• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Cemaran Getah Kuning Pada Buah Manggis Dengan Pupuk Kalsium Di Kabupeten Bogor Dan Purworejo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengendalian Cemaran Getah Kuning Pada Buah Manggis Dengan Pupuk Kalsium Di Kabupeten Bogor Dan Purworejo"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH

MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN

BOGOR DAN PURWOREJO

FAHROYATI NORA HANDAYANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupaten Bogor dan Purworejo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)
(4)

RINGKASAN

FAHROYATI NORA HANDAYANI. Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupeten Bogor dan Purworejo. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan DARDA EFENDI.

Getah kuning merupakan lateks yang dihasilkan secara alami pada seluruh bagian tanaman manggis. Getah ini akan menjadi masalah bila sel-sel epitel penyusun sekretorinya pecah dan menyebar ke aril serta kulit buah manggis. Pecahnya saluran getah kuning tersebut disebabkan karena ada suatu masa perkembangan aril dan biji lebih cepat dibandingkan perkembangan kulitnya sehingga ada tekanan ke kulit buah, serta perubahan tekanan turgor secara tiba-tiba. Pecahnya saluran getah kuning tersebut ada kaitannya dengan kandungan kalsium di dinding sel.

Kalsium berperan penting dalam penyusun struktur dinding sel sebagai Ca-pektat di lamela tengah. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, aplikasi pemberian pupuk kalsium melalui tanah dapat mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis tapi dosis tersebut tergolong tinggi sehingga petani tidak tertarik untuk mengaplikasikannya. Salah satu cara agar petani tertarik untuk mengaplikasikannya adalah mengurangi dosis pupuk kalsium. Untuk mengurangi penggunaan dosis pupuk tersebut perlu dilakukan penelitian di berbagai lokasi. Namun, dalam penelitian ini hanya dilakukan pada dua lokasi saja, yakni Bogor dan Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis dengan dosis pupuk kalsium yang rendah di dua lokasi sentra produksi.

Penelitian dilakukan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dari bulan Oktober 2013 hingga bulan Juli 2014. Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Ada 3 perlakuan pemupukan kalsium: 0, 0.5 dan 1 ton Ca2+/ha. Pupuk kalsium diaplikasikan di tanah sebanyak dua kali, yaitu pemberian pertama pada saat 50 % antesis sebanyak 2/3 dari dosis perlakuan dan 1/3 dari dosis perlakuan saat 28 hari setelah perlakuan pertama.

Peubah yang diamati: (1) Tingkat cemaran getah kuning meliputi: Jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning, jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning, jumlah juring buah bergetah kuning, intensitas cemaran getah kuning di aril dan kulit buah dengan menggunakan skoring, (2) kandungan Ca dan Mg pada perikarp buah, (3) sifat fisik buah meliputi: bobot buah, bobot kulit, bobot biji, bobot aril, edible portion, diameter longitudinal dan transversal, serta kekerasan kulit, (4) sifat kimia buah yaitu: padatan terlarut total (PTT) dan asam tertitrasi total (ATT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kalsium dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1 ton Ca2+/ha nyata menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Lokasi berpengaruh beda nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah, sedangkan interaksi antara dosis pupuk kalsium dan lokasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning per pohon dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning per buah.

(5)

SUMMARY

FAHROYATI NORA HANDAYANI. Control of Gamboge Disorder on Mangosteen Fruits with Calcium Fertilizer in the Bogor and Purworejo. Supervised by ROEDHY POERWANTO and DARDA EFENDI.

Yellow latex originally can be found in all of mangosteen organs. When yellow latex is spilled from its channel it will become a serious issue, because it can damage the visual performance of rind and the taste of aryl. Gamboge disorder in mangosteen occur due to the pressure from the seeds and aryl within the time of fruits development, it is also due to the of change of cell turgor. The cause of yellow latex bursting is lack of Calcium on the cells epitel membrane.

Calcium is important on the developing of membrane’ structure as Ca-pektat in middle lamela. Based on previous research, The application of calcium fertilizer through the soil could reduce gamboge disorder in mangosteen fruits but the used

fertilizer’s dose is relatively high. Because of the impact, the farmers still do not interest. One of methods that farmers interest to apply is to reduce the dosages of calcium. To reduce the use of fertilizers is necessary to study in various locations. However, this study only conducted at two locations, that is Bogor and Purworejo because both locations have high gamboge disorder. The objectives of the research were to reduce gamboge disorder in mangosteen fruits with lower dosage of calcium fertilizer at two production centers.

The experiments were conducted in the Karacak village, Leuwiliang district, Bogor and Kaligono village, Kaligesing district, Purworejo from October 2013 to July 2014. The experiment was randomized complete block design with four replications. There are three treatments as follow: 0, 0.5 and 1 ton Ca2+/ha. The fertilizer application to the soil is done twice, first at 50% anthesis as much as 2/3 of dosage, and the second at 28 days after the first treatment as much as 1/3 of dosage.

Variables measured: (1) Levels of gamboge disorder include: The number of fruit which gamboge disorder on aryl, the number of fruit which gamboge disorder on perikarp, the number of contaminated fruit segment, score of gamboge disorder intensity in the aryl and pericarp, (2) nutrient content of Ca and Mg in pericarp, (3) the physical properties of the fruit include: fruit weight, pericarp weight, seed weight, aryl weight, edibel portion, longitudinal diameter, transversal diameter and rind hardness, (4) the chemical properties of the fruit are: total soluble solids (TSS) and total titrable acid (TTA).

The results showed that 0.5 and 1 ton Ca2+/ha dosages of calcium fertilizer

wese significant to reduce gamboge disorder in the mangosteen fruit, both on the aryl or rind. The location have different response to the percentage of gamboge disorder on aryl per tree, percentage of gamboge disorder on fruit segment and scrore of gamboge disorder on aryl, while the interaction between calcium fertilizers and location significantly different response to the percentage of gamboge disorder in the skin and score of gamboge disorder in the skin.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

PENGENDALIAN CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH

MANGGIS DENGAN PUPUK KALSIUM DI KABUPATEN

BOGOR DAN PURWOREJO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupaten Bogor dan Purworejo

Nama : Fahroyati Nora Handayani NIM : A252110131

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Ketua

Dr Ir Darda Efendi, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Maya Melati, MS MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah cemaran getah kuning, dengan judul Pengendalian Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis dengan Pupuk Kalsium di Kabupaten Bogor dan Purworejo.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si selaku pembimbing yang sabar mengajari, memberikan banyak ilmu, arahan, saran dan nasihat, serta menjadi teladan bagi penulis dalam berpikir dan bersikap. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Edi Santosa, SP., M.Si selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Si selaku perwakilan dari program studi Agronomi dan Hortikultura yang banyak memberikan saran dan masukan, serta kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Program Hibah Penelitian Tim Pascasarjana atas bantuan dana sesuai kontrak Nomor 83/IT3.41.2/L1/SPK/IPB 2013 atas nama Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si pada tanggal 2 Mei 2013 dan Hibah Kompetensi dengan judul Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan Ekspor Buah Tropika Nusantara dengan nomor kontrak 035/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V/2013 atas nama Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc pada tanggal 13 Mei 2013, petani manggis di Desa Karacak, Kabupaten Bogor dan di Desa Kaligono, Kabupaten Purworejo, laboratorium pascapanen agronomi dan hortikultura serta laboratorium tanah, IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, nasihat dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Perkembangan Bunga dan Buah Manggis 2

Getah Kuning 4

Kalsium 6

METODE 7

Waktu dan Tempat Percobaan 7

Bahan dan Alat 8

Prosedur Percobaan 8

Pengamatan 9

Analisis Data 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Cemaran Getah Kuning 12

Sifat Fisik Buah Manggis 18

Sifat Kimia Buah Manggis 20

Persepsi Petani Terhadap Cemaran Getah Kuning 21

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

(13)

