• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis gerombol dan analisis input output. Analisis gerombol untuk mengetahui pengelompokan provinsi di Indonesia berdasarkan peubah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi dan analisis input – output untuk mengetahui besarnya peran teknologi komunikasi dalam perekonomian dengan melihat nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Pada pembahasan ini juga dilakukan eksplorasi data untuk mengetahui karakteristik data.

Eksplorasi Data

Eksplorasi data dilakukan untuk mengetahui deskripsi dari data yaitu nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan simpangan baku dari data tersaji pada Tabel 5. Hasil menunjukkan bahwa rentang nilai cukup bervariasi karena setiap peubah memiliki satuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pembakuan untuk menyamakan semua tipe satuan yaitu dengan tranformasi data ke dalam bentuk normal baku ~ , . Hal ini dilakukan agar dalam analisis gerombol menjadi lebih valid. Pembakuan dilakukan dengan persamaan.

=�−�̅

Keterangan:

: Data ke-i

̅ : Rata-rata data

: Simpangan baku data ke-i

Tabel 5 Deskripsi data

Peubah Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan Baku X1 5488.00 1171832.00 173531.55 286654.37 X2 9.00 802.00 151.29 189.09 X3 22.00 1916.00 274.29 461.79 X4 60.00 3322.00 540.48 804.90 X5 112.00 3219.00 710.16 802.49 X6 260.00 7356.00 1720.58 1907.99 X7 65.00 22678.00 3488.55 5693.71 X8 20.13 62.26 38.94 9.82 X9 5.72 30.28 12.98 5.95 X10 10.49 56.85 24.85 9.81 X11 1913106.50 4813890.21 2775372.76 588980.83 X12 61082.24 215484.93 96725.82 32267.72 X13 476.00 47958.00 10702.42 11725.97 X14 4.00 213.00 51.29 51.18 X15 2.00 44.00 17.65 10.16 X16 82.00 12272.00 2673.52 3068.89 X17 8.25 100.00 30.99 25.41 X18 3.57 100.00 22.41 23.65

14

Analisis Gerombol

Analisis gerombol yang digunakan pada penelitian ini adalah metode hirarki yaitu single linkage, complete linkage, average linkage, centroid linkage dan ward linkage dengan menggunakan ukuran jarak dalam pengelompokan adalah jarak euclidean karena data berskala kontinu dan data telah dibakukan. Dari metode-metode tersebut dipilih satu metode-metode terbaik. Penentukan banyak kelompok dan metode yang paling tepat, menurut Sarle (1983) ada salah satu kriteria yang dapat digunakan yaitu dengan nilai cubic clustering criterion (CCC). Selain menggunakan CCC, kriteria lain yang dapat digunakan adalah nilai statistik pseudo F yaitu melihat rasio keragaman antar gerombol dan keragaman dalam gerombol. Nilai CCC dan pseudo F seluruh metode disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa metode yang memiliki CCC yang lebih dari nol adalah metode ward dan complete linkage, akan tetapi metode ward lebih bagus karena memiliki lebih banyak nilai CCC lebih dari 1. Banyak kelompok yang optimal adalah 3 karena nilai CCC mulai konsisten pada saat banyaknya gerombol adalah 3. Kemudian dilihat dari nilai pseudo F, metode yang terbaik adalah metode Ward dengan 3 gerombol karena memiliki nilai pseudo F paling tinggi yaitu 24.3. Untuk memperjelas banyaknya gerombol yang optimal dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 6 Nilai CCC dan pseudo F (PF)

Banyak

kelompok Single Linkage

Complete Linkage

Average

Linkage Centroid Ward

CCC PF CCC PF CCC PF CCC PF CCC PF 2 -4.10 5.40 0.49 22.50 0.49 22.50 -4.10 5.40 0.49 22.50 3 0.10 21.00 0.10 21.00 0.10 21.00 0.10 21.00 1.03 24.30 4 -1.40 14.80 0.88 21.90 -0.56 17.30 -0.56 17.30 1.10 22.70 5 -1.90 12.60 1.01 21.00 -0.56 16.30 -1.40 13.80 1.24 21.80 6 -2.80 10.20 1.00 19.80 -1.00 14.00 -1.00 14.00 1.21 20.60

15 Hasil pengelompokan provinsi secara lebih jelas tersaji pada Tabel 7.

Pemetaaan provinsi di Indonesia berdasar hasil analisis gerombol tersaji pada Gambar 3.

