• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelompokan Wilayah Di Indonesia Dengan Analisis Gerombol Dan Analisis Input Output Dalam Bidang Teknologi Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelompokan Wilayah Di Indonesia Dengan Analisis Gerombol Dan Analisis Input Output Dalam Bidang Teknologi Komunikasi"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOMPOKAN WILAYAH DI INDONESIA

DENGAN ANALISIS GEROMBOL DAN ANALISIS

INPUT

OUTPUT

DALAM BIDANG TEKNOLOGI KOMUNIKASI

AHMAD NUR ROHMAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul pengelompokan wilayah di Indonesia dengan analisis gerombol dan analisis input output dalam bidang teknologi komunikasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

AHMAD NUR ROHMAN. Pengelompokan Wilayah di Indonesia dengan Analisis Gerombol dan Analisis Input Output dalam Bidang Teknologi Komunikasi. Dibimbing oleh ERFIANI dan MUHAMMAD NUR AIDI.

Perkembangan teknologi di Indonesia sekarang ini sangat pesat. Salah satu teknologi yang sedang berkembang pesat adalah teknologi komunikasi. Hal ini dikarenakan teknologi komunikasi dapat mempermudah dan mempercepat dalam berkomunikasi. Selain itu teknologi komunikasi juga merupakan salah satu fokus pemerintah dalam pembangunan nasional serta merupakan sektor yang mendukung perekonomian nasional. Akan tetapi Indonesia memiliki wilayah yang luas, jumlah penduduk yang banyak, kondisi geografi yang berbeda-beda dan perbedaan level ekonomi masyarakat sehingga sulit dalam menerapkan kebijakan untuk setiap wilayah. Sehingga perlu dilakukan pengelompokan wilayah dalam teknologi komunikasi serta peran komunikasi sendiri dalam perekonomian. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengelompokkan provinsi di Indonesia serta mengukur peran subsektor komunikasi dalam perekonomian sebagai dasar langkah pemerintah dalam menerapkan kebijakan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis gerombol metode hirarki dengan menggunaan kriteria Cubic Clustering Criterion (CCC) dan pseudo F dalam penentuan metode terbaik dan banyak gerombol optimal. Peran subsektor komunikasi diperoleh menggunakan analisis input-output pada setiap gerombol dengan menghitung nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyaknya gerombol yang terbentuk berdasarkan peubah dalam bidang teknologi komunikasi adalah 3 gerombol. Gerombol 1 beranggotakan 21 provinsi, gerombol 2 beranggotakan 7 provinsi, dan gerombol 3 beranggotakan 3 provinsi. Gerombol 1 masih harus meningkatkan potensi desa , perekonomian dan pemanfaatan komunikasi karena masih ada yang kurang, gerombol 2 memiliki sosial ekonomi yang sudah bagus dan gerombol 3 memiliki potensi desa dan penggunaan komunikasi yang sudah bagus. Analisis input-output diperoleh nilai rata-rata indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaaan Subsektor komunikasi pada ketiga gerombol masih lemah sehingga belum bisa menarik maupun mendorong sektor lain, oleh karena itu sektor komunikasi harus menjadi perhatian khusus oleh pemerintah

(5)

SUMMARY

AHMAD NUR ROHMAN. Clustering Regions in Indonesia with Cluster Analysis and Input Output Analysis in Field of Communication Technology. Supervised by ERFIANI and MUHAMMAD NUR AIDI.

Technological development in Indonesia is growing rapidly. One of the technologies which grows rapidly is communication technology. The growth of communication technology has made communication faster and easier. Moreover communication technology has become one the government’s targets in national development as a sector that support the national economy. However, the vast territory and the large population of Indonesia, which different geographically and different economic levels of society have made it difficult to implement policies for each region. Consequently, grouping regions on communication technology level and its contribution to regional economy is needed. Therefore the objective of this research was to cluster regions in Indonesia as well as to measure contribution of communication sub-sector in the economy as a basic step in implementing government policies.

The method was used in this research were hierarchical cluster analysis method with Cubic Clustering Criterion (CCC) and pseudo F as criterions to determine the best method and optimal cluster. The contribution of the communications subsector was obtained using input-output analysis on each cluster by calculating power of dispersion index and sensitivity of dispersion index.

The results showed that the number of cluster formed by variables in the field of communication technology was 3 clusters. 1st cluster consists of 21 provinces, 2nd cluster consists of 7 provinces, and 3rd cluster consists of 3 provinces. 1st cluster had low village potencies, regional economy and communication usage and still had to increase its capabilities, 2nd cluster had good social and economic potencies, and 3rd cluster had good village potencies and communication usage. From input-output analysis, the average value of power of dispersion index and sensitivity of dispersion index of communication subsector on all clusters were still weak so it could not pull or push other sectors, therefore communication subsector should be given extra attention by the government.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Statistika Terapan

PENGELOMPOKAN WILAYAH DI INDONESIA

DENGAN ANALISIS GEROMBOL DAN ANALISIS

INPUT

OUTPUT

DALAM BIDANG TEKNOLOGI KOMUNIKASI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengelompokan Wilayah di Indonesia dengan Analisis Gerombol dan Analisis Input Output dalam Bidang Teknologi Komunikasi

Nama : Ahmad Nur Rohman NIM : G152130281

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Erfiani, MSi Ketua

Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Statistika Terapan

Dr Ir Indahwati, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Penulis menghaturkan puji syukur sebesar-besarnya kepada Allah Subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Pengelompokan wilayah di Indonesia dengan analisis gerombol dan analisis input output dalam bidang teknologi komunikasi”. Tesis ini juga dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Erfiani, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Dr Ir Muhammad Nur Aidi, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran serta semangat kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayahnda Paiman dan almarhumah Ibunda Samini sebagai orangtua penulis yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh sekolah pascasarjana ini serta dukungan, semangat

dan do’anya, kemudian kepada adik-adikku Siti Nur Hidayah dan Siti Nur Rohmani yang selalu mendoakan dan memberi semangat, serta kepada Febriyani yang selalu memberi semangat dan motivasi serta selalu menemani dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga kepada seluruh staff program studi Statistiska, Teman-teman S2 Statistika Terapan 2013, teman-teman S2 Statistika Terapan BPS, Teman-teman S2 Statistika 2013 yang telah membantu dan kebersamaannya. Dan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah ini, sehingga saran, masukan, dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar penelitian ini dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Semoga penelitian ini dapat segera dilaksanakan sehingga dapat memberikan manfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Teknologi Komunikasi 3

Analisis Gerombol 3

Analisis Input - Output 8

3 METODE 10

Data 10

Prosedur Analisis Data 11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Eksplorasi Data 13

Analisis Gerombol 14

Analisis Input - Output 17

Analisis Profil 21

5 SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 28

(12)

DAFTAR TABEL

1 Transaksi input output n x n sektor 8

2 Peubah-peubah bidang teknologi komunikasi 10

3 Sektor-sektor dalam perekonomian nasional 11

4 Metode analisis penelitian 11

5 Deskripsi data 13

6 Nilai CCC dan pseudo F seluruh metode 14

7 Anggota masing-masing gerombol 15

8 Nilai karakteristik masing-masing gerombol 16

9 Penjelasan subsektor 18

10 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 1 19 11 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 2 20 12 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 3 21 13 Perbandingan nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi 25

antar gerombol

DAFTAR GAMBAR

1 Alur penelitian 12

2 Dendogram analisis gerombol dengan metode ward 14

3 Peta pengelompokan hasil analisis gerombol 15

4 Kuadran IDP dan IDK gerombol 1 22

5 Kuadran IDP dan IDK gerombol 2 23

6 Kuadran IDP dan IDK gerombol 3 24

7 Pemetaan provinsi terpilih berdasar nilai IDP dan IDK 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data analisis gerombol 28

2 Matriks pengganda Provinsi Sumatra Utara (gerombol 1) 30 3 Matriks pengganda Provinsi Sulawesi Utara (gerombol 1) 31

4 Matriks pengganda Provinsi Aceh (gerombol 1) 32

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teknologi komunikasi merupakan teknologi yang mempermudah semua orang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan kebutuhan setiap orang dalam melakukan aktifitas sehari-hari untuk menunjang hidupnya. Teknologi komunikasi juga merupakan instrumen dalam proses pembangunan nasional, dapat meningkatkan pendapatan serta dapat mengembangkan sistem informasi yang menghubungkan seluruh wilayah nusantara. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini semakin pesat sehingga mendorong peran strategis komunikasi dan informasi sebagai modal dasar pembangunan dan menjadi faktor yang harus diperhatikan agar dapat bersaing pada era globalisasi saat ini. Pengelolaan komunikasi dan informasi harus tepat agar dapat memenangkan persaingan yang semakin mengglobal. Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah adalah menjadikan teknologi komunikasi sebagai salah satu rencana jangka panjang pemerintah yang tercantum dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 yaitu mewujudkan masyarakat informasi Indonesia (MII) pada periode jangka menengah ketiga tahun 2015-2019.

