• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja pada siswa MTs Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja pada siswa MTs Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA MTS SUNAN SYARIF HIDAYATULLAH KEJAYAN PASURUAN. SKRIPSI. Oleh : Qurrotul Aini NIM. 13410027. FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018.

(2) HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA MTS SUNAN SYARIF HIDAYATULLAH KEJAYAN PASURUAN. SKRIPSI. Diajukan Kepada Dekan Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana (S.Psi). Oleh Qurrotul Aini NIM. 13410027. FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2018. ii.

(3) LEMBAR PERSETUJUAN. iii.

(4) LEMBAR PENGESAHAN. iv.

(5) v.

(6) HALAMAN PERSEMBAHAN. Karya ini saya persembahkan untuk : Allah Azza Wa Jalla, Sang Maha Kuasa Maha Mendengar dan Maha Penjawab segala doa. Keluarga besar saya, terutama Aba Fauzan Dhofir dan Ibu Istifaiyah yang telah mendidik dan mendoakan saya dari lahir hingga sebesar ini, mendukung dan menjadi motivator terbesar saya, dan jalan kesuksesan masa depan saya. Terimakasih kepada Adik-adik saya Dhofiroh, Shofarul Mubarok dan alaikal Abror yang juga selalu menjadi penyemangat saya menjadi sukses dan menjadi motivasi hidup saya. Terimakasih yang rasanya tak cukup diungkapkan dengan kata-kata kepada Dosen pembimbing saya Ibu Dr. Iin Tri Rahayu, M. Si, Psi yang sudah membimbing dari awal pembuatan skripsi, menyemangati, dan penuh kesabaran dalam memberikan pelajaran kepada saya, dan terimakasih untuk semua dosen psikologi yang sudah mengajarkan saya banyak ilmu murni maupun terapan dalam bidang psikologi. Tak terlupa sahabat saya Lina Indah Priyanti, Nurul Meli Efriyani Rangkuti, Nusaibah Nur Furqani, jumaati, dan masih banyak yang lainnya, terimakasih atas dukungan dan semangatnya, juga kesabarannya dalam mendukung banyak hal dalam pengerjaan skripsi ini.. vi.

(7) KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim. Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Hubungan Kontrol Diri dan Konformitas dengan Kenakalan remaja pada Siswa Mts Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Peneliti menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat bantuan yang sangat besar dari berbagai pihak. Karena bantuan berbagai pihak karya ini dapat selesai dan semoga bermanfaat. Untuk itu dengan tulus dan rendah hati peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Abdul Haris, M. Ag Selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Dr. Siti Mahmudah, M. Si Selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 3. Dr. Iin Tri Rahayu, M. si, Psi Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, nasehat, motivasi dan berbagai pengalaman kepada peneliti dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. 4. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan ilmu selama kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan seluruh staf yang selalu sabar melayani segala administrasi selama proses penelitian ini. 5. Keluarga besar saya yang tiada henti memberi kasih sayang, dukungan dan doa kepada peneliti untuk bisa menjalani studi dengan hasil yang baik dan sukses. 6. Guru-guru Mts Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan yang bersedia membantu dalam penelitian saya kepada siswa-siswanya. vii.

(8) 7. Sahabat-sahabat saya Lina, Meli, Fani, Juma‟ati yang sudah banyak membantu dan menjadi sandaran peneliti ketika lagi mengalami kesusahan. 8. Teman-teman psikologi angkatan 2013 dan keluarga besar psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan banyak pelajaran. 9. Dan semua pihak yang telah mendukung peneliti dalam berbagai hal sehingga terselesaikannya penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Dalam laporan ini, peneliti menyadari masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan dan keterampilan yang peneliti miliki, untuk itu peneliti mengharapkan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan laporan penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan pengaplikasiannya.. Malang, 03 Januari 2018. Peneliti. viii.

(9) MOTTO. ِ‫يم‬ ِِ ‫س ِِم هللا ال َّر ْح‬ ْ ِ‫ب‬ ِ ‫مه ال َّر ِح‬. ‫س ًرا‬ ْ ُ‫س ِِري‬ ْ ‫فَإِنِّ َم َِع ا ْل ُع‬ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-insyiroh:5). ix.

(10) DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii MOTTO ............................................................................................................... ix DAFTAR ISI........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv ABSTRAK ......................................................................................................... xv ABSTRAC ......................................................................................................... xvi. ‫ ملخص البحث‬...................................................................... xvii BAB IPENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11 D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 12 BAB IIKAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 13 A. Kenakalan Remaja ............................................................................ 13 1. Pengertian Kenakalan Remaja ...................................................... 13 2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja ............................................... 16 3. Faktor-faktor yang Memepnagruhi Kenakalan Remaja ................ 21 4. Kenakalan Remaja dalam Islam .................................................... 27 B. Kontrol Diri........................................................................................ 30 1. Pengertian Kontrol Diri................................................................. 30 2. Aspek-aspekKontrol Diri .............................................................. 32 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ......................... 36 x.

(11) 4. Kontrol Diri dalam Islam .............................................................. 37 C. Konformitas ....................................................................................... 39 1. Pengertian Konformitas ................................................................ 39 2. Aspek-aspek Konformitas ............................................................. 40 3. Faktor yang Mempengaruhi Konformitas ..................................... 44 4. Sebab-sebab Timbulnya Konformitas ........................................... 45 5. Konformitas dalam Islam .............................................................. 48 D. Hubungan Antara Kontrol Diri dan Konformitas dengan Kenakalan Remaja .................................................................................. 49 E. Hipotesis .............................................................................................. 52 BAB II METODE PENELITIAN...................................................................... 53 A. Rancangan Penelitian ........................................................................ 53 B. Identifikasi Variabel .......................................................................... 53 C. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 54 1. Kenakalan remaja ............................................................................. 54 2. Kontrol diri ....................................................................................... 55 3. Konformitas ...................................................................................... 55 D. Populasi, Sampel dan tekhnik Penelitian ........................................ 55 E. Metode Pengambilan Data ................................................................ 57 F. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 60 G. Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 64 H. Tekhnik Analisis Data ....................................................................... 66 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 70 A. Pelaksaaan Penelitian ....................................................................... 70 1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................ 70 2. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 70 3. Jumlah Subyek Penelitian ................................................................ 70 4. Prosedur dan Administrasi Pengambilan data .................................. 71 B. Hasil Penelitian ................................................................................... 71 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................. 71 xi.

(12) 2. Deskripsi Variabel Penelitian ........................................................... 77 3. Uji Asumsi Dasar ............................................................................. 80 4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................... 83 C. Pembahasan ........................................................................................ 87 1. Tingkat Kontrol diri ......................................................................... 87 2. Tingkat Konformitas ........................................................................ 89 3. Tingkat Kenakalan remaja ............................................................... 92 4. Hubungan Kontrol diri dengan Kenakalan remaja ........................... 94 5. Hubungan Konformitas dengan Kenakalan remaja .......................... 98 6. Hubungan Kontrol diri dan Konformitas dengan Kenakalan remaja ............................................................................................ 100 BAB V PENUTUP............................................................................................. 104 A. Kesimpulan ....................................................................................... 104 B. Saran ..................................................................................................106 DAFTARPUSTAKA ........................................................................................ 109 LAMPIRAN ......................................................................................................113. xii.