Karakteristik masing masing gerombol dilihat dari nilai rata-rata setiap peubah pada setiap gerombol kemudian dibandingkan dengan rata-rata nasional. Apabila gerombol memiliki peubah dengan nilai rata-rata lebih besar dibandingkan rata-rata nasional maka gerombol tersebut memiliki peubah yang sudah bagus. Sebaliknya apabila gerombol memiliki peubah dengan rata-rata kurang dari rata-rata nasional maka peubah tersebut belum cukup bagus dan harus diberikan perhatian khusus terhadap peubah tersebut. Secara lebih jelas nilai karakteristik setiap gerombol dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7 Anggota masing-masing gerombol

Gerombol 1 (G1) Gerombol 2 (G2) Gerombol 3 (G3) Aceh Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Jambi Sumatra Selatan Bengkulu Lampung

Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan + Barat Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua+Papua Barat DKI Jakarta Kep Bangka Belitung Kepulauan Riau DI Yogyakarta Banten Bali Kalimanta Timur Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur

16

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh karakteristik masing-masing gerombol adalah sebagai berikut:

Gerombol 1 : Provinsi pada gerombol ini memiliki desa dengan fasilitas yang masih sedang dalam hal telepon umum, warung internet, sinyal telepon seluler, program televisi, penggunaan frekuensi radio dan televisi, akan tetapi mempunyai rata-rata konsumsi untuk telekomunikasi yang cukup tinggi

Gerombol 2: Provinsi pada gerombol ini memiliki perekonomian yang baik terlihat dari persentase penduduk dan rumah tangga yang memiliki telepon seluler dan komputer lebih banyak, selain itu juga banyak penduduk yang mengakses internet serta mempunyai konsumsi rumah tangga dan telekomunikasi yang paling tinggi serta telah optimal dalam pemanfaatan kanal televisi dan radio yang telah tersedia.

Gerombol 3: Provinsi pada gerombol ini memiliki banyak desa dengan fasilitas teknologi komunikasi yang bagus antara lain fasilitas telepon, internet, base transceiver station, sinyal telepon seluler dan penerimaan program/siaran televisi. Selain fasilitas yang dimiliki, provinsi dalam gerombol ini juga sudah banyak memanfaatkan frekuensi radio, televisi ataupun GSM

Berdasarkan karakteristik yang telah dimiliki masing-masing gerombol, maka ada beberapa hal yang harus ditingkatkan pada masing-masing gerombol agar dapat memajukan kondisi teknologi komunikasinya yaitu:

Tabel 8 Nilai karakteristik masing-masing gerombol

Peubah Gerombol 1 (G1) Gerombol 2 (G2) Gerombol 3 (G3) Nasional

X1 55506.95 252987.71 814306.00 173531.60 X2 139.43 93.14 370.00 151.29 X3 127.19 141.14 1614.67 274.29 X4 305.05 253.29 2858.67 540.48 X5 512.62 363.57 2901.67 710.16 X6 1411.38 574.29 6559.67 1720.58 X7 1883.05 1393.43 19615.67 3488.55 X8 34.80 51.66 38.25 38.94 X9 10.34 21.97 10.51 12.98 X10 20.45 38.07 24.80 24.85 X11 2653228.34 3415576.85 2136574.22 2775373 X12 87793.60 133556.81 73312.43 96725.82 X13 6228.52 11981.43 39035.33 10702.42 X14 36.71 36.14 188.67 51.29 X15 16.29 14.29 35.00 17.65 X16 1532.33 2744.86 10495.33 2673.52 X17 17.27 61.48 55.88 30.99 X18 11.01 47.27 44.18 22.41

17 Gerombol 1: Penambahan fasilitas-fasilitas di desa, serta peningkatan pemanfaatan frekuensi yang telah tersedia baik frekuensi televisi, radio maupun GSM

Gerombol 2: Penambahan fasilitas-fasilitas yang ada di desa seperti telepon umum, base transceiver station, program televisi

Gerombol 3: Peningkatan dalam hal pemanfaatan kanal televisi dan radio serta penambahan komputer dan penggunaan internet, serta anggaran untuk telekomunikasi

Analisis Input output (I-O)

