen

(2T) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen (2T1) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(2T2) Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada bunga-panen

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Denah percobaan dapat dilihat pada (Lampiran 2).

Metode penyiraman volume irigasi sesuai dengan jadwal irigasi penyiraman (Lampiran 3) yang kemudian dilakukan dengan pengamatan evaporasi (Lampiran 4). Pada pertumbuhan tanaman di rumah kaca terjadi evaporasi, yaitu penguapan air yang menyebabkan penurunan air pada panci evaporasi, gambar atau desain panci evaporasi dapat dilihat pada (lampiran 5). Model rancangan yang diguanakan adalah :

Y

ijk

 = 

μ

αi

 +  

KK

εijk

 

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan volume irigasi ke-I dan ulangan ke-k μ = Rataan umum

i

α = Pengaruh perlakuan ke-i KK = Kelompok ke-k

ijk

ε = Galat perlakuan

Data yang diperoleh diuji dengan uji F pada taraf 5 %. Jika dalam sidik ragam perlakuan menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah dengan Tukey pada taraf 5 %.

(21)

10 

 

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Hidroponik

Umunya media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik adalah media yang bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil, dan

rockwool. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah pasir. Media ini baik

untuk diterapkan dalam sistem hidroponik karena selain murah juga sangat mudah didapat. Selain itu media ini memiliki tekstur kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah (soil born

disease). Sebelum pasir digunakan, pasir disaring terlebih dahulu dengan tujuan

agar terpisahkan antara kerikil dan pasir.

Kontrol Lingkungan

Sebelum penelitian dilaksanakan rumah kaca dibersihkan, yaitu dengan cara membersihkan kotoran atau lumut-lumut yang menempel pada atap kaca pada rumah kaca. Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Selain itu juga membuat lingkungan itu pada kondisi yang optimum dan seragam. Kondisi tersebut dimulai dari persiapan media (disaring terlebih dahulu), pengendalian hama dan penyakit sampai pengaturan suhu dan kelembapan dalam greenhouse.

Penanaman

Penanaman dilakukan di dalam greenhouse di kebun Cikabayan IPB dengan menanam benih melon pada ember dengan media pasir. Sistem penanaman dengan cara ditanam langsung tanpa persemaian dengan menanam 5 benih per ember yang kemudian akan diseleksi menjadi satu tanaman terbaik pada saat 2 MST.

(22)

Pemberian Larutan Hara

Pemberian larutan hara dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk cair (Growmore) yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %.

Tahap persiapan larutan hara adalah sebagai berikut :

a. Membuat larutan stok dengan konsentrasi 2.5 % dengan cara melarutkan pupuk growmore 100 gram dalam 4 liter air.

b. Mengencerkan larutan stok menjadi konsentrasi 0.15 % berdasarkan rumus pengenceran : C1 x V1 = C2 x V2 dimana C1, V1, C2, V2 masing-masing

adalah konsentrasi larutan stok, volume larutan stok, konsentrasi larutan hara, dan volume larutan hara yang diperlukan.

c. Meberikan irigasi bersama larutan hara dengan volume sesuai dengan perlakuan (Lampiran 6) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

K x Eo. 10-1 x π r2 Keterangan :

K : Koefisien perlakuan (0.5 ; 1 ; 1.5 ; 2) Eo : Evaporasi panci (mm)

r : Jari-jari ember hidroponik (cm)

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan antara lain pemupukan, pemangkasan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan 2 hari sekali bersamaan dengan penyiraman sejak tanaman berumur 3 MST hingga panen, pupuk yang digunakan berupa pupuk hidroponik yang diaplikasikan dengan cara disiram pada tanaman dengan konsentrasi 0.15 %. Pemangakasan untuk tanaman melon sangat penting agar pertumbuhannya terarah dan menghasilkan buah yang berkualitas. Pemangkasan ada dua macam, yaitu pemangkasan untuk memperoleh tanaman berbatang ganda, serta pemangkasan pemeliharaan untuk mendapatkan buah yang berkualitas (pemangkasan tunggal). Namun pada penelitian ini hanya menggunakan pemangkasan tunggal. Pemangkasan cabang apikal dilakukan apabila tanaman telah memilki sekitar

(23)

23-12 

 

25 daun. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma yang ada di ember. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida yang digunakan antara lain decis dan fungisida yang diaplikasikan seminggu sekali mulai dari tanaman berumur 3 MST.

Pemanenan

Panen dilakukan secara bertahap pada tiap buah yang telah memenuhi kriteria panen. Pemanenan dilakukan pagi hari karena pada saat itu kondisi buah masih segar dan kandungan airnya banyak. Buah dipanen dengan menggunakan pisau atau gunting dengan menyisakan sedikit cabang buahnya sekitar 4-5 cm dan membentuk huruf “T” yang bertujuan untuk memperpanjang masa awet buah atau daya simpan buah.

Pengamatan

Pengamatan yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi pengamatan saat pemeliharaan meliputi peubah yang diamati sebagai berikut :

1. Tinggi tanaman (cm) yang diukur dari permukaan tanah sampai tajuk tertinggi selama periode pengamatan berlangsung.

2. Jumlah daun dengan menghitung jumlah daun dari daun yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam.

3. Jumlah cabang yaitu dengan menghitung jumlah cabang yang telah terbentuk muncul pertama kali dari setiap tanaman yang ditanam.

4. Umur berbunga (HST) yaitu dengan menghitung umur tanaman saat bunga muncul diamati setiap hari selama periode pengamatan berlangsung.

5. Jumlah bunga dengan menghitung jumlah bunga selama periode pengamatan berlangsung. Bunga yang diamati adalah bunga jantan, betina dan hermaprodit.

6. Jumlah buah dengan menghitung jumlah buah dari setiap tanaman pada saat periode panen.

7. Berat buah yaitu menghitung berat buah melon dengan menggunakan timbangan digital yang ada di laboratorium pasca panen IPB.

(24)

8. Diameter buah, meliputi diameter vertikal dan diameter horizontal buah dengan menggunakan jangka sorong digital pada saat periode panen berlangsung.

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Kondisi Umum

Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian (Gambar 1). Suhu rata-rata harian di dalam

greenhouse adalah berkisar antara 45 - 49 ˚C dan kelembapannya 47 - 50%. Suhu

rata-rata dalam rumah kaca relatif tinggi yang menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan pada siang harinya namun kelayuan tersebut tidak bersifat permanen.

