• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Pedes dan Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Secara Geografis, luas wilayah Kelurahan Kebon Pedes yaitu 1.04 km2 dengan ketinggian ±250M, sedangkan luas wilayah Kelurahan Kedung Badak yaitu 1.95 km2dengan ketinggian ±350-450M. Dari segi demografi, jumlah penduduk Kelurahan Kebon Pedes sebanyak 22 329 jiwa dengan 5 961 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 13 Rukun Warga (RW) dan 74 Rukun Tetangga (RT). Kelurahan Kedung Badak memiliki jumlah penduduk sebanyak 27 381 jiwa dan 6 996 KK yang terdiri dari 14 RW dan 99 RT.

10

Karakteristik Keluarga dan Remaja

Sebagian besar remaja pada keluarga ibu bekerja (KIB) adalah perempuan (52%) sedangkan satu dari dua remaja pada keluarga ibu tidak bekerja (KITB) berjenis kelamin laki-laki (52%). Berdasarkan hasil penelitian, usia rata-rata remaja KIB adalah 13.76 tahun dan pada KITB adalah 13.56 tahun. Hampir separuh remaja KIB (48%) dan hampir dua dari tiga remaja KITB (62%) diberi uang saku antara Rp9 701-17 400 setiap hari.

Usia ayah KIB (68%) dan KITB (74%) berada pada kategori usia dewasa madya (41-60 tahun) dengan rata-rata usia 45.36 tahun pada KIB dan 44.68 tahun pada KITB. Rata-rata usia ibu pada KIB adalah 41.04 tahun dan 40.24 tahun pada KITB. Pada kedua kelompok rata-rata tergolong pada kategori keluarga sedang (5-7 orang). Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pendapatan keluarga KIB dan KITB yaitu rata-rata pendapatan KIB lebih tinggi dibandingkan KITB (Tabel 1).

Tabel 3 Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi variabel karakteristik keluarga dan remaja pada kedua kelompok remaja

Variabel KIB KITB

Min Max Rataan±SD Min Max Rataan±SD

Usia remaja (tahun) 12.0 15.0 13.7±1.0 12.0 15.0 13.5±1.0 Uang saku (Rp 000) 2.0 25.0 10.0±4.9 2.0 20.0 9.3±3.7 Usia ayah (tahun) 32.0 67.0 45.3±7.2 36.0 60.0 44.6±5.5 Usia ibu (tahun) 30.0 55.0 41.0±5.0 30.0 52.0 40.2±5.1 Besar Keluarga (orang) 3.0 9.0 4.9±1.28 3.0 9 .0 5.3±1.4 Pendapatan per kapita

(Rp 000)***) 81.2 2 000 733.9±521.8 83.3 980.0 379.5±199.7

Keterangan : ***) uji beda t-test signifikan pada p<0.01

Pendidikan orang tua berkisar dari antara tidak sekolah sampai tamat perguruan tinggi. Persentase terbesar pendidikan ayah pada KIB (46%) dan KITB (32%) adalah pada kelompok Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat. Tidak jauh berbeda dengan ayah remaja, pendidikan ibu remaja KIB (32%) dan KITB (36%) lebih banyak tamatan SMA. Jumlah ibu pada KIB yang merupakan tamatan akademi /PT/sederajat (24%) lebih banyak dari jumlah ibu remaja pada KITB (6%). Ayah remaja KIB (50%) paling banyak bekerja sebagai buruh, jasa, pedagang dan supir sedangkan ayah KITB (20%) bekerja sebagai wiraswasta. Ibu KIB dominan bekerja sebagai buruh, PRT (pembantu rumah tangga), dan pedagang (48%), PNS (26%), wiraswasta (8%), dan pegawai swasta (18%). Tabel 4 Sebaran orang tua pada kedua kelompok remaja berdasarkan tingkat

pendidikan

Tingkat Pendidikan Orang Tua

Ayah (%) Ibu (%)

