• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan sejak 1 minggu sesudah tanam (MST) hingga 12 MST. Perlakuan tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 1-2 MST (Tabel 1). Perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3 -12 MST. Pada minggu pertama dan minggu kedua belum menunjukkan pengaruh nyata karena tanaman belum terkena cekaman kekeringan. Hal ini disebabkan karena pada minggu pertama tanam, penyiraman dilakukan hingga kapasitas lapang sehingga media tanam masih cukup mengikat air hingga minggu kedua. Pada minggu tanam kedua, tanaman diberikan penyiraman sesuai dengan perlakuan.

Tabel 2. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman F hitung Pr > F KK

1 MST 0.29 tn 0.83 tn 7.81 2 MST 1.64 tn 0.28 tn 5.41 3 MST 12.07 ** 0.0059 ** 3.59 4 MST 48.19 ** 0.0001 ** 2.87 5 MST 107.78 ** < 0.0001 ** 3.46 6 MST 246.70 ** < 0.0001 ** 2.87 7 MST 101.34 ** < 0.0001 ** 4.35 8 MST 80.14 ** < 0.0001 ** 4.73 9 MST 51.31 ** 0.0001 ** 5.98 10 MST 45.20 ** 0.0002 ** 6.12 11 MST 42.83 ** 0.0002 ** 5.84 12 MST 57.43 ** < 0.0001 ** 4.69

Keterangan: (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan

(tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan

Perlakuan volume irigasi 2.0 Eo menghasilkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan volume irigasi 0.5 Eo mulai 3 MST sampai 12 MST, tetapi tinggi tanaman pada perlakuan 2.0 Eo tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada volume irigasi 1.5 Eo (Gambar 1). Perlakuan berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 3 – 12 MST namun tidak berpengaruh pada 1-2 MST menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman pada dua minggu pertama berbeda dengan minggu berikutnya.

Gambar 1. Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi

Menurut Ertek et al. (2006), secara umum semakin banyak jumlah air yang diberikan ke tanaman maka tanaman akan semakin tinggi. Penelitian Gadisa dan Chemeda (2009) juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman bertambah secara signifikan seiring bertambahnya level irigasi. Tinggi tanaman yang terbentuk pada setiap minggu pengamatan berbeda antar perlakuan menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman setiap minggu berbeda-beda sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman tersebut. Perlakuan irigasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 3-12 MST. Tinggi tanaman pada saat 6 MST berbeda antar setiap perlakuan (Gambar 2).

Gambar 2. Keragaaan Tanaman pada 6 MST

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 T ing g i T an am an Umur Tanaman (MST) 0.5 Eo 1.0 Eo 1.5 Eo 2.0 Eo 0.5 Eo 1.0 Eo 1.5 Eo 2.0 Eo

Jumlah Cabang

Perlakuan volume irigasi belum berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang saat 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan 4 MST. Tanaman cabai belum mengeluarkan cabang pada saat 1 MST dan 2 MST. Jumlah cabang merupakan faktor penting yang harus diamati pada tanaman cabai karena bunga akan keluar dari setiap percabangan. Proses berikutnya bunga akan berkembang menjadi buah. Buah merupakan bagian yang bernilai komersil pada tanaman cabai. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang dimulai dari 5 MST hingga 12 MST. Tabel 3. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Jumlah

Cabang

Jumlah Cabang F hitung Pr > F KK

1 MST 0 0 - 2 MST 0 0 - 3 MST 3.69 tn 0.08 tn 18.1 4 MST 3.55 tn 0.08 tn 17.5 5 MST 34.91 ** 0.0003 ** 17.34 6 MST 48.12 ** 0.0001 ** 17.70 7 MST 163.90 ** <.0001 ** 9.30 8 MST 183.95 ** <.0001 ** 8.82 9 MST 310.22 ** <.0001 ** 7.26 10 MST 37.83 ** 0.0003 ** 21.09 11 MST 589.14 ** <.0001 ** 4.96 12 MST 168.95** <.0001 ** 8.39