Analisis input output dilakukan untuk mengetahui peran subsektor komunikasi terhadap subsektor lain dalam perekonomian nasional. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan subsektor teknologi komunikasi dan mengetahui sejauh mana peran subsektor komunikasi dalam setiap gerombol. Setiap provinsi yang mewakili masing-masing gerombol memiliki banyak sektor dan subsektor yang berbeda-beda sehingga dalam peneltian ini dilakukan agregasi pada setiap gerombol untuk memperoleh banyak subsektor yang sama. Agregasi dilakukan berdasarkan penjabaran sektor besar dalam tabel input output nasional yaitu menjadi 27 x 27 subsektor dengan perincian yang dapat dilihat pada Tabel 9. Suatu subsektor merupakan agregat dari berbagai jenis kegiatan ekonomi yang dikelompokkan ke dalam subsektor yang bersangkutan, misalnya subsektor tanaman bahan makanan adalah agregat dari berbagai kegiatan ekonomi seperti padi, jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan makanan lainnya, begitu juga dengan subsektor lain secara lebih jelas disajikan pada Lampiran 10.

Analisis input output dilakukan pada setiap gerombol untuk mengukur besarnya peran setiap subsektor pada setiap gerombol dan keterkaitan antara subsektor satu terhadap subsektor lainnya sehingga dapat diperoleh subsektor yang dominan atau menjadi sektor kunci dan subsektor yang perlu diperhatikan keberadaanya karena belum berperan terhadap subsektor lain. Setiap gerombol dipilih provinsi yang menjadi perwakilan gerombol. Analisis input-output menghasilkan indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK).

18

Analisis Input Output Gerombol 1

Gerombol 1 merupakan gerombol yang terdiri dari 21 provinsi dan memiliki kondisi kemajuan teknologi komunikasi lebih rendah dibandingkan 2 gerombol lainnya. Provinsi yang dijadikan perwakilan pada gerombol ini adalah Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Aceh, dan Provinsi Papua. Pemilihan Provinsi didasarkan pada jarak provinsi ke centroid pada setiap gerombol. Semua gerombol yang berada di gerombol ini diasumsikan memiliki karakteristik yang hampirsama yaitu memiliki wilayah cukup luas, kondisi geografi yang bermacam-macam, dan dinamika sosial ekonomi belum tinggi.

Sumatra utara memiliki tabel input-output yang terdiri dari 71 x 71 sektor ekonomi dan Sulawesi Tengah memiliki tabel input-output terdiri dari 50 x 50 sektor ekonomi sedangkan Aceh memiliki tabel 60 x 60 sektor serta Papua memiliki tabel 84 x 84 sektor. Penelitian ini mengagregasi menjadi 27 x 27 subsektor karena lebih memfokuskan pada subsektor teknologi komunikasi dengan menyederhanakan beberapa kegiatan ekonomi ke dalam satu subsektor. Hasil analisis input output pada gerombol satu diperoleh nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan subsektor teknologi komunikasi yang secara lebih jelas

Tabel 9 Penjelasan subsektor

No Subsektor No Subsektor

1 Tanaman Bahan Makanan 15 Industri Logam Dasar.

2 Perkebunan 16 Industri Barang Jadi dari

Logam

3 Peternakan 17 Industri Pengolahan Lainnya

4 Kehutanan 18 Listrik dan Gas

5 Perikanan 19 Air Bersih

6 Pertambangan Minyak dan gas bumi

20 Bangunan 7 Pertambangan Tapa Migas dan

Penggalian

21 Perdagangan Besar dan Eceran 8 Industri Makanan dan minuman 22 Hotel dan Restoran

9 Industri Tekstil, Pakaian Jadi,kulit dan Alas kaki

23 Pengangkutan 10 Industri Kayu, Bambu, Rotan

dan Furniture

24 Tekonologi Komunikasi 11 Industri Kertas dan

barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

25 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

12 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

26 Usaha Sewa Bangunan dan jasa perusahaan

13 Pengilangan Minyak Bumi 27 Jasa-jasa 14 Industri Barang Mineral bukan

19 tersaji pada Tabel 10, sedangkan secara lengkap semua nilai rata-rata IDP dan IDK gerombol satu tersaji pada Lampiran 9.