DAFTAR TABEL

1 Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, persentase juring tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang

arilnya tercemar getah kuning 13

2 Persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning 15 3 Skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning 15 4 Kandungan kalsium dan magnesium pada perikarp buah 17 5 Hubungan korelasi skor dan persentase buah yang tercemar getah

kuning pada aril dan kulit buah, persentase juring yang tercemar getah kuning per buah terhadap kandungan kalsium perikarp buah 17

6 Diameter, ketebalan kulit dan kekerasan kulit buah manggis 19

7 Bobot buah, kulit buah, biji, aril dan edible portion manggis 20 8 Padatan terlarut total dan asam terlarut total buah manggis 20

9 Faktor internal yang mempengaruhi usahatani manggis (%) 22

10 Faktor eksternal yang mempengaruhi usahatani manggis (%) 24

11 Persepsi petani responden terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis (%) 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner persepsi petani terhadap teknologi aplikasi pengendalian getah kuning manggis (Garcinia mangostana L.) 31 2 Alur penentuan kandungan kalsium 34 3 Alur penentuan kadar ATT buah manggis 35

4 Curah hujan dan hari hujan di Purworejo dan Bogor 36

5 Rangkuman sidik ragam gabungan 37

5 Kandungan kalsium pada daun berbahan kering 38

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis adalah salah satu buah unggulan Indonesia yang paling banyak diekspor sebagai buah segar. Nilai ekspornya tinggi dibandingkan buah segar lainnya. Akan tetapi, volume buah manggis yang diekspor tersebut masih rendah dibandingkan dengan total produksi. Nilai ekspor pada tahun 2012 hanya 16.86 % dari total produksi buah manggis (Dirjen Hort 2013). Pada tahun 2013 dan 2014, total produksi buah manggis menurun dibandingkan dengan tahun 2012 sehingga nilai ekspor buah manggis juga mengalami penurunan yakni dari USD 17.4 juta pada tahun 2012 menjadi USD 5.43 juta pada tahun 2014 (BPS 2015). Rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh mutu buah yang tidak memenuhi kriteria ekspor.

Salah satu kriteria ekspor manggis adalah buah bebas dari cemaran getah kuning, baik pada aril maupun permukaan kulit buah. Buah yang tercemar getah kuning tersebut penampilannya buruk dan rasanya pahit (Mansyah et al. 2007).

Getah kuning yang biasa disebut gamboge merupakan lateks yang dihasilkan secara alami pada seluruh bagian tanaman manggis. Getah ini akan menjadi masalah bila sel-sel epitel penyusun saluran sekretorinya pecah (Dorly et al. 2008) dan getah dapat menyebar ke kulit dan aril buah manggis.

Pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal yang menyebabkan saluran getah kuning tersebut pecah adalah karena perkembangan aril dan biji yang lebih cepat dibandingkan perkembangan kulitnya sehingga ada tekanan ke kulit buah (Dorly 2009).

Faktor lingkungan yang memengaruhi adanya getah kuning adalah jumlah curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut menyebabkan adanya peningkatan potensial air tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Terjadinya peningkatan potensial air tanah tersebut mengakibatkan penyerapan air pada sel epitelium meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan terhadap dinding sel epitelium yang menyebabkan dinding selnya pecah.

Pecahnya dinding sel tersebut ada hubungannya dengan kandungan kalsium di dinding sel (Poerwanto et al. 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Martias et al. (2012) yang melaporkan bahwa cemaran getah kuning pada buah manggis erat kaitannya dengan defisiensi kalsium dalam tanah. Defisiensi kalsium dapat mengakibatkan saluran getah kuning rusak. Rusaknya saluran tersebut akan mengakibatkan getah kuning keluar dari saluran dan mencemari buah manggis. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengurangi rusaknya saluran getah kuning tersebut adalah dengan pemberian kalsium.

Kalsium merupakan salah satu komponen penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat. Ca-pektat berperan sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain di lamela tengah (Marschner 1995). Selain itu, kalsium berperan sebagai penghubung rantai pektin pada struktur dinding sel (Taiz & Zeiger 2006).

(16)

2

(Marschner 1995). Kalsium sebagai unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman kalsium dalam aliran transpirasi dari xilem.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, aplikasi kalsium pada awal pembungaan manggis melalui tanah dapat mengurangi cemaran getah kuning pada perikarp buah, tetapi belum dapat mengurangi cemaran getah kuning pada aril buah (Dorly et al. 2008, Wulandari & Poerwanto 2010). Menurut Poovarodom (2009), seharusnya aplikasi kalsium melalui tanah tersebut tidak dibatasi pada periode awal setelah fruit set saja tetapi diperpanjang sampai panen agar kandungan kalsium meningkat. Hasil penelitian Depari (2011) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalsium sebesar 3.5 ton Ca2+/ha nyata mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis dan kandungan kalsium pada perikarp meningkat dengan 2 kali aplikasi kalsium, yaitu pada saat antesis dan akhir stadia 1 (28 hari setelah antesis).

Dosis pupuk kalsium yang diberikan melalui tanah oleh peneliti-peneliti sebelumnya tergolong sangat tinggi. Misalnya, Dorly (2009) dan Wulandari (2009) menggunakan pupuk kalsium sebesar 3.5 ton Ca2+/ha kemudian

Primilestari (2011) menurunkan penggunaan pupuk kalsium menjadi 2 ton Ca2+/ha. Akan tetapi, petani belum mengaplikasikannya karena hal tersebut akan menambah biaya produksi. Menurut petani manggis, tanaman manggis tetap berbuah tanpa perlakuan pemupukan. Salah satu cara agar petani mau mengaplikasikannya adalah dengan mengurangi dosis pupuk kalsium. Dosis pupuk kalsium yang digunakan pada penelitian ini antara 0.5 dan 1 ton Ca2+/ha. Untuk mengurangi penggunaan dosis pupuk tersebut perlu dilakukan penelitian di berbagai lokasi. Namun, dalam penelitian ini hanya dilakukan pada dua lokasi saja, yakni Bogor dan Purworejo karena kedua lokasi tersebut memiliki masalah cemaran getah kuning yang tinggi (Poerwanto et al. 2010).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis dengan pupuk kalsium di dua lokasi sentra produksi manggis.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan adalah pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca2+/ha diharapkan dapat menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis di dua lokasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Bunga dan Buah Manggis

(17)

3 yang tidak terinisiasi, kemudian pada bagian tersebut mengeluarkan tunas yang menggembung berwarna merah. Inisiasi tunas bunga dapat dibedakan dengan inisiasi tunas daun. Inisiasi tunas bunga akan mengalami pembengkakan sedangkan inisiasi tunas daun tidak terjadi pembengkakan (Ropiah 2009).

Pembentukan bunga manggis diawali dengan inisiasi tunas bakal bunga pada bagian pucuk. Tunas bakal bunga akan membesar, kemudian tunas pecah dan terbentuk kuncup bunga, selanjutnya kuncup semakin membesar yang akhirnya akan mekar sempurna (antesis). Berdasarkan kenyataan ini maka perkembangan bunga manggis dapat di bagi menjadi 5 fase yaitu: (1) inisiasi tunas bunga yang ditandai dengan pembengkakan berwarna merah pada ujung tunas, (2) pecah tunas, (3) pembentukan kuncup, (4) pertumbuhan dan perkembangan kuncup dan (5) anthesis (Ropiah 2009).

Tunas bakal bunga akan membesar, kemudian pecah dan akhirnya terbentuk kuncup bunga pada umur 13-15 hari setelah inisiasi (HSI). Kuncup bunga akan mengalami pertumbuhan hingga membesar dan mencapai maksimal pada saat anthesis. Waktu yang diperlukan untuk anthesis mulai dari terinisiasinya pucuk antara 39 sampai 40 hari (Ropiah 2009).

Pembungaan manggis pada dasarnya sama dengan pembungaan pada tanaman tingkat tinggi lainnya, di mana tahap inisiasi dan pecah tunas merupakan perkembangan lanjut dari induksi. Fase diferensiasi sudah terjadi pada saat inisiasi dan diakhiri dengan munculnya kuncup bunga yang terus berkembang menuju fase pendewasaan dan anthesis. Menurut Rai et al (2006), pada fase diferensiasi bunga manggis secara visual tunas bunga muncul pada ujung pucuk dan pada fase pendewasaan secara visual mulai dari kuncup bunga muncul sampai sebelum bunga mekar.