(13) DAFTAR TABEL. Tabel 3. 1 Skema Penelitian Tabel 3. 2 Populasi Penelitian Tabel 3. 3 Skoring Instrumen Tabel 3. 4 Blue Print Skala Kenakalan Remaja Tabel 3. 5 Blue Print Skala Kontrol Diri Tabel 3. 6 Blue Print Skala Konformitas Tabel 3. 7 Norma Kategoresasi Tabel 4. 1 Blueprint Skala Kontrol diri (X1) yang Valid dan yang Gugur Tabel 4. 2 Blue Print Kontrol Diri (X1) Tabel 4. 3 BluePrint Skala Kenakalan remaja (Y) yang Valid dan yang Gugur Tabel 4. 4 Blue Print Kenakalan Remaja (Y) Tabel 4. 5 Deskripsi statistik variable penelitian Tabel 4. 6 Prosentase Kategorisasi variabel Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas Tabel 4. 8 Hasil Uji Linieritas X1dengan Y Tabel 4. 9 Hasil Uji Linieritas X2dengan Y Tabel 4. 10 Hasil Uji Korelasi X1 dengan Y Tabel 4. 11 Hasil Uji Korelasi X2 dengan Y Tabel 4. 12 Hasil Uji Hubungan Tabel 4. 13 Hasil Uji Regresi Berganda X1, X2 dengan Y Tabel 4. 14 Coefficients. xiii.

(14) DAFTAR GAMBAR. Gambar 4.1 Kategorisasi Kontrol Diri Gambar 4.2 Konformitas Gambar 4.3 Kenakalan Remaja. xiv.

(15) ABSTRAK. Aini, Qurrotul, 13410027, Hubungan Kontrol Diri dan Konformitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan, Skripsi, Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018. Pembimbing : Dr. Iin Tri Rahayu, M. Si. Psi. Kata Kunci:Kontrol Diri, Konformitas, Kenakalan Remaja Kenakalan remaja dilatar belakangi oleh faktor kontrol diri dan konformitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) hubungan antara kontrol diri dengan kenakalan remaja, 2) hubungan antara konformitas dengan kenakalan remaja, 3) hubungan antara kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontrol diri dengan kenakalan remaja (2) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konformitas dengan kenakalan remaja (3) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja. Penelitian menggunkan pendekatan kuantitatif.dimana X1 yaitu kontrol diri, X2 konformitas, dan Y adalah kenakalan remaja. Penelitian ini dilakukan di MTS sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan dan populasi berjumlah 76 siswa dengan tekhnik sampling jenuh (sensus) artinya semua populasi diambil sebagai subjek penelitian sebanyak 76 siswa. Alat ukur yang digunakan adalah skala likert. Teknik analisa yang digunakan adalah korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kontrol diri dengan kenakalan remaja memiliki korelasi r= -0,623 (p<0,05), (2) Konformitas dengan Kenakalan Remaja didapatkan korelasi r= -0,124 (p<0,05), (3) Hubungan kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan meliliki nilai R Square= 0,357 artinya kontrol diri (X1) dan konformitas (X2) memiliki pengaruh 36% dengan kenakalan remaja (Y) pada siswa Mts Sunan Syarif Hidayatullah, dan didapat juga signifikansi hubungan antara kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja sebesar r=0,000 (p<0,05) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan, artinya perubahan kontrol diri dan konformitas akan secara signifikan berdampak terhadap kenakalan remaja.. xv.

(16) ABSTRACT. Aini, Qurrotul, 13410027, The Relationship of Self-Control and Conformity with Juvenile Delinquency of Sunan Syarif Hidayatullah Islamic Junior High School KejayanPasuruan Students, Thesis, Faculty of Psychology Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang, 2018. Advisor: Dr. Iin Tri Rahayu, M. Si. Psi. Key Words:Self Control, Conformity, Juvenile Delinquency Juvenile delinquency is based on self-control and conformity. The purpose of this study is to know: 1) the relationship between self-control with juvenile delinquency, 2) the relationship between conformity with juvenile delinquency, 3) the relationship between self-control and conformity with juvenile delinquency. The purpose of this research is (1) to know the existence of relationship between self-control with juvenile delinquency (2) to know the existence of relationship between conformity with juvenile delinquency (3) to know the existence of relationship between self-control and conformity with juvenile delinquency. This research uses a quantitative approach. Where X1 is self-control, X2 conformity, and Y is juvenile delinquency. This research was conducted at SunanSyarifHidayatullah Islamic Junior High School KejayanPasuruan and population amounted to 76 students with saturated sampling technique (census) means that all population was taken as research subject are 76 students. Measuring tool used is Likert scale. Analysis technique used is correlation and regression. The results shows that: (1) Self-control with juvenile delinquency has correlation r = -0,623 ( p <0,05), (2) Conformity with juvenile delinquency correlation r = -0,124 ( p <0,05), (3) ) The relationship between self-control and conformity with juvenile delinquency on MTS students SunanSyarifHidayatullahKejayanPasuruan has R Square = 0,357 means selfcontrol (X1) and conformity (X2) has 36% influence with juvenile delinquency (Y) on students of SunanSyarifHidayatullah Islamic Junior High School, and the significance of the relationship between self-control and conformity with juvenile delinquency of r = 0,000 ( p <0.05) indicates a significant influence, meaning that self-control and conformity changes will significantly affect juvenile delinquency.. xvi.

(17) ‫ملخصالبحث‬. ‫العٌنً قرة‪ ،02004431 ،‬ضبط النفس وعالقة المطابقة مع جنوح األحداث فً المدارس الدٌنٌة‬ ‫الطالبالمتوسطةسنن شرٌف هداٌة اللهكجاٌانباسوروانالرسالة‪،‬كلٌةعلم النفس بجامعةاإلسالم موالنا مالك إبراهٌم‬ ‫ماالنج‪8102 ،‬المشرف‪:‬إٌن تري راهاٌو‬. ‫الكلمات الرئيسية‪ :‬ضبط النفس‪ ،‬المطابقة‪ ،‬جنوح األحداث‬. ‫وكان الغرض من هذه الدراسة هو تحدٌد ما ٌلً‪ )0 :‬العالقة بٌن ‪.‬وٌستند جنوح األحداث إلى ضبط النفس والمطابقة‬ ‫ضبط النفس لجنوح األحداث‪ )3 ،‬العالقة بٌن ٌتفق مع جنوح األحداث‪ )2 ،‬العالقة بٌن ضبط النفس وفقا للجنوح‬ ‫وكان الغرض من هذه الدراسة (‪ )0‬لتحدٌد ما إذا كانت هناك عالقة بٌن ضبط النفس مع جنوح األحداث ‪.‬األحداث‬ ‫(‪ )3‬لتحدٌد ما إذا كانت هناك عالقة بٌن ٌتفق مع جنوح األحداث (‪ )2‬لتحدٌد ما إذا كانت هناك عالقة بٌن ضبط‬ ‫‪.‬النفس وفقا للجنوح األحداث‬ ‫وقد أجرٌت هذه الدراسة ‪.‬هو جنوح األحداث‪3X1‬المطابقة‪ ،‬و‪X‬هو ضبط النفس‪ٌY ،‬ستخدم البحث المنهج الكمً‪ ،‬حٌث‬ ‫فً المدارس الدٌنٌةالمتوسطةالسنن شرٌف هداٌة هللا كجاٌان زقاق وٌبلغ عدد سكانها ‪ 17‬طالبا مع تقنٌة أخذ العٌنات‬ ‫أداة القٌاس المستخدمة هو مقٌاس ‪(.‬المشبعة) تعداد ٌعنً أن جمٌع السكان اعتباره موضوع البحث من قبل ‪ 17‬طالبا‬ ‫لٌكٌرتتقنٌة التحلٌل المستخدمة هً االرتباط واالنحدار‬ ‫)‪<0.05) ،(3‬ف ( ‪4‬و‪ = -732‬أظهرت النتائج ما ٌلً‪ )0( :‬السٌطرة على نفسك مع جنوح األحداث لدٌها ارتباط ص‬ ‫العالقة بٌن ضبط النفس وفقا للجنوح ) ‪<0.05) ،(2‬ف (التوافق مع االرتباطات جنوح األحداث ص = ‪42030-‬‬ ‫ساحة = ‪ 422.1‬سٌلة لضبط ‪ R‬األحداث على الطالبالمتوسطة سنن شرٌف هداٌة اللهكجاٌانزقاق ٌحتوي على قٌمة‬ ‫على طالب النظام التجاري المتعدد األطراف سنن )‪ (Y‬له تأثٌر ‪ ٪27‬مع جنوح األحداث )‪ (X2‬والمطابقة )‪ (X1‬النفس‬ ‫)‪<0.05‬شرٌف هداٌة هللا وحصل أٌضا على أهمٌة العالقة بٌن ضبط النفس وفقا للجنوح ص أظهر = ‪ 42444‬ف)‬ ‫‪..‬تأثٌر كبٌر‪ ،‬وهو ما ٌعنً وضبط النفس وفقا التغٌرات تؤثر بشكل كبٌر على جنوح األحداث‬. ‫‪xvii‬‬.