Keterangan: (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan

(tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan

KK (3 MST dan 4 MST) : hasil transformasi

Tidak ada cabang yang terbentuk pada 1 MST dan 2 MST. Jumlah cabang pada perlakuan 0.5 Eo, 1.0 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo tidak berbeda nyata pada pengamatan 3 MST dan 4 MST (Gambar 3). Jumlah cabang pada 5 MST-12 MST berbeda antar perlakuan. Pada pengamatan 6 MST, jumlah cabang pada perlakuan 0.5 Eo berbeda nyata dengan perlakuan lainnya namun perlakuan 1.5 Eo tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2.0 Eo. Pada akhir pengamatan, 12 MST, jumlah cabang pada perlakuan 0.5 Eo, 1.0 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo saling berbeda nyata. Jumlah cabang berbeda antar perlakuan pada 5 MST - 12 MST sehingga kebutuhan air pohon cabai harus terpenuhi pada rentang waktu tersebut.

1 X

Gambar 3. Jumlah Cabang Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi

Jumlah cabang juga semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah air yang diberikan ke tanaman. Menurut Gadissa dan Chemeda (2009), penelitiannya juga menunjukkan bahwa dengan meningkatnya level irigasi maka terjadi peningkatan jumlah cabang cabai. Hasil penelitian Ertek et al. (2006) juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah cabang seiring bertambahnya volume air irigasi yang diberikan.

Jumlah Daun

Tabel 4. Rekap Analisis Ragam Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Jumlah Daun

Jumlah Daun F hitung Pr> F KK

1 MST 0.24 tn 0.86 tn 7.46 2 MST 2.90 tn 0.12 tn 3.02 3 MST 10.93 ** 0.0075 ** 4.73 4 MST 5.26 * 0.0408 * 14.73 5 MST 15 ** 0.0034 ** 20.11 6 MST 72.67 ** <.0001 ** 13.55 7 MST 186.27 ** <.0001 ** 8.91 8 MST 123.14 ** <.0001 ** 10.85 9 MST 609.23 ** <.0001 ** 4.76 10 MST 305.85 ** <.0001 ** 6.58 11 MST 202.58 ** <.0001 ** 7.58 12 MST 135.94 ** <.0001 ** 9.51

Keterangan: (**) : Berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan

(*) : Berpengaruh nyata terhadap perlakuan

(tn) : Tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan

0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ju m lah C ab an g Umur Tanaman (MST) 0.5 Eo 1.0 Eo 1.5 Eo 2.0 Eo

Perlakuan volume irigasi tidak berpengaruh nyata terhadap pembentukan daun pada 1 MST dan 2 MST (Tabel 5). Pengamatan 1 MST dan 2 MST menunjukkan belum ada perbedaan pada pertumbuhannya karena nilai Eo yang digunakan dianggap masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman Perlakuan volume irigasi berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 3 MST hingga 12 MST. Perlakuan berpengaruh terhadap jumlah daun pada saat 3 MST hingga 12 MST dikarenakan tanaman terkena cekaman kekeringan yang mempengaruhi pembentukan daun.

Jumlah daun pada perlakuan 0.5 Eo, 1 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo pada umur tidak berbeda nyata pada 1 MST dan 2 MST (Gambar 4). Pada saat 6 MST, jumlah daun pada perlakuan 0.5 Eo, 1.0 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo saling berbeda nyata hingga 12 MST. Perlakuan 2.0 Eo memiliki jumlah daun yang nyata lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada saat 6 – 12 MST.

Gambar 4. Jumlah Daun Tanaman Cabai pada Berbagai Volume Irigasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya cekaman kekeringan, pertumbuhan vegetatif tanaman akan terganggu misalnya dengan sedikitnya jumlah daun yang terbentuk. Sulistyono et al. (2005) menyatakan bahwa jumlah daun akan berhubungan dengan banyaknya source yang terbentuk untuk peningkatan potensi fotosintetik tanaman.

0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ju m lah Dau n Umur Tanaman (MST) 0.5 Eo 1.0 Eo 1.5 Eo 2.0 Eo

Bobot Kering Tanaman

Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada bulan pertama, kedua, dan ketiga. Pengamatan bobot kering dilakukan pada beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, dan buah.