Bunga manggis muncul pada pucuk-pucuk terminal, mempunyai empat sepal dan empat petal. Petal akan gugur antara 1 sampai 3 hari setelah bunga mekar sempurna sedangkan sepalnya akan tetap bertahan melindungi buah. Stigma juga tetap bertahan pada bagian ujung buah, di mana jumlah stigma menunjukkan jumlah aril yang terdapat di dalam buah. Jumlah stigma berkisar antara 5 sampai 7 buah. Stamen bunga manggis berjumlah antara 15 sampai 20, melekat pada dasar buah dan dapat bertahan antara 3 sampai 5 hari sebelum antesis, begitu bunganya mekar beberapa jam kemudian akan segera layu, kemudian mengering dan akhirnya gugur meskipun ada beberapa yang masih tetap bertahan hingga buah matang. Jadi pada tanaman manggis anthesis segera diikuti proses pelayuan stamen dan petal bunga (Ropiah 2009). Buah akan matang pada waktu 100 sampai120 hari setelah antesis (HSA) (Rai et al. 2006).

Perkembangan buah terjadi dalam dua tahap, yaitu praantesis dan pascaantesis. Tahap praantesis merupakan tahap pembentukan segmen aril dan bakal biji yang berlangsung pada umusr 8 hingga 1 hari sebelum antesis. Tahap perkembangan buah pascaantesis ditandai dengan perubahan warna serta peningkatan bobot dan diameter buah manggis (Ropiah 2009).

(18)

4

Sepal dan tangkai buah manggis mengalami perubahan warna seperti pada kulit buah. Sepal berwarna hijau muda pada umur 1 hingga 11 MSA dan berubah menjadi hijau tua saat buah matang (kurang lebih 16 MSA). Tangkai buah berwarna hijau muda saat berumur 1-5 MSA, kemudian menjadi hijau tua seiring pematangan buah manggis (Dorly 2009).

Peningkatan ukuran diameter terjadi secara cepat pada umur 1-6 MSA dan pada saat itu juga terjadi penambahan jumlah dan ukuran sel-sel di aril dan perikarp buah (eksokarp, mesokarp dan endokarp). Selanjutnya peningkatan ukuran sel berlangsung lambat sejak minggu ke-8 setelah antesis. Ketebalan perikarp menurun seiring dengan meningkatnya ketebalan aril dan biji serta tebal biji meningkat tajam pada umur 14 hingga 16 MSA. Ukuran tebal kulit menurun pada buah umur 16 MSA juga diikuti dengan penurunan ukuran peubah sel eksokarp, endokarp dan aril buah (Dorly et al. 2010).

Perkembangan sel di eksokarp, mesokarp dan endokarp terjadi seiring dengan pertambahan lapisan di eksokarp, mesokarp dan endokarp tersebut. Jumlah lapisan eksokarp, mesokarp dan endokarp meningkat dengan cepat pada umur 1-6 MSA, selanjutnya pada minggu ke 6 hingga 8 MSA jumlah lapisan tersebut meningkat perlahan. Jumlah lapisan eksokarp terbanyak dijumpai pada umur 11 MSA. Jumlah lapisan tersebut menurun perlahan pada umur 12 MSA dan cenderung stabil hingga umur 16 MSA. Jumlah lapisan mesokarp dan endokarp buah manggis terbanyak dijumpai pada umur 14 MSA, kemudian menurun perlahan pada umur 15 hingga 16 MSA. Lain halnya dengan tebal kulit buah manggis. Tebal kulit hanya meningkat pada umur 1-5 MSA kemudian menurun sejak umur 6-16 MSA. Penurunan ketebalan kulit tersebut disebabkan karena penurunan kadar air pada kulit buah sehingga sel-sel penyusun jaringan kulit buah mengerut dan kulit buah menjadi tipis (Dorly et al. 2010).

Pola perkembangan biji dan aril berbeda dengan perkembangan eksokarp, mesokarp dan endokarp. Pertumbuhan tebal biji dan aril justru meningkat pada umur 14-16 MSA. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang mendesak dari dalam ke arah luar, sehingga menyebabkan saluran getah kuning di endokarp buah pecah. Pecahnya saluran getah kuning tesebut menyebabkan getah keluar dari salurannya dan mengotori aril manggis. Cemaran getah kuning pada aril mulai terdeteksi sejak buah berumur 14 MSA (Dorly et al. 2010).

Getah Kuning

Getah kuning merupakan eksudat resin (cairan getah) yang berwarna kuning dan secara alami dijumpai pada berbagai tanaman dari suku Guttiferae. Sebagai famili Guttiferae, tanaman manggis memiliki getah kuning hampir di seluruh tubuh atau organ tanaman manggis. Resin terdapat pada ruang-ruang skizogen dalam korteks, floem, daun, bunga dan biji pada tanaman dari family Guttiferae atau Clusiaceae (Tjitrosoepromo 1994). Getah kuning pada dasarnya diproduksi oleh tanaman untuk keperluan metabolisme dan sistem pertahanan tanaman terhadap serangan organisme pengganggu (Dorly 2009).

(19)

5 muda manggis (Dorly et al. 2008) dan senyawa xantone ditemukan pada kulit buah manggis (Ahmat et al. 2010).

Getah kuning terletak dalam saluran yang terdapat pada hampir seluruh organ tanaman manggis. Saluran getah kuning terdapat pada organ daun, batang dan buah. Saluran getah kuning telah terbentuk pada awal pertumbuhan buah manggis, bahkan sejak pembungaan. Saluran getah kuning terdapat pada bagian bakal buah (ovari), yang telah terbentuk saat kuncup bunga dan antesis (bunga mekar) (Rai et al 2006; Dorly et al. 2008). Seiring perkembangan buah, saluran getah kuning selanjutnya terbentuk pada eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril buah manggis, baik pada buah muda maupun buah tua. Saluran getah kuning memiliki lumen besar yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas (Dorly et al. 2008). Saluran tersebut berbentuk kanal memanjang dan bercabang. Ruang sekretorinya kemungkinan terbentuk melalui pembesaran ruang skizogen.

Cemaran getah kuning pada buah manggis yang dikenal dengan istilah gamboge disorder merupakan permasalahan penting yang perlu diatasi dalam agribisnis manggis. Gamboge disorder merupakan permasalahan utama dalam produksi manggis di daerah tropis. Buah manggis yang bergetah kuning tidak disukai konsumen selain karena penampilannya yang tidak menarik, rasa buah arilnya tercemar getah kuning menjadi pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi. Cemaran tersebut juga mempengaruhi kelayakan ekspor buah manggis. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor kelas super adalah kulit buah mulus tidak bercacat, baik cacat biologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah kuning (BSN 2009).

Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat terjadi pada buah yang masih muda maupun yang sudah masak (Junaidi 2003). Getah kuning yang mencemari buah manggis berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah. Getah tersebut dapat mencemari buah apabila sel-sel epitel pada saluran getah rusak (Dorly 2009). Getah kuning mulai mencemari aril manggis sejak buah berumur 14 minggu setelah antesis. Getah yang mencemari aril buah tersebut berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada endokarp buah (Dorly et al. 2008).

Rusaknya saluran getah kuning dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti kadar air tanah dan curah hujan yang terlalu tinggi selama perkembangan buah. Fluktuasi perubahan air tanah tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tekanan turgor, sehingga dinding sel penyusun endokarp pecah (Poerwanto et al. 2010). Gangguan serangga dan kesalahan saat panen juga termasuk faktor yang menyebabkan pencemaran getah kuning, terutama pada kulit luar buah (Mansyah et al. 2007). Sementara cemaran getah kuning pada kulit bagian dalam terjadi karena gangguan fisiologis tanaman. Menurut Nurcahyani (2005), cemaran getah kuning pada aril merupakan masalah fisiologis akibat pecahnya saluran getah kuning dalam endokarp dan bukan karena cendawan Fusarium oxysforum.