(18) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sering menjadi sorotan media, banyak surat kabar maupun kabar berita di televisi yang menayangkan berita tentang kenakalan remaja. Seperti contoh yang ada disurat kabar tentang dua siswi MTS ikut pesta miras oplosan, saat penggerebekan ada 12 remaja yang diciduk polisi, dua diantaranya siswi MTS di wilayah Silo. Saat belasan remaja tersebut berpesta miras suara mereka sangat berisik dan warga sangat terganggu dengan perilaku mereka (Jumai, 2017). Bentuk lain dari kenakalan yang dilakukan remaja yaitu banyaknya remaja yang kerap menyimpan gambar atau video porno di telepon seluler mereka. Seperti yang terjadi di Surabaya, lembaga hotline pendidikan berbasis di Jatim mengungkapkan bahwa 90% pelajar menyimpan film atau gambar porno di telepon seluler yang dimilikinya. Fakta ini terungkap dalam survei menunjukkan bahwa 92% pelajar putri pemah melihat gambar dan menonton film pomo di telepon seluler milik mereka sedangkan untuk pelajar putra mencapai 97%. (m.merdeka.com diunduh 28 September 2017). Jensen (dalam Sarwono, 2012) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk antara lain yaitu kenakalan yang menimbulkan cedera fisik pada orang lain seperti perkelahian dan perampokkan, kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, dan pemerasan, kenakalan yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain seperti penyalahgunaan obat,. 1.

(19) 2. hubungan seks bebas, serta kenakalan yang melawan status seperti membolos sekolah (Sarwono, 2012). Salah satu dampak kenakalan remaja dalam pendidikan misalnya membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dll.(Haryanto, 2011). Berikut fenomena yang terjadi pada delapan pelajar SMP dan SMK yang dua diantaranya pelajar putri yang membolos sekolah.Mereka ditangkap Satpol PP sedang bersantai di bawah jembatan sungai Kreo.Dan menurut laporan dari masyarakat sekitar seringkali para pelajar membolos dan bersantai di bawah jembatan tersebut (Prabowo. 2015). Ada juga siswa SMP di Malili yang membolos saat proses belajar mengajar. Bukannya ikut pelajaran siswa ini tengah asyik merokok didepan sebuah bengkel di puncak indah (17/04/2017) dan itu bukan pertama kalinya tempat. tersebut. digunakan. anak-anak. SMP. untuk. membolos. dan. merokok.(Rif/lutimterkini.com diunduh 28 September 2017). Remaja melakukan perbuatan-perbuatan sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan kesenangannya.Apa yang remaja pikirkan adalah berkaitan dengan dirinya sendiri. Remaja tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang lain, karena pikirannya yang hanya mementingkan dirinya sendiri itulah juga remaja sering menganggap bahwa orang lain berpikir hal yang sama dengan mereka. Remaja tidak memandang perbuatan yang dia lakukan baik atau buruk, asalkan sesuai dengan keinginannya.Hartinah juga menambahkan jika remaja gagal dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik.

(20) 3. internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja (Hartinah, 2008). juvenile delinquency sebagai suatu perlakuan jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satubentuk pengabaian sosial, sehingga dapat mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang (Kartono, 2011). Dengan arti lain bahwaperilaku kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan remaja yang bertentangan dengan hukum, agama, norma-norma masyarakat sehingga dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Perilaku menyimpang tersebut berupa pelanggaran terhadap peraturanyang tidak dapat diterima secara sosial (misalnya bersikap berlebihan saat di sekolah) sampai pelanggaran status (seperti melarikan diri) hingga tindak kriminal misalnya pencurian. Menurut Gunarsa (2012) kenakalan remaja dapat di golongkan dalam dua kelompok besar yaitu : 1. Kenakalan yang bersifaat immoral dan asosial dan tidak di atur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukum, 2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku. Kenakalan remaja menurut Santrock (2012) di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal..

(21) 4. Banyak faktor yang menyebabkan kenakalan pada remaja.Menurut Santrock (2003) salah satu penyebab kenakalan pada remaja yaitu kegagalan remaja untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Menurutya beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan mereka telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima.Namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini.Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin sebenarnya mereka sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kemampuan kontrol diri yang memadai. Menurut BaumeisterKontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan keinginan dan dorongan dalam diri sendiri. Tangney dan rekan (2004) menjelaskan bahwa komponen utama dari kontol diri adalah suatu kemampuan untuk mengesampingkan atau mengubah respon di dalam diri seseorang, serta menghilangkan kecenderungan perilaku yang tidak diinginkan dan menahan diri dari suatu tindakan yang dilakukan dengan demikian pengendalian diri secara garis besar melibatkan suatu kemampuan untuk berubah dan beradaptasi yang baik antar diri sendiri dan orang lain (Tangney et al, 2004). Penelitian yang di lakukan Muhammad Islam Sulaiman (2014) tentang hubungan kontrol diri dengan kenakalan pada remaja santri di pondok pesantren Daruttaubah, menunjukkan bahwa secara umum gambaran kontrol diri. berada pada kategori tinggi. Sedangkan gambaran umum kenakalan.

(22) 5. remaja berada pada kategori rendah.Jadi hubungan kontrol diri pada dengan kenakalan remaja di pondok pesantren Daruttaubah Harapan Jaya Bekasi Utara memiliki korelasi yang lemah (Sehingga dianggap tidak ada hubungan). Kenakalan remaja selain dipengaruhi faktor-faktor di atas, juga bisa di pengaruhi oleh konformitas. Dalam Kamus Lengkap Psikologi konformitas (conformity) berarti kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku atau juga bisa diartikan sebagai ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 2009). Sedangkan menurut konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma yang ada. Menurut. Santrock. (1995). mengemukakan. bahwa. konformitas. mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah atau sosial yang akan diikuti, penampilan, bahasa yang digunakan, sikap dan nilai-nilai yang dianut.Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan kemana remaja yang bersangkutan akan dibawa. Apakah teman sebaya tersebut membawa remaja ke hal-hal yang sifatnya positif atau sebaliknya remaja terbawa pada hal-hal negatif yangmenjerumuskan pada kenakalan remaja. Penelitian Hidayati (2016) yang berjudul Hubungan harga diri dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja, menunjukkan hasil hubungan antara konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja sangat.