Tabel 10 menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai rata-rata indeks daya penyebaran sebesar 0.882 yang menunjukkan jika terjadi kenaikan satu unit output subsektor teknologi komunikasi menyebabkan kenaikan output perekonomian subsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 0.882 unit. Dari 4 provinsi pada gerombol 1, Papua memiliki nilai IDP yang paling tinggi karena di Provinsi Papua teknologi komunikasi sangat diperlukan mengingat daerah Papua yang sangat susah apabila ditempuh jalur darat untuk melakukan komunikasi dengan daerah lain. Secara rata-rata yang tersaji pada Lampiran 11, subsektor teknologi komunikasi menempati urutan ke-15 dibandingkan subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi masih berada diatas subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, perdagangan besar dan eceran, bank dan lembaga keuangan lainnya.

Nilai indeks derajat kepekaan pada gerombol satu masih lemah karena dibawah 1, kecuali Provinsi Papua yang memiliki nilai 1.096 karena subsektor teknologi komunikasi di Papua penting untuk memberikan input ke subsektor yang lain. Secara rata-rata nilai IDK gerombol 1 sebesar 0.866 yang menunjukkan kenaikan satu unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi menyebabkan output subsektor teknologi komunikasi naik sebesar 0.866 unit. Nilai IDK subsektor teknologi komunikasi berada pada urutan ke 21 dari 27 subsektor yang ada, hal ini mengindikasikan bahwa subsektor teknologi komunikasi masih kurang dalam memberikan input terhadap subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai IDK yang lebih tinggi dibandingkan subsektor peternakan, hotel dan restoran, industri pengolahan lain (peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur, pengatur) serta subsektor air bersih.

Analisis Input Output Gerombol 2

Gerombol 2 merupakan gerombol yang terdiri dari 7 provinsi dan memiliki kondisi kemajuan teknologi komunikasi menengah dibandingkan 2 gerombol lainnya. Semua gerombol yang berada di gerombol ini memiliki karakteristik yang hampirsama dengan memiliki luas wilayah yang kecil, jumlah penduduk yang cukup padat, tingkat perekonomian yang maju dan dinamika sosial ekonomi yang tinggi. Provinsi yang dijadikan perwakilan pada gerombol 2 adalah Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Timur.

Tabel 10 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 1

Provinsi IDP IDK

Sumatra Utara 0.838 0.723

Sulawesi Tengah 0.920 0.789

Aceh 0.789 0.854

Papua 0.980 1.096

20

Kepulauan Bangka Belitung memiliki tabel input-output terdiri dari 60 x 60 subsektor ekonomi dan Kalimantan Timur memiliki tabel input-output terdiri dari 50 x 50 subsektor ekonomi. Gerombol 2 memiliki nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang secara lebih jelas tersaji pada Tabel 11. Nilai rata-rata IDP dan IDK secara lengkap semua subsektor pada gerombol 2 disajikan pada Lampiran 11.

Tabel 11 menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi pada kedua provinsi memiliki nilai IDP dan IDK dibawah 1 yang berarti masih lemah. Rata-rata indeks daya penyebaran sebesar 0.849 menunjukkan jika terjadi kenaikan satu unit output subsektor teknologi komunikasi menyebabkan kenaikan output perekonomian subsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 0.849 unit. Berdasarkan Lampiran 11 subsektor teknologi komunikasi menempati urutan ke-19 dibandingkan subsektor yang lain. Gerombol 2 memiliki nilai rata-rata IDP dan IDK tiga urutan teratas adalah subsektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, subsektor industri makanan dan minuman serta subsektor air bersih.

Nilai indeks derajat kepekaan sebesar 0.773 yang menunjukkan kenaikan satu unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi menyebabkan output subsektor teknologi komunikasi naik sebesar 0.773 unit. Nilai IDK subsektor teknologi komunikasi berada pada urutan ke 23 dari 27 subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor teknologi komunikasi masih kurang dalam memberikan input terhadap subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai IDK yang lebih tinggi dibandingkan subsektor jasa-jasa, subsektor hotel dan restoran, industri pengolahan lain (peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur, pengatur) serta subsektor air bersih.

Analisis Input Output Gerombol 3

Gerombol 3 merupakan gerombol yang terdiri dari 3 provinsi dan memiliki kondisi kemajuan teknologi komunikasi paling bagus dibandingkan 2 gerombol lainnya. Provinsi yang menjadi perwakilan gerombol 3 adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Semua gerombol yang berada di gerombol ini memiliki karakteristik yang hampirsama yaitu memiliki wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan yang relatif tinggi, banyak wilayah administratif, dinamika sosial yang cukup tinggi. Jawa Tengah memiliki tabel input output dengan 88 x 88 sektor ekonomi, Jawa Barat memiliki tabel input output 86 x 86 sektor ekonomi. Penelitian ini fokus untuk mengetahui sektor komunikasi sehingga dilakukan agregasi menjadi 27x27 subsektor dengan menyederhanankan beberapa kegiatan ekonomi sejenis ke dalam satu subsektor. Nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan pada gerombol 3 disajikan pada Tabel 12.

Hasil analisis input-output menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan masih kurang dari 1 yang berarti masih dibawah rata-rata subsektor lainnya. Tetapi

Tabel 11 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 2

Provinsi IDP IDK

Kepulauan Bangka Belitung 0.883 0.807

Kalimantan Timur 0.816 0.738

21 subsektor teknologi komunikasi pada gerombol tiga mengungguli subsektor perdagangan besar dan eceran, tanaman bahan makanan, peternakan, perdagangan besar dan eceran, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor kehutanan dan lainnya. Secara rata-rata nilai IDP memiliki rata-rata sebesar 0.841 yang menunjukkan jika terjadi kenaikan satu unit output subsektor teknologi komunikasi menyebabkan kenaikan output perekonomian subsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 0.841 unit. Berdasar Lampiran 11 subsektor teknologi komunikasi menempati urutan ke-19 dibandingkan subsektor yang lain.

Tabel 12 menunjukkan nilai indeks derajat kepekaan sebesar 0.710 yang menunjukkan kenaikan satu unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi menyebabkan output subsektor teknologi komunikasi naik sebesar 0.710 unit. Nilai IDK subsektor teknologi komunikasi berada pada urutan ke 21 dari 27 subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor teknologi komunikasi belum cukup memberikan input terhadap subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai IDK yang lebih tinggi dibandingkan subsektor kehutanan, subsektor industri pengolahan lain (peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur, pengatur), subsektor barang mineral bukan logam, subsektor air bersih, subsektor peternakan dan subsektor perikanan.

Analisis Profil

Analisis input-output menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi pada setiap gerombol memiliki rata-rata nilai indeks daya penyebaran indeks derajat kepekaan kurang dari 1 yang berarti belum cukup memiliki keterkaitan ke belakang dan keterkaitan kedepan yang kuat terhadap subsektor lainnya tetapi subsektor teknologi komunikasi sudah cukup mampu bersaing dengan subsektor lain dengan nilai rata-rata lebih dari 0.84 untuk IDP dan diatas 0.71 untuk IDK. Secara lebih jelas profil semua subsektor pada masing-masing gerombol dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6. Pada ketiga gerombol subsektor komunikasi berada pada kuadran IV yang memiliki IDP lemah dan IDK lemah, artinya keberadaan subsektor teknologi komunikasi perlu diperhatikan karena belum mampu mendorong maupun menarik subsektor lain.

Tabel 12 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 3

Provinsi IDP IDK

Jawa Tengah 0.848 0.786

Jawa Barat 0.833 0.633

22

Gambar 4 menjelaskan bahwa subsektor yang berada pada kuadran IV memiliki IDP lemah dan IDK lemah, artinya keberadaan subsektor teknologi komunikasi, subsektor tanaman bahan makanan, kehutanan, perikanan, industri logam dasar, bank dan lembaga keuangan lain, usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya perlu diperhatikan pemerintah agar bisa memberikan kontribusi terhadap subsektor lain, sedangkan subsektor yang cukup dominan pada gerombol 1 adalah subsektor industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik dan subsektor pengangkutan.

IDK

LEMAH KUAT

KUADRAN III KUADRAN I

ID

P

KUAT

Peternakan Industri Barang Jadi dari Logam

Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

Industri Makanan dan minuman

Industri Pengolahan Lainnya

Pengangkutan

Industri Tekstil, Pakaian

Jadi,kulit dan Alas kaki Listrik dan Gas

Industri Kayu, Bambu,

Rotan dan Furniture Air Bersih

Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

Bangunan

Industri Barang Mineral bukan logam Hotel dan Restoran LE MAH KUADRAN IV KUADRAN II Tanaman Bahan Makanan Usaha Sewa Bangunan dan jasa perusahaan Perkebunan