Rencana pemerintah untuk mewujudkan masyarakat informasi Indonesia dihadapkan pada permasalahan yang ada di Indonesia. Menurut BPS (2014), Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas yaitu 1910931.32 km2 yang terdiri dari 17504 pulau dengan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta jiwa dengan sosial ekonomi, politik, budaya maupun agama yang heterogen. Indonesia memiliki kondisi geografi yang berbeda-beda yang terdiri dari kepulauan, dataran tinggi maupun dataran rendah. Permasalahan infrastruktur yang berbeda-beda pada tiap daerah antara perkotaan dan pedesaan seperti penetrasi telepon, komputer ataupun internet serta perbedaan tingkat ekonomi masyarakat. Semua permasalahan tersebut mengakibatkan perbedaan tingkat teknologi komunikasi pada setiap wilayah. Hal tersebut menyebabkan pemerintah mengalami kesulitan dalam menerapkan kebijakan pada setiap wilayah.

(14)

2

Penerapan kebijakan yang tepat dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan masyarakat dalam memanfaatkan akses komunikasi dan informasi yang secara ekonomi akan meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan teknologi komunikasi menjadi salah satu subsektor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

Peran subsektor teknologi komunikasi terhadap subsektor lain dalam perekonomian perlu diketahui untuk melihat pertumbuhan subsektor teknologi komunikasi. Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya peran subsektor komunikasi adalah menggunakan analisis input output. Penelitian menggunakan analisis input output yang pernah dilakukan antara lain : analisis peran sektor ekonomi terhadap perkembangan ekonomi Kabupaten Pemalang (Suryani 2013) yang menyimpulkan sektor – sektor yang mempengaruhi perekonomian Kabupaten Pemalang ; analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan dengan perekonomian wilayah Provinsi Jawa Barat (Diyana et al 2008) ; Economic landscape subsektor perikanan pada perekonomian Kabupaten Sidoarjo (Juanti et al 2014).

Berdasar uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengkombinasikan antara analisis gerombol untuk mengelompokkan provinsi di Indonesia berdasarkan peubah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi dan analisis input-output untuk mengetahui peran subsektor teknologi komunikasi dalam perkonomian sehingga diharapkan dapat memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam rangka meningkatkan subsektor teknologi komunikasi dalam mewujudkan masyarakat informasi Indonesia sesuai tujuan pembangunan nasional.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengelompokkan provinsi di Indonesia berdasarkan peubah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi.

2. Mengukur peran teknologi komunikasi dalam perekonomian

Manfaat Penelitian

(15)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis yang memproses dan menyampaikan informasi (BPS 2014). TIK memiliki 2 aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi merupakan segala hal yang berakitan dengan proses, penggunaan, pengolah dan pengelolaan informasi, sedang teknologi komunikasi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya sehingga kedua teknologi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Teknologi Komunikasi merupakan salah satu subsektor dalam perekonomian nasional. Saat ini teknologi komunikasi merupakan subsektor yang menjadi salah satu fokus agar pembangunan nasional lebih maju. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, masyarakat informasi Indonesia diproyeksikan terwujud pada periode jangka menengah ketiga, yaitu tahun 2015-2019. Oleh karena itu subsektor teknologi komunikasi harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah agar rencana tersebut dapat terwujud. Teknologi komunikasi juga memfasilitasi pertumbuhan perdagangan, investasi dan keuangan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Perekonomian nasional di Indonesia, dalam Statistika Indonesia (2014), ada sembilan sektor besar yaitu : pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel, restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; jasa- jasa. Subsektor teknologi komunikasi termasuk dalam sektor pengangkutan dan komunikasi. Kegiatan ekonomi dalam subsektor komunikasi ada sebanyak 22 kegiatan yaitu pos nasional, unit pelayanan pos, jasa kurir, jaringan tetap, jaringan bergerak terrestrial, jaringan bergerak seluler, jaringan bergerak satelit, jaringan panggilan premium, jasa radio panggil untuk umum, jasa radio trunking, warung telekomunikasi, jasa telekomunikasi lainnya, Internet service provider, jasa sistem komunikasi, jasa portal, jasa voice over internet protocol, warung internet, jasa multimedia lainnya, telekomunikasi khusus untuk sendiri, telekomunikasi khusus untuk keamanan, telekomunikasi khusus untuk penyiaran.

Analisis Gerombol

(16)

4

Ukuran Jarak

Salah satu faktor penentu pengelompokan dalam analisis gerombol adalah didasarkan pada kedekatan jarak antar objek. Menurut Gan et al (2007) ada enam jenis jarak yang biasa digunakan dalam analisis gerombol yaitu:

1. Jarak euclidean

Jarak euclidean digunakan untuk data kontinu. Jarak euclidean merupakan besarnya jarak suatu garis lurus yang menghubungkan antar objek. Jarak euclidean antar objek ke-i dan objek ke-j dengan p merupakan banyak peubah adalah sebagai berikut:

� : Jarak euclidean antara objek ke-i dengan objek ke-j

� : Jumlah peubah

: Nilai atau data dari objek ke-i pada peubah ke-k : Nilai atau data dari objek ke-j pada peubah ke-k 2. Jarak manhattan

Jarak manhattan disebut juga city block distance merupakan besarnya jarak dari dua buah objek dilihat dari nilai selisih kedua objek tersebut. Jarak manhattan dari objek ke i ke objek ke j dengan banyak peubah p dapat dihitung dengan:

� : Jarak manhattan antara objek ke-i dengan objek ke-j

� : Jumlah peubah

: Nilai atau data dari objek ke-i pada peubah ke-k : Nilai atau data dari objek ke-j pada peubah ke-k 3. Jarak maksimum

Jarak maksimum dapat dicari dengan mencari nilai maksimum jarak pada tiap peubah. Fungsi jarak maksimum dari objek i ke objek j dengan p merupakan banyak peubah p adalah sebagai berikut:

� = max≤k≤p| − |

Dengan

� : Jarak maksimum antara objek ke-i dengan objek ke-j

� : Jumlah peubah

: Nilai atau data dari objek ke-i pada peubah ke-k : Nilai atau data dari objek ke-j pada peubah ke-k 4. Jarak Minkwoski

(17)

5

� : Jarak minkwoski antar objek ke-i dengan objek ke-j

� : Jumlah peubah

: Nilai atau data dari objek ke-i pada peubah ke-k : Nilai atau data dari objek ke-j pada peubah ke-k

� : Orde dari jarak

Apabila nilai r = 2 maka menjadi jarak euclidean, apabila r=1 maka merupakan jarak manhattan dan apabila r= ∞ maka menjadi jarak maksimum.

5. Jarak Mahalanobis

Jarak mahalanobis berguna untuk menghilangkan atau mengurangi perbedaan skala pada masing-masing komponen karena jarak ini mempertimbangkan nilai ragam dan peragamnya. Jarak mahalanobis antar dua objek i dan j dinyatakan dalam bentuk vektor dan matriks:

� = ( − � S− − �)

Dengan

S : Matriks ragam peragam dari data

= ( , , … , �)′

= ( , , … , �)′

� : Jumlah peubah 6. Jarak rata-rata

Jarak ini merupakan modifikasi dari jarak euclidean. Fungsi jarak rata-rata adalah sebagai berikut:

� : Jarak rata-rata antar objek ke-i dengan objek ke-j

� : Jumlah peubah

: Nilai atau data dari objek ke-i pada peubah ke-k : Nilai atau data dari objek ke-j pada peubah ke-k

Metode Analisis Gerombol

(18)

6

Metode hirarki yang biasa digunakan adalah metode pemusatan. Metode tersebut adalah single linkage, complete linkage, average linkage, ward’s method dan centroid method.