(20)

6

saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah manggis terkait dengan defisiensi kalsium, karena salah satu fungsi utama kalsium adalah mempertahankan integritas dinding sel. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel mudah rusak (Marschner 1995). Pada saat pembelahan sel untuk pertumbuhan buah, kalsium pembangun dinding sel sering tidak mencukupi apabila tanaman manggis tumbuh di tanah masa. Akibatnya dinding sel epitelium ini menjadi mudah pecah sehingga terjadi pencemaran getah kuning pada aril (Poerwanto et al. 2010).

Kalsium

Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman dan bersifat immobil sehingga tanaman yang kekurangan kalsium akan terlihat pada daun-daun muda yang baru keluar dari pucuk dan titik tumbuh. Pada beberapa tanaman, kalsium dijumpai dalam bentuk Ca-oksalat di dalam sel parenkim dan berbentuk ion dalam cairan sel (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).

Keberadaan kalsium dalam sel tanaman dapat berupa ikatan pada wilayah appoplasmik, sebagai hara tersedia pada dinding sel maupun terikat pada permukaan luar plasma membran (Marschner 1995). Kebutuhan tanaman tingkat tinggi akan kalsium tergolong besar, dimana pada biomasa tanaman sehat mengandung kisaran 0.1-1% Ca. Pada tanaman, kadar kalsium terbanyak terdapat pada bagian antar dinding sel (lamela tengah) (Ashari 2006).

Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat (Gardner et al. 1991). Peranan Ca-pektat merupakan bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain (Marschner 1995) dan menguatkan dinding sel dalam lamela tengah (Dwidjoseputro 1983). Peranan lain dari kalsium adalah laju respirasi dan ketahanan simpan buah, berpengaruh terhadap kekompakan buah (firmness), berkaitan dengan aktivitas jaringan meristem, serta dalam perpanjangan dan pembelahan sel (Ashari 2006). Taiz dan Zeiger (2006) menyebutkan kalsium merupakan unsur penting penyusun dinding sel yang diperlukan sebagai kofaktor oleh beberapa enzim yang terlibat dalam hidrolisis ATP dan fosfolipid serta bertindak sebagai second messenger dalam pengaturan metabolisme. Peran kalsium yang lebih spesifik yakni berhubungan dengan kemampuannya untuk mengubah permeabilitas membran tanaman dan kalsium bertindak sebagai sinyal untuk mengatur enzim kunci dalam sitosol.

Sebagian besar tanah mengandung cukup kalsium untuk menyokong pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan baik, tetapi pada tanah masam akibat curah hujan yang tinggi dan tanah sulfat masam sering terjadi gejala defisiensi kalsium (Salisbury dan Ross 1995; Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Menurut Hardjowigeno (1992), ketersediaan unsur kalsium dalam tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium dengan waktu dan konsentrasi tertentu.

(21)

7 Unsur kalsium di dalam tanaman dalam keadaan immobil atau tidak dapat diretranslokasi ke bagian lain dalam tanaman (Dwidjoseputro 1983). Gardner et al. (1991) mencirikan kalsium sebagai unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman kalsium dalam aliran transpirasi dari xilem. Transport kalsium dalam sistem perakaran dapat terjadi secara paralel melalui lintasan simplasmik dan appoplasmik. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun sehingga kandungan kalsium tinggi dijumpai dalam daun. Bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun sehingga hanya sedikit kalsium yang terakumulasi dalam buah (Marscner 1995).

Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah. Rendahnya konsentrasi kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium maupun rendahnya penyerapan kalsium, namun dapat juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan akar dalam menyerap kalsium untuk didistribusikan melalui floem. Oleh karena itu upaya meningkatkan kandungan kalsium tanah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi cemaran getah kuning buah manggis (Dorly 2009).

Hasil penelitian Wulandari (2009) menunjukkan bahwa kalsium yang diberikan satu kali saja itu tidak efektif meningkatkan kandungan kalsium pada perikarp karena sebagian besar kalsium tersebut ditranslokasikan ke daun. Di Australia, masalah kekurangan kalsium pada mangga menyebabkan terjadinya pecah buah. Untuk mengatasi hal tersebut, aplikasi kalsium dilakukan secara berulang. Pada saat aplikasi pertama, sebagian besar kalsium akan ditranslokasikan ke daun dan apabila kalsium di daun sudah optimum, maka pada aplikasi selanjutnya akan ditranslokasikan juga ke buah.

Kandungan kalsium pada dinding sel buah akan terus meningkat selama perkembangan buah dan akan menurun menjelang panen. Dalam perkembangan buah manggis ada tiga stadia yaitu: stadia I (1-4 MSA), stadia II (5-13 MSA) dan stadia III (14-15 MSA). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan kalsium tidak berhenti pada awal perkembangan buah manggis tetapi berlanjut hingga buah dipanen (Poovaradom 2009). Hasil penelitian Depari (2011) menunjukkan bahwa kandungan kalsium pada perikarp meningkat dengan aplikasi kalsium dua kali, yaitu pada saat antesis dan akhir stadia 1 (28 HSA). Oleh sebab itu, aplikasi kalsium pada periode perkembangan buah yang tepat menjadi penting untuk mendapatkan pengaruh maksimal dalam mengurangi getah kuning pada buah.

METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

(22)

8

Kaligono, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dengan ketinggian 340 m dpl dan terletak pada 7ᵒ70’ LS dan 110ᵒ BT. Kondisi tanah di Leuwiliang dan Kaligesing memiliki tekstur tanah yang sama, yaitu liat berdebu dan merupakan tanah pedsolik (Gunawan 2007). Pengamatan sifat fisik buah langsung dilakukan di masing-masing lokasi penelitian, sedangkan sifat kimia buah dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis kandungan kalsium dan magnesium buah dilakukan di Laboratorium Tanah, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah pohon manggis asal biji yang sudah berproduksi, berumur lebih dari 20 tahun, jumlah populasi tanaman sekitar 500 pohon/ha dan diameter batang sekitar 14-18 cm pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Tanah pedsolik di Lewiliang memiliki pH sekitar 4.3-5.5 dengan kandungan kalsium pada tanah sekitar 4.59 me/100 g (Kurniadinata 2011), sedangkan di Kaligesing memiliki pH 5.63 dengan kandungan kalsium pada tanah sekitar 4.09 me/100 g (Gunawan 2007). Bahan lainnya yang digunakan adalah dolomit (CaMg[CO3]2) sebagai sumber pupuk

kalsium, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat, indikator penalpthalein (PP) dan akuades. Alat-alat yang digunakan adalah jangka sorong, kertas saring, corong, atomic absorbtion spectrophotometer (AAS), pisau, pipet, labu takar, spatula, buret, gelas piala, timbangan manual, timbangan digital, hand penetrometer, hand refraktrometer dan cangkul.

Prosedur Percobaan

Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok. Faktor yang diujikan adalah dosis pupuk kalsium yang terdiri atas tiga taraf, yaitu 0 kg Ca2+/pohon atau tanpa pemupukan dolomit (K1), 0.5 ton Ca2+/ha (2.5 ton

dolomit/ha) yang setara dengan 5 kg dolomit/pohon (K2), dan 1 ton Ca2+/ha (5.0 ton dolomit/ha) yang setara dengan 10 kg dolomit/pohon (K3), serta penelitian dilakukan di dua lokasi, yaitu Bogor dan Purworejo. Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali dan setiap ulangan percobaan terdapat lima tanaman sehingga jumlah tanaman yang digunakan sebanyak 60 pohon manggis di setiap lokasi. Jumlah buah manggis yang diamati sebanyak 25 buah manggis untuk setiap pohonnya, sehingga buah yang dibutuhkan sebanyak 1500 buah manggis untuk setiap lokasi.