Tabel 5. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Bobot Kering Tanaman pada Bulan I

Vo. Irigasi Akar (g) Batang (g) Daun (g) Tanaman (g) Akar/Tajuk

0.5 Eo 0.5 b 1.257 b 1.497 b 3.253 b 0.182 tn 1.0 Eo 0.697 ab 1.673 ab 1.89 ab 4.26 ab 0.201 tn 1.5 Eo 0.843 ab 2.353 a 3.373 a 6.47 a 0.156 tn 2.0 Eo 1.09 a 1.957 ab 2.687 ab 5.733 ab 0.231 tn Tukey (0.05) 0.49 1.02 1.45 2.65 0.0813

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %. Perlakuan 1.5 Eo menghasilkan bobot kering batang, daun, dan bobot kering total terbesar di antara perlakuan lainnya (Tabel 5). Ini menunjukkan bahwa koefisien panci-tanaman untuk fase awal adalah 1.5. Alokasi bobot kering terbesar terjadi pada bagian daun untuk semua perlakuan. Nisbah akar/tajuk pada bulan I belum menunjukkan perbedaan yang nyata antara perlakuan 0.5 Eo, 1.0 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo.

Tabel 6. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Bobot Kering Tanaman pada Bulan II

Vo. Irigasi Akar (g) Batang (g) Daun(g) Tanaman(g) Akar/Tajuk

0.5 Eo 1.38 a 2.463 b 1.257 c 5.15 d 0.376 a 1.0 Eo 1.91 a 5.23 b 4.363 b 12.03 c 0.203 b 1.5 Eo 2.573 a 10.273 a 6.273 ab 19.75 b 0.16 b 2 Eo 2.59 a 12.69 a 8.203 a 24.38 a 0.123 b Tukey (0.05) 2.49 3.44 3.05 4.49 0.1186

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %. Perlakuan 2.0 Eo memiliki bobot kering terbesar untuk akar, batang, daun, dan total pada bulan II (Tabel 6). Ini menunjukkan bahwa koefisien panci-tanaman untuk fase pertengahan adalah 2. Akumulasi bahan kering terbesar terjadi pada bagian batang untuk semua perlakuan. Bobot kering tanaman total setiap

perlakuan saling berbeda nyata. Perlakuan 0.5 Eo memiliki nilai nisbah akar/tajuk nyata lebih tinggi dibandingan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan 0.5 Eo pada nisbah akar/tajuk berbeda nyata dengan perlakuan 1.0 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo.

Tabel 7. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Bobot Kering Tanaman pada

Bulan III

Vo. Irigasi Akar (g) Batang (g) Daun (g) Tanaman (g) Akar/Tajuk

0.5 Eo 1.793 c 3.11 d 1.94 d 7.14 d 0.356 a 1.0 Eo 3.847 cb 7.873 c 4.727 c 17.16 c 0.304 ab 1.5 Eo 5.38 ab 13.343 b 7.893 b 30.257 b 0.252 ab 2 Eo 6.893 a 21.653 a 10.913 a 41.887 a 0.212 b Tukey (0.05) 2.29 2.92 1.74 4.48 0.1647

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %. Perlakuan 2.0 Eo memiliki bobot kering terbesar untuk akar, batang, daun, dan total pada bulan II (Tabel 7). Ini menunjukkan bahwa koefisien panci-tanaman untuk fase akhir adalah 2. Bobot kering akar pada perlakuan 2.0 Eo berbeda nyata dengan bobot kering akar pada perlakuan 0.5 Eo dan 1.0 Eo, tetapi tidak berbeda nyata terhadap bobot kering akar pada perlakuan 1.5 Eo pada bulan III. Bobot kering batang, daun, dan bobot tanaman pada perlakuan 0.5 Eo, 1.0 Eo, 1.5 Eo, dan 2.0 Eo saling berbeda nyata. Nisbah akar/tajuk pada perlakuan 2.0 Eo berbeda nyata terhadap perlakuan 0.5 Eo, tetapi tidak berbeda nyata dengan nisbah akar/tajuk pada perlakuan 1.0 Eo dan 1.5 Eo.