1.Single linkage

Metode analisis gerombol ini menggunakan prinsip penggerombolan didasarkan pada jarak terpendek antar anggotanya. Langkah awal metode ini dimulai dengan mencari dua objek terdekat dan keduanya membentuk gerombol pertama kemudian dilanjutkan pada objek selanjutnya sampai masing-masing anggota memiliki gerombol. Jarak antar gerombol (i, j) dengan k adalah

� , = min � , �

2.Complete linkage

Metode analisis gerombol ini merupakan kebalikan dari metode single linkage, yaitu dengan menggunakan prinsip penggerombolan didasarkan pada jarak terjauh antar anggotanya. Jarak antar gerombol (i, j) dengan k adalah

� , = max � , �

3.Average linkage

Metode analisis gerombol ini didasarkan pada jarak rata-rata antar semua anggota dalam satu gerombol dengan semua anggota gerombol lain. Jaraknya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

d ij, k =� + � � ,� +� + � � ,

4.Ward’s method

Metode ward merupakan metode analisis gerombol yang didasari karena adanya informasi yang hilang akibat penggabungan objek menjadi gerombol. Tahapan metode ward dimulai dengan menghitung rata-rata untuk setiap gerombol kemudian dihitung jarak setiap objek dengan nilai rata-rata tersebut. Setiap tahapan dua gerombol yang memiliki kenaikan sum of square dalam gerombol terkecil digabungkan. Metode ini diukur dari total deviasi kuadrat pada rata-rata gerombol pada setiap pengamatan untuk mencari gerombol. Dua objek akan menjadi satu gerombol apabila memiliki fungsi objektif terkecil diantara kemungkinan yang ada. Fungsi objektif yang digunakan adalah Error Sum of Square (ESS) dengan rumus sebagai berikut:

ESS = ∑ ∑

� : Banyaknya obyek dalam gerombol yang terbentuk

Selisih nilai ESS pada setiap tahap menggunakan rumus sebagai berikut:

(19)

7 5.Centroid method

Metode ini didasarkan pada jarak antar centroid. Centroid merupakan jarak rata-rata semua objek dalam satu gerombol. Dalam metode ini setiap terbentuk gerombol baru maka dilakukan penghitungan ulang centroid sampai diperoleh gerombol yang tetap. Pada setiap tahapan metode ini dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

d ij, k =� + � � ,� +� + � � ,� − � �

(� + � ) � ,

Cubic Clustering Criterion (CCC)

Sarle (1983) menjelaskan bahwa CCC merupakan perbandingan koefisien nilai pengamatan dari R2 dengan pendekatan nilai harapan dari R2. Selain itu juga melakukan pengembangan terhadap CCC, yang digunakan dalam penentuan banyaknya gerombol. CCC dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

CCC = � [ − ]

��∗

. + .

Dengan

: Keragaman yang dapat dijelaskan gerombol : Nilai harapan dari

n : Jumlah pengamatan

�∗< �, p adalah jumlah peubah

Nilai CCC positif menunjukkan bahwa nilai R2 lebih besar dari nilai harapan R2 berarti dapat digunakan dalam penentuan banyak kelompok. Nilai CCC lebih dari 2 atau 3 mengindikasikan bahwa gerombol yang terbentuk bagus. Nilai CCC antara 0 dan 2 menunjukkan bahwa gerombol yang terbentuk potensial, sedangkan apabila nilai CCC negatif yang besar menunjukkan adanya pencilan.

Pseudo F

Calinski dan Harabasz (1974) mengemukakan bahwa pseudo F merupakan fungsi dari jumlah gerombol yang dihasilkan dalam setiap langkah dalam penggerombolan. Fungsi dari pseudo F adalah sebagai berikut:

= �/ � −/ � − �

Dengan

� : Jumlah kuadrat jarak antar gerombol : Jumlah kuadrat jarak dalam gerombol

� : Banyak gerombol yang dihasilkan

� : Banyak pengamatan

(20)

8

Analisis Input Output

Analisis input-output merupakan salah satu analisis yang sering digunakan dalam bidang ekonomi. Daryanto dan Hafizrindia (2010) menjelaskan bahwa analisis tabel input output merupakan suatu metode yang secara sistematis digunakan untuk mengukur hubungan timbal balik antar sektor dalam sistem ekonomi. Analisis input output sebenarnya sederhana, tetapi dapat melihat hubungan antara sektor dalam perekonomian. Saat ini dalam pembangunan ekonomi tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga melihat pertumbuhan sektor produksi lainnya sehingga dalam hal ini hubungan antar sektor menjadi penting (Nazara 2005).

Bentuk umum dari tabel transaksi input output nxn sektor tersaji secara rinci pada Tabel 1.

Keterangan:

: Input sektor j yang berasal dari produksi sektor i

Output sektor-i yang digunakan sebagai input antara (IA) pada sektor-j : Nilai produksi (output) sektor j

: Nilai tambah sektor j

: Permintaan akhir yang berasal dari produksi sektor i : Impor produksi

Matriks koefisien input dinotasikan sebagai matriks A dengan elemen dalam matriks A dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

=

Dengan

: Koefisien input sektor ke-i oleh sektor ke-j : Penggunaan input sektor ke-i oleh sektor ke-j : Output sektor ke-j

Sehingga diperoleh matriks A sebagai berikut:

Tabel 1 Transaksi input-output nxn sektor

(21)

9

Matriks koefisien input (A) menggambarkan komposisi input antara yang digunakan masing-masing sektor dalam berproduksi. Matriks A digunakan untuk menghitung matriks kebalikan (B) dengan rumus:

= � − − Dengan

I : Matriks identitas A : Matriks koefisien input

Matriks kebalikan biasa disebut matriks pengganda. Matriks pengganda ini dapat menunjukkan dampak yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi dalam negeri sebagai akibat adanya perubahan pada peubah-peubah perekonomian nasional.

Indeks Daya Penyebaran (IDP)

Daya penyebaran adalah ukuran untuk melihat keterkaitan kebelakang (backward linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah. Nilai ini menunjukkan dampak dari suatu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi dimasing-masing sektor secara keseluruhan. Indeks daya penyebaran dapat dihitung menggunakan rumus:

= 1

�∑ ∑

Dengan

: Indeks daya penyebaran sektor-j : Elemen matriks pengganda n : Banyak sektor

Indeks Derajat Kepekaan (IDK)

Derajat kepekaaan menggambarkan ukuran untuk melihat keterkaitan kedepan (forward linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah. Besarnya derajat kepekaan dapat dicari dengan rumus:

= 1

�∑ ∑

Dengan

(22)

3

METODE

Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 dan Data Komunikasi dan informatika terkait teknologi komunikasi tahun 2011 serta tabel input output beberapa provinsi di Indonesia. Data yang digunakan untuk analisis gerombol merupakan data dengan peubah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi yang merupakan tujuan dari pembangunan kementerian komunikasi dan informatika 2010- 2014 dan merupakan penjabaran dari kegiatan ekonomi pada subsektor teknologi komunikasi. Berdasarkan tujuan pembangunan di bidang teknologi komunikasi maka peubah yang digunakan dan sumber data disajikan secara rinci pada Tabel 2.

