• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penenlitian

4.1.1 Keadaan geografi, iklim dan penduduk kota makassar

Berdasarkan letak geografi, kota Makassar terletak antara 119o24’17’’ – 119o24’38’’ Bujur Timur dan 5o8’6’’ – 5o

Berdasarkan data pada Stasiun Meteorologi Maritim Paotere, suhu udara minimum 23.6

8’19’’ Lintang Selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Maros di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur, Kabupaten Gowa di sebelah selatan dan Selat Makassar di sebelah barat. Luas wilayah Kota Makassar tercatat 175.77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan dan 143 desa/kelurahan (Lampiran 1). Gambar 5 memperlihatkan peta administrasi Kota Makassar yang merupakan lokasi penelitian.

o

C dan suhu udara maksimum 32.9oC dengan nilai rata-rata 27.6o

Penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1 271 870 jiwa yang terdiri dari 628 614 laki-laki dan 643 256 perempuan, rasio jenis kelamin sekitar 97 yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 97 laki-laki. Penyebaran penduduk per kecamatan tidak merata, dimana konsentrasi penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Tamalate yaitu sebanyak 152 197 jiwa atau sekitar 12.14% dari total penduduk disusul kecamatan Rappocini sebanyak 142 98 jiwa (11.40%), kecamatan Panakkukang sebanyak 134 621 jiwa (10.72%) dan seterusnya dengan laju pertumbuhan penduduk 1.53% per tahun (BPS Kota Makassar 2009).

C, kelembaban udara antara 75%-91% dengan nilai rata-rata 81.5%, lama penyinaran matahari antara 25.5%-87.5% dengan nilai rata-rata 61.02%. Curah hujan perbulan antara 4-760.5 mm dengan nilai rata-rata 277.9 mm per bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata 13.4 hari/bulan. Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (882 mm) dan terendah pada bulan Agustus (4 mm). Kecepatan angin rata-rata 5.2 knot dan kecepatan angin maksimum 44 knot yang terjadi pada bulan Februari (BPS Kota Makassar 2009). Kecepatan angin setiap bulannya mempengaruhi tinggi gelombang di laut yang juga mempengaruhi aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan. Jika angin kencang maka nelayan tidak akan melaut, karena kurang aman dalam operasi penangkapan ikan.

Gambar 5 Peta administrasi Kota Makassar sebagai lokasi penelitian

Struktur penduduk di Kota Makassar tahun 2009 berdasarkan sebaran penduduk setiap kelompok umur memperlihatkan bahwa jumlah penduduk dewasa (>15 tahun) lebih banyak dibanding anak-anak (28% : 62%) yang berarti struktur penduduk cendrung ke struktur penduduk dewasa di mana hal ini disebabkan tingkat laju pertumbuhan yang rendah dan membaiknya kualitas hidup masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk yang lanjut usia. Struktur penduduk yang demikian berkorelasi dengan banyaknya pencari kerja di Kota Makassar yang terus meningkat. Pada tahun 2008, pencari kerja yang tercatat sebanyak 33 561 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 15 827 orang dan perempuan sebanyak 17 734 orang, dan yang tersalurkan sebanyak 28 326 orang yang terdiri dari laki-laki 12 724 orang dan perempuan 15 502 orang (BPS Kota Makassar).

4.1.2 Keadaan umum perikanan Kota Makassar a) Produksi perikanan

Berdasarkan laporan statistik perikanan Kota Makassar dalam periode lima tahun terakhir (2005-2009), produksi perikanan Kota Makassar naik rata-rata 0.98% per tahun yaitu dari 16 347.67 ton pada tahun 2005 menjadi 16 540.70 ton pada tahun 2009. Produksi perikanan di Kota Makassar selama ini didominasi oleh produksi perikanan laut yaitu 15 972.00 ton atau sebesar 96.56% dari total produksi perikanan. Produksi perikanan darat didominasi oleh budidaya tambak dengan jumlah produksi sebesar 568.70 ton pada tahun 2009.