Pada saat terjadi cekaman kekeringan, alokasi karbon ke akar lebih banyak dan menyebabkan perkembangan akar yang lebih baik (Ehlers dan Goss, 2003). Nilai nisbah akar/tajuk pada bulan kedua dan ketiga menunjukkan bahwa perlakuan 0.5 Eo memiliki nisbah yang terbesar. Air irigasi yang diberikan kepada tanaman dengan perlakuan 0.5 Eo lebih sedikit daripada perlakuan lainnya sehingga cekaman kekeringan pada perlakuan 0.5 Eo lebih besar. Hal ini menyebabkan perkembangan akar pada perlakuan 0.5 Eo lebih besar dari pada perlakuan lainnya. Nisbah akar/tajuk belum berbeda nyata pada bulan I karena pada bulan ini belum terjadi cekaman kekeringan.

Nilai nisbah akar/tajuk pada bulan kedua dan ketiga menunjukkan bahwa perlakuan 0.5 Eo memiliki nisbah yang terbesar sejalan dengan penelitian Kulkarni dan Phalke (2009). Penelitian Kulkarni dan Phalke (2009) menunjukkan

bahwa bobot kering akar cabai pada kondisi cekaman kekeringan lebih rendah daripada bobot kering akar cabai pada kondisi tanpa cekaman kekeringan. Bobot kering akar cabai pada kondisi cekaman kekeringan lebih rendah menyebabkan nisbah akar/tajuk pada perlakuan dengan cekaman kekeringan lebih besar dibandingkan dengan nisbah akar/tajuk pada perlakuan tanpa cekaman kekeringan.

Efisiensi Pemakaian Air Irigasi berdasarkan Bobot Kering Tanaman

Bobot biomassa tanaman dan jumlah air irigasi yang diberikan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi dari penggunaan air irigasi di dalam sebuah ekosistem (Ehlers dan Goss, 2003). Pengamatan efisiensi pemakaian air irigasi berdasarkan bobot kering tanaman dapat dilihat pada kolom nisbah bahan kering (BK) Total/ Vol Irig. Nisbah BK Total/ Vol Irig menunjukkan banyaknya air irigasi yang digunakan untuk menghasilkan bobot kering tanaman tersebut. Nisbah yang baik ialah nisbah yang semakin besar. Nisbah yang besar menunjukkan penggunaan air yang lebih efisien dalam pembentukan bobot kering tanaman.

Perlakuan tidak berpengaruh terhadap nisbah BK Total/Vol Irig (Tabel 8). Pertambahan volume air irigasi sebanding dengan pertambahan jumlah BK Total yang terbentuk sehingga menyebabkan nisbah BK Total/Vol. Irig tidak berbeda nyata antara perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diberikan ke tanaman tidak menyebabkan perbedaan dalam efisiensi pembentukan bahan kering tanaman. Perlakuan 2.0 Eo menghasilkan nilai nisbah terbesar dan perlakuan 1.0 Eo menghasilkan nilai nisbah terkecil.

Tabel 8. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian Air

Irigasi Berdasarkan Bobot Kering Tanaman Volume Irigasi Vol Irigasi hingga

3BST (liter) BK Total hingga 3 BST (g tanaman-1) BK Total/Vol Irig. (g tanaman-1 liter -1) 0.5 Eo 5.458 7.14d 1.4831 1.0 Eo 10.918 17.160c 1.6795 1.5 Eo 16.376 30.257b 1.7069 2.0 Eo 21.836 41.887a 1.7761 Tukey (0.05) 5.6759 0.9316

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %.

Nilai EPAI akan meningkat sesuai dengan pertambahan source seperti jumlah daun, lebar daun, dan jumlah anakan pada padi (Sulistyono et al., 2005). Pada penelitian ini perlakuan dengan jumlah daun terbesar menghasilkan bobot kering tanaman yang lebih besar dan juga meningkatkan nilai EPAI yang sesuai dengan penelitian Sulistyono et al. (2005) namun tidak berbeda nyata antar setiap perlakuan.