KIB KITB KIB KITB

Tidak Sekolah 0.0 0.0 0.0 0.0

Tamat SD/Sederajat 18.0 24.0 24.0 32.0

Tamat SMP/Sederajat 22.0 26.0 20.0 26.0

Tamat SMA/Sederajat 46.0 40.0 32.0 36.0

11 Gaya Pengasuhan Ibu

Pendekatan gaya pengasuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya pengasuhan yang terdiri dari empat tipe gaya pengasuhan (Baumrind 2008) yaitu otoritatif, otoriter, permisif dan tidak terlibat. Hasil penelitian menunjukkan seluruh ibu pada KIB dan KITB (100%) mempersepsikan telah dominan menerapkan pengasuhan otoritatif yaitu anak dibesarkan dengan kehangatan dan kontrol yang tinggi. Berdasarkan uji beda t-test, tidak terdapat terdapat perbedaan yang siginifikan antara KIB dan KITB pada setiap skor jenis pengasuhan.

Tabel 5 Nilai minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi, dan hasil uji beda variabel skor pengasuhan ibu

Jenis Pengasuhan Skor Indeks KIB Skor Indeks KITB p-value

Min Max Rataan±SD Min Max Rataan±SD

Otoritatif 46.0 100.0 76.6±11.4 36.0 94.0 75.6±10.8 .67

Otoriter 1.0 65.0 36.9±13.1 11.0 63.0 36.6±10.9 .90

Permisif 13.0 50.0 32.1±8.3 3.0 53.0 30.4±8.6 .31

Tidak terlibat 0.0 37.0 3.3±8.3 0.0 37.0 4.2±6.5 .54

Kelekatan dengan Teman Sebaya

Armsden dan Greenberg (1987) menyatakan bahwa kelekatan antara remaja dengan teman sebaya dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu kepercayaan (trust), komunikasi (communication) dan pengasingan (alienation). Hasil dikategorikan berdasarkan skor Vivona dalam Reese (2008) menjadi secure, ambivalent, avoidant, dan disorganized. Proporsi kelekatan teman sebaya-remaja yang paling tinggi pada KIB (90%) dan KITB (68%) berada pada kelekatan yang secure. Remaja KIB (4%) dan KITB (10%) berada pada kelekatan kategori ambivalent. Tidak terdapat remaja KIB maupun KITB pada kategori avoidant. Pada kategori disorganized, remaja KITB (22%) memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan remaja KIB (6%). Rata-rata dan standar deviasi skor kelekatan pada KIB adalah 76.76±7.10 dan 74.82±8.32 pada KITB. Nilai minimal dan maksimal pada KIB adalah 60 dan 96 sedangkan pada KITB sebesar 53 dan 92. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kelekatan teman sebaya antara remaja antara KIB dan KITB (p=0.21).

Tabel 6 Sebaran remaja berdasarkan kelekatan remaja dengan teman sebaya

Kategori Kelekatan KIB KITB

n % n %

Secure 45.0 90.0 34.0 68.0

Ambivalent 2.0 4.0 5.0 10.0

Avoidant 0.0 0.0 0.0 0.0

Disorganized 3.0 6.0 11.0 22.0

Konsep Diri Remaja

Konsep diri mencerminkan pandangan positif atau negatif seorang remaja mengenai dirinya. Fitts (1971) menyatakan bahwa terdapat dua dimensi terkait dengan konsep diri yaitu dimensi internal yang terdiri dari tiga bagian

12

(pengamatan identitas, tingkah laku dan kepuasan) dan dimensi eksternal yang terdiri dari lima bagian (fisik, moral, personal, keluarga, dan sosial). Kedua dimensi ini saling berhubungan untuk membentuk suatu kepribadian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila dinilai secara total dari keseluruhan dimensi, menunjukkan bahwa hampir seluruh remaja KIB (98%) dan KITB (94%) dalam penelitian ini telah mempunyai konsep diri yang positif. Terdapat remaja KIB (2%) dan KITB (6%) yang memiliki konsep diri negatif.