(23) 6. signifikan dengan tingkat signifikan (0,000) (p < 0,01). Artinya bahwa variabel konformitas teman sebaya berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel kenakalan remaja, dengan koefisien regresi konformitas teman sebaya sebesar 0,714. Hal ini menujukkan bahwa semakin tingi konfomitas teman sebaya, maka tingkat kenakalan remaja juga akan semakin tinggi. Penelitian Saputro dan Triana (2012) yang berjudul hubungan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan pada remaja, menunjukkan hasil analisis dengan korelasi product moment sebesar 0,666 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara konformitas terhadap teman sebaya dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Konformitas teman sebaya dalam hal ini memberikan sumbangan sebesar 44,4% terhadap kecenderungan kenakalan remaja.Disaat remaja gagal dalam menjalin hubungan dengan teman dan lingkungan sosialnya inilah, remaja memandang dirinya negatif. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan remaja melakukan kenakalan. Remaja cenderung berpikir bahwa teman dan lingkungannya tidak menerima keberadaan dia, sehingga menjadikan remaja tersebut berperilaku agresif. Menurut Santrock (dalam Desmita, 2006) kehidupan sosial remaja ditandai dengan gejala meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka.Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berhubungan dengan teman-teman sebaya mereka. Dalam suatu investigasi, ditemukan bahwa anak berhubungan dengan teman sebaya 10% dari waktunya setiap hari pada usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun dan lebih 40% pada usia anatara 7-11 tahun..

(24) 7. Papalia (2009) mengungkapkan usia menjadi hal kuat yang mengikat pada masa remaja. Remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya dan lebih sedikit dengan keluarga. Penelitian ini bermula dari wawancara kepada salah satu guru MTS Sunan Syarif Hidayatullah terkait dengan kondisi sekolah dan memberitahukan masalah kenakalan-kenakalan atau pelanggaran-pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa-siswanya. Padahal sudah diberlakukan tata tertib dan juga poin pelanggaran jika melanggar peraturan, namun siswa-siswi ini masih belum dapat dikontrol (wawancara, G.S, 6 agustus 2017). Setelah dilakukan wawancara dengan guru S, peneliti tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut dikarenakan MTS Sunan Syarif Hidayatullah sendiri adalah sekolah yang berbasis islam, keagamaannya sangat kental, serta mata pelajaran yang mengajarkan tentang agama juga lebih banyak dibandingkan dengan sekolah yang lain seperti Aqidah Akhlak, Fiqih, Qur‟an Hadits, Bahasa Arab, dan SKI (Sejarah kebudayaan Islam) akan tetapi, banyak siswa yang meremehkan mata pelajaran tersebut, karena mereka menganggap itu tidak penting dan sangat membosankan, sehingga mereka sering meninggalkan kelas. Peneliti melakukan pengamatan lebih lanjut pada tanggal 04 september 2017 ke sekolah sekaligus mendatangi guru bimbingan konseling untuk melihat kenakalan-kenakalan apakah yang sering dilakukan oleh siswa-siswa ini dan apakah penyebabnya, dan salah satu guru disana juga menjelaskan bahwasannya siswa banyak melakukan pelanggaran seperti membolos, berpacaran, ambil buah mangga tanpa izin yang punya, terlambat masuk.

(25) 8. sekolah dan tidak mentaati peraturan sekolah yang ada. Adapun kasus-kasus kenakalan yang terjadi di sekolah, menurutnya penyebab yang paling dominan ialah karena faktor pertemanan. Jika dalam satu kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa yang melakukan pelanggaran, maka besar kemungkinan siswa lain dalam kelompok tersebut juga akan melakukan pelanggaran. Misalnya, ketika salah seorang siswa membolos, maka beberapa siswa yang lain juga ikut membolos.. Hal. tersebut. sering. terjadi. di. MTS. Sunan. Syarif. Hidayatullah.Beberapa siswa mengikuti dan meniru perilaku temannya, terutama jika temannya tersebut adalah leader dalam kelompoknya. Selain itu tak jarang juga beberapa siswa melakukan kesepakatan untuk tidak mengerjakan PR. Seringnya hal seperti ini dipelopori hanya oleh 1 atau 2 siswa saja dan kemudian beberapa siswa lainnya ikut-ikutan (Obs, S.A, 04 september 2017) Fakta di atas sesuai dengan teori yangmengemukakanSantrock (1995) bahwakonformitasmempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja seperti pilihanterhadap aktivitas sekolah atau sosial yang akan diikuti, penampilan, bahasa yang digunakan, sikap dan nilai-nilai yang dianut.Teman atau kelompok yang dipilih akan sangat menentukan kemana remaja yang bersangkutan akan dibawa. Apakah teman sebaya tersebut membawa remaja ke hal-hal yang sifatnya positif atau sebaliknya remaja terbawa pada hal-hal negatif yangmenjerumuskan pada kenakalan remaja..

(26) 9. Hasil wawancara selanjutnya kepada salah satu siswa pada tanggal 5 Agustus 2017 mengatakan bahwa ada beberapa siswa pernah melanggar peraturan sekolah. Ia mengatakan : “disini banyak teman-teman yang terlambat masuk kelas mbak, pulang saat jam belum selesai, apalagi kalau sudah tidak ada guru yang masuk kelas, mereka pasti banyak yang keluar kelas mbak, kadang juga tidak balik lagi ke kelas.“ Kalau sudah keluar kelas seperti itu biasanya apa yang mereka lakukan.? “ada yang jajan mbak, kadang ada yang merekok di belakang sekolah, ada juga yang keluar sekolah tapi tidak balik lagi, biasanya mereka langsung pulang”. Apakah semua siswa disini banyak yang sering pulang dulu sebelum waktunya? “Kalau semuanya nggak mbak, tapi ada sich hampir setiap hari dia pulang dulu sebelum waktunya, kita lebih sering terlambat masuk sekolahnya dibanding pulang duluan mbak, masuknya jam 07.00 WIB tapi kita datangnya jam 08.30 WIB ada juga yang datang jam 08.00 WIB mbak”. Kenapa kok gitu.?“Teman-teman juga banyak yang gitu mbak”. Menurutnya, beberapa siswa yang melakukan pelanggaran tersebut ialah karena ajakan teman dan ada juga yang karena ikut-ikutan sehingga mempengaruhi teman yang lainnya.Siswa yang berinisial SM menjelaskan bahwa banyak siswa atau siswi yang berpacaran di ruang kelas setiap jam istirahat, SM juga pernah di ajak masuk ke ruang kelas untuk melihat mereka pacaran, tetapi SM menolak karena itu berlebihan menurutnya. Tetapi SM juga pernah membolos ketika jam pelajaran kosong karena terpengaruh oleh temannya. Tidak hanya itu, SM pernah di ajak merokok di lingkungan sekolah saat jam pelajaran kosong, tetapi SM menolak karena itu perbuatan yang tidak baik menurutnya (wawancara, S.M, 05 september 2017)..

(27) 10. Penjelasan dari SM membuktikan bahwa dia masih bisa mengontrol dirinya untuk tidak melakukan hal negatif. Sama seperti yang di kemukakan oleh Baumeister (dalam Tangney dan rekan :2004) bahwa Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan keinginan dan dorongan dalam diri sendiri. Setelah melakukan wawancara, dapat diketahui bahwasannya siswasiswa ini kebanyakan melakukan kenakalan dikarenakan faktor eksternal yaitu pengaruh dari temannya. Ada beberapa pelanggaran yang biasa mereka lakukan seperti membolos sekolah, berkata kotor, merokok dilingkungan sekolah, berbohong, kurangnya sopan santun terhadap guru maupun teman sebayanya, namun ada juga siswa yang tidak mau mengikuti temannya untuk membolos sekolah karena takut di alpa dan di marahi guru. Berdasarkan permasalahn uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian berjudul “Hubungan Kontrol Diri dan Konformitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan Pasuruan”.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang ada, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat kontrol diri pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan?.