Efisiensi Pemakaian Air Irigasi berdasarkan Bobot Buah

Bobot buah pada perlakuan 2.0 Eo nyata lebih berat daripada dengan perlakuan 1.5 Eo, 1.0 Eo, dan 0.5 Eo (Tabel 9). Hasil penelitian Ertek et al. (2006) menunjukkan bahwa perlakuan irigasi berpengaruh nyata terhadap hasil panen terung (Solanum melongena L.). Peningkatan volume air irigasi yang diberikan menyebabkan peningkatan hasil panen dan kemudian hasil panen akan menurun saat terjadi kelebihan air irigasi. Pada penelitian ini, tanaman cabai masih menunjukkan peningkatan bobot buah seiring dengan peningkatan volume air irigasi. Penelitian pada tanaman cabai ini belum menunjukkan terjadinya penurunan hasil panen akibat volume air irigasi yang berlebihan.

Menurut penelitian El-Wahed dan Ali (2012), hasil panen jagung maksimum didapatkan pada level irigasi terbesar. Air yang tersedia di dalam tanah pada level irigasi tersebut cukup sehingga terjadi peningkatan absorbsi air dan nutrisi dan tentunya meningkatkan metabolisme tanaman dalam peningkatan bobot panen. Pada penelitian ini perlakuan dengan volume irigasi terbesar juga menunjukkan hasil panen terbesar yang juga sesuai dengan penelitian El-Wahed dan Ali (2012).

Ketika tanaman layu, tanaman tidak dapat melangsungkan fungsi fisiologinya seperti lambatnya perkembangan sel dan terhambatnya fotosintesis. Kekurangan air dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan tanaman mati (Lambers et al., 2008). Terhambatnya fotosintesis menyebabkan terhambatnya pembentukan karbohidrat sehingga pembentukan buah menjadi sedikit pada saat tanaman kekurangan air. Perlakuan 0.5 Eo merupakan perlakuan dengan jumlah volume irigasi terkecil dan menghasilkan bobot buah cabai terkecil sebesar 3.98 g tanaman-1.

Menurut Ertek et al. (2006) Efisiensi Penggunaan Air Irigasi (EPAI) merupakan jumlah hasil panen tanaman dibandingkan dengan jumlah air irigasi yang diberikan sehingga EPAI dapat dilihat pada nilai nisbah bobot buah total/vol irigasi. Nilai Bobot Buah Total/ Vol Irigasi pada perlakuan 1.5 Eo tidak berbeda nyata dengan nilai Bobot Buah Total/ Vol Irigasi pada perlakuan 2.0 Eo dan 1.0 Eo pada namun berbeda dengan nilai Bobot Buah Total/ Vol Irigasi pada perlakuan 0.5 Eo (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh Berbagai Volume Irigasi terhadap Efisiensi Pemakaian Air Irigasi Berdasarkan Bobot Buah

Volume Irigasi Vol Irigasi (liter) Bobot Buah Total (g tanaman-1) Bobot buah Total/Vol Irigasi (g tanaman-1 liter-1) Vol Irigasi (mm) Produktivitas (kg/ha) EPAI (kg ha-1 mm-1) 0.5 Eo 9.462 3.98c 0.42c 153.5 130 0.85 1.0 Eo 18.92 21.84c 1.15bc 307 690 2.25 1.5 Eo 28.38 57.69b 2.03ab 460.5 1850 4.02 2.0 Eo 37.84 90.513a 2.39a 614 2890 4.71 Tukey (0.05) 24.863 1.2072

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5 %. Nilai nisbah bobot buah total / volume irigasi menunjukkan banyaknya buah yang dapat dihasilkan per satu liter air irigasi. Nilai nisbah terbesar menunjukkan bahwa tanaman tersebut lebih efisien dalam menggunakan air. Nilai nisbah terbesar didapatkan pada perlakuan 2.0 Eo yaitu sebesar 2.39 g tanaman-1 liter-1.

Nisbah bobot buah total/volume irigasi pada perlakuan 1.5 Eo dan 2 Eo tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan air irigasi pada dua perlakuan ini tidak berbeda nyata. Dilihat dari volume air irigasi, perlakuan 1.5 Eo menggunakan 28.38 liter air sedangkan perlakuan 2 Eo menggunakan 37.84 liter air. Oleh karena itu, untuk hasil nisbah bobot buah total / volume irigasi yang tidak berbeda nyata, perlakuan 1.5 Eo lebih baik karena menggunakan air yang lebih sedikit daripada perlakuan 2 Eo saat air menjadi faktor pembatas produksi. Perlakuan 2.0 Eo tetap merupakan perlakuan yang

terbaik apabila dilihat dari segi produksi karena menghasilkan bobot buah yang terbanyak.

