• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cemaran Getah Kuning

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium berpengaruh nyata terhadap tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah, sedangkan interaksi antara dosis pupuk kalsium dan lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning per pohon dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning per buah.

Cemaran Getah Kuning pada Aril Buah

Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon menunjukkan jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning dibandingkan dengan jumlah buah keseluruhan pengamatan. Nilai rataan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon nyata tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni 62.38% (Tabel 1) dan nilai rataan tersebut tergolong sangat tinggi menurut Martias (2012). Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 56.46%, yaitu dari 62.38% menjadi 24.98% pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 29.38% pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Nilai rataan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha tersebut tidak berbeda nyata. Dengan demikian, dosis 0.5 ton

13 Ca2+/ha sudah cukup efektif untuk mengurangi cemaran getah kuning di aril buah manggis.

Persentase juring yang tercemar getah kuning per buah merupakan parameter yang menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada aril buah manggis per buah. Pada Tabel 1, rataan persentase juring yang tercemar getah kuning per buahnya nyata menurun sebesar 68.40% dengan pemberian pupuk kalsium, yaitu dari 26.85% pada kontrol menjadi 9.22% pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 7.75% pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Menurut hasil penelitian Primilestari (2011), pemberian pupuk kalsium dalam bentuk dolomit dengan dosis 2 ton Ca2+/ha dapat menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebesar 95.71%. Pada penelitian ini, dosis pupuk kalsium yang diaplikasikan dikurangi menjadi setengah dosis dari penelitian Primilestari (2011) dan hasilnya sudah bisa menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebanyak 68.40%. Tabel 1 Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning, persentase juring

tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning Perlakuan Persentase buah yang arilnya tercemar Persentase juring tercemar per buah

Skor buah yang arilnya tercemar Rataan Peringkat Pupuk kalsium (ton Ca2+/ha)

0 62.38 a 26.85 a 2.11 6.0 a 0.5 29.34 b 9.22 b 1.40 3.0 b 1 24.98 b 7.75 b 1.35 3.0 b Lokasi Bogor 28.11 b 10.17 b 1.43 3.0 b Purworejo 49.70 a 19.04 a 1.82 6.0 a

Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%, sedanakan pada kolom skor menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Z 5%.

Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah. Rataan persentase juring yang tercemar getah kuning nyata tinggi pada perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martias et al. (2012) yang menyatakan bahwa koefisien jalur yang tinggi dari kalsium terhadap persentase juring yang tercemar getah kuning per buah mengindikasikan bahwa tingkat cemaran getah kuning yang tinggi di aril erat kaitannya dengan kekurangan kalsium di tanah. Selain itu, kalsium tidak hanya berperan sebagai komponen utama penyusun dinding sel, tapi juga berperan mengurangi penyerapan hara yang toksik bagi jaringan, seperti Mn (Poerwanto et al. 2011).

Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada aril buah manggis setiap buahnya. Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning nyata tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni 2.11. Menurut Dirjen Horti (2007), buah manggis dengan nilai rataan skor lebih dari 2 tersebut tidak layak untuk diekspor. Dengan pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan nilai skor buah yang

14

arilnya tercemar getah kuning menjadi 1.40 pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1.35 pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Nilai skor yang diperoleh pada buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan pemberian pupuk kalsium tersebut kurang dari 2 (Tabel 1) artinya bahwa kondisi aril buahnya masih baik, hanya terdapat sedikit noda getah kuning yang masih segar pada satu ujung saja sehingga buah layak untuk diekspor. Nilai rataan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan perlakuan pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha tidak berbeda nyata.

Pemberian pupuk kalsium melalui tanah pada tanaman manggis dapat menurunkan cemaran getah kuning di aril buah manggis. Penurunan cemaran getah kuning di aril tersebut ada hubungannya dengan kandungan kalsium yang tinggi di perikarp (Tabel 2) dan hubungan tersebut diperkuat dengan hasil korelasi yang bernilai negatif (Tabel 3). Selain itu, tingginya kandungan kalsium pada perikarp tersebut diduga karena waktu aplikasi pemupukan kalsium yang tepat. Menurut White (2001), tanaman sangat memerlukan kalsium yang cukup pada saat fase perpanjangan dan pembelahan sel. Hal ini sejalan dengan pendapat Poovaradom (2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan kalsium pada dinding sel saat buah berkembang itu akan meningkat. Kandungan kalsium yang tinggi tersebut mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning dalam menahan desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp buah sehingga getah kuning tetap berada pada salurannya (Dorly et al. 2008; Poerwanto et al. 2010).

Lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning, persentase juring yang tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning (Tabel 1). Cemaran getah kuning di aril buah manggis yang berasal dari daerah Purworejo nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dari Bogor. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan kalsium daun di Purworejo lebih banyak dibandingkan kandungan kalsium daun di Bogor (Lampiran 6). Selain itu, kondisi tanaman manggis yang berasal dari Purworejo sedang tumbuh tunas baru bersamaan dengan munculnya bunga sehingga hara yang diserap oleh tanaman terbagi dan kalsium lebih banyak diserap oleh daun baru. Pendugaan kandungan kalsium lebih banyak diserap oleh daun baru dibandingkan buah itu karena kalsium merupakan unsur hara yang dapat larut dalam air. Unsur hara ini diserap dari dalam tanah dan ditranslokasikan bersama air ke bagian tanaman yang lain melalui aliran masa. Pada suhu lingkungan yang tinggi, air yang mengandung kalsium dan hara lainnya bergerak cepat ke bagian tanaman yang aktif melakukan transpirasi, yakni daun. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga kalsium banyak terakumulasi dalam daun setelah proses transpirasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wulandari dan Pooerwanto (2010), Dorly et al (2011), Martias (2012) dan Purnama et al. (2013) yang menyatakan bahwa kandungan kalsium pada daun lebih tinggi dibandingkan dengan perikarp buah. Selain itu, Marshner (1995) menyatakan bahwa bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun sehingga hanya sedikit kalsium yang terakumulasi dalam buah.

Cemaran Getah Kuning pada Kulit Buah

Berdasarkan hasil analisis, pemberian pupuk kalsium di 2 lokasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning pada buah manggis. Buah manggis yang

15 tanpa pemupukan kalsium, baik berasal dari Bogor maupun Purworejo memperoleh rataan persentase kulit buah tercemar getah kuning lebih tinggi dibandingkan dengan diberi pupuk kalsium, masing-masing sebesar 68.48% dan 63.50%. Nilai rataan persentase kulit buah yang tercemar getah kuning tanpa pemupukan kalsium dari daerah Bogor tidak berbeda nyata dengan dari daerah Purworejo.

Tabel 2 Persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning Perlakuan Pupuk kalsium (ton Ca

2+/ha) Rataan lokasi 0 0.5 1 Bogor 68.48 a 28.18 c 28.97 c 41.88 b Purworejo 63.50 a 52.65 ab 42.98 b 53.04 a Rataan pupuk 65.99 a 40.42 b 35.59 b

Keterangan: angka rataan dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT 5%

Perlakuan pemberian pupuk kalsium baik di Bogor maupun di Purworejo mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha di Bogor nyata menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis sedangkan di Purworejo dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha belum nyata menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Cemaran getah kuning di lokasi penelitian Purworejo tersebut nyata berkurang pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Jika dilihat secara umum, perlakuan pemupukan dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1 ton Ca2+/ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase kulit buah bergetah kuning. Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan persentase kulit yang tercemar getah kuning sebanyak 42.34%, yaitu dari 65.99% menjadi 38.05% (Tabel 2).

Tabel 3 Skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning Perlakuan

Pupuk kalsium (ton Ca2+/ha) Rataan lokasi

0 0.5 1 Rata an Pering kat Rata an Pering kat Rata an Pering kat Rata an Pering kat Bogor 1.9 23.0 a 1.3 6.0 c 1.3 7.0 c 1.5 4.0 Purworejo 1.8 21.0 a 1.6 16.0 ab 1.5 11.0 bc 1.6 5.0 Rataan pupuk 1.9 6.0 a 1.4 3.0 b 1.4 3.0 b

Keterangan: angka rataan dalam baris dan kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji Z 5%