(28) 11. 2. Bagaimana tingkat konformitas pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan? 3. Bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan? 4. Apakah adahubungan kontrol diri dengan kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan.? 5. Apakah adahubunganKonformitasdengan kenakalan remaja siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan? 6. Apakah ada hubungan hubungan kontrol diri dan konformitas dengan kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat kontrol diri pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan 2. Mengetahui tingkat konformitas pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan 3. Mengetahui tingkat kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan 4. Mengetahui hubungan kontrol diri dengan kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan..

(29) 12. 5. Mengetahui hubunganKonformitasdengan kenakalan remaja siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan. 6. Mengetahui hubungan Kontrol diri dan Konformitas dengan kenakalan remaja pada siswa MTS Sunan Syarif Hidayatullah Kejayan.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis Dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang hubungan kontrol. diri. dan. konformitas. terhadap. kenakalan. remaja. dengan. membandingkan kenyataan yang ada di lapangan dengan teori yang ada sehingga dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang akan mengambil tema yang sama. 2. Manfaat Secara Praktis Hasil penelitian dapat menjadi masukan, informasi dan saran bagi pihak sekolah baik itu guru, wali kelas, maupun orang tua dalam mendidik siswa untuk mencegah kenakalan remaja yang di akibatkan oleh kontrol diri dan konformitas..

(30) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Juvenile berasal dari bahasa Latin “juvenillis”, yang berarti anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.Delinquent berasal dari kata Latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pembuat ribut, pelanggar aturan, pengacau, penteror, tidak dapatdiperbaiki lagi, dan lain-lain. Juvenil deliquency atau kenakalan remaja ialah perilaku jahat atau dursila, atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang (Kartono, 2011). Santrock (2002) mengatakan istilah kenakalan remaja (juvenile delinquency) merupakan perilaku luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindak kriminal.Perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial seperti berlaku berlebihan di sekolah, melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti melarikan diri dari rumah hingga melakukan tindakan kriminal seperti mencuri dan sebagainya.Pelanggaran-pelanggaran dibagi menjadi dua yakni pelanggaran indeks (index offenses) dan pelanggaran status (status offense).. 13.

(31) 14. Index offense merupakan tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja maupun orang dewasa.Tindakan-tindakan tersebut diantaranya adalah perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan. Sedangkan status offense adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius dan biasanya dilakukan oleh anak muda dibawah usia tertentu. Pelanggaran ini disebut sebagai pelanggaran remaja, pelanggaran-pelanggaran tersebut seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, minum-minuman keras yang melanggar ketentuan usia, pelacuran, dan ketidakmampuan mengendalikan diri (Santrock, 2002). Berikut ini dikemukakan beberapa definisi kenakalan remaja menurut para ahli. Menurut Hartinah (2008) kenakalan merupakan perilaku berupa penyimpangan maupun pelanggaran pada norma yang berlaku. Dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum namun belum dapat dikenai hukum pidana dikarenakan usianya. Perilaku menyimpang pada remaja ini dikarenakan karena kurangnya kontrol diri pada diri remaja terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang pada akhirnya remaja melakukan perilaku kejahatan maupun agresi karena dia menganggap bahwa apa yang dia lakukan akan mendapat “nilai lebih” oleh kelompok remaja tersebut. Hartinah (2008) menambahkan bahwa saat remaja gagal dalam melakukan tugas perkembangan termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya akan menimbulkan konflik antar individu maupun kelompok yang akhirnya mengarah pada kenakalan remaja. Sarwono (2012) mengatakan jika remaja terlalu mengikuti emosinya dan kurang mampu untuk.

(32) 15. mengarahkan emosinya secara positif maka ia akan mudah terperangkap ke jalan yang salah dan akhirnya terlibat dalam kenakalan remaja. Pendapat lain dikemukakan oleh Willis (2008) bahwa penyebab kenakalan remaja dikarenakan mereka gagal dalam mendapat penghargaan. Kebanyakan orang dewasa menganggap mereka sebagai anak-anak dan belum mampu menjalankan peran dan tanggung jawab seperti orang dewasa, namun disisi lain mereka tidak ingin disebut sebagai anak-anak. Karena orang dewasa tidak memberi peran dan tanggung jawab kepada mereka, maka remaja menganggap hal tersebut sebagai kurangnya penghargaan terhadap mereka. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah suatu perilaku menyimpang atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja diluar batas norma, nilai, sosial, dan kebudayaan yang ada di dalam masyarakat dan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai dengan hukum pidana sehubungan dengan usianya. Kenakalan remaja banyak dilakukan oleh para remaja antara usia 12-18 tahun yang belum menikah. Kebanyakan remaja ini melakukan suatu tindakan yang telah melewati batas norma dan hukum yang telah ditetapkan di masyarakat. Kenakalan banyak dilakukan oleh remaja karena ketidakmatangan emosinya, sehingga remaja sangat rentan terpengaruh oleh orang lain..

(33) 16. 2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja Hartinah (2008) mengatakan bahwa kenakalan remaja berlangsung pada kontak antar personal maupun sosio kultural.Karena itu perilaku menyimpang ini dapat bersifai fisiologis maupun psikologis baik antar personal maupun kultural. Kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat, yaitu: a. Delinquency Individual Perilaku. menyimpang. yang. disebabkan. oleh. kecenderungan. penyimpangan tingkah laku psikopat, neourotis dan juga anti sosial.Perilaku ini dapat diperkuat dengan adanya stimuli sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat maupun kondisi kultural yang tidak menguntungkan.Perilaku ini muncul dikarenakan adanya konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis. b. Delinquency Situasional Perilaku. menyimpang. yang. dipengaruhi. oleh. situasi. lingkungan.Perilaku pada tipe ini umumnya dilakukan oleh anak-anak dikarenakan pengaruh maupun tekanan lingkungan teman sebaya yang memberikan pengaruh yang bersifat menekan dan memaksa terutama dari kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsur internal yang berupa pikiran sehat, perasaan dan hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delinkuen situasional..

(34) 17. c. Delinquency Sistematik Perilaku menyimpang pada tipe ini merupakan penyimpangan yang disistematisir.Penyimpangan pada tipe ini biasanya dilakukan oleh remaja yang terbentuk pada suatu organisasi yang berperilaku seragam.Dorongan perilaku menyimpang pada kelompok remaja ini biasanya dilakukan saat remaja dalam kondisi tidak sadar dikarenakan kurangnya pengawasan kontrol diri maupun kontrol sosial. d. Delinquency Komulatif Penyimpangan pada tipe ini merupakan hasil dari konflik budaya. Perilaku menyimpang ini memiliki ciri-ciri: 1) Kegelisahan batin maupun keresahan yang ada pada diri remaja yang akhirnya disalurkan tindakan negatif dan perilaku agresif yang tidak terkendali. 2) Pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Pelanggaran norma sosial dan hukum untuk menemukan identitas diri. 3) Banyak penyimpangan seksual yang disebabkan oleh penundaan usia perkawinan, selain itu sulitnya lapangan pekerjaan ataupun sebab-sebab yang lain. 4) Banyak tindakan ekstrim yang dilakukan oleh kelompok remaja untuk memenuhi kebutuhan dengan cara menggunakan kekerasan, penculikan dan.