Pada penelitian ini perlakuan 2.0 Eo dengan volume irigasi terbesar yaitu sebesar 614 mm memberikan hasil EPAI sebesar 4.71 kg ha-1 mm-1. Penelitian Gercek et al. (2009) menunjukkan bahwa EPAI dengan jumlah volume irigasi yang diberikan sebesar 725 mm menghasilkan EPAI sebesar 39.3 kg ha-1 mm-1. Perbedaan dalam kedua penelitian ini ialah metode penyiraman tanaman, varietas cabai, lokasi penanaman, dan beberapa perbedaan lainnya. Namun penelitian Gercek et al. (2009) dapat dijadikan petunjuk karena penelitian EPAI pada tanaman cabai masih sedikit. Pada penelitian Gercek et al. (2009), EPAI yang dihasilkan berkisar antara 18.5 - 42.8 kg ha-1 mm-1. Volume irigasi sebesar 725 mm adalah volume irigasi terkecil yang digunakan pada penelitian Gercek et al.

(2009) dan paling mendekati dengan perlakuan 2.0 Eo yang menggunakan air sebanyak 614 mm. Nilai EPAI pada penelitian Pengaruh Berbagai Volume Irigasi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai pada sistem Sandponic

lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Gercek et al. (2009).

Hubungan Total Volume Air Irigasi dengan Produksi Buah

Gambar 5. Grafik Hubungan Total Volume Irigasi dengan Bobot Buah Hubungan volume air irigasi dengan produksi buah menunjukkan grafik linier (Gambar 5). Hal ini berarti semakin banyak jumlah volume air irigasi yang diberikan maka semakin banyak buah yang dihasilkan oleh tanaman.

y = 59.09x - 30.35 R² = 0.982 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 0.5 1 1.5 2 2.5 B o b o t B u ah ( g ram )

Evapotranspirasi menunjukkan banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman pada setiap fase pertumbuhannya. Perlakuan 0.5 Eo tidak menyediakan air yang cukup untuk diambil oleh tanaman sehingga tanaman tidak dapat berproduksi dengan maksimal. Perlakuan 2 Eo, perlakuan dengan jumlah volume air irigasi terbanyak, menghasilkan bobot panen terbesar pada penelitian ini.

Pada penelitian ini belum ditemukan titik optimum pada grafik. Selang 0.5-2 Eo tidak cukup panjang untuk menemukan nilai Eo yang tepat untuk menghasilkan bobot buah yang maksimum sebelum bobot buah akan menurun akibat kelebihan irigasi.

Menurut FAO (2002), Kc untuk cabai ialah 0.4 pada saat inisial, 1.1 pada saat pertumbuhan, dan 0.9 pada saat tanaman berbuah hingga akhir musim. Kebutuhan air tanaman atau evapotranspirasi tanaman (ETc) merupakan besarnya evapotranspirasi referen (ETo) dikalikan dengan koefisien tanaman (Kc). Sedangkan ETo merupakan besarnya evaporasi panci (Eo) dengan koefisiensi panci (Kpan). Nilai 0.5, 1, 1.5, dan 2 merupakan besarnya koefisien panci (Kpan) dikalikan dengan koefisien tanaman (Kc). Evaporasi panci merupakan banyaknya air yang menguap pada panci penguapan setiap harinya yang dinyatakan dalam satuan mili meter (mm). Pada penelitian ini nilai Kpan tidak diketahui. Nilai 0.5/1/1.5/ 2 merupakan nilai Kc dikalikan dengan nilai Kpan atau disebut sebagai koefisien tanaman-panci/ plant-pan coefficient. Koefisien tanaman-panci dikalikan dengan banyaknya air yang menguap maka didapatkan jumlah perlakuan volume irigasi. Nilai 2 Eo merupakan perlakuan yang memiliki hasil panen terbesar pada penelitian ini namun belum menunjukkan nilai yang optimum.

Dokumen terkait