Berdasarkan data produksi perikanan di Kota Makassar, maka produksi perikanan didominasi oleh ikan pelagis kecil antara lain ikan kembung, tembang, layang, teri, tongkol. Namun demikian, beberapa jenis ikan ekonomis penting lainnya seperti ikan tuna dan cakalang dibawa oleh nelayan dari Kendari. Begitupula ikan demersal yang bernilai ekonomis penting antara lain ikan merah, kerapu, lencam termasuk udang putih produksinya cukup tinggi. Dominannya ikan-ikan pelagis kecil di dalam hasil tangkapan di daerah ini erat hubungannya dengan alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan, dimana alat tangkap seperti payang, pukat cincing (Purse Seine), jaring insang hanyut, bagan, adalah merupakan alat tangkap yang bertujuan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil.

Jumlah produksi perikanan menurut jenis alat tangkap yang digunakan di Kota Makassar Tahun 2005-2009, selengkapnya pada Lampiran 2.

b) Rumah tangga/perusahaan perikanan

Jumlah rumah tangga perusahaan perikanan yang ada di Kota Makassar

sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak 29 unit perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan perikanan yang melakukan kegiatan hasil perikanan baik dijual dalam negeri maupun ekspor. Jenis produksi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut adalah sebagai berikut: frozen srimp, frozen cooked srimp, frozen cephalopoda, frozen fish, dried flying fish roe, frozen tuna, fresh tuna, fresh cephalopoda, fresh fish (fillet) dan frozen fish (fillet). Pada umumnya perusahaan perikanan yang ada di Kota Makassar jenis produk yang dihasilkan adalah ikan beku (frozen fish) (Lampiran 3).

c) Nelayan

Nelayan di Kota Makassar terdiri dari tiga kategori yaitu nelayan penuh adalah orang yang memiliki pekerjaan tetap sebagai nelayan dan sebagai pemiliki alat tangkap, nelayan sambilan utama adalah orang yang memiliki alat tangkap tetapi bukan dia yang melakukan penangkapan ikan dan nelayan sambilan tambahan adalah orang yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan tetapi bukan pemiliki alat tangkap (DPK Provinsi Sul-Sel 2009). Berdasarkan data statistik tahun 2009, bahwa di Kota Makassar terdapat 1 963 nelayan, dimana jumlah ini dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami penurunan rata-rata sebesar 1.88%, yaitu sebanyak 2 120 orang pada tahun 2005 menjadi 1 963 orang pada tahun 2009, namun ketiga kategori tersebut yakni nelayan penuh dan nelayan sambilan utama mengalami penurunan masing-masing rata-rata sebesar 2.03% dan 4.79%. Nelayan sambilan tambahan mengalami peningkatan sebesar rata-rata sebesar 16.14% pertahun. Tahun 2009, jumlah nelayan terbanyak berdomisili di kecamatan Ujung Tanah sebanyak 583 orang, menyusul kecamatan Tamalate sebanyak 515 orang, kecamatan Tallo sebanyak 372, kecamatan Mariso sebanyak 231 orang, kecamatan Biringkanaya sebanyak 214 orang dan Tamalanrea sebanyak 48 orang. Jumlah nelayan menurut kategori lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah nelayan menurut kategori nelayan perikanan tangkap di Kota Makassar tahun 2005-2009.

Tahun Kategori nelayan Jumlah

Nelayan penuh Sambilan utama Sambilan tambahan

2005 1 305 624 191 2 120 2006 1 232 664 119 2 015 2007 1 230 639 120 1 989 2008 1 205 633 132 1 970 2009 1 201 501 261 1 963 Kenaikan rata-rata (%) 2005-2009 -2.03 -4.79 16.14 -1.88

Sumber: BPS Kota Makassar 2009

d) Perahu/kapal perikanan

Jumlah perahu/kapal perikanan pada tahun 2009 sebanyak 1 225 unit, yang terdiri atas perahu tanpa motor sebanyak 493 unit (40.24%), motor tempel sebanyak 461 unit (37.63%) dan kapal motor sebanyak 271 unit (22.12%). Selama periode lima tahun terakhir (2005-2009) jumlah perahu/kapal perikanan mengalami penurunan rata-rata 3.05% pertahun yaitu 1 388 unit pada tahun 2005 menjadi 1 225 unit pada tahun 2009. Jumlah perahu tanpa motor mengalami penurunan yaitu sebesar 10.72%, sedangkan motor tempel dan kapal motor mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2.49% dan 9.25% rata-rata per tahun (Tabel 5).

Tabel 5 Jumlah perahu/kapal perikanan menurut kategori di Kota Makassar tahun 2005-2009.

Tahun Kategori perahu/kapal Jumlah

Tanpa motor Motor tempel Kapal motor

2005 778 418 192 1 388 2006 675 439 221 1 335 2007 603 441 259 1 303 2008 521 450 256 1 227 2009 493 461 271 1 225 Kenaikan rata-rata (%) 2005-2009 -10.72 2.49 9.25 -3.05

Kapal motor yang digunakan oleh nelayan di Kota Makassar berukuran paling besar 10-20 GT dengan komposisi ukuran 0-5 GT sebanyak 92 unit, 5-10 GT sebanyak 155 unit, -10-20 GT sebanyak 24 unit pada tahun 2009. Kapal motor tersebut tersebar di enam kecamatan dari delapan kecamatan yang memiliki garis pantai, yaitu kecamatan Biringkanaya sebanyak 7 unit, kecamatan Tamalate sebanyak 64 unit, kecamatan Ujung Tanah sebanyak 119 unit, kecamatan Tallo sebanyak 57 unit, kecamatan Tamalanrea sebanyak 8 unit dan kecamatan Mariso sebanyak 16 unit (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah perahu/kapal perikanan menurut kecamatan dan berdasarkan ukuran GT di Kota Makassar pada tahun 2009.

Kecamatan Tanpa

motor

Motor tempel

Kapal motor (GT) Jumlah

0-5 5-10 10-20 Biringkanaya Tamalate U. Pandang Bontoala Rappocini Panakkukang Wajo Manggala Ujung Tanah Tallo Makassar Mamajang Tamalanrea Mariso 46 118 - - - - - - 126 87 - - 39 77 16 115 - - - - - - 203 106 - - 9 12 4 19 - - - - - - 31 24 - - 6 8 3 35 - - - - - - 76 31 - - 2 8 - 10 - - - - - - 12 2 - - - - 69 297 - - - - - - 448 250 - - 56 105 Jumlah 493 461 92 155 24 1 225

Sumber: BPS Kota Makassar 2009

4.2 Peran Pelabuhan Perikanan dalam Mendukung Pengembangan Industri Perikanan di Kota Makassar

Pembangunan pelabuhan perikanan yang dilakukan oleh pemerintah didasarkan pada program yang mempunyai prospek jangka panjang sebagai konsekwensi logis dan realisasi dari segenap kebutuhan masyarakat nelayan. Oleh sebab itu, secara prinsip pelabuhan perikanan merupakan public utility yang

overhead capital untuk mendorong berkembangnya usaha perikanan baik penangkapan, penanganan, pengolahan maupun pemasaran hasil-hasil perikanan.

Pelabuhan perikanan merupakan sebuah infrastruktur dalam pembangunan ekonomi yang memiliki peranan penting sebagai penggerak roda perekonomian suatu kawasan. Pembangunan pelabuhan perikanan merupakan salah satu

kebijakan pemerintah dalam upaya mengurangi overhead cost industri perikanan.

Melalui pelabuhan perikanan, industri perikanan akan mendapat pelayanan dan kemudahan untuk berusaha sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No. 9 Tahun 1985 tentang perikanan, selanjutnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Per.16/16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan yang menjelaskan tentang fungsi-fungsi pelabuhan perikanan.

Kebijakan pemerintah Kota Makassar, selanjutnya dijabarkan ke dalam suatu program dimana untuk program PPN Untia diarahkan sebagai pusat industri perikanan dari hulu sampai hilir, serta sebagai pusat pembinaan nelayan. Harapannya adalah keberadaan PPN Untia akan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi perikanan dimana industri dan jasa-jasa terkait dengan usaha perikanan ada di kawasan pelabuhan perikanan tersebut.

Saat ini penyediaan prasarana berupa pelabuhan perikanan yang ada di Kota Makassar berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere memiliki fungsi strategis. Berdasarkan data pada tahun 2009 jumlah pengunjung yang datang di PPI Paotere setiap harinya mencapai 900 sampai dengan 3 900 orang, yang terdiri dari nelayan bakul sebanyak 200-500 orang, pengusaha perikanan sebanyak 50- 60 orang, nelayan penggarap sebanyak 460-1 000 orang dan pengunjung biasa 200-300 orang.

4.2.1 Peran pangkalan pendaratan ikan (PPI) Paotere

Pengadaan sarana PPI Paotere Makassar atas program bersama antara Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Direktorat Jenderal Perikanan melalui proyek pengembangan dan pembangunan prasarana perikanan tahun anggaran 1991/1992, anggarannya bersumber dari bantuan luar

negeri (ADB) dan APBN. Pembangunan fisik dilaksanakan selama 11 bulan dari bulan Januari 1991 sampai dengan bulan Maret 1992.

Tahun 2008, pemerintah pusat melalui Departemen Kelautan dan

Perikanan mengeluarkan program pengembangan sistem rantai dingin (Cold

Chain System) di berbagai daerah di Indonesia. Khusus di Sulawesi Selatan, PPI Paotere mendapat kesempatan sebagai tempat pelaksanaan program tersebut. Dengan tujuan sebagai berukut:

1) Untuk menekan tingkat kemunduran mutu ikan selama proses distribusi

berlangsung,

2) Meningkatkan mutu produk perikanan dan penyediaan bahan pangan

protein hewani yang bergizi dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

3) Meningkatkan mutu dan jaminan keamanan bahan pangan asal ikan, dalam

rangka perlindungan konsumen

4) Meningkatkan mutu dan nilai tambah yang memiliki daya saing di pasar

global

5) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan

6) Meningkatkan ekspor/devisa negara.

PPI Paotere ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan dengan klasifikasi pelabuhan perikanan tipe D, berarti hanya mampu melayani kapal perikanan dengan ukuran di bawah atau sama dengan 30 GT dan mampu menampung 20 buah kapal sekaligus serta melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pedalaman dan perairan kepulauan serta volume ikan yang di daratkan sekitar 10- 25 ton/hari, hal ini sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Dirjen Perikanan 1998. Namun kenyataannya, jumlah kapal yang melakukan aktivitas pendaratan ikan sebanyak 30 s/d 75 unit kapal perhari, dan bahkan ada beberapa kapal ikan yang berukuran > 30 GT yang mendaratkan hasil tangkapannya seperti kapal ikan dari Kalimantan dan Kendari. Produksi ikan yang di daratkan pada tahun 2009 yakni sebesar 7 737 924 kg, dengan produksi terbesar pada bulan Maret sebesar 950 233 kg dan terendah pada bulan Februari sebesar 304 471 kg, jadi volume ikan yang di daratkan rata-rata 10 s/d 30 ton perhari, dengan demikian PPI Paotere melebihi dari kapasitasnya sebagai pelabuhan perikanan tipe D. Oleh karena itu,

pemerintah Kota Makassar sedang membangun pelabuhan perikanan tipe B yakni PPN Untia untuk melayani kapal ikan yang berukuran lebih besar dari 30 GT.

4.2.1.1 Fasilitas PPI Paotere

Fasilitas pelabuhan perikanan secara umum dibagi dalam tiga kelompok yaitu: fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan. Adapun ketiga kelompok fasilitas tersebut yang dimiliki oleh PPI Paotere yaitu:

a) Fasilitas pokok

Fasilitas pokok yaitu fasilitas dasar yang dimaksudkan untuk melindungi kegiatan di pelabuhan terhadap gangguan alam seperti gelombang, arus, angin, pengendapan lumpur atau pasir. Termasuk ke dalam fasilitas pokok adalah: dermaga,

alur pelayaran, pemecah gelombang (break water), tembok penahan tanah, kolam

pelabuhan jetty dan dolpin. Berikut penjelasan secara rinci setiap fasilitas tersebut.

- Luas lahan

PPI Paotere memiliki luas lahan kurang lebih sebesar 33 502 m2 atau 3.35 ha, yang terdiri dari gedung tempat pelelangan ikan dengan luas sebesar 1 176 m2, luas tempat pendaratan ikan berupa dermaga beton sebesar 586 m2, luas pelataran parkir yang telah dibangun saat ini seluas 400 m2, luas kolam pelabuhan sebasar 29 300 m2

Kawasan PPI Paotere sudah tidak bisa lagi dikembangkan atau diperluas, karena di sebalah Selatan adalah markas TNI Angkatan Laut dan sebelah Utara adalah Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) serta sebelah Barat adalah perumahan penduduk dan ruko. Kawasan tersebut sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibangun fasilitas-fasilitas tambahan lainnya seperti perkantoran untuk perusahaan-perusahaan perikanan dan lain sebagainya.

serta fasilitas-fasilitas lainnya.

- Dermaga

Fasilitas dermaga yang tersedia di PPI Paotere sepanjang 340 m, sebagai tempat bersandarnya kapal untuk melakukan pendaratan hasil tangkapan serta mengisi perbekalan untuk melaut. Pada awalnya bentuk dermaga di PPI Paotere berbentuk dermaga memanjang, dimana muka dermaga adalah sejajar dengan garis pantai, namun karena banyaknya kapal yang akan bertambat, maka dermaga ditambah keluar dengan

bentuk dermaga menyerupai jari (finger type warf) dermaga ini dibangun biasanya bila garis kedalaman terbesar menjorok ke laut dan tidak teratur, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kramadibrata (1985).

- Kolam pelabuhan

Luas kolam pelabuhan perikanan yang tersedia di PPI Paotere sebesar 29 300 m2

- Penahan gelombang (break water)

, dengan kedalaman antara -1 sampai dengan -7 m pada saat surut terendah. Kapasitas fasilitas ini dipersiapkan untuk dapat mengakomodir kapal ikan berbobot sampai dengan 50 GT.

Penahan gelombang atau pemecah gelombang merupakan pelindung utama bagi pelabuhan buatan. Tujuan utama dari penahan gelombang adalah melindungi kawasan pelabuhan baik kolam maupun daratan pelabuhan guna memperkecil gelombang laut, sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang dan melakukan bongkar muat. Pada dasarnya PPI Paotere tidak memiliki penahan gelombang, namun karena TNI AL

letaknya bersebelahan dan telah membangun penahan gelombang (break water),

sehingg PPI Paotere tidak perlu lagi membangun penahan gelombang.

- Rambu navigasi

Rambu navigasi bertujuan untuk memandu kapal ikan yang akan masuk atau keluar pelabuhan perikanan terutama pada malam hari, letaknya pada ujung penahan gelombang dipasang dua buah rambu navigasi berwarna hijau dan merah sebagai tanda alur keluar masuk kapal perikanan.

b)Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional yaitu fasilitas yang langsung menunjang fungsi pelabuhan dalam memberikan pelayanan yang menjadi kewajiban pelabuhan seperti: gedung tempat pelelangan ikan, tempat penyimpanan ikan (cold storage), pabrik es, bengkel dok, instalasi air bersih, instalasi bahan bakar, instalasi listrik, telekomunikasi, balai pertemuan nelayan dan perkantoran. Berikut penjelasan secara rinci fasilitas fungsional yang dimiliki PPI Paotere.

- Gedung tempat pelelangan ikan

Gedung tempat pelelangan ikan merupakan pusat kegiatan nelayan yang merupakan tempat bertemunya nelayan sebagai produsen dan pedagang ikan sebagai

pembeli. Fasilitas ini dibangun dengan luas bangunan 1 176 m2, fasilitas ini

dimanfaatkan oleh nelayan, pedagang bakul, pedagangan ikan serta masyarakat umum dengan jumlah rata-rata perhari berkisar antara 900-3 900 orang (Gambar 6).

Gambar 6 Suasana tempat pelelangan ikan di areal PPI Paotere - Ruang pendingin (cold room)

Ruang pendingin (cold room) merupakan salah satu fasilitas fungsional yang ada di PPI Paotere yang berfungsi untuk menampung produksi hasil tangkapan nelayan yang tidak dapat dipasarkan sehingga mutu dan kualitas ikan dapat dipertahankan dengan kapasitas 5 ton. Namun saat ini, kondisi gudang pendingin yang ada tidak dapat berfungsi dengan baik, oleh karena itu nelayan menggunakan kotak (box) yang diisi dengan es curah (cold box) yang telah disiapkan oleh pihak pengelola PPI Paotere atau Dinas Perikanan dan Kelautan setempat, dengan jumlah sebanyak 99 unit dengan kondisi baik.

- Pabrik es

Salah satu kebutuhan logistik nelayan yang dibutuhkan sebelum melaut adalah es, untuk mempertahankan mutu dan kualitas ikan hasil tangkapannya. Kapasitas produksi es balok di PPI Paotere saat ini hanya mencapai 400 balok perhari, namun

produksi ini hanya dapat memenuhi kebutuhan di dalam kawasan tempat pelelangan ikan, sedangkan kebutuhan nelayan rata-rata 600-700 balok perhari, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihak pengelola mendatangkan es balok dari luar kawasan PPI. Di PPI Paotere juga telah tersedia pabrik yang berfungsi untuk menghancurkan es balok menjadi es curah, hal ini sangat membatu nelayan karena tidak lagi mengancurkan es secara mekanik dan waktu yang dibutuhkan relatif lebih cepat (Gambar 7).

(a) (b)

Gambar 7 (a) Pabrik es balok yang berada di areal PPI Paotere (b) Mesin penghancur es yang berada di areal PPI Paotere - Instalasi listrik

Instalasi listrik merupakan salah satu fasilitas fungsional pada suatu pelabuhan perikanan, instalasi listrik yang ada di kawasan PPI Paotere dengan kapasitas 10 000 watt, untuk saat ini kapasitas tersebut masih cukup karena cold room tidak berfungsi dengan baik.

- Tangki bahan bakar minyak

Stasiun pengisian bahan bakar minyak berupa tangki BBM sebanyak dua unit, masing-masing berkapasitas 5 000 liter. Pengelolaannya ditangani oleh koperasi nelayan yang bekerjasa dengan pengelola PPI Paotere (Gambar 8).

Gambar 8 Fasilitas BBM berupa dua buah tangki berkapasitas

masing-masing 5 000 liter yang berada di areal PPI Paotere

c) Fasilitas tambahan

Fasilitas tambahan adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan pelaksanaan fungsi pelabuhan dalam memberikan pelayanan pada kegiatan perikanan. Yang termasuk dalam fasilitas tambahan yaitu: lahan parkir, wisma nelayan, kantin, rumah jaga. Berikut penjelasan setiap fasilitas tersebut.

- Lahan parkir

Lahan parkir yang dimiliki oleh PPI Paotere hanya seluas 400 m2

- Wisma nelayan

, kendaraan yang menggunakan jasa parkir yaitu mobil pengangkut ikan rata-rata setiap hari dapat mencapai 10-50 unit, sedang sepeda motor rata-rata perhari dapat mencapai 100-200 unit, dan sepeda rata-rata 200-450 unit perhari.

Wisma nelayan di PPI Paotere sebanyak satu unit dengan luas 400 m2

- Kantin/kios

, yang diperuntukkan bagi nelayan yang berasal dari luar daerah untuk menginap.

Kantin yang tersedia di PPI Paotere seluas 192 m2

- Rumah jaga

, diperuntukkan bagi nelayan yang ingin makan atau pengunjung yang datang di kawasan pelabuhan perikanan dan ingin menikmati ikan bakar.

Rumah jaga yang di bangun di PPI Paotere sebagai tempat istirahat para

4.2.1.2 Pengelolaan PPI Paotere

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, Nomor: 427/IV/1992, tentang Penyerahan Pengelolaan PPI Paotere kepada Pemerintah Kota Makassar, maka Walikota Makassar menerbitkan Surat Keputusan Walikota Makassar Nomor: 820.3-52/92 tanggal 27 Juli 1992, tentang Petugas Pengelola PPI Paotere. Petugas yang dimaksud adalah Dinas Kelautan dan Ketahanan Pangan Kota Makassar, yang telah mengangkat dan menugaskan personilnya pada PPI Paotere. Selanjutnya kepala PPI Paotere dalam menjalankan tugasnya berkoordinasi langsung dengan dinas tersebut.

Keadaan personil Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) PPI Paotere sampai dengan tahun 2009 tercatat sebanyak 28 orang, yang terdiri dari 20 orang sebagai pegawai tetap dan 8 orang sebagai tenaga sukarela. Dari 28 orang tersebut 5 orang berijasah sarjana, 1 orang diploma tiga, 14 orang setingkat SMU dan yang lainnya SMP.

Kegiatan usaha nelayan di PPI Paotere dibawah koordinasi langsung

Koperasi Insan Perikanan dan Kerukunan Nelayan Beringin Andalan, sehingga nelayan didalam memenuhi kebutuhan melaut maupun kebutuhan rumah tangganya dapat disuplai melalui koperasi nelayan yang ada.

a) Pembinaan organisasi nelayan

Pembinaan organisasi nelayan yang dilaksanakan pengelola PPI Paotere dapat berjalan lancar berkat adanya kerjasama dengan instansi yang terkait serta dukungan dari nelayan, sehingga program tersebut dapat terlaksana. Adapun kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

- Setiap bulan petugas PPI Paotere melaksanakan pertemuan dengan pengurus

Koperasi Insan Perikanan bersama dengan ketua-ketua kelompok nelayan membahas tentang aktivitas perikanan.

- Setiap 3 bulan petugas PPI Paotere melakukan pertemuan dengan anggota

Koperasi Insan Perikanan dan Kerukunan Nelayan Beringin Andalan, guna melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan usaha perikanan dan sekaligus memberikan bimbingan dalam meningkatkan kegiatan usahanya.

- Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan taruna nelayan dalam bidang juru mudi kapal, yakni denga mengikutkan dalam kegiatan pelatihan/kursus yang diselenggarakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sul-Sel dan kerjasama dengan kantor Syahbandar Makassar.

- Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus koperasi dalam

bidang perkoperasian, pada kegiatan pelatihan/kursus yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi setempat.

- Pembinaan nelayan secara terpadu dengan instansi terkait yang dilakukan oleh

pengelola PPI Paotere, yaitu: 1) pembinaan penertiban perizinan kapal perikan dan kegiatan penyuluhan tentang penempatan alat navigasi bekerjasama dengan kantor Syahbandar Kota Makassar, 2) Pembinaan dalam rangka keselamatan di laut, bekerjasama dengan kantor Meteorologi Wilayah IV Kota Makassar, 3) Pembinaan tentang program kesehatan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar dan 4) Pembinaan tentang keamanan di laut bekerjasama dengan Tripika Kecamatan Ujung Tanah.

b) Pemasaran

Pemasaran ikan di PPI Paotere mengikuti waktu pendaratan ikan yaitu dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dari jam 05.00-10.00 dan pada siang hari dari jam 13.00-17.00 wita. Pada umumnya nelayan mendaratkan hasil tangkapannya pada pagi hari, namun pada siang hari beberapa nelayan juga mendaratkan hasil tangkapannya tetapi tidak seramai pada pagi hari. Hal ini disebabkan karena pasar yang ada di Kota Makassar dan sekitarnya hanya ramai pada pagi sampai siang hari.

Dokumen terkait