(35) 18. sebagainya. Yang akhirnya mengganggu dan merugikan masyarakat (Hartinah, 2008). Jensen membagi kenakalan remaja menjadi 4 jenis: a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain, seperti: pelacuran, penyalahgunaan obat. d. Kenakalan yang melawan status, seperti: mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya (Jensen dalam Sarwono, 2012) Gunarsa (2012) menggolongkan kenakalan remaja menjadi dua kelompok yang berkaitandengan norma hukum, yaitu: a. Kenakalan bersifat amoral dan juga asosial yang tidak diatur dalam undangundang sehingga tidak digolongkan sebagai pelanggaran terhadap hukum. Gejala-gejala kenakalan yang bersifat amoral dan asosial diantaranya seperti: 1) Berbohong, yakni memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menutupi kesalahan..

(36) 19. 2) Membolos, seperti pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan oleh pihak sekolah. 3) Kabur dari rumah tanpa izin orang tua. 4) Keluyuran sendiri maupun berkelompok tanpa memiliki tujuan. 5) Memiliki. ataupun. membawa. benda. berbahaya. yang. dapat. membahayakan orang lain, misalnya pisau, pistol, pisau silet dan sebagainya. 6) Bergaul dengan teman yang memiliki pengaruh buruk, sehingga mudah terpengaruh dan terjerat perkara kriminal. 7) Berpesta semalam tanpa pengawasan dari orang tua atau orang dewasa lainnya, yang akhirnya mudah menimbulkan tindakan yang kurang bertanggung jawab (amoral dan asosial). 8) Membaca buku yang tidak pantas dan juga melontarkan kata-kata yang kurang sopan, sehingga menggambarkan kurangnya perhatian dan juga pendidikan dari orang dewasa. 9) Makan di rumah makan secara berkelompok dan tidak membayarnya. 10) Melacurkan diri baik karena faktor ekonomi maupun tujuan hidup lainnya. 11) Berpakaian yang tidak pantas dan meminum minuman keras maupun menggunakan narkoba sehingga dapat merusak dirinya maupun orang lain..

(37) 20. b. Kenakalan bersifat melanggar hukum, yaitu penyelesaiannya sesuai dengan undang-undang dan juga hukum yang berlaku sesuai. Kejahatan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Perjudian. 2) Pencurian, pencopetan, penjambretan dan perampasan. 3) Menggelapkan barang. 4) Melakukan penipuan dan juga pemalsuan. 5) Pelanggaran tata susila seperti menjual gambar dan film porno maupun melakukan pemerkosaan. 6) Memalsukan uang dan surat-surat resmi. 7) Melakukan tindakan anti sosial yang dapat merugikan orang lain. 8) Pembunuhan. 9) Menggugurkan kandungan. 10) Melakukan penganiayaan pada orang lain yang dapat mengakibatkan kematian orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat tokoh dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja diantaranya adalah penyalahgunaan obat, penyalahgunaan seks, kekerasan, perkelahian, membolos, berbohong, kabur, menyimpan benda berbahaya, berkata kotor, membantah perintah orang tua, memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi kesalahan, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah, kabur (meninggalkan rumah tanpa ijin orang tua atau menentang keinginan orang tua), keluyuran (pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan dan.

(38) 21. mudah menimbulkan perbuatan iseng yang negatif), bergaul dengan teman yang memiliki pengaruh buruk, berpakaian tidak pantas dan lain-lain. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja Kenakalan remaja di pengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Santrock (2012) faktor-faktor yang memepengaruhi kenakalan remaja yaitu: a. Identitas Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson, masa remaja ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja: (1)terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan (2)tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkanmotivasi, nilainilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja. b. Kontrol diri Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang.

(39) 22. melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini.Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapatditerima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. c. Usia Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan. d. Jenis Kelamin Remaja laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.Menurut catatan kepolisian Kartono (2002) pada umumnya jumlah remaja laki- laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat daripada gang remaja perempuan. e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai- nilai di sekolah Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah.Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga.

(40) 23. biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah.Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. f. Proses keluarga Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. g. Pengaruh orang tua Remaja yang mengalami kenakalan seringkali berasal dari keluarga dimana orang tua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan. Perselisihan dalam orang tua atau stress yang dialami orang tua juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja. h. Pengaruh teman sebaya Memiliki. teman-teman. sebaya. yang melakukan kenakalan. meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan. remaja.Masyarakat. dengan. tingkat. kriminalitas. tinggi.

(41) 24. memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka.Masyarakat seperti ini sering ditandaidengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Santrock (2012) menambahkan bahwa beberapa prediktor kenakalan meliputi identitas (identitas negatif), pegendalian diri (derajat rendah), usia (telah mucul pada usia dini), jenis kelamin (laki-laki), harapan-harapan bagi pendidikan (harapan-harapan yang rendah, komitmen yang rendah), nilai rapor sekolah (prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal), pengaruh teman sebaya (pengaruh berat, tidak mampu menolak), status sosio ekonomi (rendah), peran orang tua (kurangnya pemantauan, dukungan yang rendah, dan disiplin yang tidak efektif), dan kualitas lingkungan (perkotaan, tingginya kejahatan, tingginya mobilitas). Menurut Hartinah (2008) ciri individu yang memiliki identitas diri yakni individu tersebut memiliki karakteristik seperti: a) konsep diri (self concept), b) evaluasi diri (self-evaluation), c) harga diri (self esteem), d) efikasi diri (self-efficacy), e) percaya diri (self confidence), f) tanggung jawab (responsibility),. g). komitmen. pribadi. (commitment),. h). ketekunan. (endurance), i) kemandirian (independence). Hartinah (2008) mengatakan bahwa kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan konflik-konflik internal.

(42) 25. maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja. Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini, akan menentukan perkembangan kepribadiannya. Selanjutnya Hartinah (2008) menambahkan jika seorang individu mampu menjalani dengan baik, maka timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga dan optimis mengahadapi masa depannya. Sebaliknya mereka yang gagal akan merasakan bahwa dirinya adalah orang yang tidak mampu, gagal, kecewa, putus asa, ragu-ragu, rendah diri, pesimis menghadapi masa depannya. Banyaknya faktor yang menyebabkan tingkah laku kenakalan remaja maka dapat dikelompokkan berdasarkan tempat atau sumber kenakalan remaja, antara lain: a) Faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri, yaitu lemahnya pertahanan diri, kurangnya kemampuan penyesuaian diri, dan kurangnya dasar- dasar keimanan remaja. b) Faktor-faktor di lingkungan rumah tangga, yaitu remaja kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua, lemahnya keadaan ekonomi orang tua, kehidupan keluarga yang tidak harmonis. c) Faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat, yaitu kurangnya pelaksanaan pelajaran agama-agama konsekuen. d) Faktor yang berasal dari lingkungan sekolah, yaitu faktor guru, fasilitas sekolah, pendidikan..

(43) 26. Selain itu faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kenakalan remaja (Yusuf, 2012) antara lain kelalaian orang tua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai- nilai agama), perselisihan atau konflik orang tua, perceraian orang tua, sikap orangtua yang buruk terhadap anak, kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit (miskin), penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol, diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas,hidup menganggur, kehidupan moralitas masyarakat bobrok., beredarnya film-film porno, pergaulan negative (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai- nilai moral. Dalam Jensen (1985) yang dikutip oleh Sarwono (2012) banyak sekali faktor yang mneyebabkan kenakalan remaja, antara lain: a). Rational Choice: teori ini megutamakan faktor individu daripada faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan, interes, motivasi, dan kemauan sendiri. Misalnya kenakalan remaja yang dianggap sebagai kurang iman sehingga anak dikirim ke pesantren kilat atau dimasukkan ke sekolah agama.. b). Social. disorganization:. kaum. positivis. pada. umumnya. lebih. mengutamakan faktor budaya. Penyebab kenakalan remaja adalah berkurangnya atau menghilangkan pranata-pranata masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan. Orang tua yang sibuk dan guru yang kelebihan beban merupakan penyebab dari berkurangnya fungsi keluarga dan sekolah sebagai pranata kontrol..