Analisis input output yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis pada masing gerombol dengan memilih perwakilan provinsi pada masing-masing gerombol. Hal ini dikarenakan keterbatasan ketersediaan data input output

Tabel 2 Peubah – peubah dalam teknologi komunikasi

No Peubah Satuan Sumber dan

Tahun 1 Jumlah keluarga berlangganan telepon kabel Rumah Tangga

BPS, Potensi Desa (2011) 2 Banyak desa yang memiliki fasilitas telepon umum Desa

3 Banyak desa yang memiliki warung telepon Desa 4 Banyak desa yang memiliki failitas warung internet Desa

5

Banyak desa yang memiliki menara Base

Transceiver Station (BTS) Desa

6

Banyak desa menurut penerimaan sinyal telepon

seluler kuat Desa

7

Banyak desa yang dapat menerima program/siaran

televisi Desa

8 Presentase penduduk yang memiliki telepon seluler Persen

BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional (2011) 9 Presentase Rumah Tangga yang memiliki komputer Persen

10

Presentase rumah tangga pernah mengakses internet

dalam 3 bulan terakhir Persen

11 Rata-rata konsumsi Rumah Tangga Rupiah

12

Rata-rata konsumsi rumah tangga untuk

bertelekomunikasi Rupiah

13 Penggunaan pita frekuensi Orang/10000km2

Kementerian Komunikasi dan

Informatika (2011) 14 Penggunaan frekuensi Radio Orang/10000km2

15 Penggunaan frekuensi Televisi Orang/10000km2 16 Penggunaan frekuensi GSM/DCS Orang/10000km2

17 Utilisasi Kanal TV Persen

(23)

11 pada setiap provinsi. Secara nasional Indonesia memiliki 9 sektor perekonomian tersaji pada Tabel 3.

Prosedur Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis gerombol dan analisis input – output. Analisis gerombol dilakukan untuk memperoleh pengelompokan provinsi di Indonesia berdasarkan peubah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi dan analisis input - output untuk mengukur besarnya peran subsektor teknologi komunikasi terhadap subsektor lain dalam perekonomian. Secara lebih jelas output yang diharapkan dari penelitian ini tersaji pada Tabel 4.

Secara keseluruhan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 1. Pengambilan data

2. Menentukan ukuran jarak yang akan digunakan 3. Menentukan metode yang digunakan

4. Menentukan jumlah gerombol dan metode yang optimal 5. Interpretasi gerombol

6. Melakukan pemilihan provinsi pada masing-masing gerombol 7. Melakukan analisis input – output pada provinsi terpilih

Tabel 4 Metode analisis penelitian Tujuan Penelitian Metode Data dan Sumber

Data indeks derajat kepekaan Tabel 3 Sektor – sektor dalam perekonomian nasional

No Jenis Sektor

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian

3 Industri Pengolahan

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

5 Bangunan

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi

(24)

12

Gambar 1 Alur penelitian 8. Melakukan analisis profil

9. Menarik kesimpulan untuk masing-masing gerombol dan kebijakan yang dapat diambil dalam rangka peningkatan teknologi komunikasi

Alur penelitian secara keseluruhan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Analisis Gerombol

Analisis gerombol yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode hirarki. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis gerombol adalah sebagai berikut.

1. Pengambilan data

2. Menentukan ukuran jarak yang akan digunakan 3. Menentukan metode yang digunakan

4. Menentukan jumlah gerombol dan metode yang optimal 5. Interpretasi gerombol

Analisis Input Output (I-O)

Analisis yang dapat dilakukan terhadap tabel input - output adalah mengetahui gambaran peranan output sektoral dalam perekonomian dan melihat peranan masing-masing sektor. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis input-output adalah sebagai berikut:

1. Menghitung matriks transaksi input output (Z) dan matriks koefisien input (A) 2. Menghitung nilai matriks kebalikan Leontif / Matriks Pengganda (B)

3. Menghitung indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) 4. Interpretasi indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan subsektor

komunikasi terhadap subsektor lain

Data

Eksplorasi Data

Gerombol 1

Analisis gerombol

Interpretasi hasil dan rekomendasi ke pemerintah

. .. Gerombol n

Analisis I-O Analisis I-O . .. Analisis I-O

(25)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis gerombol dan analisis input output. Analisis gerombol untuk mengetahui pengelompokan provinsi di Indonesia berdasarkan peubah yang berkaitan dengan teknologi komunikasi dan analisis input – output untuk mengetahui besarnya peran teknologi komunikasi dalam perekonomian dengan melihat nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Pada pembahasan ini juga dilakukan eksplorasi data untuk mengetahui karakteristik data.

Eksplorasi Data

Eksplorasi data dilakukan untuk mengetahui deskripsi dari data yaitu nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan simpangan baku dari data tersaji pada Tabel 5. Hasil menunjukkan bahwa rentang nilai cukup bervariasi karena setiap peubah memiliki satuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pembakuan untuk menyamakan semua tipe satuan yaitu dengan tranformasi data ke dalam bentuk normal baku ~ , . Hal ini dilakukan agar dalam analisis gerombol menjadi lebih valid. Pembakuan dilakukan dengan persamaan.

=��−�̅

Peubah Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan Baku X1 5488.00 1171832.00 173531.55 286654.37

X2 9.00 802.00 151.29 189.09

(26)

14

Analisis Gerombol

Analisis gerombol yang digunakan pada penelitian ini adalah metode hirarki yaitu single linkage, complete linkage, average linkage, centroid linkage dan ward linkage dengan menggunakan ukuran jarak dalam pengelompokan adalah jarak euclidean karena data berskala kontinu dan data telah dibakukan. Dari metode-metode tersebut dipilih satu metode-metode terbaik. Penentukan banyak kelompok dan metode yang paling tepat, menurut Sarle (1983) ada salah satu kriteria yang dapat digunakan yaitu dengan nilai cubic clustering criterion (CCC). Selain menggunakan CCC, kriteria lain yang dapat digunakan adalah nilai statistik pseudo F yaitu melihat rasio keragaman antar gerombol dan keragaman dalam gerombol. Nilai CCC dan pseudo F seluruh metode disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukkan bahwa metode yang memiliki CCC yang lebih dari nol adalah metode ward dan complete linkage, akan tetapi metode ward lebih bagus karena memiliki lebih banyak nilai CCC lebih dari 1. Banyak kelompok yang optimal adalah 3 karena nilai CCC mulai konsisten pada saat banyaknya gerombol adalah 3. Kemudian dilihat dari nilai pseudo F, metode yang terbaik adalah metode Ward dengan 3 gerombol karena memiliki nilai pseudo F paling tinggi yaitu 24.3. Untuk memperjelas banyaknya gerombol yang optimal dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 6 Nilai CCC dan pseudo F (PF)

Banyak

kelompok Single Linkage

Complete Linkage

Average

Linkage Centroid Ward

CCC PF CCC PF CCC PF CCC PF CCC PF

2 -4.10 5.40 0.49 22.50 0.49 22.50 -4.10 5.40 0.49 22.50

3 0.10 21.00 0.10 21.00 0.10 21.00 0.10 21.00 1.03 24.30

4 -1.40 14.80 0.88 21.90 -0.56 17.30 -0.56 17.30 1.10 22.70

5 -1.90 12.60 1.01 21.00 -0.56 16.30 -1.40 13.80 1.24 21.80

6 -2.80 10.20 1.00 19.80 -1.00 14.00 -1.00 14.00 1.21 20.60

(27)

15 Hasil pengelompokan provinsi secara lebih jelas tersaji pada Tabel 7.

Pemetaaan provinsi di Indonesia berdasar hasil analisis gerombol tersaji pada Gambar 3.

Karakteristik masing masing gerombol dilihat dari nilai rata-rata setiap peubah pada setiap gerombol kemudian dibandingkan dengan rata-rata nasional. Apabila gerombol memiliki peubah dengan nilai rata-rata lebih besar dibandingkan rata-rata nasional maka gerombol tersebut memiliki peubah yang sudah bagus. Sebaliknya apabila gerombol memiliki peubah dengan rata-rata kurang dari rata-rata nasional maka peubah tersebut belum cukup bagus dan harus diberikan perhatian khusus terhadap peubah tersebut. Secara lebih jelas nilai karakteristik setiap gerombol dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7 Anggota masing-masing gerombol

Gerombol 1 (G1) Gerombol 2 (G2) Gerombol 3

(28)

16

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh karakteristik masing-masing gerombol adalah sebagai berikut:

Gerombol 1 : Provinsi pada gerombol ini memiliki desa dengan fasilitas yang masih sedang dalam hal telepon umum, warung internet, sinyal telepon seluler, program televisi, penggunaan frekuensi radio dan televisi, akan tetapi mempunyai rata-rata konsumsi untuk telekomunikasi yang cukup tinggi

Gerombol 2: Provinsi pada gerombol ini memiliki perekonomian yang baik terlihat dari persentase penduduk dan rumah tangga yang memiliki telepon seluler dan komputer lebih banyak, selain itu juga banyak penduduk yang mengakses internet serta mempunyai konsumsi rumah tangga dan telekomunikasi yang paling tinggi serta telah optimal dalam pemanfaatan kanal televisi dan radio yang telah tersedia.

Gerombol 3: Provinsi pada gerombol ini memiliki banyak desa dengan fasilitas teknologi komunikasi yang bagus antara lain fasilitas telepon, internet, base transceiver station, sinyal telepon seluler dan penerimaan program/siaran televisi. Selain fasilitas yang dimiliki, provinsi dalam gerombol ini juga sudah banyak memanfaatkan frekuensi radio, televisi ataupun GSM

Berdasarkan karakteristik yang telah dimiliki masing-masing gerombol, maka ada beberapa hal yang harus ditingkatkan pada masing-masing gerombol agar dapat memajukan kondisi teknologi komunikasinya yaitu:

Tabel 8 Nilai karakteristik masing-masing gerombol

Peubah Gerombol 1 (G1) Gerombol 2 (G2) Gerombol 3 (G3) Nasional

X1 55506.95 252987.71 814306.00 173531.60

X2 139.43 93.14 370.00 151.29

X3 127.19 141.14 1614.67 274.29

X4 305.05 253.29 2858.67 540.48

X5 512.62 363.57 2901.67 710.16

X6 1411.38 574.29 6559.67 1720.58

X7 1883.05 1393.43 19615.67 3488.55

X8 34.80 51.66 38.25 38.94

X9 10.34 21.97 10.51 12.98

X10 20.45 38.07 24.80 24.85

X11 2653228.34 3415576.85 2136574.22 2775373

X12 87793.60 133556.81 73312.43 96725.82

X13 6228.52 11981.43 39035.33 10702.42

X14 36.71 36.14 188.67 51.29

X15 16.29 14.29 35.00 17.65

X16 1532.33 2744.86 10495.33 2673.52

X17 17.27 61.48 55.88 30.99

(29)

17 Gerombol 1: Penambahan fasilitas-fasilitas di desa, serta peningkatan pemanfaatan frekuensi yang telah tersedia baik frekuensi televisi, radio maupun GSM

Gerombol 2: Penambahan fasilitas-fasilitas yang ada di desa seperti telepon umum, base transceiver station, program televisi

Gerombol 3: Peningkatan dalam hal pemanfaatan kanal televisi dan radio serta penambahan komputer dan penggunaan internet, serta anggaran untuk telekomunikasi

Analisis Input output (I-O)

Analisis input output dilakukan untuk mengetahui peran subsektor komunikasi terhadap subsektor lain dalam perekonomian nasional. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan subsektor teknologi komunikasi dan mengetahui sejauh mana peran subsektor komunikasi dalam setiap gerombol. Setiap provinsi yang mewakili masing-masing gerombol memiliki banyak sektor dan subsektor yang berbeda-beda sehingga dalam peneltian ini dilakukan agregasi pada setiap gerombol untuk memperoleh banyak subsektor yang sama. Agregasi dilakukan berdasarkan penjabaran sektor besar dalam tabel input output nasional yaitu menjadi 27 x 27 subsektor dengan perincian yang dapat dilihat pada Tabel 9. Suatu subsektor merupakan agregat dari berbagai jenis kegiatan ekonomi yang dikelompokkan ke dalam subsektor yang bersangkutan, misalnya subsektor tanaman bahan makanan adalah agregat dari berbagai kegiatan ekonomi seperti padi, jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, buah-buahan, sayur-sayuran dan bahan makanan lainnya, begitu juga dengan subsektor lain secara lebih jelas disajikan pada Lampiran 10.

(30)

18

Analisis Input Output Gerombol 1

Gerombol 1 merupakan gerombol yang terdiri dari 21 provinsi dan memiliki kondisi kemajuan teknologi komunikasi lebih rendah dibandingkan 2 gerombol lainnya. Provinsi yang dijadikan perwakilan pada gerombol ini adalah Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Aceh, dan Provinsi Papua. Pemilihan Provinsi didasarkan pada jarak provinsi ke centroid pada setiap gerombol. Semua gerombol yang berada di gerombol ini diasumsikan memiliki karakteristik yang hampirsama yaitu memiliki wilayah cukup luas, kondisi geografi yang bermacam-macam, dan dinamika sosial ekonomi belum tinggi.

Sumatra utara memiliki tabel input-output yang terdiri dari 71 x 71 sektor ekonomi dan Sulawesi Tengah memiliki tabel input-output terdiri dari 50 x 50 sektor ekonomi sedangkan Aceh memiliki tabel 60 x 60 sektor serta Papua memiliki tabel 84 x 84 sektor. Penelitian ini mengagregasi menjadi 27 x 27 subsektor karena lebih memfokuskan pada subsektor teknologi komunikasi dengan menyederhanakan beberapa kegiatan ekonomi ke dalam satu subsektor. Hasil analisis input output pada gerombol satu diperoleh nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan subsektor teknologi komunikasi yang secara lebih jelas

Tabel 9 Penjelasan subsektor

No Subsektor No Subsektor

1 Tanaman Bahan Makanan 15 Industri Logam Dasar.

2 Perkebunan 16 Industri Barang Jadi dari

Logam

3 Peternakan 17 Industri Pengolahan Lainnya

4 Kehutanan 18 Listrik dan Gas

5 Perikanan 19 Air Bersih

6 Pertambangan Minyak dan gas bumi

20 Bangunan 7 Pertambangan Tapa Migas dan

Penggalian

21 Perdagangan Besar dan Eceran 8 Industri Makanan dan minuman 22 Hotel dan Restoran

9 Industri Tekstil, Pakaian Jadi,kulit dan Alas kaki

23 Pengangkutan 10 Industri Kayu, Bambu, Rotan

dan Furniture

24 Tekonologi Komunikasi 11 Industri Kertas dan

barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

25 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

12 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

26 Usaha Sewa Bangunan dan jasa perusahaan

13 Pengilangan Minyak Bumi 27 Jasa-jasa 14 Industri Barang Mineral bukan

(31)

19 tersaji pada Tabel 10, sedangkan secara lengkap semua nilai rata-rata IDP dan IDK gerombol satu tersaji pada Lampiran 9.

Tabel 10 menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai rata-rata indeks daya penyebaran sebesar 0.882 yang menunjukkan jika terjadi kenaikan satu unit output subsektor teknologi komunikasi menyebabkan kenaikan output perekonomian subsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 0.882 unit. Dari 4 provinsi pada gerombol 1, Papua memiliki nilai IDP yang paling tinggi karena di Provinsi Papua teknologi komunikasi sangat diperlukan mengingat daerah Papua yang sangat susah apabila ditempuh jalur darat untuk melakukan komunikasi dengan daerah lain. Secara rata-rata yang tersaji pada Lampiran 11, subsektor teknologi komunikasi menempati urutan ke-15 dibandingkan subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi masih berada diatas subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, perdagangan besar dan eceran, bank dan lembaga keuangan lainnya.

Nilai indeks derajat kepekaan pada gerombol satu masih lemah karena dibawah 1, kecuali Provinsi Papua yang memiliki nilai 1.096 karena subsektor teknologi komunikasi di Papua penting untuk memberikan input ke subsektor yang lain. Secara rata-rata nilai IDK gerombol 1 sebesar 0.866 yang menunjukkan kenaikan satu unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi menyebabkan output subsektor teknologi komunikasi naik sebesar 0.866 unit. Nilai IDK subsektor teknologi komunikasi berada pada urutan ke 21 dari 27 subsektor yang ada, hal ini mengindikasikan bahwa subsektor teknologi komunikasi masih kurang dalam memberikan input terhadap subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai IDK yang lebih tinggi dibandingkan subsektor peternakan, hotel dan restoran, industri pengolahan lain (peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur, pengatur) serta subsektor air bersih.