Tabel 7 Sebaran remaja berdasarkan dimensi konsep diri dan status ibu bekerja

Dimensi KIB (%) KITB (%)

Positif Negatif Positif Negatif

Fisik Identitas diri 96.0 4.0 82.0 18.0

Tingkah laku 64.0 36.0 64.0 36.0

Kepuasan diri 76.0 24.0 74.0 26.0

Total dimensi fisik 88.0 12.0 82.0 18.0

p-value .88

Moral Identitas diri 92.0 8.0 80.0 20.0

Tingkah laku 86.0 14.0 72.0 28.0

Kepuasan diri 98.0 2.0 90.0 10.0

Total dimensi moral 94.0 6.0 86.0 14.0

p-value .35

Personal Identitas diri 78.0 22.0 82.0 18.0

Tingkah laku 78.0 22.0 68.0 32.0

Kepuasan diri 70.0 30. 0 72.0 28.0

Total dimensi personal 86.0 14.0 78.0 22.0

p-value .50

Keluarga Identitas diri 98.0 2.0 94.0 6.0

Tingkah laku 92.0 8.0 90.0 10.0

Kepuasan diri 94.0 6.0 94.0 6.0

Total dimensi keluarga 98.0 2.0 94.0 6.0

p-value .82

Sosial Identitas diri 96.0 4.0 94.0 6.0

Tingkah laku 92.0 8.0 92.0 8.0

Kepuasan diri 74.0 26.0 72.0 28.0

Total dimensi sosial 98.0 2.0 98.0 2.0

p-value .49

Total 98.0 2.0 94.0 6.0

p-value .61

Dimensi Fisik. Dimensi fisik merupakan persepsi individu mengenai dirinya yang berhubungan dengan keadaan fisik seperti kesehatan jasmani dan penampilan. Rata-rata skor dimensi fisik pada KIB sebesar 25.30 dan 25.22 pada KITB. Proporsi terbesar dimensi fisik berada pada bagian identitas diri remaja KIB (96%) dan KITB (82%) sedangkan proporsi terkecil berada pada tingkah laku sebesar 64 persen masing-masing pada remaja KIB dan KITB. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja KIB dan KITB pada dimensi fisik (p=0.88).

Dimensi etik moral. Dimensi etik moral merupakan persepsi remaja terhadap dirinya yang berkaitan dengan suatu hal yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya (konsep moral baik dan tidak baik). Rata-rata skor dimensi moral pada KIB sebesar 26.60 dan 26.08 pada KITB. Pada kedua kelompok remaja, proporsi terbesar berada pada bagian kepuasan diri sedangkan proporsi terkecil berada

13 pada tingkah laku. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja KIB dan KITB pada dimensi moral.

Dimensi personal. Dimensi personal merupakan persepsi remaja terhadap dirinya yang berhubungan dengan perasaan yang sebenarnya tidak terlihat. Rata-rata skor dimensi personal pada KIB adalah 39.24 pada KIB dan 38.62 pada KITB. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja KIB dan KITB pada dimensi personal

Dimensi keluarga. Dimensi keluarga merupakan persepsi remaja yang berkaitan dengan penilaian diri atas keberadaannya di dalam keluarga. Pada dimensi keluarga, rata-rata skor pada KIB dan KITB adalah 33.04 dan 33.20. Hampir seluruh remaja KIB dan KITB pada bagian identitas diri, tingkah laku, kepuasan diri dan total dimensi keluarga berada pada kategori positif. . Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja KIB dan KITB pada dimensi keluarga.

Dimensi sosial. Dimensi sosial merupakan persepsi remaja mengenai hubungan dirinya dengan lingkungan sosialnya. Hampir seluruh remaja memiliki identitas diri, tingkah laku diri, dan kepuasan diri yang positif. Rata-rata skor dimensi sosial pada KIB dan KITB adalah 21.50 dan 21.16. Proporsi terbesar berada pada identitas diri sedangkan proporsi terkecil berada pada kepuasan diri. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara remaja KIB dan KITB pada dimensi sosial. Seluruh remaja pada kedua kelompok rata-rata telah memiliki konsep diri yang positif pada kelima belas dimensi tersebut.