(23)

9 Penelitian ini mempunyai beberapa tahapan pelaksanaan. Tahapan-tahapan yang ada dalam penelitian adalah:

1. Persiapan

Persiapan ini terdiri atas persiapan tanaman, pembersihan gulma dan pemupukan dasar. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang akan memasuki masa pembungaan. Gulma yang terdapat di sekitar tanaman manggis harus dibersihkan terlebih dahulu agar pupuk yang diberikan tidak diserap oleh gulma.

2. Aplikasi perlakuan

Pemberian kalsium melalui tanah dengan cara disebar dalam piringan di bawah tajuk lalu ditutup kembali dengan tanah dan seresah. Aplikasi pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pemberian pertama pada saat 50% antesis sebanyak 2/3 dari dosis perlakuan dan sisanya (1/3 dari dosis perlakuan) diaplikasikan pada saat 28 hari setelah perlakuan pertama.

3. Panen

Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan, yakni saat kulit buah berwarna keunguan dengan interval panen 2 atau 3 hari sekali

Pengamatan

1. Pengukuran tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis

a. Pengamatan buah yang tercemar getah kuning pada daging (aril) buah - Persentase buah yang arilnya tercemar (% BTGK)

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning. Cara menentukan persentase buah yang arilnya tercemar adalah:

% BTGK di aril = X 100%

- Persentase juring yang tercemar per buah (% JTGK)

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah juring yang tercemar getah kuning. Cara menentukan persentase juring buah yang tercemar adalah:

% JTGK juring = X 100 %

- Skor buah yang arilnya tercemar

Pengamatan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dilakukan secara langsung dengan mengamati getah kuning yang ada pada aril. Pengamatan skor buah yang tercemar getah kuning mengikuti Kartika (2004). Skor buah yang arilnya tercemar getah kuning ditentukan sebagai berikut:

1. Skor 1: baik sekali, tidak ada sedikitpun getah kuning baik diantara aril dan kulit maupun di pembuluh buah.

2. Skor 2: baik, aril putih dengan sedikit noda karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.

3. Skor 3: cukup, terdapat sedikit bercak getah kuning di salah satu juring atau diantara juring.

(24)

10

5. Skor 5: buruk sekali, terdapat gumpalan bercak baik juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

b. Pengamatan buah tercemar getah kuning pada kulit buah - Persentase buah yang kulitnya tercemar (% BTGK)

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan menghitung jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning. Cara menentukan persentase buah yang kulitnya tercemar adalah:

% BTGK di kulit = X 100 %

- Skor buah yang kulitnya tercemar

Pengamatan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning dilakukan secara langsung dengan mengamati getah kuning yang ada pada kulit. Pengamatan skor buah yang tercemar getah kuning mengikuti Kartika (2004). Skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning ditentukan sebagai berikut:

1. Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

2. Skor 2: baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

3. Skor 3: cukup, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

4. Skor 4: buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.

5. Skor 5: buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.

c. Analisa kandungan kalsium dan magnesium pada buah

Kulit lima buah manggis secara komposit dari perlakuan yang sama dianalisis kandungan kalsium dan magnesium. Kulit buah yang digunakan merupakan kulit buah yang sudah dikeringkan. Tiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Analisis menggunakan metode pengabuan basah. Skema pengukuran tertera pada Lampiran 2.

2. Sifat fisika buah a. Bobot buah (g)

Bobot buah ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang keseluruhan buah pada saat panen.

b. Bobot kulit buah (g)

Bobot kulit buah ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang kulit buah setelah buah dibelah dan dipisahkan dari aril dan biji.

c. Bobot biji (g)

Bobot biji ditimbang dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang keseluruhan biji pada buah sampel.

d. Bobot aril buah (g)

(25)

11 e. Dimeter transversal buah (cm)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dengan arah horizontal pada bagian tengah di kedua sisi dan selanjutnya diambil rata-ratanya.

f. Diameter longitudinal buah (cm)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dengan arah vertikal pada bagian tengah di kedua sisi dan selanjutnya diambil rata-ratanya.

g. Tebal kulit buah (mm)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong setelah buah dibelah secara melintang menjadi dua bagian, diukur pada dua sisi dan selanjutya dirata-ratakan.

h. Edible Portion (%)

Edible portion adalah presentase bagian aril yang dapat dimakan terhadap bobot buah secara keseluruhan.

Edible portion = X 100 %

i. Kekerasan kulit buah (kg/cm2/det)

Kekerasan kulit buah diukur dengan hand penetrometer. Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan dengan memasukkan jarum hand penetrometer pada kulit bagian atas, tengah, bawah dan selanjutnya diambil rata-ratanya. Kemudian nilai kekerasan buah dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat.

3. Sifat kimia buah

a. Padatan terlarut total ( briks)

Pengukuran padatan terlarut total (PTT) setiap buah manggis dapat dilakukan dengan menggunakan hand refraktometer (TSS dalam brik). Buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian daging buah dari sampel tersebut diukur PTT dengan menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT dilakukan dengan cara memberikan satu tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap melakukan pengukuran, terlebih dahulu lensa dikalibrasi dengan menggunakan akuades kemudian dibersihkan dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT yang terdapat di dalam buah manggis.

b. Total asam tertitrasi (%)

Kandungan total asam tertitrasi (TAT) dalam buah manggis diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH. Pengukuran TAT dihitung melalui asam tertitrasi. Jumlah NaOH 0,1 N yang terpakai untuk mendapatkan perubahan warna merah jambu yang stabil merupakan angka yang digunakan untuk pengukuran TAT. Titrasi dilakukan duplo. Skema pengukuran tertera pada Lampiran 3. Perhitungan TAT dilakukan dengan rumus:

Total Asam Tertitrasi (TAT) = X 100 %

Keterangan:

(26)

12

N NaOH : normalitas kandungan asam tertitrasi total dalam buah manggis diukur dengan metode titrasi NaOH (0.1 N) fp : Faktor pengenceran (100/25)

64 : Faktor asam dominan Mg contoh : 10 000 mg

Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yakni data parametrik dan non parametrik. Data parametrik dianalisis menggunakan sidik ragam gabungan pada taraf nyata 5%. Sidik ragam gabungan merupakan analisis yang digunakan untuk menggabungkan beberapa percobaan tunggal yang memiliki perlakuan dan rancangan percobaan yang sama (Gomez &Gomez 1984). Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 5%, dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Variabel yang diamati sebagai data parametrik adalah % BTGK di kulit, % BTGK di aril, % JTGK, serta data analisa kandungan kalsium dan magnesium di perikarp. Data non parametrik dianalisis menggunakan Uji Friedman. Jika terdapat pengaruh yang nyata, diuji lanjut dengan uji perbandingan ganda (Uji Z) pada taraf 5%. Variabel yang diamati sebagai data non parametrik adalah skor buah yang aril dan kulitnya tercemar getah kuning.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cemaran Getah Kuning

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis pupuk kalsium berpengaruh nyata terhadap tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon, skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah, sedangkan interaksi antara dosis pupuk kalsium dan lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning per pohon dan skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning per buah.

Cemaran Getah Kuning pada Aril Buah

Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon menunjukkan jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning dibandingkan dengan jumlah buah keseluruhan pengamatan. Nilai rataan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning per pohon nyata tertinggi pada perlakuan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni 62.38% (Tabel 1) dan nilai rataan tersebut tergolong sangat tinggi menurut Martias (2012). Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning sebesar 56.46%, yaitu dari 62.38% menjadi 24.98% pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 29.38% pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Nilai rataan persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca2+/ha dan

(27)

13 Ca2+/ha sudah cukup efektif untuk mengurangi cemaran getah kuning di aril buah

manggis.