Analisis Input Output Gerombol 2

Gerombol 2 merupakan gerombol yang terdiri dari 7 provinsi dan memiliki kondisi kemajuan teknologi komunikasi menengah dibandingkan 2 gerombol lainnya. Semua gerombol yang berada di gerombol ini memiliki karakteristik yang hampirsama dengan memiliki luas wilayah yang kecil, jumlah penduduk yang cukup padat, tingkat perekonomian yang maju dan dinamika sosial ekonomi yang tinggi. Provinsi yang dijadikan perwakilan pada gerombol 2 adalah Kepulauan Bangka Belitung dan Kalimantan Timur.

Tabel 10 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 1

Provinsi IDP IDK

Sumatra Utara 0.838 0.723

Sulawesi Tengah 0.920 0.789

Aceh 0.789 0.854

Papua 0.980 1.096

(32)

20

Kepulauan Bangka Belitung memiliki tabel input-output terdiri dari 60 x 60 subsektor ekonomi dan Kalimantan Timur memiliki tabel input-output terdiri dari 50 x 50 subsektor ekonomi. Gerombol 2 memiliki nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang secara lebih jelas tersaji pada Tabel 11. Nilai rata-rata IDP dan IDK secara lengkap semua subsektor pada gerombol 2 disajikan pada Lampiran 11.

Tabel 11 menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi pada kedua provinsi memiliki nilai IDP dan IDK dibawah 1 yang berarti masih lemah. Rata-rata indeks daya penyebaran sebesar 0.849 menunjukkan jika terjadi kenaikan satu unit output subsektor teknologi komunikasi menyebabkan kenaikan output perekonomian subsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 0.849 unit. Berdasarkan Lampiran 11 subsektor teknologi komunikasi menempati urutan ke-19 dibandingkan subsektor yang lain. Gerombol 2 memiliki nilai rata-rata IDP dan IDK tiga urutan teratas adalah subsektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki, subsektor industri makanan dan minuman serta subsektor air bersih.

Nilai indeks derajat kepekaan sebesar 0.773 yang menunjukkan kenaikan satu unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi menyebabkan output subsektor teknologi komunikasi naik sebesar 0.773 unit. Nilai IDK subsektor teknologi komunikasi berada pada urutan ke 23 dari 27 subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor teknologi komunikasi masih kurang dalam memberikan input terhadap subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai IDK yang lebih tinggi dibandingkan subsektor jasa-jasa, subsektor hotel dan restoran, industri pengolahan lain (peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur, pengatur) serta subsektor air bersih.

Analisis Input Output Gerombol 3

Gerombol 3 merupakan gerombol yang terdiri dari 3 provinsi dan memiliki kondisi kemajuan teknologi komunikasi paling bagus dibandingkan 2 gerombol lainnya. Provinsi yang menjadi perwakilan gerombol 3 adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Semua gerombol yang berada di gerombol ini memiliki karakteristik yang hampirsama yaitu memiliki wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan yang relatif tinggi, banyak wilayah administratif, dinamika sosial yang cukup tinggi. Jawa Tengah memiliki tabel input output dengan 88 x 88 sektor ekonomi, Jawa Barat memiliki tabel input output 86 x 86 sektor ekonomi. Penelitian ini fokus untuk mengetahui sektor komunikasi sehingga dilakukan agregasi menjadi 27x27 subsektor dengan menyederhanankan beberapa kegiatan ekonomi sejenis ke dalam satu subsektor. Nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan pada gerombol 3 disajikan pada Tabel 12.

Hasil analisis input-output menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan masih kurang dari 1 yang berarti masih dibawah rata-rata subsektor lainnya. Tetapi

Tabel 11 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 2

Provinsi IDP IDK

Kepulauan Bangka Belitung 0.883 0.807

Kalimantan Timur 0.816 0.738

(33)

21 subsektor teknologi komunikasi pada gerombol tiga mengungguli subsektor perdagangan besar dan eceran, tanaman bahan makanan, peternakan, perdagangan besar dan eceran, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor kehutanan dan lainnya. Secara rata-rata nilai IDP memiliki rata-rata sebesar 0.841 yang menunjukkan jika terjadi kenaikan satu unit output subsektor teknologi komunikasi menyebabkan kenaikan output perekonomian subsektor lainnya secara keseluruhan sebesar 0.841 unit. Berdasar Lampiran 11 subsektor teknologi komunikasi menempati urutan ke-19 dibandingkan subsektor yang lain.

Tabel 12 menunjukkan nilai indeks derajat kepekaan sebesar 0.710 yang menunjukkan kenaikan satu unit permintaan akhir seluruh sektor ekonomi menyebabkan output subsektor teknologi komunikasi naik sebesar 0.710 unit. Nilai IDK subsektor teknologi komunikasi berada pada urutan ke 21 dari 27 subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor teknologi komunikasi belum cukup memberikan input terhadap subsektor yang lain. Subsektor teknologi komunikasi memiliki nilai IDK yang lebih tinggi dibandingkan subsektor kehutanan, subsektor industri pengolahan lain (peralatan profesional, ilmu pengetahuan, pengukur, pengatur), subsektor barang mineral bukan logam, subsektor air bersih, subsektor peternakan dan subsektor perikanan.

Analisis Profil

Analisis input-output menunjukkan bahwa subsektor teknologi komunikasi pada setiap gerombol memiliki rata-rata nilai indeks daya penyebaran indeks derajat kepekaan kurang dari 1 yang berarti belum cukup memiliki keterkaitan ke belakang dan keterkaitan kedepan yang kuat terhadap subsektor lainnya tetapi subsektor teknologi komunikasi sudah cukup mampu bersaing dengan subsektor lain dengan nilai rata-rata lebih dari 0.84 untuk IDP dan diatas 0.71 untuk IDK. Secara lebih jelas profil semua subsektor pada masing-masing gerombol dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6. Pada ketiga gerombol subsektor komunikasi berada pada kuadran IV yang memiliki IDP lemah dan IDK lemah, artinya keberadaan subsektor teknologi komunikasi perlu diperhatikan karena belum mampu mendorong maupun menarik subsektor lain.

Tabel 12 Nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi gerombol 3

Provinsi IDP IDK

Jawa Tengah 0.848 0.786

Jawa Barat 0.833 0.633

(34)

22

Gambar 4 menjelaskan bahwa subsektor yang berada pada kuadran IV memiliki IDP lemah dan IDK lemah, artinya keberadaan subsektor teknologi komunikasi, subsektor tanaman bahan makanan, kehutanan, perikanan, industri logam dasar, bank dan lembaga keuangan lain, usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya perlu diperhatikan pemerintah agar bisa memberikan kontribusi terhadap subsektor lain, sedangkan subsektor yang cukup dominan pada gerombol 1 adalah subsektor industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik dan subsektor pengangkutan.

IDK

LEMAH KUAT

KUADRAN III KUADRAN I

ID

P

KUAT

 Peternakan  Industri Barang Jadi dari Logam

 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

 Industri Makanan dan minuman

Jadi,kulit dan Alas kaki  Listrik dan Gas

 Industri Kayu, Bambu,

Rotan dan Furniture  Air Bersih

 Industri Kertas dan

KUADRAN IV KUADRAN II

 Tanaman Bahan

 Kehutanan  jasa-jasa  Pertambangan Minyak dan gas bumi

 Perikanan  Pertambangan Tapa

Migas dan Penggalian

 Industri Logam Dasar.  Pengilangan Minyak Bumi

 Teknologi Komunikasi  Perdagangan Besar dan Eceran

 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

(35)

23

Gambar 5 menjelaskan bahwa pada kuadran IV yaitu subsektor teknologi komunikasi, subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, kehutanan, perikananpertambangan tanpa migas dan penggalian, bank dan lembaga keuangan lain, usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan perlu diperhatikan pemerintah agar bisa memberikan kontribusi terhadap subsektor lain, sedangkan subsektor yang cukup dominan pada gerombol 2 adalah subsektor industri makanan dan minuman, industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan, industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik dan subsektor industri barang jadi dari logam, listrik dan gas dan pengangkutan.

Gambar 5 Kuadran indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan gerombol 2

IDK

LEMAH KUAT

KUADRAN III KUADRAN I

ID

P

KUAT

 Industri Tekstil, Pakaian

Jadi,kulit dan Alas kaki  Industri Makanan dan minuman

 Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture

 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

 Industri Barang Mineral bukan logam

 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

 Industri Pengolahan

Lainnya  Industri Barang Jadi dari Logam

 Air Bersih  Listrik dan Gas

 Bangunan  Pengangkutan

 Hotel dan Restoran 

KUADRAN IV KUADRAN II

LEMA

H

 Tanaman Bahan Makanan  Perkebunan

 Peternakan  Pertambangan Minyak dan gas bumi

 Kehutanan  Pengilangan Minyak Bumi

 Perikanan  Industri Logam Dasar.

 Pertambangan Tanpa

Migas dan Penggalian  Perdagangan Besar dan Eceran

 Teknologi Komunikasi  jasa-jasa

 Bank dan Lembaga

Keuangan lainnya 

(36)

24

Gambar 6 menjelaskan bahwa pada kuadran IV yaitu subsektor teknologi komunikasi, subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, air bersih, bank dan lembaga keuangan lain, usaha sewa bangunan dan jasa perusahaan perlu diperhatikan pemerintah agar bisa memberikan kontribusi terhadap subsektor lain, sedangkan subsektor yang cukup dominan pada gerombol 2 adalah subsektor industri makanan dan minuman, industri tekstil, pakaian jadi,kulit dan alas kaki, industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik dan subsektor industri barang jadi dari logam, dan jasa-jasa lainnya.

Perbandingan nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan subsektor teknologi komunikasi antar gerombol tersaji pada Tabel 13. Nilai subsektor teknologi komunikasi rata-rata pada setiap gerombol masih kurang dari 1, hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena subsektor teknologi komunikasi masih harus bersaing dengan subsektor lain agar bisa menjadi subsektor yang dominan.

IDK

LEMAH KUAT

KUADRAN III KUADRAN I

ID

P

KUAT

 Industri Kayu, Bambu, Rotan

dan Furniture  Industri Makanan dan minuman

 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, Percetakan dan penerbitan

 Industri Tekstil, Pakaian Jadi,kulit dan Alas kaki

 Industri Barang Mineral bukan logam

 Industri Kimia, Barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik

 Industri Logam Dasar.  Industri Barang Jadi dari Logam

 Industri Pengolahan Lainnya  jasa-jasa

 Bangunan

 Hotel dan Restoran

KUADRAN IV KUADRAN II

LE

MAH

 Perkebunan  Tanaman Bahan Makanan

 Peternakan  Pertambangan dan penggalian

 Kehutanan  Pengilangan Minyak Bumi

 Perikanan  Listrik dan Gas

 Air Bersih  Perdagangan Besar dan Eceran

 Teknologi Komunikasi  Pengangkutan

 Bank dan Lembaga Keuangan lainnya

 Usaha Sewa Bangunan dan jasa perusahaan

(37)

25

Pemetaan nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan disajikan pada Gambar 7. Nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan disemua provinsi hampirsama kecuali Papua. Peran subsektor teknologi komunikasi di Provinsi Papua cukup dominan. Hal ini dikarenakan kondisi geografi di Provinsi Papua cukup sulit untuk berkomunikasi secara langsung antara wilayah satu dengan wilayah lain.

Tabel 13 Perbandingan nilai IDP dan IDK subsektor teknologi komunikasi antar Gerombol

Provinsi IDP IDK Gerombol

Sumatra Utara 0.838 0.723 1

Sulawesi Tengah 0.920 0.789 1

Aceh 0.789 0.854 1

Papua 0.980 1.096 1

Kep. Bangka Belitung 0.883 0.807 2

Kalimantan Timur 0.816 0.738 2

Jawa Tengah 0.848 0.786 3

Jawa Barat 0.833 0.633 3

(38)

5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pengelompokan provinsi di Indonesia dengan menggunakan analisis gerombol metode hirarki, dapat disimpulkan bahwa:

1. Banyaknya gerombol yang terbentuk berdasarkan peubah yang berkaitan dengan bidang teknologi komunikasi adalah 3 gerombol. Gerombol 1 beranggotakan 21 provinsi, gerombol 2 beranggotakan 7 provinsi, dan gerombol 3 beranggotakan 3 provinsi.

2. Gerombol 1 masih harus meningkatkan potensi desa, perekonomian dan pemanfaatan teknologi komunikasi karena masih ada yang kurang, gerombol 2 memiliki sosial ekonomi yang sudah bagus dan gerombol 3 memiliki potensi desa dan penggunaan teknologi komunikasi yang sudah bagus.

3. Subsektor teknologi komunikasi pada ketiga gerombol memiliki nilai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang belum cukup kuat untuk menarik maupun mendorong subsektor lain sehingga subsektor teknologi komunikasi harus menjadi perhatian khusus oleh pemerintah.

Saran

Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut

1. Dapat dilakukan penelitian untuk meningkatan keakuratan dalam pengelompokan dengan menambah peubah lain yang belum digunakan dalam penelitian ini.

2. Melakukan kajian khusus tentang teknologi komunikasi sehingga bisa menjadikan pendukung dalam analisis input-output.

(39)

27

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia 2014. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Perusahaan Informasi dan Komunikasi 2014. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik

Calinski T dan Harazbasz J. 1974. A dendrit mmethod for cluster analysis. Communication in statistic. 3(1):1-27.

Daryanto A dan Hafizrianda Y. 2010. Analisis Input output dan social Accounting Matrix Untuk pembangunan Ekonomi Daerah. Bogor (ID): IPB Press Diyana ME, Saraswati E dan Widayaningsih N. 2008. Analisis Keterkaitan Sektor

Tanaman Bahan Makanan Dalam Perekonomian Wilayah Provinsi Jawa Barat. Eko-Regional. 3(2): 111-116.

Gan G, Ma C, and Wu J. 2007. Data Clustering: Theory, Algorihtm, and application. ASA-SIAM Series on statistics and Applied Probability, SIAM, Philadelphia, ASA, Alexandria, VA

Hair JF, Anderson RE, Tatham RL, Black WC. 1995. Multivariate Data Analysis with readings. Prentice Hall International INC.

Juanti F., Jumiati A, dan Santosa E. 2014. Economic landscape subsektor perikanan pada perekonomian kabupaten Sidoarjo: model input output dan analytical hierarchy process.

Nazara S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit FEUI.

Nechaev VD, Brodovskaya EV, Kaira YV, Dombrovskaya AY. 2014. Classification of Russian Internet users: Preliminary result of gerombol analysis. Life science Journal. 11 (12): 330-335.

Popat SK, Emmanuel M. 2014. Review and comparative study of clustering Techniques. International journal of computer science and information technologies. 5(1):805-812.

Rezankova H. 2014. Cluster analysis of Economic Data. Statistika. 94 (1): 73-86. Safitri D, Widiharih T, Wilandari Y, Saputra AH. 2012. Analisis Cluster pada

Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Berdasarkan Produksi Palawija. Media Statistika. 5(1):11-16

Sarle WS.1983. Cubic Clustering Criterion, SAS Technical Report A-108,Cary, NC:SAS Institute Inc.

(40)

28

Lampiran 1 Data analisis gerombol

(41)

29 Lampiran 1 Data analisis gerombol (Lanjutan)

(42)

30

L

ampi

ra

n 2

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

S

umatr

a Uta

ra

(

ge

(43)

31

L

ampi

ra

n 3

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

S

ulaw

esi Tenga

h

(ge

(44)

32

L

ampi

ra

n 4

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

Ac

eh

(ge

(45)

33

L

ampi

ra

n 5

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

P

apua

(

g

(46)

34

L

ampi

ra

n 6

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

Ke

p.

B

ang

ka

B

eli

tun

g

(

ge

(47)

35

L

ampi

ra

n 7

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

Ka

li

man

tan T

im

ur (

ge

(48)

36

L

ampi

ra

n 8

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

J

awa

Te

ng

ah

(g

(49)

37

L

ampi

ra

n 9

Ma

triks pen

gg

and

a P

ro

vinsi

J

awa

B

ara

t (

g

(50)

38

Lampiran 10 Agregasi subsektor dalam perekonomian nasional

Subsektor Kegiatan Ekonomi

17. Pertanian Tanaman Perkebunan Lainnya 3. Peternakan 18. Ternak dan hasil-hasilnya

19. Susu segar

20. Unggas dan hasil-hasilnya 4. Kehutanan 21. Kayu dan hasil-hasilnya

5. Perikanan 22. Ikan laut dan hasil laut lainnya termasuk udang 23. Ikan darat dan hasil perairan darat lainnya 6. Pertambangan Minyak dan 24. Minyak bumi

32. Industri makanan lainnya

33. Industri pengolahan tembakau, bumbu rokok dan rokok

9. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, 34. Industri tekstil

Kulit dan Alas Kaki 35. Industri pakaian jadi, kecuali untuk alas kaki 36. Industri kulit dan barang dari kulit kecuali untuk alas kaki

37. Industri alas kaki

10. Industri Kayu, Bambu, Rotan 38. Industri Kayu, bamboo, rotan dan ayaman dan furniture. 39. Industri furniture (termasuk berbahan

(51)

39

Lampiran 10 Agregasi subsektor dalam perekonomian nasional (lanjutan)

Subsektor Kegiatan Ekonomi

11. Industri Kertas dan barang- 40. Industri Kertas, barang dari kertas dan barang dari kertas, Percetakan sejenisnya

dan Penerbitan 41. Industri Penerbitan dan percetakan

12. Industri Kimia, Barang-barang dari Bahan Kimia, Karet dan

plastik .

42. Industri Kimia Dasar, kecuali pupuk 43. Industri Pupuk

44. Industri Kimia dan barang-barang dari bahan kimia lainnya

46. Industri karet dan barang-barang dari karet 47. Industri barang-barang dari plastik (kecuali furniture)

13. Pengilangan Minyak Bumi 45. Industri pengilangan minyak bumi 14. Industri Barang Mineral bukan 48. Industri gelas dan barang dari gelas logam 49. Industri semen

50. Industri pengolahan tanah liat dan keramik 51. Industri barang galian lainnya dari bahan

baku bukan logam

15. Industri Logam Dasar 52. Industri logam dasar dari besi dan baja

(kecuali furniture)

53. Industri logam dasar bukan besi dan baja 16. Industri Barang Jadi dari

Logam 54. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya dan furniture

55. Industri mesin dan peralatan termasuk perlengkapannya

56. Industri mesin lainnya dan perlengkapannya

57. Industri kendaraan bermotor, karoseri dan perlengkapannya

58. Industri alat angkutan lainnya dan jasa perbaikannya

17. Industri Pengolahan Lainnya 59. Industri peralatan professional, ilmu pengetahuan, pengukur dan pengatur 60. Industri pengolahan lainnya

18. Listrik dan Gas Kota 61. Listrik 62. Gas Kota 19. Air Bersih 63. Air Bersih 20. Bangunan 64. Bangunan 21. Perdagangan Besar dan Eceran 65. Perdagangan 22. Hotel dan Restoran 66. Hotel

(52)

40

Lampiran 10 Agregasi subsektor dalam perekonomian nasional (lanjutan)

Subsektor Kegiatan Ekonomi

23. Pengangkutan 68. Jasa Angkutan Rel 69. Jasa Angkutan Jalan 70. Jasa Angkutan Laut

71. Jasa Angkutan Sungai dan Danau 72. Jasa Angkutan Udara

73. Jasa Penunjang Angkutan 24. Komunikasi 74. Jasa Komunikasi

25. Bank dan Lembaga Keuangan 75. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya lainnya

26. Usaha Sewa Bangunan dan jasa Perusahaan

76. Real estate dan usaha persewaan bangunan

77. Jasa Perusahaan.

27. Jasa-jasa 78. Jasa Pemerintahan Umum 79. Jasa Pendidikan Pemerintah

80. Jasa Kesehatan Pemerintah dan Jasa Pemerintah lainnya

81. Jasa Pendidikan Swasta 82. Jasa Kesehatan Swasta 83. Jasa kemasyarakatan Lainnya 84. Jasa Rekreasi, Kebudayaan dan Olah

Raga

(53)

41 Lampiran 11 Rata-rata IDP dan IDK gerombol 1, gerombol 2, dan gerombol 3

Gerombol 1 Gerombol 2 Gerombol 3

IDP IDK IDP IDK IDP IDK

Subsektor 1 0.781 1.006 0.724 0.876 0.741 1.064 Subsektor 2 0.798 0.991 0.899 1.173 0.803 0.813 Subsektor 3 0.850 0.761 1.061 0.860 0.990 0.641 Subsektor 4 0.792 0.972 0.748 0.972 0.718 0.680 Subsektor 5 0.828 0.877 0.727 0.834 0.766 0.618 Subsektor 6 0.682 1.127 0.731 1.221 0.738 1.417

Subsektor 7 0.826 0.869 0.809 1.311 - -

Subsektor 8 1.188 0.937 1.255 0.952 1.190 1.152 Subsektor 9 1.310 0.991 1.329 0.870 1.344 1.143 Subsektor 10 1.147 0.845 1.081 0.862 1.201 0.823 Subsektor 11 1.234 1.039 1.155 0.862 1.267 0.970 Subsektor 12 1.117 1.261 1.130 1.678 1.219 1.563 Subsektor 13 0.855 1.564 0.762 1.622 0.762 1.451 Subsektor 14 1.085 0.709 1.162 0.775 1.081 0.667 Subsektor 15 0.957 1.139 0.884 0.894 1.252 0.763 Subsektor 16 1.351 1.252 1.179 0.966 1.314 1.677 Subsektor 17 1.150 0.838 1.224 0.692 1.196 0.672 Subsektor 18 1.412 1.025 1.194 0.920 0.949 1.121 Subsektor 19 1.023 0.649 1.229 0.686 0.996 0.648 Subsektor 20 1.158 1.128 1.157 0.847 1.267 0.825 Subsektor 21 0.845 1.449 0.943 1.592 0.833 1.581 Subsektor 22 1.138 0.710 1.110 0.746 1.050 0.720 Subsektor 23 1.040 1.368 1.139 1.404 0.987 1.376 Subsektor 24 0.882 0.866 0.849 0.773 0.841 0.710 Subsektor 25 0.820 0.910 0.801 0.867 0.846 0.997 Subsektor 26 0.798 1.033 0.844 0.993 0.779 0.827 Subsektor 27 0.798 0.927 0.873 0.749 1.014 1.013

(54)

42

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 29 Desember 1988 sebagai anak sulung dari pasangan Paiman dan Samini (Almarhumah). Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2013, penulis diterima di program studi Statistika Terapan pada program pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2015.

Gambar

Tabel 2 Peubah – peubah dalam teknologi komunikasi
Tabel 4 Metode analisis penelitian
Gambar 1 Alur penelitian
Tabel 5 Deskripsi data
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Menurut uji coba terhadap antarmuka untuk mengukur tingkat kemudahan penggunaan ( User Friendly ) dengan menggunakan kuesioner dapat disimpulkan jika rata-rata responden

penguasaan konsep merupakan proses dimana seseorang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan pengetahuan awal yang telah dimililiki dengan

(3)Dapatlah diketahui bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara rasa percaya diri dengan hasil belajar mata pelajaran Al-1. Qur’an Hadits siswa MI Roudlotul

Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis menemukan Gereja, dalam hal ini jemaat GMIT Ebenhaeser-Lederabba Mesara menganggap tradisi ini sebagai tradisi turun temurun

Penelitian yang dilakukan ini merupakan deskripsi mengenai ragam dialek bahasa Sigulai pada masyarakat Simeulue perantauan di Kota Medan, adapun ragam dialek bahasa Sigulai

o Usaha patungan Cereal Partners Worldwide terus meraih pertumbuhan yang kuat di pasar negara berkembang dan pertumbuhan lemah di pasar negara maju seiring dengan kategorinya.

Kemampuan berkomunikasi verbal pada anak prasekolah sebelum diberi terapi bermain bercerita metode boneka tangan di TK Kartika Chandra Kirana Kodim Jombang menunjukkan

Corporate governance digunakan sebagai alat kontrol untuk mengendalikan atau mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri serta memotivasi manajemen