Hasil yang sama juga didapat pada data skoring kulit buah tercemar getah kuning (Tabel 3). Pemberian pupuk kalsium baik yang dilakukan di Bogor maupun Purworejo memperoleh rataan peringkat skoring kulit buah tercemar getah kuning nyata lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kalsium. Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1 ton Ca2+/ha baik di Bogor nyata menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis sedangkan di Purworejo dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha belum nyata menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Cemaran getah kuning di lokasi penelitian Purworejo tersebut nyata berkurang pada dosis 1 ton

16

Ca2+/ha. Jika dilihat secara umum, perlakuan pemupukan dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1 ton Ca2+/ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap skor kulit buah bergetah kuning. Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan skor kulit yang tercemar getah kuning dari 1.86 menjadi 1.42 (Tabel 3).

Persentase dan skor buah yang tercemar getah kuning pada kulit buah menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Penurunan persentase dan skor buah yang tercemar getah kuning pada kulit berkaitan dengan kandungan kalsium di pericarp (Tabel 4) dan diperkuat dengan hubungan korelasi yang bersifat negatif antara kandungan kalsium di perikarp dengan cemaran getah kuning di kulit buah (Tabel 5). Tingginya kandungan kalsium di perikarp tersebut ada kaitannya dengan ketersediaan hara kalsium dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Hirshi (2004), kandungan kalsium dalam tanah yang cukup tersedia dapat meningkatkan stabilitas membran sel. Tanaman yang tidak mendapatkan suplai kalsium yang cukup akan sangat beresiko mengalami kerusakan pada tingkat sel, termasuk pecahnya saluran getah kuning karena kalsium merupakan salah satu komponen struktural sel. Selain itu, kalsium merupakan hara yang bersifat immobil dalam tanaman dan berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran struktur dinding sel, mendukung bentuk dan kekuatan sel tanaman (Marschner 1995). Jika kandungan kalsium cukup akan mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning sehingga getah kuning akan tetap berada pada salurannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Poerwanto et al. (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kalsium akan menjaga getah kuning tetap berada pada salurannya.

Kandungan Hara Kalsium dan Magnesium Perikarp Buah

Pemberian pupuk kalsium dalam bentuk CaMg(CO3)2 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kandungan kalsium di perikarp. Pada Tabel 2, pemberian pupuk kalsium dengan dosis0.5 ton Ca2+/ha setara dengan 2.5 ton dolomit/ha dan 1 ton Ca2+/ha atau setara dengan 5 ton dolomit/ha dapat meningkatkan kandungan kalsium yang nyata di perikarp dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni dari 0.07% pada kontol menjadi 0.22% pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 0.24% pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Nilai rataan kandungan kalsium pada perikarp yang diperoleh tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Dorly (2009), Wulandari (2009) dan Purnama (2012). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium pada saat antesis dan 28 hari setelah antesis efektif meningkatkan kandungan kalsium pada perikarp buah.

Hasil pengamatan Kurniadinata (2015) menunjukkan bahwa banyak akar baru yang terbentuk pada saat antesis. Akar-akar baru tersebut akan lebih mudah untuk menyerap kalsium. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Marschner (1995) bahwa kalsium lebih mudah diserap oleh akar-akar baru karena belum adanya hambatan dari pita kaspari. Pita kaspari akan terbentuk pada akar-akar tua. Selain itu, pada saat buah manggis tumbuh dengan cepat, buah manggis akan menjadi sink yang kuat sehingga bisa mengalihkan sebagian aliran air dan hara yang terkandung di dalamnya dari akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2005) yang menyatakan bahwa saat buah tumbuh dengan cepat merupakan sink terkuat dibandingkan dengan fase tumbuh lainnya sehingga pada fase tumbuh tersebut

17 ketersediaan hara makro dan mikro sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah. Selain itu, Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan bahwa kekuatan sink dalam menggerakkan unsur hara ditentukan oleh aktivitas metabolisme dan ukuran sink yang bersangkutan. Hasil pengamatan Kurniadinata (2015) juga menunjukkan bahwa pada buah manggis yang sedang tumbuh cepat, saluran xylem pada pedisel buah manggis belum rusak sehingga memungkinkan aliran kalsium ke buah manggis lebih banyak.