Kehutanan jasa-jasa Pertambangan Minyak dan gas bumi

Perikanan Pertambangan Tapa

Migas dan Penggalian

Industri Logam Dasar. Pengilangan Minyak Bumi

Teknologi Komunikasi Perdagangan Besar dan Eceran

Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

23

Gambar 5 menjelaskan bahwa pada kuadran IV yaitu subsektor teknologi komunikasi, subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, kehutanan, perikananpertambangan tanpa migas dan penggalian, bank dan lembaga keuangan lain, usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan perlu diperhatikan pemerintah agar bisa memberikan kontribusi terhadap subsektor lain, sedangkan subsektor yang cukup dominan pada gerombol 2 adalah subsektor industri makanan dan minuman, industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik dan subsektor industri barang jadi dari logam, listrik dan gas dan pengangkutan.

Gambar 5 Kuadran indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan gerombol 2

IDK

LEMAH KUAT

KUADRAN III KUADRAN I

ID

P

KUAT

Industri Tekstil, Pakaian

Jadi,kulit dan Alas kaki Industri Makanan dan minuman

Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture

Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

Industri Barang Mineral bukan logam

Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

Industri Pengolahan

Lainnya Industri Barang Jadi dari Logam

Air Bersih Listrik dan Gas

Bangunan Pengangkutan

Hotel dan Restoran

KUADRAN IV KUADRAN II

LEMA

H

Tanaman Bahan Makanan Perkebunan

Peternakan Pertambangan Minyak dan gas bumi

Kehutanan Pengilangan Minyak Bumi

Perikanan Industri Logam Dasar.

Pertambangan Tanpa

Migas dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran

Teknologi Komunikasi jasa-jasa

Bank dan Lembaga

Keuangan lainnya Usaha Sewa Bangunan dan

24

Gambar 6 menjelaskan bahwa pada kuadran IV yaitu subsektor teknologi komunikasi, subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, air bersih, bank dan lembaga keuangan lain, usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan perlu diperhatikan pemerintah agar bisa memberikan kontribusi terhadap subsektor lain, sedangkan subsektor yang cukup dominan pada gerombol 2 adalah subsektor industri makanan dan minuman, industri tekstil, pakaian jadi,kulit dan alas kaki, industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik dan subsektor industri barang jadi dari logam, dan jasa-jasa lainnya.

Perbandingan nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan subsektor teknologi komunikasi antar gerombol tersaji pada Tabel 13. Nilai subsektor teknologi komunikasi rata-rata pada setiap gerombol masih kurang dari 1, hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena subsektor teknologi komunikasi masih harus bersaing dengan subsektor lain agar bisa menjadi subsektor yang dominan.

IDK

LEMAH KUAT

KUADRAN III KUADRAN I

ID

P

KUAT

Industri Kayu, Bambu, Rotan

dan Furniture Industri Makanan dan minuman

Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

Industri Tekstil, Pakaian Jadi,kulit dan Alas kaki

Industri Barang Mineral bukan logam

Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

Industri Logam Dasar. Industri Barang Jadi dari Logam

Industri Pengolahan Lainnya jasa-jasa

Bangunan

Hotel dan Restoran

KUADRAN IV KUADRAN II

LE

MAH

Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

Peternakan Pertambangan dan penggalian

Kehutanan Pengilangan Minyak Bumi

Perikanan Listrik dan Gas

Air Bersih Perdagangan Besar dan Eceran

Teknologi Komunikasi Pengangkutan

Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

Usaha Sewa Bangunan dan jasa perusahaan

Gambar 6 Kuadran indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan gerombol 3

25

Pemetaan nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan disajikan pada Gambar 7. Nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan disemua provinsi hampirsama kecuali Papua. Peran subsektor teknologi komunikasi di Provinsi Papua cukup dominan. Hal ini dikarenakan kondisi geografi di Provinsi Papua cukup sulit untuk berkomunikasi secara langsung antara wilayah satu dengan wilayah lain.

Tabel 13 Perbandingan nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi antar Gerombol

Provinsi IDP IDK Gerombol

Sumatra Utara 0.838 0.723 1

Sulawesi Tengah 0.920 0.789 1

Aceh 0.789 0.854 1

Papua 0.980 1.096 1

Kep. Bangka Belitung 0.883 0.807 2

Kalimantan Timur 0.816 0.738 2

Jawa Tengah 0.848 0.786 3

Jawa Barat 0.833 0.633 3

Dokumen terkait