Persentase juring yang tercemar getah kuning per buah merupakan parameter yang menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada aril buah manggis per buah. Pada Tabel 1, rataan persentase juring yang tercemar getah kuning per buahnya nyata menurun sebesar 68.40% dengan pemberian pupuk kalsium, yaitu dari 26.85% pada kontrol menjadi 9.22% pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 7.75% pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Menurut hasil penelitian Primilestari

(2011), pemberian pupuk kalsium dalam bentuk dolomit dengan dosis 2 ton Ca2+/ha dapat menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebesar 95.71%. Pada penelitian ini, dosis pupuk kalsium yang diaplikasikan dikurangi menjadi setengah dosis dari penelitian Primilestari (2011) dan hasilnya sudah bisa menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning sebanyak 68.40%. Tabel 1 Persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning, persentase juring

tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar

Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%, sedanakan pada kolom skor menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Z 5%.

Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam menurunkan persentase juring yang tercemar getah kuning per buah. Rataan persentase juring yang tercemar getah kuning nyata tinggi pada perlakuan tanpa pemupukan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Martias et al. (2012) yang menyatakan bahwa koefisien jalur yang tinggi dari kalsium terhadap persentase juring yang tercemar getah kuning per buah mengindikasikan bahwa tingkat cemaran getah kuning yang tinggi di aril erat kaitannya dengan kekurangan kalsium di tanah. Selain itu, kalsium tidak hanya berperan sebagai komponen utama penyusun dinding sel, tapi juga berperan mengurangi penyerapan hara yang toksik bagi jaringan, seperti Mn (Poerwanto et al. 2011).

(28)

14 untuk diekspor. Nilai rataan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning dengan perlakuan pemberian pupuk kalsium dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha tidak berbeda nyata.

Pemberian pupuk kalsium melalui tanah pada tanaman manggis dapat menurunkan cemaran getah kuning di aril buah manggis. Penurunan cemaran getah kuning di aril tersebut ada hubungannya dengan kandungan kalsium yang tinggi di perikarp (Tabel 2) dan hubungan tersebut diperkuat dengan hasil korelasi yang bernilai negatif (Tabel 3). Selain itu, tingginya kandungan kalsium pada perikarp tersebut diduga karena waktu aplikasi pemupukan kalsium yang tepat. Menurut White (2001), tanaman sangat memerlukan kalsium yang cukup pada saat fase perpanjangan dan pembelahan sel. Hal ini sejalan dengan pendapat Poovaradom (2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan kalsium pada dinding sel saat buah berkembang itu akan meningkat. Kandungan kalsium yang tinggi tersebut mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning dalam menahan desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp buah sehingga getah kuning tetap berada pada salurannya (Dorly et al. 2008; Poerwanto et al. 2010).

Lokasi berpengaruh nyata terhadap persentase buah yang arilnya tercemar getah kuning, persentase juring yang tercemar getah kuning per buah dan skor buah yang arilnya tercemar getah kuning (Tabel 1). Cemaran getah kuning di aril buah manggis yang berasal dari daerah Purworejo nyata lebih tinggi dibandingkan dengan dari Bogor. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan kalsium daun di Purworejo lebih banyak dibandingkan kandungan kalsium daun di Bogor (Lampiran 6). Selain itu, kondisi tanaman manggis yang berasal dari Purworejo sedang tumbuh tunas baru bersamaan dengan munculnya bunga sehingga hara yang diserap oleh tanaman terbagi dan kalsium lebih banyak diserap oleh daun baru. Pendugaan kandungan kalsium lebih banyak diserap oleh daun baru dibandingkan buah itu karena kalsium merupakan unsur hara yang dapat larut dalam air. Unsur hara ini diserap dari dalam tanah dan ditranslokasikan bersama air ke bagian tanaman yang lain melalui aliran masa. Pada suhu lingkungan yang tinggi, air yang mengandung kalsium dan hara lainnya bergerak cepat ke bagian tanaman yang aktif melakukan transpirasi, yakni daun. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga kalsium banyak terakumulasi dalam daun setelah proses transpirasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Wulandari dan Pooerwanto (2010), Dorly et al (2011), Martias (2012) dan Purnama et al. (2013) yang menyatakan bahwa kandungan kalsium pada daun lebih tinggi dibandingkan dengan perikarp buah. Selain itu, Marshner (1995) menyatakan bahwa bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun sehingga hanya sedikit kalsium yang terakumulasi dalam buah.

Cemaran Getah Kuning pada Kulit Buah

(29)

15 tanpa pemupukan kalsium, baik berasal dari Bogor maupun Purworejo memperoleh rataan persentase kulit buah tercemar getah kuning lebih tinggi dibandingkan dengan diberi pupuk kalsium, masing-masing sebesar 68.48% dan 63.50%. Nilai rataan persentase kulit buah yang tercemar getah kuning tanpa pemupukan kalsium dari daerah Bogor tidak berbeda nyata dengan dari daerah Purworejo.

Tabel 2 Persentase buah yang kulitnya tercemar getah kuning Perlakuan Pupuk kalsium (ton Ca berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut Uji DMRT 5%

Perlakuan pemberian pupuk kalsium baik di Bogor maupun di Purworejo mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 1 ton Ca2+/ha dan 0.5 ton Ca2+/ha di Bogor nyata

menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis sedangkan di Purworejo dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha belum nyata menurunkan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Cemaran getah kuning di lokasi penelitian Purworejo tersebut nyata berkurang pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Jika dilihat secara umum, perlakuan pemupukan dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1 ton Ca2+/ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap persentase kulit buah bergetah kuning. Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan persentase kulit yang tercemar getah kuning sebanyak 42.34%, yaitu dari 65.99% menjadi 38.05% (Tabel 2).

Tabel 3 Skor buah yang kulitnya tercemar getah kuning

Perlakuan

Pupuk kalsium (ton Ca2+/ha) Rataan lokasi

0 0.5 1 berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji Z 5%

Hasil yang sama juga didapat pada data skoring kulit buah tercemar getah kuning (Tabel 3). Pemberian pupuk kalsium baik yang dilakukan di Bogor maupun Purworejo memperoleh rataan peringkat skoring kulit buah tercemar getah kuning nyata lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kalsium. Pemberian pupuk kalsium dengan dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 1 ton

(30)

16

Ca2+/ha. Jika dilihat secara umum, perlakuan pemupukan dengan dosis 0.5 ton

Ca2+/ha dan 1 ton Ca2+/ha memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap skor kulit buah bergetah kuning. Pemberian pupuk kalsium nyata dapat menurunkan skor kulit yang tercemar getah kuning dari 1.86 menjadi 1.42 (Tabel 3).

Persentase dan skor buah yang tercemar getah kuning pada kulit buah menunjukkan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Penurunan persentase dan skor buah yang tercemar getah kuning pada kulit berkaitan dengan kandungan kalsium di pericarp (Tabel 4) dan diperkuat dengan hubungan korelasi yang bersifat negatif antara kandungan kalsium di perikarp dengan cemaran getah kuning di kulit buah (Tabel 5). Tingginya kandungan kalsium di perikarp tersebut ada kaitannya dengan ketersediaan hara kalsium dalam tanah yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Hirshi (2004), kandungan kalsium dalam tanah yang cukup tersedia dapat meningkatkan stabilitas membran sel. Tanaman yang tidak mendapatkan suplai kalsium yang cukup akan sangat beresiko mengalami kerusakan pada tingkat sel, termasuk pecahnya saluran getah kuning karena kalsium merupakan salah satu komponen struktural sel. Selain itu, kalsium merupakan hara yang bersifat immobil dalam tanaman dan berperan meningkatkan stabilitas dan ketegaran struktur dinding sel, mendukung bentuk dan kekuatan sel tanaman (Marschner 1995). Jika kandungan kalsium cukup akan mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning sehingga getah kuning akan tetap berada pada salurannya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Poerwanto et al. (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kalsium akan menjaga getah kuning tetap berada pada salurannya.