Hubungan Antarvariabel

Hubungan Karakteristik Remaja dan Keluarga dengan Gaya Pengasuhan Pada KIB (Tabel 8), skor pengasuhan otoritatif berhubungan positif signifikan dengan pendidikan ibu dan pendapatan per kapita keluarga. Artinya semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per kapita maka cenderung berhubungan dengan peningkatan skor gaya pengasuhan otoritatif.

Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan skor gaya pengasuhan pada KIB dan KITB

Variabel Skor Indeks Gaya Pengasuhan KIB Skor Indeks Gaya Pengasuhan KITB

Ofa Ora Pfa Tta Ofb Orb Pfb Ttb Jenis kelamin .010 -.100 .226 -.194 .201 -.056 .193 -.329 * Usia remaja -.135 .019 -.070 .099 -.052 .069 .119 -.027 Uang saku .252 -.060 .188 -.137 -.046 -.090 .277 .006 Besar keluarga -.047 -.016 -.025 -.085 -.089 .057 .010 .175 Usia ayah -.119 -.223 -.034 .023 -.264 .009 .037 .088 Pendidikan ayah .268 -.215 .030 .080 .221 .216 .201 .146 Usia ibu .062 -.255 .124 -.036 -.238 .142 .039 -.031 Pendidikan ibu .422 ** -.061 -.053 -.207 .334* .349* .095 .205 Pendapatan per kapita .412 ** -.142 .048 -.147 .145 -.180 .033 -.156

14

Pada KITB, pendidikan ibu berhubungan positif dengan skor pengasuhan otoritatif dan otoriter. Artinya semakin tinggi pendidikan ibu berhubungan dengan peningkatan skor gaya pengasuhan otoritatif dan otoriter. Hasil lain menunjukkan adanya hubungan negatif signifikan antara jenis kelamin remaja dengan skor pengasuhan tidak terlibat.

Hubungan antara Karakteristik Remaja dan Keluarga dengan Kelekatan Teman Sebaya

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang negatif signifikan antara usia remaja dengan skor kelekatan dengan teman sebaya pada remaja KIB. Artinya, semakin bertambah usia remaja berhubungan dengan skor kelekatan teman sebaya yang semakin menurun.

Tabel 9 Koefisien korelasi antara karakteristik remaja dan keluarga dengan skor kelekatan teman sebaya pada remaja KIB dan KITB

Variabel Skor Kelekatan Remaja KIB Skor Kelekatan RemajaKITB

Jenis kelamin -.120 -.263 Usia remaja -.307* .214 Uang saku -.020 .167 Besar keluarga -.030 .152 Usia ayah .031 .176 Pendidikan ayah .091 -.235 Usia ibu -.193 .183 Pendidikan ibu .102 -.158

Pendapatan per kapita .141 .054

Hubungan antara Gaya Pengasuhan Ibu, Kelekatan dengan Teman Sebaya, dan Konsep Diri

Pada KIB (Tabel 10), hasil menunjukkan skor pengasuhan otoritatif berhubungan positif signifikan dengan skor konsep diri remaja dimensi moral, artinya skor pengasuhan otoritatif berhubungan dengan skor konsep moral remaja yang semakin positif. Skor pengasuhan otoriter berhubungan negatif signifikan dengan skor kelekatan, skor fisik, dan konsep diri total. Hubungan yang positif signifikan antara skor kelekatan teman sebaya dengan skor moral, keluarga, sosial dan konsep diri total. Artinya skor kelekatan dengan teman sebaya yang semakin tinggi berhubungan dengan peningkatan skor pada dimensi konsep diri remaja. Tabel 10 Hubungan antara gaya pengasuhan, kelekatan teman sebaya dan konsep

diri remaja KIB

Dimensi Kelekatan R-TS

Konsep Diri Remaja

Fisik Moral Personal Keluarga Sosial Total Skor Pengasuhan Otoritatif -.011 .064 .313* .138 .195 .151 .212 Otoriter -.354* -.333* -.271 -.245 -.264 -.278 -.343* Permisif -.122 -.089 -.012 -.029 -.245 -.149 -.081 Tidak terlibat -.185 -.079 -.135 -.121 -.232 -.029 -.151 Kelekatan R-TS - .243 .456 ** .269 .500** .541** .485**

Ket: R-TS: Remaja-Teman Sebaya

Pada KITB (Tabel 11), skor pengasuhan permisif berhubungan negatif signifikan dengan skor dimensi moral, personal, keluarga, dan konsep diri total.