(44) 27. c). Strain : teori ini dikemukakan oleh Merton yang intinya adalah bahwa tekanan. yang. besar. dalam. masyarakat,. misalnya. kemiskinan. menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih jalan rebellion melakukan kejahatan atau kenakalan remaja. d). Differential association: menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan. Anak-anak nakal karena bergaulnya dengan anakanak nakal juga. Berdasarkan beberapa pendapat tokoh diatas, kesimpulannya adalah. remaja melakukan kenakalan karena beberapa faktor diantaranya: a) faktor dari dalam diri, b) faktor dari keluarga, c) faktor dari lingkungan masyarakat, d) faktor dari sekolah, e) usia, f) jenis kelamin, dan g) teman sebaya. 4. Kenakalan Remaja dalam Islam Perilaku menyimpang bisa menyimpang dari norma hukum, norma agama dan norma yang dianut masyarakat atau dalam istilah psikologi disebut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Allah telah berfirman dalam Al- Quran yang menunjukkan perilaku nakal yang sering dilakukan oleh remaja diantaranya : a. Ayat yang menerangkan tentang perbuatan atau kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, pemerkosaan, pengananiayaan..

(45) 28. Artinya: "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)" (QS. An-Naml: 29).. Artinya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (Q.S An-Nisa: 93). b. Ayat yang menunjukkan tentang perbuatan-perbuatan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencopetan, pemerasan, pencurian,dll.. Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Maaidah: 38). c. Ayat yang menunjukkan tentang perbuatan- perbuatan yang menimbulkan korban di pihak orang lain seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks..

(46) 29. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”(QS. Al-Maaidah: 90). d. Ayat yang menunjukkan tentang perbuatan yang melawan status seperti mengingkari status anak sebagai pelajar yang membolos, minggat dari rumah, dll.. Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan „ah‟ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-Israa‟ : 23). Jadi dapat diambil kesimpulan yaitu bahwasanya perbuatan yang melanggar norma-norma yang ada dalam masyakat dan norma agama,.

(47) 30. kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja, perbuatan-perbuatan tersebut sangat di benci oleh Allah. Hal ini juga sudah dijelaskan di dalam Al Quran. B. Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu conform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya (Ghufron & Risnawita, 2011). Menurut Mahoney & Thoresen, kontrol diri merupakan jalinan yang secara utuh yang dilakukan individu terhadap lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat petunjuk situasional, lebih fleksibel, terbuka (Ghufron & Risnawita, 2011). Kontrol diri individu yang menyusun standar bagi kinerjanya dan menghargai atau menghukum dirinya bila berhasil atau tidak berhasil mencapai standar.Kontrol eksternal orang lainnya yang menyusun standard dan memberi ganjaran atau hukuman (Ghufron & Risnawita, 2011)..

(48) 31. Skinner menyatakan bahwa kontrol diri merupakan tindakan diri dalam mengontrol variabel-variabel yang menentukan tingkah laku. Dan tingkah laku dapat dikontrol melalui berbagai cara yaitu menghindar, penjenuhan, stimuli yang tidak disukai, dan memperkuat diri (Alwisol, 2009). Self-control merupakan fungsi utama dari diri dan kunci penting untuk kesuksesan dalam hidup. Dalam penelitian ditunjukan bahwa self-control yang tinggi juga memiliki keterkaitan dengan penyesuaian diri yang lebih baik (diantaranya berkurangnya psikopatologi, dan meningkatnya self-esteem), berkontribusi terhadap keberhasilan dibidang akademis, mengurangi makan yang berlebihan dan mengurangi penyalahgunaan alkohol, memiliki hubungan yang lebih baik dan memiliki keterampilan interpersonal yang baik (Tangney,baumeister, & Boone, 2004). Berdasarkan penjelasan di atas, maka disimupulkan bahwa kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku.Pengendalian tingkah. laku. pertimbangan. mengandung terlebih. makna,. dahulu. yaitu. sebelum. melakukan. memutuskan. pertimbangansesuatu. untuk. bertindak.Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku. 2. Aspek–Aspek Kontrol Diri Averill (dalam Ghufron & Risnawita, 2011) menyebutkan kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan mengontrol keputusan..

(49) 32. a. Kontrol perilaku Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.Kemampuan mengontrol perilaku ini dirinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan dan kemampuan memodifikasi stimulus.Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan. kemampuan. individu. untuk. menentukan. siapa. yang. mengendalikan situasi atau keadaan.Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan situasi stimulus yang tidak dikehendaki.(Ghufron & Risnawita, 2011). b. Kontrol kognitif Kontrol. kognitif. merupakan. kemampuan. individu. dalam. mengelolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi, dan melakukan penilaian.(Ghufron & Risnawita, 2011). c. Mengontrol keputusan Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan..

(50) 33. Menurut Block dan Block ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan appropriate control.Over control merupakan kontrol diri yang dilakakan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan. impulsivitas. dengan. bebas. tanpa. perhitungan. yang. masak.Sementara appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat (Ghufron & Risnawita, 2011). Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), terdapat 5 aspek self-control yang dapat diukur, yaitu: a) Self-Discipline Menilai tentang kedisiplinan diri dalam individu saat melakukan suatu.Hal ini berarti individu memfokuskan dalam tugas.Individu yang memiliki self-discipline mampu menahan dirinya dari hal-hal lain yang dapat mengganggukonsentrasinya.Contoh dari aspek self-discipline yaitu “besuk pagi saya harus mengirimkan tugas matematika kepada guru liwat email dan malam ini saya ingin jalanjalan bersama teman”. Respon jika seseorang itu memiliki selfdiscipline tinggi yaitu saya akan menyelesaikan tugas dengan maksimal karena jalan- jalan bisa lain waktu. Sedangkan respon jika seseorang itu memiliki self- discipline yang rendah yaitu saya akan meninggalkan tugas dan lebih memilih untuk jalan-jalan..

(51) 34. b) Deliberate/Non-Impulsive Menilai kecenderungan individu dalam melakukan suatu tindakan yang impulsive dengan pertimbangan yang baik, bersifat hatihati, dan tidak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan atau bertindak. Ketika individu sedang bekerja, ia cenderung tidak mudah teralihkan. Contoh dari aspek deliberate/non-impulsive yaitu “pada mata pelajaran matematika, guru meminta para siswa untuk mengerjakan tugas latihan di papan tulis yang diberikan minggu lalu. Respon jika seseorang itu memiliki deliberate/non-impulsive tinggi yaitu saya akan langsung mengajukan diri karena malam sebelumnya saya sudah mengerjakannya. Sedangkan respon seseorang jika memiliki deliberate/non-impulsive yang rendah yaitu saya akan membiarkan. teman. saya. untuk. maju. mengerjakan. tugas. matematikanya. c) Healthy habits Mengatur tentang kebiasaan atau pola hidup sehat bagi individu. Individu cenderung dengan healthy habits akan mampu menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meskipun hal tersebut menyenangkan bagi dirinya. Contoh dari aspek healthy habits yaitu “malam nanti, saya diundang oleh teman saya untuk merayakan ulang tahunnya di diskotik”. Respon jika seseorang itu memiliki healthy habits yang tinggi yaitu saya akan menyarankan teman saya untuk merayakan ulang tahunnya di rumah saja dan sore.

