• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 PENGARUH WAKTU DAN SUHU EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN ABSOLUT MINYAK MELATI

Gambar 4.1 menunjukkan hubungan waktu dan suhu ekstraksi terhadap rendemen absolut minyak melati dengan waktu ekstraksi 2, 3, 4, 5 jam dan suhu ekstraksi 30 oC, 35 oC, dan 40 oC. Rendemen absolut merupakan perbandingan massa minyak bunga melati (absolute) yang dihasilkan dengan massa bahan baku (bunga melati segar) yang diekstraksi. Nilai rendemen total akan menentukan waktu dan suhu yang optimal untuk digunakan dalam ekstraksi minyak bunga melati dengan menggunakan metode pelarut menguap (Kristian et al., 2016: 38).

Gambar 4.1 Hubungan Waktu dan Suhu Ekstraksi terhadap Rendemen Absolut Minyak Melati

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka rendemen absolut yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu rendemen absolut dalam pelarut air tidak bertambah seiring dengan bertambahnya waktu yang disebabkan kesetimbangan padat-cair pada ekstraksi telah tercapai.

Semakin lama proses ekstraksi, maka kontak antara solvent dengan solute akan 0

semakin lama sehingga proses pelarutan solute oleh solvent akan terus terjadi sampai solvent jenuh dengan solute (Sukardi et al, 2016: 12). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Kristian, et al., yang melakukan penelitian pengaruh lama ekstraksi terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati putih menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap (solvent extraction) dimana semakin lama waktu ekstraksi maka kadar zat yang terekstrak yang didapat semakin banyak.

Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi maka semakin tinggi rendemen absolut minyak melati yang didapat, Hal ini disebabkan penggunaan suhu tinggi untuk melakukan ekstraksi meningkatkan kelarutan dari solute. Suhu tinggi mampu melepaskan senyawa solute yang terikat disebabkan oleh rusaknya unsur-unsur sel, menyebabkan semakin banyak senyawa yang dapat terekstrak (Sridianti, 2015: 15).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Suyanti, et al., yang melakukan penelitian ekstraksi minyak atsiri bunga melati dengan variasi pelarut dan suhu. Mereka mendapati rendemen minyak atsiri absolut meningkat seiring dengan meningkatnya suhu ekstraksi yang digunakan.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu ekstraksi terbaik adalah 5 jam serta suhu ekstraksi terbaik adalah 40°C.

4.2 PENGARUH RASIO BERAT BUNGA MELATI DAN VOLUME N-HEKSANA TERHADAP RENDEMEN ABSOLUT MINYAK

MELATI

Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh rasio berat bunga melati dengan volume n-heksana terhadap rendemen minyak melati absolut dengan kondisi waktu dan suhu ekstraksi optimum yang diperoleh dari penelitian, dimana pada perbandingan rasio 1:3 menghasilkan rendemen minyak melati absolut sebesar 10,5%, kemudian pada perbandingan rasio 1:4 menghasilkan rendemen minyak melati absolut sebesar 11,69%, dan pada perbandingan rasio 1:5 menghasilkan rendemen minyak melati absolut sebesar 11,8%.

Gambar 4.2 Pengaruh Rasio Berat Bunga Melati Dengan Volume N-Heksana Terhadap Rendemen Absolut Bunga Melati

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin besar volume pelarut yang dipakai semakin tinggi rendemen minyak atsiri absolut yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak solvent yang digunakan maka semakin memperluas bidang kontak dan mempercepat proses ekstraksi sampai mencapai titik jenuh solvent. Pada rasio perbandingan 1:3 rendemen yang dihasilkan hanya 10,5% berbeda jauh dengan rendemen yang dihasilkan oleh rasio perbandingan 1:4 dan 1:5. Rendemen minyak melati absolut yang dihasilkan dengan rasio

9 10 11 12

1:3 1:4 1:5

Rendemen Absolut (%)

Rasio Massa Bunga Melati dengan Volume Pelarut (gr/ml)

perbandingan 1:4 dengan 1:5 tidak berbeda jauh, hal ini disebabkan solvent sudah mencapai titik jenuhnya dimana semua minyak melati sudah terekstraksi (Kristian et al., 2016: 35).

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio perbandingan massa bunga melati dengan volume n-heksana yang terbaik adalah 1:4, selain menghasilkan rendemen yang tinggi juga sangat efisien dari segi ekonomi.

4.3 ANALISA KOMPOSISI GC-MS (GAS CHROMATOGRAPHY-MASS SPECTOMETRY) MINYAK ATSIRI DARI EKSTRAKSI BUNGA MELATI

Analisa komposisi GC-MS (gas chromatography-mass spectometry) minyak atsiri dari ekstraksi bunga melati bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa minyak atsiri yang terdapat dalam ekstrak bunga melati. Analisa GC-MS minyak atsiri terhadap ekstraksi bunga melati dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Karakterisasi GC-MS minyak atsiri dari ekstrak bunga melati Karakteristik GC-MS diatas menunjukkan beberapa puncak serapan (peak) senyawa-senyawa minyak atsiri yang terkandung dalam penelitian. Rincian senyawa-senyawa yang terdapat pada penelitian minyak atsiri bunga melati terdapat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Analisa Komposisi GC-MS

Kandungan komponen terbesar dari minyak melati hasil penelitian ini antara lain benzil asetat, hexylcinnamic, sikloheksena, terpineol, linalool, dan linalyl asetat. Menurut Sulong, (2006) komponen yang terdapat pada minyak atsiri bunga melati adalah benzyl acetate, linalool, benzyl alcohol, indole, benzyl benzoate, cis-jasmone, α-hexylcinnamic aldehid, benzoic acids, benzaldehyde, y-terpineol, propanol, cis-3-hexenyl benzoate. Hasil penelitian Hidayat, et al., memiliki komponen benzil asetat 15,78%, linalil asetat 10,23%, linalool 6,10%, dan z-zasmone 8,32%, kandungan benzil asetat pada penelitian ini lebih besar tetapi kandungan linalil asetat dan linalool lebih sedikit.