Kandungan Hara Kalsium dan Magnesium Perikarp Buah

Pemberian pupuk kalsium dalam bentuk CaMg(CO3)2 memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap kandungan kalsium di perikarp. Pada Tabel 2, pemberian pupuk kalsium dengan dosis0.5 ton Ca2+/ha setara dengan 2.5 ton dolomit/ha dan 1 ton Ca2+/ha atau setara dengan 5 ton dolomit/ha dapat meningkatkan kandungan kalsium yang nyata di perikarp dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kalsium, yakni dari 0.07% pada kontol menjadi 0.22% pada dosis 0.5 ton Ca2+/ha dan 0.24% pada dosis 1 ton Ca2+/ha. Nilai rataan kandungan kalsium pada perikarp yang diperoleh tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Dorly (2009), Wulandari (2009) dan Purnama (2012). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium pada saat antesis dan 28 hari setelah antesis efektif meningkatkan kandungan kalsium pada perikarp buah.

(31)

17 ketersediaan hara makro dan mikro sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah. Selain itu, Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan bahwa kekuatan sink dalam menggerakkan unsur hara ditentukan oleh aktivitas metabolisme dan ukuran sink yang bersangkutan. Hasil pengamatan Kurniadinata (2015) juga menunjukkan bahwa pada buah manggis yang sedang tumbuh cepat, saluran xylem pada pedisel buah manggis belum rusak sehingga memungkinkan aliran kalsium ke buah manggis lebih banyak.

Tabel 4 Kandungan kalsium dan magnesium pada perikarp buah berbasis bobot kering menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT 5%.

Serapan kalsium yang maksimal ke buah mengakibatkan kandungan kalsium di perikarp tinggi. Kandungan kalsium yang tinggi tersebut mengakibatkan kuatnya sel-sel epitel saluran getah kuning dalam menahan desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp buah sehingga getah kuning tetap berada pada salurannya (Poerwanto et al. 2010, Dorly et al. 2011).

Hasil uji korelasi beberapa peubah antara satu sama lainnya merupakan hasil uji yang memperkuat hasil sebelumnya (Tabel 5). Kandungan kalsium pada perikarp berkorelasi nyata negatif terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kandungan kalsium pada perikarp akan diikuti dengan penurunan cemaran getah kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah.

Tabel 5 Hubungan korelasi skor dan persentase buah yang tercemar getah kuning pada kulit dan aril terhadap kandungan kalsium perikarp buah

Peubah (variable)

Koefisien korelasi

Skor cemaran getah kuning Persentase cemaran getah kuning

Kulit Aril Kulit Aril Juring berarti bahwa insiden getah kuning di aril buah diikuti juga dengan insiden getah kuning di kulit buah. Keluarnya getah kuning di kulit dan aril buah tersebut diduga disebabkan oleh faktor yang sama, yaitu rendahnya kandungan kalsium pada perikarp buah.

(32)

18

kuning pada buah manggis, baik di aril maupun kulit buah yang rendah tersebut berkaitan dengan peran penting kalsium dalam penyusunan struktur dinding sel sebagai Ca-pektat. Ca-pektat berperan sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain dan menguatkan dinding sel lamela tengah (Marschner 1995). Pada saat pertumbuhan buah, pembelahan dan pembesaran sel membutuhkan kalsium sebagai pembangun dinding sel (Kadir 2004). Jika kalsium tidak cukup tersedia, maka dinding sel lemah yang pada akhirnya akan rusak dan getah kuning akan keluar dari salurannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Poerwanto et al. (2010), dinding sel-sel epitel dari saluran getah kuning pada manggis tidak mudah pecah karena kandungan kalsium cukup tersedia sehingga getah kuning tidak mencemari buah manggis. Selain itu, Dorly (2009) menyatakan bahwa buah yang normal (tanpa tercemar getah kuning) itu mengandung lebih banyak kalsium daripada buah yang tercemar getah kuning sedangkan menurut Martias (2012), buah yang tercemar getah kuning tersebut erat kaitannya dengan kekurangan kalsium di dalam tanah dan hara magnesium berkontribusi secara tidak langsung menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis.

Sifat Fisik Buah Manggis

Kriteria kelayakan ekspor buah manggis yang lain selain dari penilaian cemaran getah kuning adalah penilaian sifat fisik buah, seperti ukuran diameter, bobot, ketebalan dan lain-lain. Pemberian pupuk kalsium tersebut memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dalam meningkatkan sifat fisik buah manggis. Lokasi yang berbeda juga memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap sifat fisik buah manggis, kecuali kekerasan. Hasil pengamatan sifat fisik buah manggis meliputi diameter longitudinal, diameter transversal, ketebalan kulit dan kekerasan buah manggis yang disajikan pada Tabel 6, serta bobot buah, kulit buah, aril, biji dan edible portion disajikan pada Tabel 7.

Pengelompokan buah berdasarkan ukuran menurut BSN (2009) terdiri atas ukuran diameter buah yang diukur secara transversal dan bobot buah. Diameter transversal buah manggis yang berasal dari Bogor sebesar 61 mm dengan bobot 104.65 g dan dari Purworejo sebesar 60.07 mm dengan bobot 108.67 g, sehingga buah-buah tersebut termasuk dalam kelas 2 (BSN 2009). Selain itu, diameter dan bobot buah dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk diekspor berdasarkan BSN.

IPGRI (2003) mengelompokkan manggis ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok besar dengan bobot buah >140 g dan ketebalan kulit >9 mm, kelompok sedang dengan bobot buah antara 90 – 140 g dan ketebalan kulit antara 6 – 9 mm serta kelompok kecil dengan bobot buah <90 g dan ketebalan kulit <6 mm. Berdasarkan hasil penelitian, buah yang berasal dari Bogor memiliki bobot buah sebesar 104.65 g dengan ketebalan kulit 8.95 mm dan buah yang berasal dari Purworejo memiliki bobot buah sebesar 108.67 g dengan ketebalan kulit sebesar 9 mm. Hal ini berarti bahwa buah manggis yang berasal dari Bogor maupun Purworejo termasuk dalam kelompok manggis yang berukuran sedang (IPGRI 2003).

(33)

19 terjadi karena adanya pertambahan luas dan volume sel. Selain itu, buah manggis yang berasal dari Bogor memiliki bobot, diameter dan ketebalan yang tidak berbeda nyata dengan buah manggis yang berasal dari Purworejo.

Pemberian pupuk kalsium dikhawatirkan akan meningkatkan kekerasan kulit buah karena berkaitan dengan fungsi kalsium sebagai integritas dinding sel. Jika kekerasan kulit buah ini terjadi, maka buah akan sulit untuk dibuka. Akan tetapi, perlakuan penambahan kalsium pada penelitian ini memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kekerasan buah manggis, sehingga pemberian kalsium tidak menyebabkan peningkatan kekerasan buah.

Peningkatan kekerasan kulit buah manggis dapat terjadi karena hilangnya air dari kulit buah akibat transpirasi dan respirasi. Proses kehilangan air pada kulit buah tersebut menyebabkan kadar air kulit buah menjadi rendah. Ruang antar sel parenkim pada kulit buah yang awalnya terisi air menjadi kering sehingga ruang-ruang antar sel tersebut menyatu dan zat pektin yang terdapat pada dinding sel-sel parenkim saling berikatan. Ikatan pektin yang semakin kuat akan menyebabkan kulit buah menjadi keras. Kulit buah yang keras menyebabkan buah sulit untuk dibuka.

Peningkatan kandungan kalsium pada kulit buah diduga dapat menghambat laju respirasi buah. Hal ini terjadi karena ikatan antara kalsium dengan pektat pada dinding sel tersebut bisa mengurangi permeabilitas air pada membran sel sehingga menghambat laju respirasi. Terhambatnya laju respirasi dapat mengurangi kehilangan air pada buah sehingga dapat mencegah terjadinya pengerasan kulit buah (Qanytah 2004). Pujiarti (2001) juga melaporkan bahwa aplikasi kalsium tidak meningkatkan kekerasan buah tomat.

Pemberian pupuk kalsium memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot buah, bobot kulit buah, bobot biji, bobot aril dan edible portion. Lokasi yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata juga terhadap bobot buah, bobot kulit buah, bobot biji, bobot aril dan edible portion.