(52) 35. hari. Sedangkan jika seseorang itu memiliki healthy habits yang rendah yaitu saya akan menerima ajakan teman saya dengan senang hati. d) Work Ethic Menilai tentang regulasi diri dari etika individu dalam melakukan suatu aktivitas sehari-hari. Individu yang memili work ethics akan mampu menyelesaikan tugasnya tanpa dipengaruhi hal-hal yang ada diluar tugasnya. Individu dengan work ethic mampu memberikan perhatiannya pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Contoh dari aspek work ethic yaitu “ hari ini guru mata pelajaran matematika tidak bisa hadir dan memberikan tugas logaritma yang harus dikumpulkan hari itu juga”. Respon jika seseorang itu memiliki work ethic yang tinggi yaitu saya akan segera mengerjakan tugas logaritma tersebut dengan maksimal. Sedangkan respon seseorang yang memiliki work ethic yang rendah yaitu saya akan mengerjakan tugas logaritma dengan sederhana dan sambil ngobrol dengan teman. e) Reliability Menilai kemampuan di dalam individu sendiri dalam pelaksanaan rencana jangka panjang dalam pencapaian tertentu. Individu. secara. konsisten. akan. mengatur. perilakunya. untuk. mewujudkan perilakunya, contoh dari aspek reliability yaitu “ saya setiap hari senin sampai jumat saya mengikuti les di primagama untuk persiapan UNAS”. Respon jika seseorang memiliki reliability yang.

(53) 36. tinggi yaitu saya emngikuti les sesuai jadwalnya dan membaca bahanbahan yang akan diajarkan. Sedangkan respon seseorang yang memiliki reliability rendah yaitu saya akan mengikuti les jika saya ingin begitu saja. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan untuk mengukur kontrol diri biasanya digunakan aspek-aspek antara lain kedisiplinan diri, tindakan atau aksi yang tidak impulsive, pola hidup sehat, etika kerja, reliability. 3. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri Secara garis besar (dalam Ghufron & Risnawati, 2011) faktor- faktor yang mempengaruhi kontrol diri terdiri dari faktor internal (dari diri individu) dan faktor eksternal (lingkungan indivdiu). a. Faktor internal Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang. b. Faktor eksternal Faktor. eksternal. diantaranya. yaitu. lingkungan. keluarga.Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Oleh karena itu, bila orangtua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orangtua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka siap.

(54) 37. kekonsistensian ini akan diinternalisasi anak. Kemudian akan menjadi kontrol diri baginya (Ghufron & Risnawati, 2011). Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa faktor kontrol diri dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang. Sedangkan yang faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga terutama orangtua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang 4. Kontrol Diri dalam Islam Chalhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Menurut Mahoney & Thoresen, kontrol diri merupakan jalinan yang secara utuh yang dilakukan individu terhadap lingkungannya. Individu dengan kontrol diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat petunjuk situasional, lebih fleksibel, terbuka (Nur Ghufron & Rini Risnawita, 2011). Selain itu kontrol diri juga di jelaskan di dalam Al-Qur‟an.Berikut ini ayat yang menerangkan tentang kontrol diri..

(55) 38. Artinya : “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali „Imran: 133-134). Jadi dapat disimpulkan bahwasanya kontrol diri dalam Islam sangat dianjurkan bagi setiap muslim dalam kehidupan sehari-hari. Mereka diwajibkan untuk menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Orang yang dapat menahan amarahnya (kontrol diri yang baik ) yakni orang yang mampu menahan amarah ketika amarahnya bergejolak dan mengendalikan tingkah lakunya sebelum bertindak. Selain itu kontrol diri merupakan perilaku yang lahir secara harfiah pada diri seseorang. C. KONFORMITAS 1. Pengertian Konformitas Kamus Lengkap Psikologi mengartikan konformitas (conformity) ialah kecenderungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang.

(56) 39. dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku atau juga bisa diartikan sebagai ciri pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 2009). Sedangkan Sears (2009)menjelaskan bahwa konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Myers (2012) menjelaskan bahwa konformitas (conformity) adalah perubahan perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan orang lain. Konformitas tidak hanya bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi berarti dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak. Konformitas adalah bertindak atau berpikir secara berbeda dari tindakan dan pikiran yang biasa dilakukan diri sendiri. Menurut Baron & Byrne (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah perilaku atau keyakinan individu yang diubah disebabkan ingin menyesuaikan dan menyamakan diri dengan lingkungan sosialnya, dengan tujuan diterima..

(57) 40. 2. Aspek-Aspek Konformitas Aspek konformitas menurut pendapat Sears (1985) ialah ditandai dengan sebagai berikut: a. Kekompakan Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok.Eratnya hubungan seseorang dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut. Kekompakan tersebut dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Penyesuaian Diri. Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat dengan anggota kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakui kita, dan semakin menyakitkan bila mereka mencela kita. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan semakin besar bila kita mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota sebuah kelompok tertentu..

(58) 41. 2) Perhatian terhadap kelompok. Peningkatan konformitas terjadi karena anggota enggan disebut sebagai orang yang menyimpang.Seperti yang telah kita ketahui, penyimpangan menimbulkan resiko ditolak.Orang terlalu sering menyimpang saat-saat yang paenting diperlukan, tidak menyenangkan, dan bahkan bisa dikeluarkan dari kelompok.Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya terhadap penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok. b. Kesepakatan Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga seseorang harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Kesepakatan tersebut dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Kepercayaan. Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang sudah tidak.

(59) 42. mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan. 2) Persamaan Pendapat Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya. kesepakatan. kelompok.. Jadi. dengan. persamaanpendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi. 3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok. Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain dia akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang baik dalam pandangan sendiri maupun dalam pandangan orang lain. Bila orang lain juga mempunyai pendapat yang berbeda, dia tidak akan dianggap menyimpang dan tidak akan dikucilkan. Jadi kesimpulan bahwa orang yang menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan merupakan aspek penting dalam melakukan konformitas..

(60) 43. c. Ketaatan. Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada seseorang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Ketaatan tersebut dapat dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Tekanan karena Ganjaran, Ancaman, atau hukuman Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melaluiganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar. Semua itu merupakan insentif pokok untuk mengubah perilaku seseorang. 2) Harapan Orang Lain. Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang lain tersebut mengharapkannya. Dan ini akan mudah dilihat bila permintaan diajukan secara langsung. Harapanharapan orang lain dapat menimbulkan ketaatan, bahkan meskipun harapan itu bersifat implisit. Salah satu cara untuk memaksimalkan ketaatan adalah dengan menempatakan individu dalam situasi yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa.

Referensi

Dokumen terkait

Citra merek yang baik akan mengubah konsep pemikiran konsumen tentang produk perusahaan karena dapat membuat konsumen merasakan merek yang akan digunakan memiliki

Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas XI pada Materi Kesetimbangan Kimia Berdasarkan Tingkatan Sekolah .... Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas XI pada Materi

The body types of senior and junior elite female triathletes differed in muscle mass, sum. of skinfolds and the percentage of adipose mass in relation to total

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan alat bantu pembelajaran kain persegi (25 cm X 25 cm) dan matras yang diposisikan berdiri dapat meningkatkan hasil

artinya formula snack bar yang dihasilkan mempengaruhi kadar serat pangan tidak larut air. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata kadar

a) Bersikap independen dan menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict

(1) Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah, dipimpin oleh seorang kepala dinas, yang berada di bawah dan bertanggung jawab

Bagaimana profil sel darah merah (SDM), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), indeks eritrosit yang terdiri dari Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular