• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA RASA PERCAYA DIRI DENGAN HASIL BELAJAR AL-QUR'AN HADITS SISWA MI ROUDLOTUL MUTA'ALLIMIN MENGANTI-GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KORELASI ANTARA RASA PERCAYA DIRI DENGAN HASIL BELAJAR AL-QUR'AN HADITS SISWA MI ROUDLOTUL MUTA'ALLIMIN MENGANTI-GRESIK."

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Nur Rohmatus Sa’adah D71212154

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TERBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya rasa percaya diri siswa terhadap hasil belajar Al-Qur’an Hadits. Kurangnya rasa percaya diri memberikan dampak sulitnya mencapai tujuan pembelajaran bagi pelaku pendidikan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1)Bagaimana Rasa Percaya

Diri Siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik ? (2)Bagaimana Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik ? (3) Adakah Korelasi antara Rasa Percaya diri dengan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits

siswa di MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik ?

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan angket. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan teknik wawancara adalah dengan wawancara terbuka, pada teknik observasi adalah dengan panduan lembar observasi guru dan siswa, sedangkan pada teknik angket menggunakan kisi-kisi dan butir-butir soal angket.

Hasil penelitian ini dapat diperoleh sebagai berikut: (1)Rata-rata rasa percaya

diri siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata rasa percaya diri siswa sebesar 29,46, yang terdapat pada interval 28-36 dan termasuk dalam kategori tinggi. (2) Hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik mencapai rata-rata 73. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran termasuk dalam kriteria baik. (3)Dapatlah diketahui bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara rasa percaya diri dengan hasil belajar mata pelajaran

Al-Qur’an Hadits siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik. Hal ini terbukti dari perhitungan korelasi product moment, yakni 0,301. rhitung yang diperoleh tersebut

dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikasi 5% 0,220 dan 1% 0,286,

menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari rtabel, dengan demikian maka hipotesis nihil

(Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) ini berarti bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Jika rhitung diinterpretasikan

(6)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...5

E. Penelitian Terdahulu...6

F. Definisi Operasional...7

G. Batasan Masalah...11

(7)

iii

A. Percaya Diri...14

1. Pengertian Percaya Diri...14

2. Macam-macam Percaya Diri...16

3. Manfaat Percaya Diri...21

4. Tujuan Percaya Diri...23

5. Sebab Munculnya Percaya Diri...24

B. Hasil Belajar...25

1. Pengertian Hasil Belajar...25

2. Macam-macam Hasil Belajar...27

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar...30

C. Materi Al-Qur’an Hadits...37

1. Pengertian Al-Qur’an Hadits...37

2. Tujuan dan Manfaat Al-Qur’an Hadits...41

3. Ruang Lingkup Materi Al-Qur’an Hadits Madrasah Ibtidaiyah...42

D. Korelasi Antara Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar...42

E. Hipotesis Penelitian...44

BAB III METODE PENELITIAN...46

A. Jenis Penelitian...46

(8)

iv

F. Metode Analisa Data...56

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN...59

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...59

B. Penyajian dan Analisa Data...64

BAB V PENUTUP...89

A. Kesimpulan...89

B. Diskusi...90

C. Saran...92

(9)

v

Tabel 4.1 Keadaan guru dan karyawan...60

Tabel 4.2 Jumlah siswa-siswi...62

Tabel 4.3 Hasil Angket Siswa...63

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Mean Rasa Percaya Diri Siswa...70

Tabel 4.5 Kualitas variabel Hasil Angket Rasa Percaya Diri...71

Tabel 4.6 Hasil Belajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits...72

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skormean Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits...78

Tabel 4.8 Kualitas variabel hasil belajar mata pelajaran al-qur’an hadits...79

(10)

vi

Surat Tugas...98

Surat Izin Penelitian...99

Surat Keterangan Penelitian...100

Kartu Konsultasi...101

Lembar Wawancara Terbuka...102

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi kehidupan manusia,

karena pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, selain dari pada itu “Pendidikan

juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan yang diharapkan”.

Dalam Pendidikan Agama Islam, banyak sekali usaha yang dilakukan

oleh para ahli pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas Agama Islam.

Suatu usaha yang diharapkan mampu memberikan nuansa baru bagi

pengembangan sistem pendidikan di indonesia, dan sekaligus hendak

memberikan konstribusi dalam menjabarkan makna Pendidikan Nasional

yang berfungsi:

“Mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

(12)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Oleh karena itu, menjadi penting Pendidikan Agama Islam bagi anak

didik untuk penanaman nilai-nilai islam, dengan tidak melupakan etika sosial.

Dalm hal ini hasil belajar siswa memiliki konstribusi besar, agar anak itu

mampu menjadi siswa yang berkualitas, memiliki kecardasan intelaktual,

emosional dan spiritual yang berimbang. Sehingga dapat direalisasikan dalm

kehidupan sehari-hari dengan bentuk sikap berbudi pekerti luhur dan

bermartabat serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mengingat betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia,

maka jelaslah kiranya bahwa dalam rangka usah kita untuk mewujudkan suatu

pendidikan yang berhasil dan menjadi anak didik semangat belajar untuk

belajar, maka perlu adanya seorang pendidik yang profesional.

Percaya diri merupakan modal dasar seorang anak manusia dalam

memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Ketika baru dilahirkan, seorang anak

sangat bergantung pada orang dewasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam proses selanjutnya anak berhasil bertahan hidup dan makin

meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan pada

orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Kehidupsan keluarga

yang hangat dan hubungan antar keluarga yang erat akan memberikan rasa

1

(13)

aman. Selanjutnya rasa aman ini memungkinkan anak akan memperoleh

modal dasar percaya diri. Dengan percaya diri anak akan tumbuh dalam

pengalaman dan kemampuan dan akhirnya menjadi pribadi yang sehat dan

mandiri. 2

Ada dua jenis percaya diri yaitu percaya diri batin dan lahir. Percaya

diri batin adalah percaya diri yang memberi kepada kita perasaan dan

anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Sedangkan percaya diri lahir

memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang

menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. Dan karena

jenis percaya diri batin dan percaya diri lahir saling mendukung, keduanya

membentuk sesuatu yang lebih kuat dan efektif dari pada jumlah

bagian-bagiannya.3

Oleh karena itulah sifat percaya diri tidak hanya harus dimiliki oleh

orang dewasa, tetapi anak didik juga memerlukannya dalam

perkembangnannya menjadi dewasa.

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai

hasil dari kegiatan belajar. Pemanfaatan hasil belajar adalah cara lain untuk

mempertahankan ilmu pengetahuan yang telah diterima dari kegiatan belajar.

2

Anita Lie, 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak, (Jakarta: Gramedia,2003),h.5

3

(14)

Pemanfaatan hasil belajar ini bisa dengan cara mempelajari hal-hal yang lain

atau mengamalkannya pada teman yang memerlukannya.4

Secara sederhana hasil belajar siswa merupakan kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh

suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. 5

Sejalan dengan pemikiran itu, dalam penelitian ini akan diungkap

apakah rasa percaya diri siswa berkorelasi dengan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Qur’an Hadits, dengan hal itu dilakukan karena alasan apakah

hasil belajar siswa yang sudah didapat didalam kelas itu berpengaruh dengan

rasa percaya diri siswa tersebut.

Berangkat dari kerangka berfikir diatas, mak apenulis tertarik untuk mengkaji masalah hubungan pembelajaran Qur’an hadits terhadap rasa

percaya diri siswa. Untuk itu peneliti mengangkat judul “Korelasi Antara

Rasa Percaya Diri Dengan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MI

Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik.

4

Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2002)h.58

5

(15)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Rasa Percaya Diri Siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti

Gresik ?

2. Bagaimana Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik ?

3. Adakah Korelasi antara Rasa Percaya diri dengan Hasil Belajar Al-Qur’an

Hadits siswa di MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Rasa Percaya Diri siswa MI Roudlotul Muta’allimin

Menganti Gresik.

2. Untuk mengetahui Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik

3. Untuk membuktikan adanya Korelasi antara Rasa Percaya Diri dengan

Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits siswa MI Roudlotul Muta’allimin

Menganti Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sangat penting karena dari hasil ini diharapkan

dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa

Untuk meningkatkan dan memberi dorongan kesuksesan prestasi

disebabkan keaktifan belajar siswa secara konsisten atau istiqomah.

(16)

Membantu dan meningkatkan dalam mengembangkan sumber daya

manusia berupa Ipteks ( Ilmu pengetahuan teknologi dan seni) dan Imtaq

(Iman dan Taqwa) dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat di

lingkungannya.

3. Bagi pendidik

a. Setelah diadakan penelitian diharapkan lebih ditingkatkan perhatian

orang tua kepada anaknya sehingga tercapai pendidikan yang bermutu

dan sempurna dalam proses belajar mengajar.

b. Memberikan sumbangsih dalam meningkatkan proses belajar

mengajar secara sempurna.

c. Dapat dijadikan acuan dalam menjalankan proses belajar mengajar

yang berkualitas dan bermutu dalam mengatasi kebodohan dan

kemiskinan.

E. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai hasil belajar mata pelajaran Al-Qur’an

hadits telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Berbagai faktor yang

berhubungan dengan hasil belajar mata pelajaran Al-Qur’an hadits telah

digunakan sebagai bahan penelitian seperti :

Skripsi M.Syukron Mazidi Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan

Ampel Surabaya (2013), dengan judul “Korelasi Prestasi Belajar Siswa Mata

Pelajaran Qur’an Hadits Kelas VII Terhadap Cara Baca Al-Qur’an di MTS

(17)

Skripsi Nur Wahidatur Rohmah Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah UIN

Sunan Ampel Surabaya (2014), dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar

Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits Materi Hadits Niat dan Silaturrahmi Siswa

Kelas IV MI Salafiyah Bahauddin Taman Sidoarjo Dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)”.

Skripsi Siti Muslimatun Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan

Ampel Surabaya (2009), dengan judul “Korelasi Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Al-Qur’an Hadits di

MTS Nurul Fatah Gedangan Sidayu Gresik”.

Ketiga penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan pada tingkat percaya

diri dan hasil belajar Al-Qur’an hadits. Oleh karena itu, peneliti mengambil

judul “Korelasi Antara Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar Al-Qur’an

Hadits Siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik”. Dengan

demikian, keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel

yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan

(18)

memungkinkan sebuah konsep yang bersifat abstrak dijadikan suatu yang

operasional sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan pengukuran.6

Untuk menghindari kesalahfahaman dalam penafsiran istilah yang

dipergunakan, dalam proposal ini perlu kiranya penulis menjelaskan

pengertian dan istilah yang terdapat didalamnya seperti dibawah ini :

1. Korelasi

Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat.7

Jadi yang dimaksud korelasi disini adalah suatu keadaan yang

berhubungan atau di hubungkan.

2. Percaya diri

Percaya adalah mengakui atau meyakinkan akan sesuatu.8

Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada

kemampuan dan penilaian (judgement)diri sendiri dalam melakukan tugas

dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas

kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan

kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan

diri adalah sikap positif seorang induvidu yang memampukan dirinya

untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun

terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

6

Jonathan sarwono, Metode Penelitian Kuantutatif dan Kualitatif,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006),h.27

7

Meity Taqdir Qadratillah, dkk., Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), h. 246

8

(19)

Ada dua jenis percaya diri yaitu percaya diri batin dan lahir.

Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi kepada kita perasaan

dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Sedangkan percaya diri

lahir memungkinkan kita untuk tampil dan berperilaku dengan cara yang

menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. 9

Dari uraian dia atas dapat disimpulkan bahwa percaya diri

merupakan sikap individu yang mampu untuk mengembangkan nilai

positif baik terhdap diri sendiri ataupun terhadap lingkungan yang

dihadapi. Rasa percaya diri merujuk pada aspek kehidupan individu,

dimana individu tersebut merasa memiliki kompetensi, yakni mampu dan

percaya bahwa dia bisa, karena didukung pengalaman, prestasi serta

harapan terhadap dirinya sendiri.

3. Hasil belajar

Hasil adalah suatu yang ada (terjadi) oleh suatu kerja, berhasil

sukses.10

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.11

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan

dalam skor yang yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu.

9

Gael Lindenfield, Mendidik Anak Agar Percaya Diri, (Jakarta: Arcan, 1997),h. 4

10

Hartono, Kamus Praktik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 53

11

(20)

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru

menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang

berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.12

Dari beberapa devinisi diatas, maka dapat di simpulkan bahwa

hasil belajar adalah semua perubahan tingkah laku yang nampak setelah

berakhirnya perbuatan belajar baik perubahan pengetahuan, sikap maupun

keterampilan, karena didorong dengan adanya suatu usaha dari rasa ingin

terus maju untuk menjadikan diri menjadi lebih baik.

4. Qur’an Hadits

Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan malaikat

Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau

pedoman hidup bagi umat manusia.13

Hadits adalah riwayat yang berhubungan dengan kehidupan dan

perbuatan Nabi Muhammad SAW.14

Al-qur’an hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada

12

Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2014),h.5

13

Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h.228.

14

(21)

peserta didik untuk memahami dan mencintai al-qur’an dan hadits sebagai

sumber ajaran islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam

kehidupan sehari-hari.15

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Qur’an hadits

merupakan suatu bidang studi yang banyak menekankan pada ingatan dan kemampuan siswa mengaplikasikan kandungannya, dan Qur’an hadits

juga sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan islam yang

didalamnya berisi kandungan Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber

hukum islam.

Berdasarkan penjabaran arti dalam judul diatas, maka dapat

diambil maksud dari penulisan proposal: KORELASI ANTARA RASA

PERCAYA DIRI DENGAN HASIL BELAJAR Al-QUR’AN HADITS

DI MADRASAH IBTIDAIYAH ROUDLOTUL MUTA’ALLIMIN

MENGANTI GRESIK adalah untuk mengetahui adakah hubungan

antara rasa percaya diri dengan hasil belajar Al-Qur’an hadits siswa di MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik.

G. Batasan Masalah

Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk

membuat pembaca mudah memahaminya. Dalam proposal ini penulis hanya

memfokuskan pada : Korelasi Antara Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar

15

(22)

Al-Qur’an Hadits siswa yang difokuskan pada siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh penulis membagi

beberapa sistematika pembahasan penelitian menjadi lima bab dengan rincian

sebagai berikut :

Bab I: PENDAHULUAN

Dalam Bab ini berisi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Peneleitian, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Definisi Operasioanl,

Batasan Masalah, Sistematika Pembahasan.

Bab II: KAJIAN TEORI

Dalam Bab ini yang di bahas dalam point A. Percaya Diri, yang

meliputi a).pengertian percaya diri, b).macam-macam percaya diri, c).manfaat

percaya diri dan d).tujuan percaya diri. Sedangkan yang dibahas pada point

B. Hasil Belajar, yang meliputi a).Pengertian Hasil Belajar, b).Macam-macam

Hasil Belajar dan c).Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Sedangkan pada point C. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits, yang meliputi a).

pengertian Al-Qur’an Hadits, b). tujuan dan manfaat pembelajaran Al-Qur’an

hadits dan c). ruang lingkup pembelajaran Al-Qur’an Hadits. Pada point D.

Hipotesis Penelitian. Dan pada point E. Korelasi Antara Rasa Percaya Diri

(23)

Bab III: METODE PENELITIAN

Dalam Bab ini berisi tentang : Jenis Penelitian, Variabel dan

Indikatornya, Populasi dan Sampel, Data yang Diperlukan dan Sumber data,

Metode Pengumpulan Data, Metode Analisa Data.

Bab IV: LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dalam Bab ini berisi tentang: Gambaran Umum Objek Penelitian,

Penyajian dan Analisa Data.

Bab V: PENUTUP

(24)

14

A. Percaya Diri

1. Pengertian Percaya Diri

Pendidikan diharapkan bisa menjadikan lingkungan yang

memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya

secara optimal. Sehingga ia dapat mkewujudkan dirinya dan memfungsikan

sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadi dan lingkungannya.16

Pendidikan juga sebagai upaya dalam menciptakan manusia dewasa dalam arti

bahwa peserta didik dapat menjadi manusia dewasa yang kompleks yaitu

dengan menentukan sebuah keajaiban memecahkan masalah dan bertanggung

jawab atas segala keputusannya untuk menuju itu maka harus ada

kepercayaan. Hal inilah yang kemudian disebut dengan self confident

(kepercayaan diri).

Menurut Tarsis Tasmudji syarat utama agar anak didik bisa mandiri

dalam segala tindakan yaitu jika anak didik percaya pada kemampuan dan

kekuatan dirinya. Bahwa apa yang mereka lakukan itu baik dan benar. Tanpa

kepercayaan diri maka timbul keraguan dalam segala tindakannya. Bahkan

16

(25)

kadang-kadang dapat menyebabkan tidak berani berbuat apapun termasuk

dalam menyelasaikan suatu tugas tanpa mengharapkan bantuan orang lain.17

Dari uraian diatas maka definisi dari rasa Percaya Diri (Self

Confidence) menurut Gael Lindenfield adalah meyakinkan pada kemampuan

dan penilaian (judgement)diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya

menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas

keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif

seorang induvidu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan

penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau

situasi yang dihadapinya. 18

Percaya diri merupakan modal dasar seorang anak manusia dalam

memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Ketika baru dilahirkan, seorang anak

sangat bergantung pada orang dewasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam proses selanjutnya anak berhasil bertahan hidup dan makin

meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan pada

orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.

Menurut Anita Lie Kehidupaan keluarga yang hangat dan hubungan

antar keluarga yang erat akan memberikan rasa aman. Selanjutnya rasa aman

17

Tarsis Tasmudji, Pengembangan Diri, (Yogyakarta: Liberty,1998)h,101

18

(26)

ini memungkinkan anak akan memperoleh modal dasar percaya diri. Dengan

percaya diri anak akan tumbuh dalam pengalaman dan kemampuan dan

akhirnya menjadi pribadi yang sehat dan mandiri. 19

Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

rasa percaya diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan yakin pada

kekuatan dan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

pendidik untuk diselesaikan tanpa mengharap bantuan dari orang lain atau

temannya dan didasari dengan memiliki konpetensi yaitu mampu dan percaya

dia bisa menyelesaikan tugas tersebut. Dengan rasa percaya diri anak didik

akan bersikap tenang dalam berbagai situasi termasuk dalam menyelesaikan

tugas dan tidak akan takut untuk berprestasi di sekolah, mereka juga tidak

akan merasa rendah diri karena minder dan tidak akan ragu dalam bertindak

walaupun itu penuh resiko sebab ia yakin akan kemampuan dirinya sendiri.

2. Macam-macam Percaya Diri

Adapun macam-macam dari percaya diri adalah:

a. Percaya diri lahir

Percaya diri lahir yaitu memungkinkan individu untuk tampil dan

berperilaku dengan cara menunjukkah kepada dunia luar bahwa individu

yakin akan dirinya. Untuk memberi kesan percaya diri pada dunia luar,

19

(27)

individu perlu mengembangkan tiga bidang keterampilan, yaitu :

komunikasi, ketegasan dan pengendalian perasaan.

1) Komunikasi

Dengan memiliki dasar yang baik dalam bidang keterampilan

berkomunikasi, anak-anak misalnya akan dapat :

a) Mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang, dan penuh

perhatian.

b) Tahu kapan dan bagaimana berganti pokok pembicaraan dari

percakapan biasa yang lebih mendalam.

c) Berbincang dengan memakai nalar dan secara fasih.

d) Berbicara didepan tanpa rasa takut.

2) Ketegasan

Kalau kita bisa mengajarkan sikap tegas kepada anak-anak,

jarang sekali mereka akan berlaku agresif dan pasif demi mendapatkan

keberhasilan dalam hidup dan hubungan sosialnya, rasa percaya diri

akan bertambah karena mereka akan dapat:

a) Tahu bagaimana melakukan kompromi yang dapat diterima

dengan baik.

b) Memberi dan menerima kritik yang membangun.

(28)

3) Pengendalian perasaan

Perasaan harus dikelola dengan baik agar perasaan tersebut

dapat dikendalikan atau dikontrol dengan baik. Pengendalian perasaan

dengan baik akan bisa menjaga kontrol emosi yang baik pada diri

anak-anak.

Kalau perasaan tidak dikelola dengan baik, maka bisa

membentuk suatu kekuatan besar yang tidak terduga. Kadang-kadang

menyenangkan dan menarik untuk membiarkan hati memerintah

pikiran, tetapi pada umumnya dalam hidup sehari-hari kita perlu

mengendalikan perasaan kita. Kalau anak-anak tahu cara

mengendalikan diri maka anak-anak dapat:

a) Lebih percaya diri karena tidak khawatir akan lepas kendali.

b) Berani menghadapi tantangan dan resiko karena mereka bisa

mengatasi rasa takut, frustasi dan khawatir.

c) Menghadapi kesedihan secara wajar karena mereka tidak takut

kalau kesedihan itu akan membebani dan menekan mereka

selamanya.20

20

(29)

b. Percaya diri batin

Percaya diri batin yaitu kepercayaan diri yang memberikan

kepada individu perasaan dan anggapan bahwa individu dalam

keadaan baik. Ada tiga ciri utama yang khas pada orang yang

mempunyai kepercayaan diri batin yang sehat. Ketiga ciri itu

adalah:

1) Cinta diri

Orang yang percaya diri mencintai diri mereka, dan cinta diri

ini bukanlah sesuatu yang dirahasiakan. Jelaslah bagi orang luar

bahwa mereka peduli tentang diri mereka karena perilaku dan gaya

hidup mereka adalah untuk memelihara diri. Dengan unsur percaya

diri batin inilah anak-anak akan:

a) Mempertahankan kecenderungan alamiah mereka untuk

menghargai baik kebutuhan jasmani maupun rohaninya.

b) Mempunyai cukup alasan dalam usaha mereka untuk memenuhi

kebutuhan ini , mereka tidak akan menyiksa diri mereka sendiri

dengan rasa bersalah setiap kali meminta atau memperoleh sesuatu

(30)

c) Bangga akan sifat-sifat mereka yang baik dan memusatkan diri

untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.21

2) Pemahan diri

Pemahaman diri merupakan suatu bentuk upaya pencitraan diri

seseorang tentang bagaimana individu tersebut memahami akan

kekurangan dan kelebihannya. Maka individu tersebut akan

membentuk rasa percaya diri yang timbul dari pemahaman dirinya.

Orang dengan percaya diri batin juga sangat sadar diri. Mereka

tidak terus menerus merenungi diri sendiri tetapi mereka memikirkan

perasaan dan pikiran mereka. Kalau anak memiliki pemahaman yang

baik maka mereka akan:

a) Mengenal kelemahan dan keterbatasan mereka dan karena itu kecil

kemungkinan mereka membiarkan diri mengalami kegagalan

berulangkali.

b) Terbuka untuk menerima umpan balik dari orang lain dan tidak

selalu melonjak untuk membela diri begitu dikritik orang.

(31)

3) Berpikir positif

Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang

menyenangkan, salah satu sebabnyaialah karena mereka bisa melihat

kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka mengharap serta mencari

pengalaman dan hasil yang bagus. Dengan kekuatan batin yang

penting ini anak-anak akan:

a) Percaya bahwa kebanyakan masalah bisa diselesaikan.

b) Mau bekerja meskipun ada perubahan yang membuat frustasi

karena mereka suka pada pertumbuhan dan perkembangan.

c) Bersedia menghabiskan waktu dan energi untuk belajar dan

melakukan tugasnya karena mereka percaya bahwa akhirnya tujuan

mereka akan tercapai.23

3. Manfaat Percaya Diri

Adapun manfaat dari percaya diri adalah:

a. Hidup lebih berkualitas

Dengan percaya diri anak-anak akan semakin membuat diri

menjadi berkualitas karena dengan percaya diri anak-anak akan selalu

melakukan hal-hal yang positif yang dapat membawa manfaat bagi orang

23

(32)

lain dan membuat hidup mereka lebih berkualitas lagi untuk orang lain

disekitarnya.

b. Membuka pintu kesuksesan

Dengan percaya diri pintu kesuksesan akan terbuka lebar karena

anak-anak akan selalu berusaha sekuat tenaga untuk meraih apa yang

mereka inginkan. Anak-anak akan selalu mencoba tanpa merasa ragu

apakah yang dilakukan akan gagal atau berhasil. Dengan selalu mencoba

dengan adanya rasa ragu maka maka anak-anak akan sukses pada masa

depannya kelak.

c. Hidup lebih santai

Dengan percaya diri anak-anak akan merasa hidup mereka lebih

santai dan tenang karena anak-anak tidak takut ataupun merasa ragu

dalam menghadapi setiap masalah yang datang menghalangi hidup

mereka sehingga hidup mereka kedepannya akan terasa ringan seperti

tanpa adanya beban untuk kehidupannya kelak.

d. Jauh dari rasa khawatir

Dengan percaya diri anak-anak akan selalu merasa yakin pada

(33)

khawatir terhadap apa yang akan terjadi dalam hidup mereka. Jadi

anak-anak kedepannya akan selalu berpikir positif untuk menjalani hidupnya

dan tanpa ada rasa khawatir.

e. Menambah semangat dalam berusaha

Dengan percaya diri Anak akan lebih semangat dalam menjalani

setiap aktivitas yang mereka kerjakan karena mereka akan jauh lebih

menikmati sejauh mana anak tersebut sudah berusaha. Dengan adanya

semangat dalam berusaha anak-anak akan mendapatkan apa yang selalu

mereka inginkan tanpa susah payah.24

4. Tujuan Percaya Diri

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Ini disebabkan

karena mereka punya pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan

tertentu dan mereka tahu hasil apa yang bisa diharapkan. Dengan unsur ini

yang memperkuat rasa percaya diri adalah:

1) Terbiasa menentukan sendiri tujuan yang biasa dicapai tidak selalu

harus bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatannya.

2) Punya lebih banyak energi dan semangat karena mereka

mempunyai motivasi.

24

(34)

3) Lebih tekun karena menyadari bahwa langkah-langkah yang kecil

dan kadang-kadang membosankan sekalipun mempunyai tujuan.

4) Belajar menilai diri sendiri karena mereka bisa memantau

kemajuannya dilihat dari tujuan yang mereka tentukan sendiri.

5) Mudah membuat keputusan karena mereka tahu betul apa yang

mereka inginkan dan butuhkan dari hasilnya.25

5. Sebab Munculnya Percaya Diri

Dunia mempunyai hak untuk mengetahui, betapa tinggi anggapan

terhadap diri kita sendiri. Apabila kita pertama kali terjun ke masyarakat,

maka semua orang melihat wajah dan mata kita dengan cermat untuk

mengetahui betapa tinggi anggapan terhadap diri sendiri. Jika mereka tidak

melihat adanya rasa percaya diri sendiri pada mata kita, maka tentunya

mereka tidak usah bertanya-tanya kepada diri sendiri terlalu rendah. Mereka

tahu bahwa selayaknya menilai diri kita lebih tepat dari pada orang lain.26

Barbara De Angelis mengatakan bahwa percaya diri berawal dari

tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segala yang kita inginkan dan

butuhkan dalam hidup. Ia terbina dari keyakinan diri sendiri, bukan dari

karya-karya kita walaupun karya-karya itu sukses.27

25

Gael Lindenfield, Mendidik Anak Agar Percaya Diri, (Jakarta: Arcan,1994),h.4

26

Orison Swett Marden, Pola Kehidupan Dan Perjuangan, (Jakarta: Gunung Jati, 1978), h.120

27

(35)

Menurut Thursan Hakim, rasa percaya diri tidak muncul begitu saja

pada diri seseorang. Ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga

terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang

kuat terjadi melalui proses:

a. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses

perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

b. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan-kelebihan yang

dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat

segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap

kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah

diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.

d. Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan

menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.28

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, hasil adalah suatu yang ada

(terjadi) oleh suatu kerja, berhasil sukses.29

28

(36)

Hasil adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan.30 Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksinya dengan lingkungan, yang menyangkut kognitif,

afektif, dan psikomotor.31

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, baiasanya guru

menetapkan tujuan belajar.32

Menurut Hamalik memberikan pengertian tentang hasil belajar adalah

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan tidak tahu menjadi

tahu.33

29

Hartono, Kamus Praktik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),h. 53

30

Jihad dan Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta:Multi Pressindo,2010),h.14

31

Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 13

32

Ahmad Susanto, Teori Belajar& Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group,2014),5

33

(37)

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah

dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam

mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai

saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan,

pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedislipinan, keterampilandan

sebagaimana yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan

kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan

ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa ayau memiliki

pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat

mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki

materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi

belajar mengajar yang baik. 34

Dari beberapa devinisi diatas, maka dapat di simpulkan bahwa hasil

belajar adalah semua perubahan tingkah laku yang nampak setelah

berakhirnya perbuatan belajar baik perubahan pengetahuan, sikap maupun

keterampilan, karena didorong dengan adanya suatu usaha dari rasa ingin

terus maju untuk menjadikan diri menjadi lebih baik.

2. Macam-macam Hasil Belajar

Adapun macam-macam dari hasil belajar adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman konsep

34

(38)

Pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti

dari materi atau bahan yang dipelajari. Maksud dari pemahaman tersebuat

adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami

pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa

dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, yang dilihat, yang dialami,

atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia

lakukan.

Adapun menurut Bloom yang dikutip oleh Ahmad Susanto

pemahaman dapat dikategorikan kepada beberapa aspek, dengan

kriteria-kriteria sebagai berikut:

1) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterprestasikan sesuatu, ini berarti bahwa seseorang yang

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu

menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima.

2) Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang baiasanya hanya sebatas

mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah

dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu

memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas dan

(39)

3) Pemahaman merupakan suatu proses yang bertahap yang masing-masing

tahap mempunyai kemampuan seperti menerjemahkan, apaliksi, analisis,

sintesis dan evaluasi.35

b. Keterampilan proses

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada

pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.

Keterampilan berarti kemampuan menggunakan nalar, pikiran dan perbuatan

secara efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitasnya.

Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan

pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerjasama, bertanggung

jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang

bersangkutan.

c. Sikap

Menurut Ahmad Susanto sikap tidak hanya merupakan aspek mental

semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus

ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak. Jika mental saja

yang dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang

ditunjukkannya. Adapun struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

35

(40)

menunjanag yaitu: komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen

kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai individu pemilik sikap,

komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut emosional, dan

konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan

sikap yang dimiliki seseorang. 36

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat

kita bedakan menjadi dua macam, yakni :

1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.37

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan

mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap

ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya,

biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak

mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor intrernal)

dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkinakan

36

Ahmad Susanto, Teori...,12

37

(41)

memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi,

karena pengaruh faktor-faktor tersebut muncul siswa-siswa yang berprestasi

tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali.

1. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,

yakni :a) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), b) aspek psikologis (yang

bersifat rohaniah).

a. Aspek Fisiologi

Kondisi umun jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ

tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat

menurunkan kualitas ranah cipta sehingga materi yang dipelajarinya pun

kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan agar jasmani tetap bugar,

siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan

yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan bersinambungan. Hal ini

penting sebab kesalahan pola makan minum dan istirahat akan menimbulkan

reaksi tegangan otot yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu

(42)

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera

pendengar dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan

siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan khusus yang disajikan di

kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya

akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang

bersifat gema dan citra. Akibat negatif selanjutnya adalah terhambatnya

proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun,

diantara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang lebih esensial

itu adalah sebagai berulit: tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap siswa,

bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.

a) Intelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan

persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh

lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam

(43)

organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol”

hampir seluruh aktivitas manusia.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan

lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,

semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar

peluangnya untuk meraioh sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemapuan

intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk

memperoleh sukses.38

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif

tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif

maupun negatif. Sikap siswa yang positif, pada mata pelajaran yang

disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa

tersebut. Sebalinya sikap negatif siswa apabila jika diiringi kebencian

terhadap mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa

tersebut.

Diantara yang termasuk dalam rasa percaya diri adalah sikap

siswa. Jika siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka dalam

38

(44)

melakukan proses belajar mengajar akan merasa nyaman dan tanpa ada

rasa ragu jika seorang guru menyuruhnya untuk maju kedepan hanya

sekedar untuk menjawab soal. Sikap seorang siswa yang memiliki rasa

percaya diri yang tinggi akan mendapat dampak yang positif dalam proses

belajar mengajar ataupun hasil belajar siswa tersebut.

c) Bakat Siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti

berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai

dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip

dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi

sangat cerdas atau cerdas luar biasa disebut juga sebagai anak yang

berbakat.

d) Minat Siswa

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat tidak

termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang

banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,

(45)

Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti

yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

e) Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik

manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.

Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah

laku secara terarah.

Dalam perkembanagn selanjutnya, motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah hal dan kedaan yang berasal dari dalam diri

siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.

Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari

luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar.

Dalam prespektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan

bagi siwa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta

(46)

2. Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiria atas

dua macam yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsional.

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf

administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat

belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan

perilaku yang simpatik dan memeperlihatkan suri teladan yang baik dan

rajin khususnya dalam hal belajar.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermaianan di sekitar

perkampungan siswa tersebut. Lingkungan soaial yang lebih banyak

mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu

sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan

keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi

dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang

dicapai oleh siswa.39

39

(47)

3. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,

alat-alat belajar, kedaan cauaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau

sore hari, seorang ahli bernama J.Biggers berpendapat bahwa belajar pada

pagi hari lebih efektif dari pada belajar waktu-waktu lainnya. Dengan

demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering

dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, tak perlu dihiraukan.

Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem

memeori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item

informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut. 40

C. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits

1. Pengertian Al-Qur’an Hadits

Al-qur’an hadits merupakan unsur mata pelajaran pendidikan agama

islam (pai) pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada peserta didik

40

(48)

untuk memahami dan mencintai al-qur’an dan hadits sebagai sumber ajaran

islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.41

a. Pengertian al-qur’an

Secara etimologi al-qur’an artinya bacaan. Kata dasarnya qara’a

yang artinya membaca. Adapun pengertian al-qur’an dari segi istilah, para

ahli memberikan definisi sebagai berikut:

1. Menurut Manna Al-Qaththan al-qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada nabi muhammad, dan membacanya adalah

ibadah.

2. Menurut abdul wahab khalaf al-qur’an adalah firman allah

yang diturunkan kepada nabi muhammad melalui malaikat

jibril dengan menggunakan lafal bahasa arab dan makna yang

benar sebagai petunjuk bagi manusia dan mejadi sarana untuk

melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada allah dengan

membacanya.42

Dalam buku metodologi pengajaran agama juga terdapat

beberapa pendapat tentang al-qur’an diantaranya:

41

Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011),46

42

(49)

1. K.H Munawar Khalil menyatakan bahwa al-qur’an adalah

firman allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang bersifat mukjizat dengan sebuah surat dari padanya yang

beribadah bagi yang membacanya.

2. Prof. Dr. T.M Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam allah yang diturunkan kepada nabi

muhammad yang ditilawatkan dengan lisan dan penulisannya

secara mutawattir.

3. Fazlurrahman mengartikan al-qur’an merupakan sumber yang

mampu menjawan semua persoalan.43

b. Pengertian hadits

Menurut etimologi kata al-hadits mempunyai banyak pengertian,

yaitu jalan atau tuntunan, setiapa apa yang dikatakan, al-jadid berarti baru

sebagai lawan dari al-qadim yang berarti terdahulu atau lama. Sedangkan

pengertian hadits secara terminologi para ulama hadits pada umumnya

memberikan definisi bahwa hadits disamakan pengertiannya dengan

al-sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi muhammad

SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

Sedangkan ulama ushul fiqh memandang nabi sebagai pembuat

undang-undang disam[ping allah SWT. Oleh sebab itu mereka

43

(50)

mendefinisikan hadits nabi adalah perkataan-perkataan , perbuatan dan

taqrir rasul allah SWT sebagai petunjuk perundang undangan.44

Berdasarkan buku metodologi pengajaran agama, menurut

muhaddisin bahwasannya hadits adalah perkataan-perkataa,

perbuatan-perbuatan, serta hal; ihwal nabi SAW. Sedangkan ahli ushul fiqh

mengatakan hadits adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan nabi

yang berkaitan dengan bidang hukum. Ahli ushul fiqh lain mengatakan

bahwa hadits adalah perkataan-perkataan nabi muhammad yang dijadikan dalil untuk penetapan hukum syara’.

Dari rumusan pengertian menurut ahli ushul fiqh diatas, maka

yang dikatakan hadits adalah perkataan-perkataan , perbuatan-perbuatan,

serta taqrir-taqrir nabi khususnya yang brekaitan dengan penetapan hukum syara’.45

Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah

salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan

membaca dan menulis Al-Qur’an dan hadits yang benar, serta hafalan

terhadap surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, pengenalan arti atau makna

secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits

44

Suryani, Hadits Tarbawi: Analisis Pedagogis Hadits-Hadits Nabi,

(Yogyakarta:Teras,2012)3-4

45

(51)

tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari

melalui keteladanan dan pembiasaan.46

2. Tujuan dan manfaat mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

Pembelajaran al-qur’an hadits bertujuan agar peserta didik gemar

untuk membaca al-qur’an dan hadits dengan benar serta mempelajarinya,

memahami, meyakini kebenarannya, mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai

yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh

aspek kehidupan.

Manfaat mata pelajaran al-qur’an hadits adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan tentang cara

memabaca dan menulis al-quran serta kandungan al-qur’an dan hadits.

2. Sumber nilai, yaitu memeberikan pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta

didik dalam meyakini kebenaran ajaran islam.

4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, pemahaman,

dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau

budaya lain.47

46

http://www.abdimadrasah.com/2014/04/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-quran-hadits.html. Diakses pada 24 November 2015

47

(52)

3. Ruang Lingkup Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits Madrasah Ibtidaiyah

Ruang lingkup mata pelajaran al-Qur’an-Hadits di Madrasah

Ibtidaiyah meliputi:

1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur’an yang benar sesuai

dengan kaidah ilmu tajwid.

2. Hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur’an, dan pemahaman sederhana

tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui

keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan

mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan kebersihan, niat,

menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahim, taqwa, menyayangi

anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik dan amal shaleh.48

D. Korelasi Antara Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar

Sikap percaya diri tidak harus dimiliki oleh orang dewasa, tetapi anak

didik juga memerlukannya dalam perklembangannya menuju dewasa. Anak didik

yang percaya diri akan bisa menerima dirinya sendiri, sikap menerima tantangan

dalam arti mau mencoba sesuatu yang baru walaupun ia sadar bahwa

kemungkinan salah pasti ada. Dan tidak takut dalam menyatakan pendapat di

48

(53)

depan orang banyak. Rasa percaya diri membantu siswa untuk menghadapi

situasi di dalam pergaulan dan menangani atau menyelesaikan berbagai dengan

lebih mudah.49

Percaya diri menyebabkan anak didik menjadi kreatif, senang

bereksperimen dan berani menempuh resiko, kesenangan dan keberanian ini akan

menghasilkan berkembangnya kecakapan atau kemampuan akan menambah rasa

percaya diri, bertambanhnya rasa percaya diri akan menyebabkan meningkatnya

hasil belajar anak didik terutama dalam menyelesaikan masalah dalam tugas Al-Qur’an Hadits.50

Dengan rasa percaya diri siswa yakin pada kemampuannya dan tidak

mengharapkan bantuan dari orang lain atau teman sekelasnya. Dan dengan hasil

belajar Al-Qur’an Hadits yang memuaskan, maka akan lebih mempermudah anak

didik dalam menemukan solusi jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

Karena itulah rasa percaya diri sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar

agar mempunyai hasil belajar yang sangat memuaskan.

Jadi, rasa percaya diri membawa dampak positif terhadap hasil belajar

anak didik dalam menyelesaikan tugas Al-Qur’an Hadits, sebab tanpa percaya

diri anak didik tidak akan berani atau ragu-ragu dalam menyampaikan solusi atau

jawaban yang mereka temukan.

49

Jacinta F. Rini, Memupuk Rasa Percaya Diri, Jakarta,//www.epsikologi.com

50

(54)

Dengan rasa percaya diri anak didik akan yakin pada kemapuannya dan

mendorongnya untuk menyampaikan solusi yang mereka temukan. Dengan

demikian juga anak didik secara optimal dan menyelesaikan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong siswa

untuk tekun dan ulet dalam menyelesaikannya agar mendapat hasil belajar yang

sangat memuaskan.

Berdasarkan pemeparan penulis diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

sementara atau hipotesa bahwa antara rasa percaya diri dengan hasil belajar mata

pelajaran Al-Qur’an Hadits mempunyai hubungan yang saling terkait dan

mendukung.

E. Hipotesis Penelitian

Dalam suatu penelitian, hipotesis sangat perlu ditetapkan terlebih dahulu

sebagai titik tolak landasan untuk mendapatkan arah yang benar dan langkah

yang tepat dalam melaksanakan penelitian.

Dalam bukunya “Metode Penelitian Kuantutatif dan Kualitatif” Jonathan

Sarwono mengatakan bahwasannya hipotesis merupakan jawaban sementara

dari persoalan yang kita teliti.51

Penggunaan hipotesis dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya

baru sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.

51

(55)

Dengan hipotesis, penelitian menjadi jelas arah pengujiannya dengan kata lain

hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik

sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.52

Jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara tentang

kebenaran mengenai hubungan dua variabel (Variabel X dan Y) atau lebih,

dalam hipotesis peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk

membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji

apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik menjadi tes atau sebaliknya

menjadi tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.

52

(56)

46

A. Jenis penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti

yaitu: Korelasi Antara Rasa Percaya Diri dengan Hasil Belajar Al-Qur’an

Hadits Siswa Di MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik, maka jenis

peneliti yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Karena

data penelitian yang dihasilkan berupa angka-angka dan dianalisis dengan

menggunakan statistik.50

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data

berupa angka-angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai

apa yang ingin kita ketahui. Kemudian angka-angka yang terkumpul

sebagai hasil dari penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik.

B. Variabel dan Indikatornya

1. Independen variabel (IV) percaya diri dengan indikator :

a) Percaya dengan kemampuan diri sendiri.

b) Mengutamakan usaha sendiri tanpa tergantung pada orang lain.

c) Tidak mudah mengalami rasa putus asa,

d) Berani menyampaikan pendapat.

50

(57)

e) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.

f) Tanggung jawab dengan tugas-tugasnya.51

2. Dependen Variabel (DV) : hasil belajar yang dinyatakan dalam

bentuk angka 10 sampai 100.

C. Populasi dan sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.52 Maka dari itu yang menjadi populasi adalah Siswa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik yang berjumlah 324

siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

51

http://ekopurwadi.com/814-2-babii.pdf. Diakses pada 1 Desember 2015

52

(58)

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.53

Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini, menggunakan

teknik Stratified Random Sampling atau pengumpulan sampel secara

berstrata. Sampel yang diambil adalah 25% dari jumlah populasi, dengan

hitungan 25% x323 = 80,75 dibulatkan menjadi 81.

Berdasarkan ketentuan diatas maka penulis mengambil sampel

purposive yang ditentukan dengan sengaja. Untuk itu penulis memilih

seluruh siswa Roudlotul Muta’allimin Menganti Gresik sebagai sampel

yang akan di teliti.

D. Data yang diperlukan dan Sumber Data

1. Jenis data

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian

yang diperoleh di lokasi penelitian. Definisi data sebenarnya mirip

dengan definisi informasi, hany saja informasi lebih ditonjolkan segi

pelayanan, sedangkan data lebih menonjolkan aspek materi.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka.54 Dalam

penelitian ini yang termasuk data kuantitatif adalah:

53

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alvabeta, 2012),h.

81 54

(59)

1). Data percaya diri yang sumber datanya dari angket.

2). Data hasil belajar yang diperoleh dari dokumentasi.

3). Data tentang gambaran umum dari obyek yang diteliti

meliputi :

a) Profil Sekolah MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik.

Nama Sekolah : MI Roudlotul Muta’allimin

Akreditasi : Akreditasi A

Alamat : Jl.Raya Putat Lor 150

Kelurahan : Putat Lor

Kecamatan : Menganti

Kota : Kab.Gresik

Provisi : Jawa Timur

Kode Pos : 61174

Nomor Telpon : 0317990196

Nomor Faks : -

NPSN : -

NSS : 111235250062

Email : mi_roudlotul_mutaalimin_pl@yahoo.co.id

Jenjang : SD

Status : Swasta

(60)

Bujur : 112.567775999998

Ketinggian : 14

Waktu Belajar : Pagi

b) Visi dan Misi MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik.

a. Visi

Mencetak peserta didik yang anggun moral

unggul intelektual.

Indikator :

1) Mampu menjalankan ajaran agama yang berhaluan

ashlussunnah wal jamaah

2) Memiliki keimanan yang kokoh bertaqwa dan

berakhlakul karimah

3) Mampu berpikir aktif kreatif dan inovatif

4) Mampu bersaing dan memiliki prestasi yang tinggi

baik bidang akademis maupun non akademis

b. Misi

1) Menumbuhkan kesadaran terhadap pengalaman

ajaran agama yang berhaluan ahlussunnah wal

jamaah

2) Menyelenggarakan pembelajaran yang

(61)

siswa-siswi tumbuh menjadi insan bermoral dan

berakhlakul karimah

3) Mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang

berkualitas aktif efektif kreatif dan inovatif

4) Menumbuhkan semangat berprestasi siswa-siswi

dalam bidang akademis dan non akademis.

c) Keadaan Guru, Karyawan dan SiSwa MI Roudlotul Muta’allimin Menganti-Gresik.

a. Kedaan guru dan karyawan

Tabel 3.1

Keadaan guru dan karyawan MI Roudlotul

Muta’allimin Menganti-Gresik

No Nama L/P Jabatan Pendidikan

1 2 3 4 5

1 H. Mukhlisin,S.Ag. L Kepala

Madrasah

S.1-„93

2 H. Hidayatulloh L Waka

Kesiswaan

D.2-„95

3 H. Mahfudz Hs. L Waka

Kurikulum

S.1-„00

(62)

5 Muhammadun Arsyad L Guru PGA-„77

6 Endang Wijayanti,A.Ma. P Guru D.2-„00

7 Nanang Abdillah,S.PdI L Guru S.1-„00

8 Syaiful Akhyar,S.HI. L Guru S.1-„09

9 Nor Rosita A,Ma. P Guru D.2-

10 Mufti Efendi L TU SMK-„01

11 Rachmad Basuki L Satpam

Kebersihan

SDN

12 Moh.Ikrom L Satpam

Malam

SD

b. Keadaan siswa

Jumlah siswa-siswi MI Roudlotul Muta’allimin

Gambar

Tabel 4.2 Jumlah siswa-siswi...................................................................................62
Tabel 3.1 Keadaan guru dan karyawan MI Roudlotul
Jumlah siswa-siswi MI Tabel 3.2 Roudlotul Muta’allimin
Tabel 4.1 Keadaan guru dan karyawan MI Roudlotul Muta’allimin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populiariausias tikslusis al- goritmas GSP ( Generalized Sequential Pattern mining algorithm ) (Srikant, Agrawal, 1995a; Srikant, Agrawal, 1995b) daug kart ų perrenka vis ą

[r]

Metode: Dibuat desain sistem untuk mengobjektifikasi dan menguantifikasi pemeriksaan fisik, yang terdiri dari empat komponen: pemindaian tubuh pasien secara 3

Data ini (lintang dan bujur) dapat kita peroleh dari beberapa cara yaitu Pertama, melihat buku-buku falak, cara ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencari

Rast kod kojeg se individualna stopa fekunditeta (radanja) ne mijenja s veliˇcinom po- pulacije, a populacija raste to brˇze ˇsto je stopa ve´ca (ve´ci se broj jedinki

Smartphone sebagai media sosial adalah salah satu alat penunjang yang pada akhirnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap relasi interpersonal pada anak

Syariah IAIN Ponorogo. H 0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara gaya hidup atau promosi penjualan terhadap pembelian impulsif hijab online shop

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa