• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Perikanan Layur di Kabupaten Cilacap Kondisi kapal dan alat tangkap ikan layur

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap terdiri dari payang, jaring insang hanyut monofilamen, jaring rampus, dan Trammel net. Tabel 4 menyajikan jumlah alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap, Jawa tengah.

Tabel 4 Jumlah alat tangkap layur di perairan Kabupaten Cilacap tahun 2014

Jenis Alat Tangkap Ukuran Jumlah

<5GT 5-10 GT

Payang - 142 142

Jaring insang hanyut

monofilamen 827 567 1394

Jaring rampus 1429 - 1429

Trammel net 746 130 876

Total 3841 Sumber : DKP2SKSA Kabupaten Cilacap (2014)

Jumlah alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap pada tahun 2014 sebanyak 3841 unit. Alat tangkap yang paling banyak dioperasikan nelayan layur di Kabupaten Cilacap yaitu jaring rampus dengan jumlah 1429 unit dengan menggunakan kapal berukuran < 5GT. Kapal yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan layur di perairan Kabupaten Cilacap umumnya motor tempel (Outboard Engine). Menurut DKP2SKSA Kabupaten Cilacap (2014) kapal yang digunakan untuk menangkap ikan layur pada tahun 2014 yaitu sebanyak 3.332 unit. Kapal tersebut sebagian besar masih berukuran kecil yaitu < 5GT. Desain alat tangkap layur di disajikan pada Gambar 3.

10

(b) Jaring Insang Hanyut Monofilamen (monofilament drift gillnet)

(c) Jaring Rampus (monofilament bottom gillnet)

(d) Trammel Net

Gambar 2Desain alat tangkap layur di perairan Indonesia ( Subani dan Barus, 1989, KEPMENKP RI, 2010).

Karakteristik nelayan perikanan layur

Nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mayoritas adalah nelayan penduduk lokal Kabupaten Cilacap dan termasuk ke dalam kategori nelayan skala kecil. Sebagian besar nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap melakukan operasi penangkapan ikan layur menggunakan kapal dengan ukuran < 5 GT dan menggunakan mesin motor tempel. Secara umum nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap terbagi ke dalam beberapa klasifikasi sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Dalam Undang-Undang tersebut nelayan terbagi ke dalam 3 klasifikasi yaitu :

1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air.

2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan nelayan kategori ini dapat mempunyai pekerjaan lain.

3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

Klasifikasi nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap

No Karakteristik Jumlah Nelayan

(orang)

Persentase Nelayan (%)

1 Nelayan penuh 300 75

2 Nelayan sambilan utama 70 17,5

3 Nelayan sambilan tambahan 30 7,5

Total 400 100

Sumber: Hasil Analisis Data

Sebagian besar nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap merupakan nelayan penduduk lokal Kabupaten Cilacap yang dikategorikan sebagai nelayan penuh dengan persentase sebesar 75%. Untuk nelayan sambilan utama yaitu sebesar 17,5% sedangkan nelayan sambilan tambahan sebesar 7,5% (Tabel 5).

Daerah penangkapan ikan layur

Secara umum daerah penangkapan ikan layur di Kabupaten Cilacap yaitu di sekitar perairan Teluk Penyu dan Pantai Barat Nusakambangan (Gambar 3). Menurut Putra (2015) perairan di sekitar Teluk Penyu mempunyai karakteristik oseanografi perairan yang baik, yaitu adanya gaya pembangkit pasang surut, suhu yang relatif stabil, dan intensitas upwelling yang cukup sering dan terjadi di banyak tempat terutama yang dekat dengan selat atau muara. Upwelling tersebut banyak membawa komponen nutrien, dan sirkulasi arus yang baik membawa danmenyebarkan komponen nutien tersebut ke lokasi-lokasi yang menjadi habitat ikan, sehingga lokasi di sekitar Teluk Penyu tersebut merupakan daerah penangkapan ikan layur yang potensial dan kaya akan sumberdaya ikan.

Selain Teluk Penyu lokasi daerah penangkapan ikan layur di Kabupaten Cilacap berada di sisi barat Teluk Penyu (sekitar Pantai Barat Nusakambangan). Lokasi daerah penangkapan ikan tersebut dapat ditemukan beberapa spesies ikan demersal dan pelagis. Jenis ikan pelagis yang tertangkap di perairan ini meliputi ikan tembang, kembung, cakalang, tenggiri, dan tongkol,sedangkan jenis ikan demersal meliputi ikan kerapu, kakap, bawal, layur, ekor kuning, baronang, kurisi, dan berbagai jenis udang lobster serta jenis ikan lainnya (KKP 2012). Daerah penangkapan ikan di sekitar Pantai Barat Nusakambangan menjadi potensial karena daerah tersebut berada dekat dengan lokasi Segara Anakan yang

12

merupakan kawasan nursery ground dan kawasan mangrove. Daerah tersebut merupakan tempat perkembangbiakan ikan dan migrasi ikan sehingga kawasan tersebut menjadi daerah penangkapan ikan yang potensial.

Gambar 3 Daerah penangkapan ikan layur di perairan Kabupaten Cilacap

Produksi ikan layur di Kabupaten Cilacap

Ikan layur merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan juga komoditas ekspor penting. Ikan layur di Kabupaten Cilacap merupakan jenis ikan sebagai penunjang produksi perikanan disamping ikan tuna, tongkol, cakalang, dan udang. Berikut disajikan tabel produksi ikan di Kabupaten Cilacap.

Tabel 6 Produksi ikan layur di perairan Kabupaten Cilacap tahun 2014 Jenis

Ikan

Data Produksi Total Tahun

2014 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Ton Ton TonTon Ton Layur 42,4833,6467,34194,74338,2

Sumber : DKP2SKSA Kabupaten Cilacap (2014)

Berdasarkan Tabel 6,ada kecenderungan produksi layur pada triwulan IV lebih tinggi dari pada triwulan I, triwulan II, dan triwulan III. Hal ini mengindikasikan bahwa musim tangkap layur di perairan Kabupaten Cilacap terjadi di Triwulan IV yaitu pada periode Oktober-Desember. Hal tersebut terjadi

karena ikan layur merupakan ikan musiman dan ikan tersebut tidak terus menerus melimpah sepanjang tahun. Total produksi ikan layur pada tahun 2014 tersebut masih rendah apabila dibandingkan dengan target tahunan Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap sebesar 620 ton.

Pemilihan Teknologi yang Tepat untuk Pengembangan Perikanan Layur di Kabupaten Cilacap

Kinerja alat tangkap ikan layur Aspek teknis

Dalam pemilihan teknologi yang tepat untuk pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap, Jawa tengah dianalisis melalui kinerja alat tangkap berdasarkan aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi. Hasil analisis kinerja alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek teknis tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek teknis

No Alat tangkap X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

1 Jaring insang hanyut

monofilamen 2,40 2,30 192,00 2,20 2,00 13,00 1,90

2 Jaring rampus 2,20 2,40 200,00 2,30 2,00 12,50 1,85

3 Payang 3,40 2,70 290,00 4,50 8,00 23,00 7,00

4 Trammel net 2,60 2,50 368,00 4,60 5,00 21,50 6,00

Keterangan :

X1 = ukuran alat tangkap;

X2 = kelengkapan peralatan pendukung X3 = kapasitas muat ikan

X4 = kapasitas muat es X5 = jumlah nelayan X6 = kapasitas mesin X7 = ukuran kapal.

Berdasarkan Tabel 7, alat tangkap jenis payang unggul untuk kriteria ukuran alat tangkap (X1) dengan nilai sebesar 3,40. Alat tangkap payang tersebut memiliki panjang 100-120 meter, sedangkan jaring insang hanyut monofilamen, jaring rampus, dan trammel net hanya memiliki ukuran panjang 50-80 meter. Terkait kelengkapan peralatan pendukung (X2) alat tangkap jenis payang unggul dengan nilai sebesar 2,70 karena memiliki alat pendukung penangkapan ikan seperti kompas. Untuk kapasitas muat ikan (X3)unit penangkapan jenis trammel net unggul dengan nilai sebesar 368,00. Untuk menampung ikan hasil tangkapan pada unit penangkapan trammel net menggunakan blong dengan kapasitas sebesar 90 kg. Sedangkan unit penangkapan payang, jaring insang hanyut monofilamen dan jaring rampus menggunakan box plastik dan box sterofoam yang hanya memiliki kapasitas sebesar 70 kg dan 40 kg. Kapasitas muat ikan ini menentukan jumlah hasil tangkapan yang bisa didaratkan oleh nelayan di pelabuhan. Semakin besar kapasitas muat ikan, hasil tangkapan yang bisa dimuat akan semakin

14

banyaksehingga ikan yang didaratkan bisa semakin banyak pula. Unit penangkapan trammel net unggul dalam hal kapasitas muat es (X4) dengan nilai sebesar 4,60 karena menggunakan blong untuk menampung ikan. Blong tersebut memiliki ruang penyimpanan es yang lebih besar dibandingkan box plastik dan box sterofoam. Terkait jumlah nelayan (X5) unit penangkapan payang unggul karena memiliki penyerapan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan jaring jaring insang hanyut monofilamen, jaring rampus, dan trammel net. Tenaga kerja yang digunakan dalam unit penangkapan payang sebanyak 8 orang. Untuk kapasitas mesin (X6) dan ukuran kapal (X7) unit penangkapan payang unggul karena memiliki ukuran mesin lebih besar yaitu 23 PK dan 7 GT. Kapal dengan ukuran lebih besar dapat membawa hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan kapal dengan ukuran lebih kecil. Secara teknis ukuran kapal mempengaruhi produksi dalam mencapai daerah penangkapan ikan yang lebih jauh. Ukuran kapal yang lebih besar memungkinkan melakukan penangkapan yang lebih jauh dari daerah penangkapan biasanya, sehingga dapat mengontrol pertumbuhan sumberdaya ikan (Irnawati 2004). Hasil standarisasi alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek teknis tersebut disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap layur dari aspek teknis

No Alat tangkap V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 VA UP

1 Jaring insang hanyut

monofilamen 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,01 0,22 4

2 Jaring rampus 0,00 0,25 0,05 0,04 0,00 0,00 0,00 0,34 3

3 Payang 1,00 1,00 0,56 0,96 1,00 1,00 1,00 6,52 1

4 Trammel net 0,33 0,50 1,00 1,00 0,50 0,86 0,81 5,00 2

Keterangan : V1-7 = fungsi nilai dari kriteria 1-7, VA = fungsi nilai total, dan, UP = urutan prioritas kinerja.

Alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap jenis payang merupakan alat tangkap yang memperoleh urutan prioritas I dengan kinerja paling baik dari aspek teknis dengan nilai VA sebesar 6,52 (Tabel 8), sedangkan alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap yang menjadi urutan prioritas II yaitu trammel net dengan nilai VA sebesar 5,00. Untuk alat tangkap jenis jaring rampus dan jaring insang hanyut monofilamen memperoleh urutan prioritas III dan IV, dengan nilai VA sebesar 0,34 dan 0,22.

Aspek lingkungan

Hasil analisis kinerja alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap dari aspek lingkungan disajikan pada tabel 9.

Tabel 9 Hasil analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek lingkungan

No Alat tangkap X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

1 Jaring insang hanyut

monofilamen 2,80 3,50 3,50 3,20 3,50 3,40 3,60 3,30

2 Jaring rampus 3,60 3,80 3,70 3,50 3,60 3,80 3,70 3,60

3 Payang 1,30 3,60 2,10 2,50 3,40 1,60 2,30 1,80

Keterangan :

X1 = selektifitas alat tangkap;

X2 = keramahan alat tangkap terhadap habitat X3 = kualitas hasil tangkapan

X4 = keamanan penggunaan alat tangkap terhadap nelayan X5 = keamanan produk bagi konsumen

X6 = by-catch rendah

X7 = dampak positif terhadap biodiversity

X8 = keamanan terhadap ikan yang dilindungi.

Berdasarkan Tabel 9, alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap jenis jaringrampus unggul untuk semua kriteria dari aspek lingkungan. Untuk hal selektivitas alat tangkap (X1) dan by-catch rendah (X6), jaring rampus ini unggul karena memiliki selektifitas yang tinggi yaitu hanya menangkapan ikan dengan ukuran dan jenis tertentu sesuai dengan ukuran mata jaring 2 inchisehingga by-catch ikan rendah. Ikan yang tertangkap oleh jaring rampus yaitu layur, bawah hitam, dan bawal putih. Terkait keramahan alat tangkap terhadap habitat (X2) dan dampak positif terhadap biodiversity (X7), alat tangkap jaring rampusunggul dengan nilai sebesar 3,80 dan 3,70. Jaring rampus tersebut bersifat tidak merusak habitat ikan dan sangat ramah terhadap habitat serta penggunaannya yang bersifat tidak destruktif sehingga memberikan dampak yang baik terhadap biodiversity. Terkait kualitas ikan hasil tangkapan (X3) dan keamanan produkbagi konsumen (X5), alat tangkap jaring rampus unggul karena ikan hasil tangkapan memiliki kualitas yang cukup tinggi. Ikan tersebut terjerat pada bagian insang atau pada bagian badan, sehingga bentuk ikan tetap utuh dan bagian tubuh ikan tidak rusak serta sangat aman untuk dikonsumsi.Terkait keamanan penggunaan alat tangkap terhadap nelayan (X4), alat tangkap jaring rampus unggul karena metode pengoperasian alat tangkap tersebut yang dipasang di dasar perairan serta tidak mengganggu keberadaan alat tangkap lain, sehingga alat tangkap jaring rampus bersifat aman dan tidak membahayakan nelayan serta tidak menimbulkan konflik antar nelayan. Alat tangkap jenis jaring rampus unggul dalam hal keamanan terhadap ikan yang dilindungi (X8) karena tidak menangkap ikan yang dilindungi sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Tabel 10 menyajikan hasil standarisasi alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek lingkungan.

Tabel 10 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap layur dari aspek lingkungan No Alat tangkap V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 VA UP 1 Jaring insang hanyut monofilamen 0,65 0,50 0,88 0,70 0,67 0,82 0,93 0,83 5,97 2 2 Jaring rampus 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 8,00 1 3 Payang 0,00 0,67 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 1,00 4 4 Trammel net 0,61 0,00 0,38 0,60 0,00 0,68 0,71 0,78 3,76 3

Keterangan : V1-8 = fungsi nilai dari kriteria 1-8, VA = fungsi nilai total, dan, UP = urutan prioritas kinerja

Alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap jenis jaring rampus merupakan alat tangkap dengan kinerja paling baik dari aspek lingkungan dengan nilai VA

16

sebesar 8,00 (Tabel 10). Alat tangkap jenis jaring rampus tersebut memperoleh urutan prioritas I berdasarkan aspek teknis, sedangkan alat tangkap layur jenis jaring insang hanyut monofilamen memperoleh urutan prioritas II dengan nilai VA sebesar 5,97. Untuk alat tangkap jenis trammel net dan payang memperoleh urutan prioritas III dan IV dengan nilai VA sebesar 3,76 dan 1,00.

Aspek sosial ekonomi

Tabel 11 menyajikan hasil analisis kinerja alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek sosial ekonomi.

Tabel 11 Hasil analisis kinerja alat tangkap layur dari aspek sosial ekonomi

No Alat tangkap X1 X2 X3 X4 X5 X6

1 Jaring insang hanyut

monofilamen 2,10 7,60 228000,00 3,40 3,30 3,40

2 Jaring rampus 2,50 165,00 4950000,00 3,80 3,60 3,60

3 Payang 2,40 64,50 1935000,00 2,30 3,40 2,90

4 Trammel net 2,30 3,60 108000,00 2,50 3,20 3,20

Keterangan :

X1 = penerapan teknologi tepat guna; X2 = jumlah hasil tangkapan

X3 = keuntungan X4 = biaya operasional

X5 = kemandirian terhadap pembuatan dan perawatan alat tangkap X6 = memenuhi perundang-undangan yang berlaku.

Alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap jenis jaring rampus unggul untuk semua kriteria dari aspek lingkungan (Tabel 11). Jaring rampus unggul dalam hal penerapan teknologi tepat guna (X1) dengan nilai sebesar 2,50 karena penggunaan alat tangkap tersebut sesuai dengan habitat ikan layur yang berada di dasar perairan. Terkait jumlah hasil tangkapan jaring rampus unggul dengan nilai sebesar 165,00 karena hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan jaring insang hanyut monofilamen, trammel net, dan payang. Hasil tangkapan yang diperoleh untuk sekali melaut menggunakan alat tangkap jaring rampus sebanyak 100-200 kg ikan layur. Terkait keuntungan (X3) alat tangkap jaring rampus unggul karena memiliki tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan alat tangkap layur lainnya. Keuntungan yang diperoleh nelayan untuk sekali melaut mencapai Rp.4.950.000. Terkait dalam hal biaya operasional (X4) alat tangkap jaring rampus unggul karena biaya operasional yang dikeluarkan relatif murah dan bisa dipenuhi oleh nelayan yaitu hanya sekitar Rp.200.000. Keunggulan lain dari alat tangkap jaring rampus yaitu dalam hal kemandirian dan pembuatan alat tangkap (X5) dengan nilai sebesar 3,60. Nelayan hanya membeli benang jaring dan pelampung, setelah itu nelayan membuat alat tangkap tersebut secara mandiri sehingga menghemat biaya pembuatan alat tangkap. Dalam hal memenuhi perundang-undangan yang berlaku alat tangkap jenis jaring rampus ini unggul dengan nilai 3,60 karena sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan berdasarkan KEPMEN KP RI 2010 tentang alat tangkap yang boleh beroperasi di perairan Indonesia. Tabel 12 menyajikan hasil

standarisasi alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek sosial ekonomi.

Tabel 12 Hasil standarisasi penilaian kinerja alat tangkap layur dari aspek sosial ekonomi

No Alat tangkap V1 V2 V3 V4 V5 V6 VA UP

1 Jaring insang hanyut

monofilamen 0,00 0,02 0,02 0,73 0,25 0,71 1,75 3

2 Jaring rampus 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 6,00 1

3 Payang 0,75 0,38 0,38 0,00 0,50 0,00 2,00 2

4 Trammel net 0,50 0,00 0,00 0,13 0,00 0,43 1,06 4

Keterangan : V1-6 = fungsi nilai dari kriteria 1-6, VA = fungsi nilai total, dan, UP = urutan prioritas kinerja

Alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap jenis jaring rampus merupakan alat tangkap dengan kinerja paling baik dari aspek lingkungan dengan nilai VA sebesar 6,00 (Tabel 12). Alat tangkap jenis jaring rampus tersebut memperoleh urutan prioritas I berdasarkan aspek teknis, sedangkan alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap yang menjadi urutan prioritas kedua yaitu payang dengan nilai VA sebesar 2,00.

Hasil analisis teknologi pengembangan perikanan layur

Teknologi pengembangan perikanan layur yang tepat dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Cilacap berkaitan dengan penilaian aspek teknis, lingkungan, sosial dan ekonomi, sehingga alat tangkap layur yang nantinya dikembangkan dapat berjalan optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Hasil penilaian gabungan dari aspek tersebut dalam pemilihan teknologi yang tepat untuk pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Hasil penilaian gabungan aspek teknis, lingkungan, sosial ekonomi

No Alat tangkap X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3

1 Jaring insang hanyut

monofilamen 0,22 4 5,97 2 1,75 3 2 Jaring rampus 0,34 3 8,00 1 6,00 1 3 Payang 6,52 1 1,00 4 2,00 2 4 Trammel net 5,00 2 3,76 3 1,06 4 Keterangan : X1 = aspek teknis; X2 = aspek lingkungan

X3 = aspek sosial dan ekonomi.

Berdasarkan Tabel 13 alat tangkap layur di Kabupaten Cilacap jenis payang unggul dalam aspek teknis (X1). Sedangkan jaring rampus unggul dalam aspek lingkungan (X2), dan sosial ekonomi (X3). Hasil standarisasi alat tangkap layur di

18

Kabupaten Cilacap berdasarkan aspek teknis, lingkungan, sosial ekonomi disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil Standarisasi pemilihan teknologi perikanan layur

No Alat tangkap V1 V2 V3

VA-Gab UP

1 Jaring insang hanyut monofilamen 0,00 0,71 0,14 0,85 4

2 Jaring rampus 0,02 1,00 1,00 2,02 1

3 Payang 1,00 0,00 0,19 1,19 2

4 Trammel net 0,76 0,39 0,00 1,15 3

Keterangan : V1-3 = fungsi nilai dari aspek teknis, lingkungan, sosial dan ekonomi, VA-Gab= fungsi nilai total gabungan dari aspek teknis, lingkungan, sosial dan ekonomi, UP = urutan prioritas pemilihan teknologi/alat tangkap

Berdasarkan Tabel 14alat tangkap layur jenis jaring rampus merupakan teknologi/alat tangkap yang paling tepat (prioritas I) untuk pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap. Hal tersebut berdasarkan pada nilai VA-Gab sebesar 2,02. Sedangkan alat tangkap payang menempati urutan prioritas II dengan nilai VA-Gab sebesar 1,19. Dengan demikian alat tangkap payang dapat menjadi back-up alat tangkap jaring rampus untuk pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap.

Alat tangkap ikan yang dikembangkan di perairan Kabupaten Cilacap perlu mempertimbangkan berbagai aspek dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di lapangan sebenarnya. Sobari et al. (2003) menyatakan bahwa teknologi penangkapan ditawarkan kepada masyarakat nelayan harus handal dan mengakomodir berbagai kepentingan pengelolaan. Hal ini penting untuk menghindari dampak negatif terhadap kelangsungan sumberdaya, menghindari konflik, dan dapat menjamin penghidupan nelayan yang lebih baik. Sedangkan menurut Pangesti (2011) teknologi/alat tangkap yang tepat adalah yang dalam penggunaannya ramah lingkungan, dapat meningkatkan produksi, memberi kesejahteraan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, sehingga berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas alat tangkap jaring rampus paling cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Cilacap karena unggul dalam aspek lingkungan dan sosial ekonomi.

Strategi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Layur Faktor internal

Strategi pola pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap disusun dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan perikanan tersebut. Tabel 15menyajikan hasil analisis SWOT terkait faktor internal yang berperan penting dalam pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap.

Tabel 15 Faktor internal pengembangan perikanan layur (matriks IFAS)

Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan :

1. Ikan layur memiliki harga ekonomis yang cukup

tinggi 0,15 4 0,6

2. Banyak tersedia tenaga kerja 0,07 3 0,21

3. Ikan layur mudah diolah dalam berbagai macam

bentuk olahan 0,05 3 0,15

4. Kemandirian nelayan perikanan layur dalam

pembuatan dan perawatan alat tangkap 0,11 4 0,44

0,5

Kelemahan :

1. Armada penangkapan ikan layur umumnya masih

skala kecil 0,16 2 0,32

2. Teknologi alat pendukung untuk penangkapan ikan

yang masih terbatas 0,09 2 0,18

3. Produktivitas penangkapan yang masih rendah 0,07 1 0,07

4. Kualitas SDM masih rendah 0,05 1 0,05

5. Kurangnya modal yang dimiliki 0,13 2 0,26

Total 0,5 2,76

Harga ekonomis ikan layur yang cukup tinggi (dengan bobot = 0,15; rating = 4) merupakan faktor kekuatan yang berpengaruh penting dalam menentukan kemajuan pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap (Tabel 15). Dengan harga ikan layur yang cukup tinggi nelayan bisa mendapat keuntungan yang lebih sehingga bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk faktor pendukung lainnya seperti potensi perikanan layur yang besar ( dengan bobot = 0,12; rating = 4) juga memberikan dampak positif untuk pengembangan perikanan layur karena masih tersedia sumberdaya ikan layur yang melimpah untuk dimanfaatkan.Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelola Sumberdaya Kawasan Segara Anakan (DKP2SKSA) Kabupaten Cilacap (2002), mencacat bahwa potensi perairan laut Kabupaten Cilacap sebesar 865.100 ton yang dibedakan berdasarkan jenisnya. Untuk ikan pelagis yang meliputi ikan layaran, kakap, layur, tuna, tongkol, tenggiri, dan lain-lain sebesar 275.000 ton. Terkait kemandirian nelayan perikanan layur dalam pembuatan dan perawatan alat tangkap (dengan bobot = 0,11; rating = 4) juga merupakan faktor pendukung yang berperan penting untuk pengembangan perikanan layur karena nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pembuatan dan perawatan alat tangkap, sehingga biaya untuk pembuatan dan perawatan alat tangkap tersebut dapat mereka alokasikan untuk keperluan penting lainnya. Terkait ketersediaan tenaga kerja juga merupakan faktor yang cukup berperan penting bagi pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap (bobot = 0,07; rating = 3). Ketersediaan tenaga kerja ini berkaitan dengan jumlah sumberdaya manusia yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembangan perikanan layur di kabupaten Cilacap. Pengembangan suatu perikanan di sebuah daerah sangat membutuhkan tenaga kerja yang memadai, oleh karena itu pengembangan perikanan layur di Kabupaten

20

Cilacap dapat dilaksanakan dengan baik karena tersedia banyak tenaga kerja. Adapun faktor lainnya yang menjadi kekuatan dalam pengembangan ikan layur yaitu pengolahan ikan layur yang mudah untuk dibuat berbagai macam bentuk olahan(bobot = 0,05; rating = 3), sehingga dapat menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi produk olahan ikan layur.

Faktor internal terkait armada penangkapan ikan layur yang umumnya masih skala kecil (bobot = 0,16; rating = 2) juga mempengaruhi kegiatan perikanan di Kabupaten Cilacap, namun cenderung melemahkan kegiatan perikanan ini. Armada penangkapan ikan yang digunakan masih berukuran <5GT, hal tersebut belum bisa menjangkau daerah penangkapan ikan dengan jangkauan yang lebih luas serta kapasitas untuk menampung hasil tangkapan belum bisa dalam jumlah yang besar. Terkait kurangnya modal yang dimiliki nelayan (bobot = 0,13; rating = 2) merupakan faktor penghambat dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan layur.Masih banyak nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap yang tidak bisa melakukan aktivitas penangkapan ikan karena tidak mempunyai modal untuk melaut. Terkait dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki (bobot = 0,05; rating = 1) dalam kenyataan yang terjadi di lapangan masih banyak nelayan perikanan layur di Kabupaten Cilacap yang masih lulusan SD, hal tersebut dapat menjadi kelemahan untuk pengembangan perikanan layur di Kabupaten Cilacap. Menurut Hendratmoko dan Marsudi (2010) pendidikan

Dokumen terkait