15 Artinya, skor pengasuhan permisif yang meningkat cenderung berhubungan dengan skor konsep diri yang menurun pada dimensi tersebut. Skor kelekatan teman sebaya berhubungan positif signifikan dengan skor dimensi personal, keluarga, sosial dan konsep diri total. Artinya, semakin tinggi skor kelekatan berhubungan dengan konsep diri yang semakin positif pada dimensi personal, keluarga, sosial, dan total.

Tabel 11 Hubungan antara gaya pengasuhan, kelekatan teman sebaya dan konsep diri remaja KITB

Dimensi Kelekatan R-TS

Konsep Diri Remaja

Fisik Moral Personal Keluarga Sosial Total Skor Pengasuhan Otoritaif -.158 .063 .184 .013 .109 .245 .147 Otoriter .131 -.038 -.242 -.081 -.141 .028 -.141 Permisif .071 -.206 -.458** -.473** -.330* -.131 -.432** Tidak terlibat .037 .028 -.157 .099 -.098 -.056 .032 Kelekatan R-TS - .170 .183 .286 * .374* .417** .359*

Ket: R-TS: Remaja-Teman Sebaya

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Remaja, Gaya Pengasuhan, dan Kelekatan dengan Teman Sebaya terhadap Konsep Diri Remaja

Hasil dari uji regresi linear menunjukkan model yang dibangun mempunyai nilai adjusted R square sebesar 0.306. Artinya, sebanyak 30.6 persen variabel dalam model dapat menjelaskan pengaruh terhadap konsep diri remaja. Variabel-variabel yang berpengaruh adalah uang saku remaja (β=-.246, p=.026), pendapatan per kapita (β=.291, p=.034), gaya pengasuhan otoritatif (β=.230, p=.025), dan kelekatan teman sebaya (β=.416, p=.000). Sisanya sebanyak 69.4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti (Tabel 12).

Tabel 12 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsep diri remaja

Variabel Koef. terstandarisasi Sig.

Konstanta .031

Jenis kelamin (0=perempuan, 1=laki-laki) .108 .249

Usia remaja (tahun) .085 .358

Uang saku (Rp/hari) -.246 .026*

Besar keluarga (orang) .124 .179

Usia ayah (tahun) .112 .460

Pendidikan ayah -.028 .813

Usia ibu (tahun) -.178 .205

Pendidikan ibu -.180 .173

Pendapatan per kapita (Rp/bln) .291 .034*

Status ibu (0=tidak bekerja, 1=bekerja) -.029 .769

Skor Gaya Pengasuhan

Otoritatif .230 .025*

Otoriter -.109 .250

Permisif -.180 .054

Tidak terlibat .057 .547

Skor Kelekatan Teman Sebaya .416 .000*

Adjusted R2 .306

Hasil menunjukkan kenaikan satu satuan uang saku remaja maka akan menurunkan konsep diri remaja secara signifikan sebesar 0.246 satuan. Setiap

16

kenaikan satu satuan pendapatan per kapita meningkatkan konsep diri sebesar 0.291 satuan. Kenaikan satu satuan skor pengasuhan otoritatif meningkatkan konsep diri sebesar 0.230. Selanjutnya hasil lain menunjukkan bahwa setiap kenaikan skor kelekatan remaja dengan teman sebaya maka akan meningkatkan konsep diri yang signifikan sebesar 0.416 satuan.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaaan yang signifikan gaya pengasuhan yang diterapkan ibu antara KIB dan KITB. Seluruh ibu pada kedua kelompok remaja telah menerapkan gaya pengasuhan otoritatif, yaitu orang tua memberikan batasan aturan dan memiliki otoritas tinggi namun sekaligus memberikan kehangatan dan penuh kasih sayang. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Gottfried et. al (2002) dalam Santrock (2007) yang tidak menemukan efek merugikan dari ibu yang bekerja pada pengasuhan yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena ibu yang bekerja memiliki waktu interaksi yang sedikit dengan anak tapi menggunakan waktu tersebut dengan baik agar hubungan baik antara ibu dan anak lebih meningkat. Dalam hal ini yang menjadi prioritas utama adalah kualitas pengasuhan dan interaksi yang diterapkan oleh ibu (Lamb 1981; Tambingon 1999).

Pada KIB, hasil uji korelasi menemukan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per kapita yang semakin meningkat berhubungan positif dengan gaya pengasuhan otoritatif ibu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hastuti (2008) bahwa orang tua yang telah stabil secara ekonomi lebih memiliki peluang untuk dapat memberikan pengasuhan yang relatif lebih baik dibandingkan orang tua yang masih lemah secara ekonomi.

Sementara pada kelompok KITB, pendidikan ibu juga berhubungan positif dengan gaya pengasuhan otoritatif dan otoriter. Dengan pendidikan yang semakin tinggi, ibu KITB menerapkan gaya pengasuhan yang cenderung otoritatif dan otoriter. Hal ini diduga dengan ibu yang lebih berpendidikan memiliki keterampilan berinteraksi dengan anak yang baik terutama di dalam menerapkan pengasuhan. Namun, di sisi lain juga dengan pendidikan ibu yang semakin tinggi dapat mengakibatkan ibu terkesan bersikap keras, dan anak harus menunjukkan sikap patuh terhadap arahan standar-standar tingkah laku yang sudah diterapkan orang tua. Hasil lainnya menunjukkan terdapat hubungan negatif antara jenis kelamin dengan gaya pengasuhan tidak terlibat. Ibu dengan remaja laki-laki semakin tidak menerapkan pengasuhan tidak terlibat. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Herniati (2011) bahwa orang tua yang memiliki remaja perempuan memiliki kekhawatiran yang lebih besar dibandingkan dengan orang tua yang memiliki remaja laki-laki sehingga remaja perempuan lebih ditetapkan kontrol dan diawasi lebih ketat daripada remaja laki-laki.

Pada perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam hidupnya. Sebagian besar waktu remaja akan dihabiskan untuk melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya (Desmita 2009). Hasil penelitian menunjukkan kelekatan remaja KIB dan KITB dengan teman sebayanya lebih banyak berada pada kategori secure , yang artinya hubungan yang aman terhadap figur lekatnya karena adanya komunikasi yang positif dan remaja percaya bahwa figur lekatnya tersebut dapat memenuhi

17 kebutuhannya. Interaksi orang tua dengan anak dalam bentuk pengasuhan yang baik dapat menjadi prediktor kualitas hubungan remaja dengan teman sebayanya dan kepuasan hidup remaja (Greenberg et al. 1983). Pada uji hubungan antara karakteristik remaja dan keluarga dengan kelekatan teman sebaya, semakin tinggi usia remaja KIB akan menurunkan skor kelekatan remaja dengan teman sebaya. Hasil menunjukkan bahwa ternyata remaja KIB lebih banyak merasakan tingkat pengasingan yang tinggi dibandingkan dengan remaja KITB seperti perasaan minder, merasa kurang penerimaan, dan perasaan bahwa teman sebaya terganggu dengan kehadiran remaja (Lampiran 3). Hal ini dapat terjadi karena hampir separuh keluarga ibu bekerja sebagai buruh (48%) dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja sehingga membuat peraturan bahwa selama ibu bekerja, remaja tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah dan diminta untuk mengasuh saudaranya. Dengan demikian remaja sulit untuk membangun hubungan yang lekat dengan teman sebaya.

Remaja memerlukan pemahaman tentang konsep diri yang benar agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Konsep diri mengacu pada evaluasi diri atau persepsi diri dan itu mewakili bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri (Hadley, et al. 2008). Hampir seluruh remaja yang terlibat dalam penelitian ini memiliki konsep diri yang positif. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri remaja KIB dan KITB. Berdasarkan hasil uji hubungan antar variabel, semakin tinggi skor pengasuhan otoritatif ibu KIB maka semakin positif konsep diri remaja khususnya dimensi moral. Rahmaisya, Latifah, dan Alfiasari (2011) juga mengungkapkan hasil yang senada yaitu adanya hubungan yang positif signifikan antara gaya pengasuhan otoritatif yang diterima remaja dengan konsep dirinya. Temuan tersebut menunjukkan bahwa penerapan pengasuhan yang otoritatif akan mendorong terbentuknya konsep diri anak yang positif.