Hama yang menyerang tanaman melon umumnya adalah kutu daun (Bemisia tabacci). Serangan kutu daun ini mulai terjadi saat tanaman berumur 4 MST sedangkan penyakit yang menyerang biasanya adalah embun tepung. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida decis dan fungisida. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di ember.

 

Gambar 1. Tanaman melon di lapangan

Tanaman melon mengalami stres setelah perlakuan irigasi dilakukan, terutama pada volume irigasi yang kecil. Stres tersebut ditandai dengan kondisi

(26)

daun yang tampak layu namun hal ini tidak bersifat permanen. Tanaman dapat pulih kembali setelah mendapat irigasi. Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan buah melon yang telah memiliki kriteria buah layak panen. Panen dilakukan dengan melihat penampakan kuantitatif buah yaitu ukuran buah sesuai dengan ukuran normal, serat jala pada kulit buah sangat nyata kasar dan warna kulit hijau kekuniangan serta buah memiliki aroma yang harum.

Pertumbuhan Vegetatif

Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST (Tabel 1).

Tinggi tanaman saat 3 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T, 1.5xEo T2, dan

2xEo T2 menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T2, 1xEo

T1, 1.5xEo T1, 2xEo T, 2xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T dan 0.5xEo T1 dan pada saat

berumur 4 MST perlakuan irigasi 1.5xEo T2 dan perlakuan 1xEo T2 menghasilkan

tinggi tanaman nyataa lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T dan 0.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T,

1.5xEo T1, 0.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh perlakuan

0.5xEo merupakan dosis paling kecil yang diberikan saat irigasi sehingga pada perlakuan ini tanaman tidak memiliki tinggi tanaman yang optimal (Gambar 2). Pada fase pertumbuhan vegetatif ini, tanaman sangat sensitif terhadap kekurangan air. Jika terjadi kekurangan kelembapan pada media dalam fase ini maka akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhannya. Pemberian air irigasi untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman setelah mengalami kekeringan pada fase ini tidak akan berhasil.

(27)

16 

 

 

Gambar 2. Tinggi tanaman melon perlakuan 0.5T saat 4 MST

Pada gambar diatas dapat dilihat dari keadaan tanaman yang mengalami pertumbuhan yang terlambat, batang yang kurang kokoh dan kerdil. Hal ini menandakan bahwa air begitu penting dalam kegiatan budidaya pertanian baik dalam pengembangan tanaman pangan, hortikultura, peternakan maupun perkebunan. Tanpa adanya dukungan ketersediaan air yang sesuai dengan kebutuhan baik dalam dimensi jumlah, mutu, ruang maupun waktunya, maka dapat dipastikan kegiatan budidaya tersebut akan berjalan dengan tidak optimal. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V

Tinggi Tanaman 3 MST 0.0074 ** 1.61 12.46 4 MST <.0001 ** 4.18 11.71 5 MST 0.3017 tn 24.97 37.55 6 MST 0.2981 tn 36.62 25.25 7 MST 0.4851 tn 25.25 12.32 8 MST 0.675 tn 19.51 9.12 9 MST 0.675 tn 19.51 9.12

(28)

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V Jumlah Daun 3 MST 0.0011 ** 0.44 8.13 4 MST <.0001 ** 0.85 9.47 5 MST <.0001 ** 1.51 10.78 6 MST 0.2753 tn 2.93 17.24 7 MST 0.4955 tn 1.91 8.54 8 MST 0.3001 tn 0.75 3.26 9 MST 0.7277 tn 0.54 2.32 Jumlah Cabang 4 MST 0.0045 ** 0.29 25.11 5 MST 0.0004 ** 0.57 30.9 6 MST 0.0002 ** 0.96 17.54 7 MST 0.0348 ** 1.11 11.02 8 MST 0.0028 ** 1.07 8.67 9 MST 0.4226 tn 2.54 19.49 Umur Berbunga 7 MST <0.001 ** 1.7 4.27 Bunga Jantan 7 MST 0.0005 ** 2.14 35.53 8 MST <.0001 ** 0.66 23.55 Bunga Betina 7 MST 0.001 ** 0.83 35.29 8 MST 0.0372 ** 0.66 39 Bunga Hermaprodit 7 MST 0.4594 tn 0.57 114.15 8 MST 0.0015 ** 0.38 99.25 Bobot Buah <.0001 ** 0.17 12.61 Diameter Vertikal <.0001 ** 2.68 2.21 Diameter Horizontal <.0001 ** 3.8 3.19

(29)

18 

 

Peubah Pr>F Perlakuan Akar MSE C.V

BK Brangkasan

Batang <.0001 ** 1.86 10.48

Daun <.0001 ** 1.94 5.29

Akar 0.0007 ** 0.14 15.84

Ratio tajuk/akar <.0001 ** 6.23 7.52

Keterangan : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan

(tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Tinggi tanaman pada 5 MST hingga 10 MST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena telah dilakukan pemangkasan tunas apikal atau pucuk pada tanaman melon dengan memangkas batang utama dan menyisakan minimum 24 helai daun per tanaman yang merupakan salah satu cara pemangkasan agar tanaman tetap terarah dan berproduksi optimal.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 9.23b 19.30d 47.77a 122.17a 192.20a 210.90a 210.90a 0.5T1 11.43ab 36.27b 71.90a 163.77a 219.13a 219.13a 219.13a 0.5T2 12.10ab 18.53d 68.90a 148.97a 201.27a 201.27a 201.27a 1T 12.00ab 35.00b 83.43a 164.23a 214.80a 214.80a 214.80a 1T1 13.50ab 22.53cd 65.10a 141.07a 198.30a 206.13a 206.13a 1T2 13.76ab 58.96a 51.33a 123.90a 191.43a 209.90a 209.90a 1.5T 14.26a 40.43b 71.17a 149.37a 204.03a 217.00a 217.00a 1.5T1 13.20ab 36.73b 49.53a 112.07a 182.57a 210.43a 210.43a 1.5T2 16.00a 60.43a 44.47a 116.50a 200.90a 219.03a 219.03a 2T 12.90ab 38.66b 100.43a 187.33a 211.93a 211.93a 211.93a 2T1 12.33ab 32.03bc 71.73a 137.57a 205.73a 205.73a 205.73a 2T2 14.33a 29.83bcd 72.30a 173.53a 237.27a 239.73a 239.73a Uji F ** ** tn tn tn tn tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

(30)

Pada tahap vegetatif harus diperhatikan pada proses pembentukan akar, hal ini karena kebutuhan air tanaman cukup tinggi serta mencegah adanya semaian yang mati. Dalam fase ini juga terdapat periode pertunasan yang berlangsung setelah periode pembentukan akar (Anonim, 1994). Air merupakan unsur sangat penting bagi tanaman dan merupakan penyusun sepertiga dari berat karbohidrat dan protein pada tanaman serta untuk pertumbuhan tinggi tanaman (Harjadi, 1996).

Jumlah daun saat 3 MST dengan perlakuan irigasi 2xEo T, 1xEo T2 dan

0.5xEo T2 menghasilkan jumlah daun nyata lebih banyak dibandingkan dengan

perlakuan 0.5xEo T, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T1, 1xEo

T, 1xEo T1, 1.5xEoT, 1.5xEo T1, 1.5xEo T2, 2xEo T1 dan 2xEo T2. Pada saat

berumur 4 MST perlakuan irigasi 2xEo T1 menghasilkan jumlah daun nyata lebih

besar dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T1,

1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 1.5xEo T2 dan 2xEo T2 namun tidak berbeda

nyata dengan perlakuan 2xEo T dan 1xEo T (Tabel 3). Pada saat tanaman berumur 3 dan 4 MST, telah muncul daun-daun yang produktif untuk perkembangannya, konsentrasi yang terkecil yang diberikan saat irigasi yaitu pada perlakuan 0.5xEo T memberikan jumlah daun yang terendah yang mengindikasikan tanaman tersebut tumbuh kurang optimal. Irigasi yang diberikan sedikit tentu sangat mempengaruhi pertumbuhan daun pula. Air sangat penting bagi tumbuhan, 30 % - 90 % berat tumbuhan tersusun atas air. tumbuhan juga menggunakan air pada proses fotosintesis di daun. Oleh karena itu irigasi yang diberikan sedikit maka pertumbuhan daunpun akan terlambat.

Pada saat 5 MST, perlakuan irigasi 2xEo T1 menghasilkan jumlah daun

nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 namun tidak berbeda

nyata dengan perlakuan 2xEo T, 1xEo T, 1xEo T1, 2xEo T2, 0.5xEo T2, 1.5xEo T,

0.5xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T dan 1xEoT2. Pada 6 MST hingga 10MST

perlakuan volume irigasi tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan telah dilakukan pemangakasan pucuk atau tunas apikal yang hanya menyisakan daun minimum 24 helai daun. Menurut Atmosoedarjo et al (2000) pemangkasan merupakan suatu teknik untuk mengatur bentuk tanaman agar dapat menumbuhkan tunas baru dan memungkinkan melakukan panen pada tingkat produksi tertentu.

(31)

20 

 

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun Perlakuan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 4.3b 7.0c 11.0de 15.0a 21.0a 23.3a 23.6a 0.5T1 5.3ab 8.6c 12.3cde 18.3a 23.6a 23.6a 23.6a 0.5T2 6.3a 8.3c 13.6cd 17.6a 22.0a 22.3a 23.0a 1T 5.6ab 11.6b 16.6abc 17.3a 23.0a 23.0a 23.3a 1T1 5.6ab 8.0c 16.0bc 17.0a 22.3a 23.0a 23.3a 1T2 6.0a 6.6c 10.6de 15.3a 22.6a 24.0a 24.0a 1.5T 5.3ab 9.0c 13.0cde 18.3a 22.6a 23.6a 23.6a 1.5T1 5.0ab 7.6c 12.3cde 14.0a 20.0a 23.0a 23.3a 1.5T2 5.3ab 7.0c 8.6e 14.6a 21.6a 22.6a 23.6a 2T 6.3a 12.0ab 19.0ab 20.3a 23.6a 23.6a 23.6a 2T1 5.6ab 14.3a 20.6a 17.0a 23.3a 23.6a 23.6a 2T2 5.3ab 7.6c 14.0cd 19.3a 22.6a 23.0a 23.3a Uji F ** ** ** tn tn tn tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan titik tumbuh dan pembentukan daun tanaman yang lebih banyak. Tanaman melon selain memiliki banyak cabang lateral yang tumbuh pada setiap ketiak daun, namun juga memiliki tunas apikal yang tumbuh terus tidak terarah apabila tidak dipangkas. Tunas apikal daun ke 20-25 dipangkas untuk menghentikan pertumbuhan batang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam agar tidak merusak permukaan batang.

Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini pada sel tanaman ditentukan oleh tekanan turgor. Hilangnya turgiditas dapat menghentikan pertumbuhan sel (pembesaran) yang akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat.

Pada (Tabel 4) terlihat bahwa jumlah cabang pada saat 4 MST perlakuan 1xEo T menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan

(32)

perlakuan 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 1xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo

T2, 2xEo T, dan 2xEo T2 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1xEo T1 dan

2xEo T1. Sama halnya pada 4 MST, jumlah daun pada 5 MST perlakuan 1xEo T

yang paling tinggi yaitu menghasilkan jumlah cabang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T1, 1xEo T1, 1xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T,

0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1.5xEo T, 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata pada

perlakuan 2xEo T1 dan 2xEo T1. Demikian selanjutnya hingga tanaman berumur 8

MST memberikan perngaruh yang nyata terhadap perlakuan.

Jumlah cabang yang banyak menandakan bakal buah akan banyak pula, hal ini dikarenakan bunga betina tumbuh pada cabang lateral tanaman (ketiak daun), namun pertumbuhan cabang ini harus dikendalikan dengan baik agar pertumbuhan tanaman dapat terarah yaitu dengan cara pemangakasan cabang lateral. Pemangkasan cabang merupakan cara untuk mengurangi titik tumbuh pada bagian lateral yang membutuhkan suplai fotosintat dan hara sehingga persaingan untuk mendapatkan fotosintat dan hara menjadi berkurang (Gambar 3). Bleasdale (1973), Janick (1972), dan Kinnet (1977) menyatakan pemangkasan yang tepat dapat dipergunakan untuk mengatur keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Harjadi (1989) menambahkan bahwa tanaman yang berada dalam keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif menyebabkan tingginya laju fotosintesis sehingga tidak semua karbohidrat digunakan untuk perkembangan batang dan daun tetapi sebagian digunakan untuk perkembangan bunga dan buah.

 

(33)

22 

 

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang ini berbeda nyata hingga tanaman berumur 8 MST sedangakan pada 9 MST tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan pada saat tanaman berumur 9 MST, cabang-cabang produktif sudah tidak dapat tumbuh lagi akibat tanaman sudah berumur tua dan kecenderungan tanaman melon akan layu menjelang fase pemanenan. Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2004) pemangkasan cabang tanaman melon adalah memangkas dan membuang cabang-cabang yang tidak produktif dengan bertujuan untuk menjamin pertumbuhan tanaman sehingga proses produksi berlangsung maksimal dan mengurangi kelembaban dalam tajuk tanaman. Hal tersebut akan mengurangi resiko terjadinya serangan hama dan penyakit, serta merangsang tumbuhnya tunas-tunas produktif.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang Perlakuan Jumlah Cabang 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 0.5T 1.0b 1.3b 5.0abcde 11.0ab 12.6ab 14.3a 0.5T1 1.0b 1.3b 6.0abcde 9.6ab 12.0ab 11.0a 0.5T2 1.3b 1.3b 4.0cde 9.0ab 13.6a 12.0a 1T 2.6a 4.0a 7.0ab 10.0ab 11.6ab 12.6a 1T1 1.6ab 1.6b 3.6de 9.3ab 11.0ab 15.3a 1T2 1.0b 1.6b 7.3a 12.0a 13.6a 14.6a 1.5T 1.0b 1.3b 6.3abcd 10.6ab 12.0ab 13.0a 1.5T1 1.3b 2.0b 5.6abcde 9.0ab 13.3a 14.0a 1.5T2 1.0b 1.3b 3.3e 10.6ab 13.6a 14.3a 2T 1.0b 2.3ab 6.6abc 8.6b 9.6b 10.3a 2T1 1.6ab 2.3ab 4.3bcde 10.0ab 13.3a 12.3a 2T2 1.0b 1.6b 6.3 abcd 11.0ab 12.3ab 12.6a Uji F ** ** ** ** ** tn

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Penelitian yang diakukan oleh Sumiati (1987) menunjukkan bahwa pemangkasan cabang pada tanaman melon dengan meninggalkan maksimal 3

(34)

cabang utama dapat meningkatkan bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Selain itu Sutopo (1988) menambahkan bahwa pemangkasann cabang tanaman melon akan mempercepat panen pertama dan memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan.

Pertumbuhan Generatif

Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T menghasilkan kecepatan umur berbunga nyata lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan 1xEo T2, 1.5xEo T, dan 1.5xEo T2 namun tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 0.5xEo T2, 1xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T2, 2xEo T,

0.5xEo T1, 1.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap umur berbunga

Perlakuan Umur Berbunga 7 MST 0.5T 47a 0.5T1 37.7cde 0.5T2 44.3ab 1T 37de 1T1 44ab 1T2 36e 1.5T 35.7e 1.5T1 37de 1.5T2 35e 2T 39.7bcde 2T1 42.7abc 2T2 41.7bcd Uji F **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

(35)

24 

 

Pada tabel terlihat bahwa perlakuan 0.5xEo T memiliki kemampuan berbunga paling lambat dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 47 hari setelah tanam. Volume irigasi dengan dosis yang paling kecil yang diberikan pada seluruh fase tanam inilah yang mempengaruhi umur berbunga yang paling lambat. Pada fase generatif ini juga membutuhkan cukup air hingga periode pemasakan yang sudah tidak membutuhkan air. Pengatusan atau pengeringan ini dimaksudkan agar buah dapat masak secara bersamaan (Anonim, 1994).

Fase pertumbuhan generatif pada tanaman melon ditandai dengan keluarnya bunga yang kemudian diikuti dengan munculnya buah. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Parameter yang diamati dalam fase ini adalah umur berbunga, jumlah bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit serta bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah. Pengamatan umur berbunga yang diamati dari setiap tanaman adalah pada saat 7 MST. Tanaman melon mulai membentuk bunga jantan pada minggu ke-5 setelah tanam yaitu pada umur 35 HST, jumlah bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina (Gambar 4).

 

Gambar 4. Bunga tanaman melon

Jumlah bunga jantan (kiri) dan betina (kanan) masing-masing memberikan pengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MST. Perlakuan irigasi 0.5xEo T2 pada bunga

jantan saat 7 MST menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 2xEo T1,

(36)

2xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T, 0.5xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T, 1.5xEo T, 1xEo T2

dan 2xEo T. Pada saat 8 MST perlakuan 1.5xEo T1, 1.5xEo T2 dan 2xEo T1

menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 1.5xEo T, 0.5xEo T2, 1xEo

T1, 1xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1 dan 1xEo T (Tabel 6). Kekurangan

yang terus menerus dapat menurunkan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Menurut Polunin (1990) menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga akibat memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah bunga betina, bunga betina dan bunga hermaprodit

Perlakuan

Bunga Jantan Bunga Betina Bunga Hermaprodit 7 MST 8 MST 7 MST 8 MST 7MST 8 MST 0.5T 4.7abcd 2.3abc 1.3bc 3.0a 0.7a 1.0ab 0.5T1 5.7abcd 1.7bc 3.0abc 1.3ab 0.0a 0.0b 0.5T2 11.0a 3.0ab 3.3ab 1.7ab 0.3a 0.0b 1T 5.7abcd 1.7bc 1.7abc 1.3ab 0.3a 0.3ab 1T1 8.0abcd 3.0ab 4.0a 1.7ab 1.0a 0.3ab 1T2 3.7bcd 3.0ab 1.7abc 1.7ab 0.7a 1.0ab 1.5T 3.7bcd 3.3ab 1.3bc 1.3ab 1.0a 0.0b 1.5T1 5.3abcd 4.0a 3.3ab 1.3ab 0.7a 0.3ab 1.5T2 2.3d 4.0a 0.7c 2.7ab 0.3a 0.0b 2T 3.3cd 1.0c 2.3abc 1.3ab 0.7a 0.0b 2T1 10.0ab 4.0a 2.3abc 2.0ab 0.0a 0.3ab 2T2 9.0abc 2.7abc 3.3ab 1.0b 0.3a 1.3a Uji F ** ** ** ** tn **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Tanaman melon merupakan jenis tanaman yang memproduksi bunga jantan lebih banyak dibandingkan dengan bunga betina. Pada tabel 6 terlihat

(37)

26 

 

bahwa pada saat tanaman berumur 7 MST, bunga jantan bisa mencapai 11 bunga jantan bila dibandingkan dengan bunga betina yang hanya ada 4 bunga betina. Semua bunga jantan yang mekar sebelum bunga betina siap diserbuki harus dibuang, walaupun dalam dua hari akan rontok dengan sendirinya. Maksudnya agar pertumbuhan tanaman mengarah ke pertumbuhan bunga betina.

Perlakuan 1xEo T1 menghasilkan jumlah bunga betina nyata lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata

terhadap perlakuan 1.5xEo T1, 0.5xEo T2, 2xEo T2, 0.5xEo T1, 2xEo T1, 2xEo T,

1xEo T2, 1xEo T, 1.5xEo T dan 0.5xEo T. Pada 8 MST perlakuan 0.5xEo T

menghasilkan jumlah bunga nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 2xEo T2 tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T2, 2xEo T1,

0.5xEo T2, 1xEo T1, 1xEo T2, 0.5xEo T1, 1xEo T, 1.5xEo T, 1.5xEo T1, 2xEo T.

Tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup agar pertumbuhannya tidak terhambat. Tanaman melon sensitif terhadap kekurangan air pada tahap pembungaan dan pembentukan buah. Jika terjadi kekurangan air pada tahap tersebut maka akan menyebabkan penurunan hasil produksi tanaman.

Perlakuan irigasi pada jumlah bunga hermaprodit pada 7 MST tidak berpengaruh nyata, hal ini dikarenakan jumlah bunga hermaprodit sangat sedikit jumlahnya dan merata pada setiap tanaman tetapi pada 8 MST memiliki pengaruh yang nyata terhadap perlakuan. Perlakuan 2xEo T2 menghasilkan jumlah bunga

nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1.5xEo

T, 1.5xEo T2 dan 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan

0.5xEo T, 1xEo T2, 1xEo T, 1xEo T1, dan 2xEo T1.

Berdasarkan Tabel 7, perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot buah, diameter vertikal maupun diameter horizontal. Perlakuan 2xEo T1

menghasilkan bobot buah nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 0.5xEo T, 1xEo T1, 2xEo T2, 2xEo T, 1xEo T2, 1xEo T1, 1.5xEo T1, 0.5xEo T2,

0.5xEo T1, dan 1.5xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan

(38)

 

Gambar 5. Bobot buah melon terbaik 1.5 x Eo T2

Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah (Sismiyati, 2003). Perlakuan 2xEo T1 merupakan perlakuan yang menghasilkan

bobot buah terbesar apabila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan dengan dosis terbanyak dan irigasi yang diberikan dari fase tanam hingga berbunga ini sangat mempengaruhi bobot buah yang dihasilkan.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot buah, diameter vertikal dan diameter horizontal buah

Perlakuan Bobot Buah (kg)

Diameter (mm) Vertikal Horizontal 0.5T 1.559bc 121.21bcd 123.23abc 0.5T1 1.097c 11915cd 118.37bcde 0.5T2 1.108c 125.17abc 129.79a 1T 1.268c 115.32de 108.72e 1T1 1.451c 132.22a 120.4abcd 1T2 1.287c 128.53ab 121.43abcd 1.5T 1.085c 128.58ab 127.77ab 1.5T1 1.180c 103.39f 107.98e 1.5T2 2.055ab 127.34ab 120.52abcd 2T 1.370c 113.76de 116.19cde 2T1 2.173a 128.42ab 124.20abc 2T2 1.394c 109.58ef 111.85de Uji F ** ** **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

(39)

28 

 

Perlakuan 1xEo T1 menghasilkan diameter vertikal nyata lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T1, 2xEo T2, 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 1xEo

T, 2xEo T tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 0.5xEo T2, 1xEo T2,

1.5xEo T, 1.5xEo T2 dan 2xEo T1. Sedangkan pada diameter horizontal perlakuan

0.5xEo T2 menghasilkan panjang diameter horizontal nyata lebih tinggi

dibandingkan perlakuan 1.5xEo T1, 1xEo T, 0.5xEo T1, 2xEo T, 2xEo T2 tetapi

tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1.5xEo T, 2xEo T1, 0.5xEo T, 1xEo

T2, 1.5xEo T2, 1xEo T1. Pada tahap pembentukan bunga kebutuhan air irigasi

digunakan untuk pembentukan dan pembesaran bunga. Pada tahap pembentukan buah kebutuhan air lebih besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan yang lainnya, Hal ini dikarenakan nilai Kc pada tahap berbuah lebih besar dari nilai Kc pada tahap pertumbuhan lainnya.

Bobot Kering Tanaman

Hasil pangkasan berupa daun, batang, dan akar segar ditimbang kemudian dioven untuk mengetahui berat brangkasan kering oven. Dalam pertanian, brangkasan adalah sisa-sisa bagian tanaman, seperti kedelai, jagung, padi, atau kacang tanah, yang tidak dipanen. Brangkasan biasanya dibiarkan di lapangan dalam keadaan kering, namun beberapa tanaman ada yang memiliki brangkasan dalam keadaan masih hijau (Gambar 6).

 

Gambar 6. Panen brangkasan

Berdasarkan tabel 8 perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang, daun dan akar. Perlakuan 1xEo T2 menghasilkan bobot

kering batang nyata lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 1.5xEo T2,

(40)

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan 2xEo T2. Perlakuan 1.5xEo T1

dan 2xEo T1 menghasilkan bobot kering daun nyata lebih besar dibandingkan

dengan perlakuan 0.5xEo T, 0.5xEo T1, 0.5xEo T2, 1xEo T, 1xEo T1, 1xEo T2,

1.5xEo T, 1.5xEo T2, 2xEo T dan 2xEo T2. Sedangkan pada bobot kering akar

perlakuan 1.5xEo T1 menghasilkan bobot kering nyata lebih besar dibandingkan

dengan perlakuan 0.5xEo T, 1.5xEo T, 0.5xEo T2, 2xEo T2, 2xEo T tetapi tidak

berpengaruh nyata terhadap perlakuan 1xEo T2, 1.5xEo T2, 0.5xEo T1, 1xEo T1,

1xEo T, 2xEo T1.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering batang, daun, bobot kering akar serta ratio tajuk/akar

Perlakuan

Bobot Kering (gr)

Ratio Tajuk/akar Batang Daun Akar

0.5T 18.33bc 40.63bc 0.73c 64.97de 0.5T1 16.80bc 29.73de 1.03abc 66.40de 0.5T2 15.20c 25.60e 0.83bc 46.00f 1T 18.03bc 45.87b 0.90abc 77.80d 1T1 16.67bc 25.10e 0.93abc 171.06a 1T2 24.97a 44.30b 1.26ab 79.47d 1.5T 15.13c 24.30e 0.73c 57.97ef 1.5T1 16.73bc 57.30a 1.30a 138.50b 1.5T2 19.13bc 35.70c 1.10abc 42.06f 2T 15.23c 25.93e 0.80c 54.36ef 2T1 16.40bc 52.50a 0.90abc 117.60c 2T2 20.90ab 34.87cd 0.80c 77.80d Uji F ** ** ** **

Ket : (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan (tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadapa perlakuan

Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf 5%.

Bobot kering tanaman mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Selain itu secara keseluruhan dapat dilihat bahwa stres air

(41)

30 

 

yang ringan sekalipun pada suatu tanaman dapat mengakibatkan suatu pengurangan laju pertumbuhan dan gangguan beberapa proses metabolisme. Dari tabel diatas terlihat bahwa semua perlakuan memberikan hasil yang nyata terhadap perlakuan.

(42)

Kesimpulan

Secara umum perlakuan irigasi memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan vegetatif, generatif maupun pada bobot kering tanaman. Pada pengamatan vegetatif maupun generatif perlakuan irigasi 1.5xEo dan 2xEo memberikan pengaruh pertumbuhan tertinggi. Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat 3 MST dan 4 MST, jumlah daun saat 3 MST, 4 MST dan 5 MST, serta jumlah cabang saat 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7MST dan 8 MST namun tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST hingga 9 MST, jumlah daun saat 6 MST hingga 9 MST dan jumlah cabang saat 9 MST. Perlakuan irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga tanaman, jumlah bunga jantan dan betina saat 7 MST dan 8 MST, bunga hermaprodit 8 MST, bobot buah, diameter vertikal dan horizontal buah tetapi tidak berbeda nyata pada jumlah bunga hermaprodit saat 7 MST. Produksi bobot buah terbesar dihasilkan oleh perlakuan irigasi 1.5 x Eo T2 yaitu irigasi

yang diberikan dari fase berbunga hingga panen.

Saran

Diperlukan penelitian lanjutan dengan berorientasi pada kualitas buah dan perlu uji coba implementasi hasil penelitian ini di lapang.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

 

Amienudin, Y. 2003. Penggunaan Berbagai Macam Media pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var grossum) Secara Hidroponik. Skripsi, Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Anonim, 1994. Bendungan dan Jaringan Irigasi Sempor-Wadaslingtang. Badan Pelaksana Proyek serbaguna Kedu Selatan. Gombong.

Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, W. Moerdoko, Pramodibyo dan S. Ranoeprawiro. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Jaya. Jakarta. 337 hal.

Bleasdale, J. K. 1973. Plant Physiology in Relation to Horticulture. Royal Horticulture Society. Mc. Millan Hael, Watson and Vincy. AyLesbury. 144p.

Cahyono, B. 1996. Mensukseskan Tanaman Melon. Teknik Budidaya-Potensi Pasar. Analisis Kelayakan. CV. Aneka. Solo.

Chadirin, Y. 2007. Diktat Kuliah Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Departemen Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Tanaman Buah. 2004. Standar Pelaksanaan Operasi Melon. Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta.

Fiar, J. 2010. Khasiat atau manfaat buah melon.

http://fiar92.student.umm.ac.id/2010/09/24/khasiat-atau-manfaat-buah-melon/ [14 Oktober 2011].

Harjadi, S.S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor IPB. Bogor. 506 hal.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 195 hal.

Janick, J. 1972. Horticulture Science. Freeman and Company. San Fransisco. 586p.

Jones, J. B. 1930. Hydroponics: A Practical Guide for the Soilless Grower. Second Edition. CRC press. Washington, D.C. 432p.

Jumin, H. B. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press, Jakarta. 89 hal.

Kinnet, J. M. 1977. Efeect of defoliation and growth substances on the development of the inflorescence in the tomato. Scientia Hort. 6 : 27-35.

(44)

Kramer, P. J. 1969. Plant and Soil Water Relationships : A Modern Synthesis. Me Graw-Hill Book Company. New York. 482 p.

Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Penterjemah Gembong Tjitrosoepomo, gadjah mada University Press. 797 hal.

Prihmantoro, H dan Indriani, Y. H. 2002. Hidroponik Tanaman Buah. Penebar Swadaya. 92 hal.

Resh, H. M. 2004. Hydroponic Food Production: A Definitive Guidebook Of Soilles Food-Growing Methods. Sixth Edition. Newconcept Press. Mahwah, New Jersey. 567p.

Richards, A.J. 1997. Plant Breeding Systems. Chapman and Hall. London. 529 p. Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3: Prinsip, Produksi,

dan Gizi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 292 hal.

Sismiyati, D. 2003. Efektivitas Pemberian Air dengan Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman Melon (Cucumis melo L.). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sulistyono E. 2007. Pengelolaan Air untuk Tanaman. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 55 hal. Sumiati, E. 1987. Pengaruh pemangkasan cabang terhadap hasil dan kualitas

melon. Buletin Penelitian Hortikultura. 15: 49-54.

Supriyadi. 2006. Analisis penggunaan air pada daerah irigasi rentang wilayah kabupaten Cirebon. Agrijati. Vol 3 no 1: 65-70.

Susanto, S., Suwardi, dan N. Murniarti. 2005. Pemanfaatan serasah daun bambu sebagai media budidaya tomat (Lycopersicum esculenim Mill) dengan sistem hidroponik. Bul. Agron. 33 (1):33-37.

Susila, A. D. 2006. Teknik Fertigasi pada Budidaya Paprika dalam Greenhouse. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14 hal.

Sutopo, L. 1988. Pengaruh kualitas benih dan pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Agrivita. 11 : 46-48.

Warni, D dan Purbiati, T. 2010. Budidaya Melon : Cetakan Kedua. PUAP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Barat. 48 hal.

(45)

34 

 

Wijayani, A dan W. Widodo. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas. Beberapa Varietas Tomat dengan Sistem Budidaya Hidroponik . Ilmu Pertanian. 12 (1): 77-83.

(46)
(47)

36 

 

Lampiran 1. Kandungan Pupuk Hidroponik

Unsur Hara Komposisi 32-10-10 Komposisi 10-55-10

Total Nitrogen (N) 32% 10%

Ammoniacal Nitrogen 2.00% 8.50%

Nitrate Nitrogen 3.00% 0.50%

Urea Nitrogen 27.00% 1.00%

Available Phosphoric Acid (P2O5) 10% 55%

Soluble Potash (K2O) 10.00% 10.00%

Calcium (Ca) 0.05% 0.05% Magnesium (Mg) 0.10% 0.10% Chelated Magnesium 0.10% 0.10% Sulfur (S) 0.20% 0.20% Boron (B) 0.02% 0.02% Copper (Cu) 0.05% 0.05% Chelated Copper 0.05% 0.05% Iron (fe) 0.10% 0.10% Chelated Iron 0.10% 0.10% Manganese (Mn) 0.05% 0.05% Chelated Manganese 0.05% 0.05% Molybdenum (Mo) 0.00% 0.00% Zinc (Zn) 0.05% 0.05% Chelated Zinc 0.05% 0.05%

(48)

Lampiran 2. Denah Percobaan Ulangan 1

I

6

I

2

I

10

I

7

I

4

I

9

I

5

I

8

I

3

I

12

I

11

I

1 Ulangan 2

I

4

I

11

I

1

I

5

I

7

I

9

I

12

I

8

I

3

I

10

I

2

I

6 Ulangan 3

I

7

I

5

I

6

I

8

I

1

I

3

I

10

I

2

I

11

I

4

I

12

I

9 Keterangan :

I1 : Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-panen

I2 : Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

I3 : Volume irigasi 0.5 x Eo diberikan pada bunga-panen

I4 : Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-panen

I5 : Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada tanam-bunga

I6 : Volume irigasi 1 x Eo diberikan pada bunga-panen

I7 : Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-panen

I8 : Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada tanam-bunga

I9 : Volume irigasi 1.5 x Eo diberikan pada bunga-panen

I10 : Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-panen

I11 : Volume irigasi 2 x Eo diberikan pada tanam-bunga

(49)

38 

 

Lampiran 3. Jadwal Irigasi

Umur Tanaman Perlakuan Volume Irigasi

3 MST-Bunga 0.5 T 0.5 Eo 0.5 T1 0.5 Eo 0.5 T2 2 Eo 1 T 1 Eo 1 T1 1 Eo 1 T2 2 Eo 1.5 T 1.5 Eo 1.5 T1 1.5 Eo 1.5 T2 2 Eo 2 T 2 Eo 2 T1 2 Eo 2 T2 2 Eo Bunga-Panen 0.5 T 0.5 Eo 0.5 T1 2 Eo 0.5 T2 0.5 Eo 1 T 1 Eo 1 T1 2 Eo 1 T2 1 Eo 1.5 T 1.5 Eo 1.5 T1 2 Eo 1.5 T2 1.5 Eo 2 T 2 Eo 2 T1 2 Eo 2 T2 2 Eo

(50)

Lampiran 4. Pengamatan Evaporasi

Februari Maret April Mei Juni

Tgl Eo (mm) Eo (mm) Eo (mm) Eo (mm) Eo (mm) 1 2 2* 4 3 2 3 3* 4 3 3 3 3* 3* 3 4 4 4.5 3 3.5 5 3 3.5* 3 3.5 6 2 3* 3.5 2* 7 3 4 3 3 8 2 4 4 3 9 4 3.5* 2*    10 2 3* 2.5*    11 3 3* 3    12 2 4.5 3    13 3 4* 3.5    14 3 3,5 3*    15 3 4 2*    16 2 3.5* 2*    17 3 4 3.5* 2.5*    18 4 3 3* 2*    19 6 3 4 3    20 4 4 4 3    21 5 4.5 4 3.5    22 4 4 3* 3    23 4 3 3.5 3    24 4 3.5 4 3    25 4 4 4.5 2*    26 6 3.5 4 3    27 3 3 4 3.5    28 3 3.5 3.5* 3    29 3 3* 3    30 3 4 3.5    31 3 2*   

(51)

40 

 

Gambar Pot Hidroponik

Lubang H

1/3 H

Gambar Panci Pengukuran Evaporasi (Eo)

Skala milimeter

H = 35 cm

Ember atau bak berwarna hitam

d = 30 cm

(52)

Lampiran 6. Tabel Volume Irigasi Eo (mm) 0.5 Eo Eo 1.5 Eo 2 Eo Total (ml) Stock (ml) 1 35 71 106 141 5815 349 1.5 53 106 159 212 7723 463 2 71 141 212 283 9630 578 2.5 88 177 265 353 11538 692 3 106 212 318 424 13445 807 3.5 124 247 371 495 15353 921 4 141 283 424 565 17260 1036 4.5 159 318 477 636 19168 1150 5 177 353 530 707 21076 1265 5.5 194 389 583 777 22983 1379 6 212 424 636 848 24891 1493 65 230 459 689 918 26798 1608 7 247 495 742 989 28706 1722 7.5 265 530 795 1060 30613 1837 8 283 565 848 1130 32521 1951 8.5 300 601 901 1201 34428 2066 9 318 636 954 1272 36336 2180 9.5 336 671 1007 1342 38243 2295 10 353 707 1060 1413 40151 2409 10.5 371 742 1113 1484 42059 2524 11 389 777 1166 1554 43966 2638 11.5 406 812 1219 1625 45874 2752 12 424 848 1272 1696 47781 2867 12.5 442 883 1325 1766 49689 2981 13 459 918 1378 1837 51596 3096 13.5 477 954 1431 1908 53504 3210 14 495 989 1484 1978 55411 3325 14.5 512 1024 1537 2049 57319 3439 15 530 1060 1590 2120 59227 3554 15.5 548 1095 1643 2190 61134 3668 16 565 1130 1696 2261 63042 3782 16.5 583 1166 1749 2331 64949 3897 17 601 1201 1802 2402 66857 4011 17.5 618 1236 1855 2473 68764 4126 18 636 1272 1908 2543 70672 4240 18.5 654 1307 1961 2614 72579 4355 19 671 1342 2014 2685 74487 4469 19.5 689 1378 2067 2755 76394 4584 20 707 1413 2120 2826 78302 4698 20.5 724 1448 2172 2897 80210 4813 21 742 1484 2225 2967 82117 4927

(53)

42    Eo (mm) 0.5 Eo Eo 1.5 Eo 2 Eo Total (ml) Stock (ml) 22 777 1554 2331 3109 85932 5156 22.5 795 1590 2384 3179 87840 5270 23 812 1625 2437 3250 89747 5385 23.5 830 1660 2490 3321 91655 5499 24 848 1696 2543 3391 93562 5614 24.5 865 1731 2596 3462 95470 5728 25 883 1766 2649 3533 97378 5843 25.5 901 1802 2702 3603 99285 5957 26 918 1837 2755 3674 101193 6072 26.5 936 1872 2808 3744 103100 6186 27 954 1908 2861 3815 105008 6300 27.5 971 1943 2914 3886 106915 6415 28 989 1978 2967 3956 108823 6529 28.5 1007 2014 3020 4027 110730 6644 29 1024 2049 3073 4098 112638 6758 29.5 1042 2084 3126 4168 114545 6873 30 1060 2120 3179 4239 116453 6987 30.5 1077 2155 3232 4310 118361 7102 31 1095 2190 3285 4380 120268 7216 31.5 1113 2225 3338 4451 122176 7331 32 1130 2261 3391 4522 124083 7445 32.5 1148 2296 3444 4592 125991 7559 33 1166 2331 3497 4663 127898 7674 33.5 1183 2367 3550 4734 129806 7788 34 1201 2402 3603 4804 131713 7903 34.5 1219 2437 3656 4875 133621 8017 35 1236 2473 3709 4946 135529 8132 35.5 1254 2508 3762 5016 137436 8246 36 1272 2543 3815 5087 139344 8361 36.5 1289 2579 3868 5157 141251 8475 37 1307 2614 3921 5228 143159 8590 37.5 1325 2649 3974 5299 145066 8704 38 1342 2685 4027 5369 146974 8818 38.5 1360 2720 4080 5440 148881 8933 39 1378 2755 4133 5511 150789 9047 39.5 1395 2791 4186 5581 152696 9162 40 1413 2826 4239 5652 154604 9276 40.5 1431 2861 4292 5723 156512 9391 41 1448 2897 4345 5793 158419 9505 41.5 1466 2932 4398 5864 160327 9620 42 1484 2967 4451 5935 162234 9734 42.5 1501 3003 4504 6005 164142 9849

(54)

Eo (mm) 0.5 Eo Eo 1.5 Eo 2 Eo Total (ml) Stock (ml) 43.5 1537 3073 4610 6147 167957 10077 44 1554 3109 4663 6217 169864 10192 44.5 1572 3144 4716 6288 171772 10306 45 1590 3179 4769 6359 173680 10421 45.5 1607 3215 4822 6429 175587 10535 46 1625 3250 4875 6500 177495 10650 46.5 1643 3285 4928 6570 179402 10764 47 1660 3321 4981 6641 181310 10879 47.5 1678 3356 5034 6712 183217 10993 48 1696 3391 5087 6782 185125 11107 48.5 1713 3427 5140 6853 187032 11222 49 1731 3462 5193 6924 188940 11336 49.5 1749 3497 5246 6994 190847 11451 50 1766 3533 5299 7065 192755 11565

(55)

44 

 

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Tinggi Tanaman

3MST

Sumber keragaman Db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 71.58 35.79 13.79 0.0001

Perlakuan 11 96.28 8.75 3.37 0.0074

Galat Perlakuan 22 57.11 2.59

4 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 204.82 102.41 5.84 0.0092

Perlakuan 11 5913.08 537.55 30.67 <.0001

Galat Perlakuan 22 385.57 17.52

5 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 19304.35 9652.17 15.47 <0.0001

Perlakuan 11 8736.58 794.23 1.27 0.3017

Galat Perlakuan 22 13723.14 623.77

6 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 18173 9086.5 6.77 0.0051

Perlakuan 11 18891.91 1717.44 1.28 0.2981

Galat Perlakuan 22 29515.52 1341.61

7 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 1203.78 601.89 0.94 0.4045

Perlakuan 11 6939.72 630.88 0.99 0.4851

(56)

8 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 418.68 209.34 0.55 0.5848

Perlakuan 11 3176.9 288.8 0.76 0.675

Galat Perlakuan 22 8375.96 380.72

9 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 418.68 209.34 0.55 0.5848

Perlakuan 11 3176.9 288.8 0.76 0.675

Galat Perlakuan 22 8375.96 380.72

10 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 418.68 209.34 0.55 0.5848

Perlakuan 11 3176.9 288.8 0.76 0.675

Galat Perlakuan 22 8375.96 380.72

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Jumlah Daun 3 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 6.22 3.11 15.4 <.0001

Perlakuan 11 10.3 0.93 4.64 0.0011

Galat Perlakuan 22 4.44 0.2

4 MST

Sumber keragaman db JK KT Fhit Pr>F

Kelompok 2 20.66 10.33 14.21 0.0001

Perlakuan 11 189.33 17.21 23.67 <.0001

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah cabang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji perbedaan rerata yaitu Uji-t (kuantitatif) dan deskripsi (kualitatif). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)

Kata asal sebelum pengimbuhan ialah َﻊَﻄَﻗ ertinya memotong, dan perbuatan memotong hanya berlaku sekali sahaja (Ibn Ha:jib 2005. ُﻞِﺑِﻹا ِﺖَﺗﱠﻮَﻣ

Hasil pada parameter jumlah cluster dan jumlah bunga memiliki nilai kemiripan yaitu 53,34 dengan 7 pohon memiliki kemiripan dengan pohon induk Arumanis-143 dan 7

Hubungan Kontrol Diri dan Konformitas dengan Kenakalan Remaja Hasil penelitian uji regresi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara kontrol diri

Prinsip –prinsip dan Metoda Pendidikan Islam , Bandung : c.v.Diponegoro, 1996 12 Mahasiswa dapat menjelaskan kembali tentang pentingnya membangun dasar-dasar

gap (celah kinerja perbedaan antara target kinerja dengan realisasinya dmana realisasi lebih rendah daripada target) yang terjadi pada tahun 2013. Apakah penerapan

Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bahan ajar dengan konteks capung dalam upaya melatihkan siswa SD kelas empat terhadap kemampuan literasi sains.. Metode

Dari beberapa penjelasan di atas, apabila tersebut dihubungkan dengan istilah pendidikan, secara sederhana teori pen-didikan dapat diartikan sebagai berikut: Teori