Tabel 4 Kandungan kalsium dan magnesium pada perikarp buah berbasis bobot kering

Perlakuan pupuk kalsium (ton/ha)

Kandungan hara pada pericarp Kalsium (%) Magnesium (%)

0 0.07 a 0.03

0.5 0.22 b 0.06

1 0.24 b 0.06

Keterangan: angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT 5%.

Serapan kalsium yang maksimal ke buah mengakibatkan kandungan kalsium di perikarp tinggi. Kandungan kalsium yang tinggi tersebut mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning dalam menahan desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp buah sehingga getah kuning tetap berada pada salurannya (Poerwanto et al. 2010, Dorly et al. 2011).

Hasil uji korelasi beberapa peubah antara satu sama lainnya merupakan hasil uji yang memperkuat hasil sebelumnya (Tabel 5). Kandungan kalsium pada perikarp berkorelasi nyata negatif terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kandungan kalsium pada perikarp akan diikuti dengan penurunan cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah.

Tabel 5 Hubungan korelasi skor dan persentase buah yang tercemar getah kuning pada kulit dan aril terhadap kandungan kalsium perikarp buah

Peubah (variable)

Koefisien korelasi

Skor cemaran getah kuning Persentase cemaran getah kuning

Kulit Aril Kulit Aril Juring

Ca pericarp -0.701 * -0.635* -0.712 * -0.642 * -0.623 * Mg pericarp -0.271 tn -0.181 tn -0.131 tn -0.145 tn -0.187 tn Ket : tn= tidak nyata, * = nyata pada taraf 5%

Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning berkorelasi positif nyata, yaitu 0.785. Hal ini berarti bahwa insiden getah kuning di aril buah diikuti juga dengan insiden getah kuning di kulit buah. Keluarnya getah kuning di kulit dan aril buah tersebut diduga disebabkan oleh faktor yang sama, yaitu rendahnya kandungan kalsium pada perikarp buah.

Penurunan cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah menunjukkan peningkatan kualitas buah. Semakin rendah nilai rataan persentase dan skor buah yang aril dan kulitnya tercemar getah kuning, maka semakin sedikit buah yang aril dan kulitnya tercemar getah kuning dan bisa dikatakan bahwa kualitas buah tersebut semakin baik. Tingkat cemaran getah

18

kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah yang rendah tersebut berkaitan dengan peran penting kalsium dalam penyusunan struktur dinding sel sebagai Ca-pektat. Ca-pektat berperan sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain dan menguatkan dinding sel lamela tengah (Marschner 1995). Pada saat pertumbuhan buah, pembelahan dan pembesaran sel membutuhkan kalsium sebagai pembangun dinding sel (Kadir 2004). Jika kalsium tidak cukup tersedia, maka dinding sel lemah yang pada akhirnya akan rusak dan getah kuning akan keluar dari salurannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Poerwanto et al. (2010), dinding sel-sel epitel dari saluran getah kuning pada manggis tidak mudah pecah karena kandungan kalsium cukup tersedia sehingga getah kuning tidak mencemari buah manggis. Selain itu, Dorly (2009) menyatakan bahwa buah yang normal (tanpa tercemar getah kuning) itu mengandung lebih banyak kalsium daripada buah yang tercemar getah kuning sedangkan menurut Martias (2012), buah yang tercemar getah kuning tersebut erat kaitannya dengan kekurangan kalsium di dalam tanah dan hara magnesium berkontribusi secara tidak langsung menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis.

Sifat Fisik Buah Manggis

Kriteria kelayakan ekspor buah manggis yang lain selain dari penilaian cemaran getah kuning adalah penilaian sifat fisik buah, seperti ukuran diameter, bobot, ketebalan dan lain-lain. Pemberian pupuk kalsium tersebut memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam meningkatkan sifat fisik buah manggis. Lokasi yang berbeda juga memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap sifat fisik buah manggis, kecuali kekerasan. Hasil pengamatan sifat fisik buah manggis meliputi diameter longitudinal, diameter transversal, ketebalan kulit dan kekerasan buah manggis yang disajikan pada Tabel 6, serta bobot buah, kulit buah, aril, biji dan edible portion disajikan pada Tabel 7.