Total komponen yang diketahui dari penelitian Hidayat yaitu 38 komponen, sedangkan dari hasil penelitian ini terbaca 19 komponen. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi operasi serta karakteristik bunga yang berbeda.

Jasminum sambac yang digunakan dalam penelitian Hidayat berasal dari pulau Jawa, dengan kondisi geografis, cuaca, dan kondisi tumbuh yang berbeda dengan Jasminum sambac yang dibudidayakan di Sumatera, sehingga persentase senyawa yang dihasilkan juga berbeda.

Peak Waktu Retensi (tR) (Menit) Area (%) Nama Senyawa

1 17,276 2,63 Linalool

2 17,475 1,96 Linalyl asetat

3 19,680 0,58 Beta terpineol

4 21,630 4,10 3-Sikloheksena-1-metanol

5 21,722 2,83 Terpineol

6 22,615 47,14 Benzil asetat

7 24,411 0,45 Benzol

8 24,630 0,49 Cis-geraniol neryl alkohol

9 25,539 0,50 Dipropilen glikol

10 25,954 0,81 2,6-Oktadiena-1-ol

11 26,889 0,30 1-propanol

12 27,092 0,35 1-propanol

13 31,476 0,31 2-nonenal

14 35,168 0,92 Naphthol ethyl ether

15 35,776 0,69 Benzoic acid

16 38,459 32,06 Alpha hexylcinnamic aldehid

17 40,456 1,15 Indole

18 44,671 1,22 Benzoid acid, 2-hidroxy

19 52,315 1,32 Benzil salisilat

Total 100

4.4 ANALISIS KUALITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI DENGAN PARAMETER SNI

Berdasarkan uji SNI 06-2385-2006 untuk minyak atsiri, uji yang dilakukan an adalah uji indeks bias, uji warna, uji bilangan asam dan uji bilangan ester. Hasil uji SNI 06-2385-2006 terdapat pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Uji SNI 06-2385-206

Parameter SNI Hasil Uji Standard

[18]

Uji indeks bias 1,478 1,470 – 1,492

Uji Warna Kuning Kuning

Uji bilangan asam 20,92 mg KOH/g 18,83-29,85 mg KOH/g Uji nilangan ester 150,27 mg KOH/g 143,40-186,56 mg KOH/g

Gambar 4.4 Hasil Uji Warna Minyak Atsiri Bunga Melati

Menurut Hidayat, et al., (2016) Indeks bias merupakan sifat fisika, seperti titik didih, yang dapat digunakan untuk menentukan identitas dan kemurnian cairan. Dalam hal struktur, indeks bias adalah fungsi dari kepolaran atom dan gugus dalam molekul. Semakin polar suatu molekul, maka indeks biasnya akan semakin tinggi. Karena minyak atsiri bersifat non polar maka indeks biasnya bernilai rendah. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian telah memenuhi syarat standard nilai indeks bias minyak atsiri bunga melati.

Hasil penelitian Uji warna minyak atsiri sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Benedicta, et al., (2016) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio bunga dengan pelarut terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri bunga melati dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap, penelitian benedicta juga menghasilkan warna minyak atsiri bunga melati berwarna kuning.

Bilangan asam menunjukkan banyaknya jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terkandung didalam satu gram minyak atsiri bunga melati. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Benedicta, et al., (2016) bahwasanya bilangan asam dari minyak atsiri bunga melati berada pada kisaran 18,83 – 29,85 mg KOH/

g sampel.

Bilangan ester menunjukkan banyaknya jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menyabunkan ester yang terkandung didalam satu gram minyak atsiri bunga melati. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Benedicta, et al., (2016) bahwasanya bilangan ester dari minyak atsiri bunga melati berada pada kisaran 143,408 – 186,559 mg KOH/ g sampel.

4.5 PENGARUH PELARUT TERHADAP RENDEMEN ABSOLUT MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI

Adapun pelarut yang digunakan adalah n-heksana dan isopropil eter.

Gambar 4.5 menunjukkan pengaruh pelarut terhadap rendemen absolut minyak atsiri bunga melati

Gambar 4.5 Pengaruh Pelarut Terhadap Rendemen Absolut Minyak Atsiri Bunga Melati

Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pelarut n-heksana menghasilkan rendemen yang lebih banyak yaitu 11,69% dibandingkan dengan isopropil eter yang hanya menghasilkan rendemen 10,63%. Pelarut n-heksana dan isopropil eter merupakan pelarut nonpolar tetapi menghasilkan rendemen yang berbeda, karena pelarut n-heksana lebih selektif dalam proses ekstraksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat, et al., (2016) pelarut h-heksana bersifat selektif dalam melarutkan zat. Proses ini menghasilkan sejumlah kecil lilin, albumin, dan zat warna, namun dapat mengekstraksi zat pewangi dalam jumlah besar. Pelarut isopropil eter lebih banyak menarik lilin/wax dibandingkan dengan pelarut n-heksana sehingga kurang optimal dalam ekstraksi minyak atsiri.

0 3 6 9 12

Rendemen (%)

Pelarut

n-Heksana Isopropil eter

BAB V

Dokumen terkait