Hasil lain menunjukkan skor pengasuhan otoriter ibu KIB menurunkan skor kelekatan remaja dengan teman sebaya dan konsep diri total. Skor pengasuhan permisif ibu KITB juga berhubungan negatif signifikan dengan dimensi moral, personal, keluarga, dan konsep diri total. Orang tua yang otoriter cenderung keras, tidak memiliki kehangatan dengan anak, jarang memuji, dan bersifat kaku sehingga membentuk karakter anak yang mengalami tekanan dalam hubungan teman sebaya, memiliki keterampilan akademik yang kurang dan tingkat kecemasan yang lebih besar dari teman sebayanya. Begitu juga dengan pengasuhan yang permisif yang tidak konsisten dalam membuat peraturan dan cenderung memanjakan anak yang mengakibatkan anak tidak mandiri dan kurang bertanggung jawab (Baumrind 2008). Pengasuhan yang demikian memungkinkan remaja kurang memiliki kepercayaan diri dan mudah menyerah dalam melakukan berbagai hal. Kelekatan remaja KIB dan KITB dengan teman sebaya juga berhubungan positif dengan skor dimensi pada konsep diri remaja. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Armsden dan Greenberg (1987) yang menyatakan bahwa kelekatan remaja dengan orang tua dan teman sebaya berhubungan positif signifikan dengan konsep diri sosial remaja. Orang tua dan lingkungan seperti teman sebaya yang memberikan sikap baik dan positif membuat anak merasa berharga sehingga menumbuhkan konsep diri positif ( Peart et al. 2007).

Berdasarkan hasil uji regresi linear, adapun faktor yang berpengaruh terhadap konsep diri yaitu uang saku remaja, pendapatan per kapita, gaya

18

pengasuhan otoritatif dan kelekatan dengan teman sebaya. Hasil menunjukkan uang saku remaja yang semakin tinggi menurunkan skor konsep diri remaja. Hal ini dapat terjadi dengan uang saku yang berlebihan dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan remaja memungkinkan membuat remaja tidak dapat mengontrol diri untuk menggunakan sesuai keperluannya sehingga cenderung memiliki sikap pengendalian yang buruk. Selanjutnya, pendapatan keluarga dan pengasuhan yang otoritatif berpengaruh positif terhadap konsep diri remaja. Dengan penghasilan keluarga yang diperoleh dapat digunakan untuk mengakses segala kebutuhan anak yang mendukung perkembangan anak serta penerapan pengasuhan otoritatif yang menyeimbangkan kontrol perilaku dan kehangatan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri yang semakin baik. Hasil lain juga menunjukkan bahwa semakin aman dan lekatnya remaja dengan teman sebaya akan meningkatkan konsep diri yang signifikan sebesar 0.416. Setara dengan hasil penelitian tersebut bahwa kelekatan dengan teman sebaya berhubungan dengan konsep diri remaja (Selby 2000). Hasil ini dapat terjadi karena remaja yang mampu membina hubungan yang baik dan lekat dengan teman sebayanya akan memiliki konsep diri yang positif yang mampu mengenali dan mengelola perilakunya dengan baik juga. Remaja dengan konsep diri yang tinggi akan memiliki cara yang baik dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hasil penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah Immele (2000) yang menunjukkan bahwa pergaulan yang baik antara remaja dengan teman sebaya seperti dukungan dan kehadiran teman dekat akan meminimalkan kemungkinan resiko remaja untuk berperilaku buruk. Hasil penelitian ini mendukung penelitian-penelitian terdahulu bahwa interaksi orang tua dengan anak dan lingkungan sosial seperti teman sebaya berperan penting terhadap perkembangan remaja.

Dokumen terkait