Pengelompokan buah berdasarkan ukuran menurut BSN (2009) terdiri atas ukuran diameter buah yang diukur secara transversal dan bobot buah. Diameter transversal buah manggis yang berasal dari Bogor sebesar 61 mm dengan bobot 104.65 g dan dari Purworejo sebesar 60.07 mm dengan bobot 108.67 g, sehingga buah-buah tersebut termasuk dalam kelas 2 (BSN 2009). Selain itu, diameter dan bobot buah dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk diekspor berdasarkan BSN.

IPGRI (2003) mengelompokkan manggis ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok besar dengan bobot buah >140 g dan ketebalan kulit >9 mm, kelompok sedang dengan bobot buah antara 90 – 140 g dan ketebalan kulit antara 6 – 9 mm serta kelompok kecil dengan bobot buah <90 g dan ketebalan kulit <6 mm. Berdasarkan hasil penelitian, buah yang berasal dari Bogor memiliki bobot buah sebesar 104.65 g dengan ketebalan kulit 8.95 mm dan buah yang berasal dari Purworejo memiliki bobot buah sebesar 108.67 g dengan ketebalan kulit sebesar 9 mm. Hal ini berarti bahwa buah manggis yang berasal dari Bogor maupun Purworejo termasuk dalam kelompok manggis yang berukuran sedang (IPGRI 2003).

Pertambahan bobot, diameter dan ketebalan buah manggis tersebut tidak nyata dipengaruhi oleh pemberian kalsium, karena kalsium merupakan unsur yang berfungsi untuk mempertahankan integritas dinding sel. Pertambahan tersebut

19 terjadi karena adanya pertambahan luas dan volume sel. Selain itu, buah manggis yang berasal dari Bogor memiliki bobot, diameter dan ketebalan yang tidak berbeda nyata dengan buah manggis yang berasal dari Purworejo.

Pemberian pupuk kalsium dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan kulit buah karena berkaitan dengan fungsi kalsium sebagai integritas dinding sel. Jika kekerasan kulit buah ini terjadi, maka buah akan sulit untuk dibuka. Akan tetapi, perlakuan penambahan kalsium pada penelitian ini memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kekerasan buah manggis, sehingga pemberian kalsium tidak menyebabkan peningkatan kekerasan buah.

Peningkatan kekerasan kulit buah manggis dapat terjadi karena hilangnya air dari kulit buah akibat transpirasi dan respirasi. Proses kehilangan air pada kulit buah tersebut menyebabkan kadar air kulit buah menjadi rendah. Ruang antar sel parenkim pada kulit buah yang awalnya terisi air menjadi kering sehingga ruang-ruang antar sel tersebut menyatu dan zat pektin yang terdapat pada dinding sel-sel parenkim saling berikatan. Ikatan pektin yang semakin kuat akan menyebabkan kulit buah menjadi keras. Kulit buah yang keras menyebabkan buah sulit untuk dibuka.

Peningkatan kandungan kalsium pada kulit buah diduga dapat menghambat laju respirasi buah. Hal ini terjadi karena ikatan antara kalsium dengan pektat pada dinding sel tersebut bisa mengurangi permeabilitas air pada membran sel sehingga menghambat laju respirasi. Terhambatnya laju respirasi dapat mengurangi kehilangan air pada buah sehingga dapat mencegah terjadinya pengerasan kulit buah (Qanytah 2004). Pujiarti (2001) juga melaporkan bahwa aplikasi kalsium tidak meningkatkan kekerasan buah tomat.

Pemberian pupuk kalsium memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot buah, bobot kulit buah, bobot biji, bobot aril dan edible portion. Lokasi yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata juga terhadap bobot buah, bobot kulit buah, bobot biji, bobot aril dan edible portion.

Parameter lain yang diamati pada penelitian ini adalah edible portion. Edible portion adalah bagian buah yang dapat dimakan. Bagian buah yang dapat dimakan yang berasal dari Bogor hanya berkisar 29 – 33% dan dari Purworejo berkisar 28 – 33%. Hal ini lebih kecil bila dibandingkan dengan buah andalan hortikultura yang lain, seperti sawo 53 – 63%; alpukat 62%; mangga 65% dan pepaya 75%. Menurut Daryono dan Sosrodiharjo (1986), sebagian besar buah

Dokumen terkait