Parameter lain yang diamati pada penelitian ini adalah edible portion. Edible portion adalah bagian buah yang dapat dimakan. Bagian buah yang dapat dimakan yang berasal dari Bogor hanya berkisar 29 – 33% dan dari Purworejo berkisar 28 – 33%. Hal ini lebih kecil bila dibandingkan dengan buah andalan hortikultura yang lain, seperti sawo 53 – 63%; alpukat 62%; mangga 65% dan pepaya 75%. Menurut Daryono dan Sosrodiharjo (1986), sebagian besar buah manggis terdiri atas kulit sehingga nilai porsi buah yang dapat dimakan rendah dan bahkan jauh lebih rendah dibandingkan buah-buah yang lain.

Tabel 6 Diameter, ketebalan kulit dan kekerasan buah manggis

Perlakuan Diameter (mm) Ketebalan

kulit (mm)

Kekerasan (kg/cm2/det) Transversal Longitudinal

Dosis pupuk kalsium (ton Ca2+/ha)

0 59.72 49.68 9.00 1.09

(34)

20

Sifat Kimia Buah Manggis

Pemberian pupuk kalsium yang dilakukan pada penelitian ini memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap sifat kimia buah manggis. Sifat kimia buah yang diamati adalah padatan terlarut total (PTT) dan asam tertitrasi total (ATT). Hasil pengamatan padatan terlarut total dan asam tertitrasi total disajikan pada Tabel 8.

PTT pada buah manggis menunjukkan kandungan gula yang terdapat pada aril, sedangkan ATT menunjukkan kandungan asam yang terdapat pada buah manggis. Pada Tabel 8, kandungan gula dan asam dari aril buah manggis yang diberi pupuk kalsium sama dengan perlakuan tanpa pemupukan sehingga pemberian pupuk kalsium tersebut tidak mempengaruhi rasa buah manggis.

Lokasi berpengaruh tidak berbeda nyata terhadap PTT dan ATT buah manggis. Hal ini berarti bahwa rasa buah manggis yang berasal dari Bogor tersebut sama dengan yang berasal dari Purworejo berdasarkan rataan kandungan PTT dan ATT yang diperoleh pada penelitian ini.

Rataan PTT yang didapat pada penelitian ini sekitar 17 ᵒbrix, baik pada faktor pemupukan kalsium maupun pada lokasi. Nilai rata-rata tersebut sesuai dengan kisaran PTT menurut Kader (2006) yaitu antara 17 – 20 ᵒbriks. Nilai rataan ATT yang diperoleh pada penelitian ini sebesar ±0.6%, baik pada faktor pemupukan kalsium maupun pada lokasi.

Tabel 8 Padatan terlarut total dan asam tertitrasi total buah manggis Perlakuan PTT (briks) ATT (%)

Dosis pupuk kalsium (ton Ca2+/ha)

0 17.28 0.63

(35)

21

Persepsi Petani Terhadap Cemaran Getah Kuning

Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, terdapat beberapa factor internal yang mempengaruhi keberhasilan dalam berusahatani manggis, salah satunya adalah faktor umur. Umur petani merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani responden, baik yang berasal dari Bogor maupun Purworejo berkisar antara 20-63 tahun. Berdasarkan klasifikasi umur, kisaran umur 20-63 tahun tersebut tergolong sebagai umur produktif.

Umumnya, umur seseorang dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelola usahataninya, yakni memengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir. Semakin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua. Selain itu, petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya (Palebangan et al. 2006).

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh juga terhadap kemampuan dalam merespon suatu inovasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan pola pikir dan daya nalar responden semakin rasional. Berdasarkan data yang diperoleh, 60% responden Purworejo masih berada pada tingkat pendidikan SD sedangkan 40% responden dari Bogor berpendidikan SMP (Tabel 9). Dari kedua data tersebut dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia petani masih tergolong rendah. Tingkat pendidikan petani yang tergolong rendah tersebut diduga merupakan salah satu penyebab sulitnya penerapan inovasi dan teknologi pertanian di lapangan walaupun telah diadakan penyuluhan pertanian di kawasan tersebut. Palebangan et al. (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka wawasan berpikir petani akan semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima suatu inovasi yang disampaikan oleh penyuluh atau peneliti.

Selain itu juga, hal lain yang mempengaruhi keberhasilan dalam mengelola usahatani manggis adalah pengalaman responden. Pengalaman responden berpengaruh terhadap daya respon, tanggapan dan penerimaan suatu informasi teknologi. Semakin lama rentang waktu dalam berusahatani, maka tingkat respon terhadap suatu inovasi dan teknologi akan semakin tinggi. Berdasarkan Tabel 9, 30% petani manggis untuk wilayah Bogor dan wilayah Purworejo telah mempunyai pengalaman dalam berusaha tani manggis selama 10-15 tahun. Sebagian besar responden berdasarkan data tersebut telah mempunyai pengalaman berusaha tani selama 10-20 tahun (50%).

Berdasarkan data sebaran umur dan pengalaman petani pada Tabel 9, maka bisa dikatakan bahwa potensi sumber daya petani dalam keberlanjutan mengelola usahatani manggis cukup baik. Usia produktif dihubungkan dengan pengalaman yang mumpuni akan berdampak pada inovasi petani manggis serta peningkatan terhadap pemahaman teknologi pertanian (Palebangan et al. 2006). Dengan demikian, dampak luas yang akan terjadi adalah petani akan memperhatikan kualitas buah manggis yang akan dihasilkan.

(36)

22

merupakan orang yang pertama kali melakukan tindakan budidaya terhadap tanaman manggis, baik dari pembibitan, pemupukan, pengendalian hama hingga proses pemanenan manggis. Bertanam manggis menurut responden adalah tidak sulit, karena manggis merupakan tanaman tahunan yang berproduksi musiman sehingga petani beranggapan bahwa usahatani manggis tidak membutuhkan waktu yang banyak. Responden lebih banyak menggunakan waktu luangnya untuk bekerja di bidang lain seperti berdagang, Pegawai Negeri Sipil dan usaha lain-lain. Tabel 9 Faktor internal yang mempengaruhi usahatani manggis (%)

Peubah Lokasi

Sumber: Data primer setelah diolah, 2014

Faktor internal merupakan hal yang penting dalam pengembangan pertanian manggis. Begitu pula dengan faktor eksternal. Faktor eksternal juga mempengaruhi perkembangan budidaya tanaman manggis, seperti luas tanah, status kepemilikan lahan, serta hama dan penyakit pada tanaman manggis.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi utama sebagai sumber pendapatan keluarga bagi responden. Sebagian besar responden memiliki lahan garapan yang masih relatif sempit (Tabel 10). Sempitnya lahan garapan tersebut disebabkan karena lahan tersebut berasal dari tanah turun temurun atau warisan yang dibagi-bagi kepada setiap anggota keluarga. Lahan garapan yang sempit tersebut menjadi kendala utama dalam hal pembangunan pertanian. Salah satu dampaknya adalah tidak idealnya jarak tanam dan pola tanam pada lahan tersebut, sehingga hasil yang akan diperoleh oleh petani manggis menjadi tidak maksimal.

Gambar

Tabel 9 Faktor internal yang mempengaruhi usahatani manggis (%)
Tabel 10 Faktor eksternal yang mempengaruhi usahatani manggis (%)
Tabel 11  Persepsi petani responden terhadap cemaran getah kuning pada buah

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Risyanto dan Ihalaw (2005;9), perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan baik individu maupun kelompok ataupun organisasi

Perhitungan kecepatan dan pola pergeseran dengan menggunakan metode GPS sangat tergantung pada strategi pengolahan data sehingga diperlukan perangkat lunak yang mampu memberikan

Sebagaimana HACCP diimplementasikan dalam sistem jaminan keselamatan makanan, Halalan Tayyiban Critical Control Point (HTCCP) dibangunkan atas kerangka yang sama

Dalam melakukan outsourcing ada dua pihak yang menjalin kerjasama yakni antara perusahaan pengguna jasa outsourcing dengan perusahaan outsourcing, dimana hubungan hukum

Di daerah Kabupaten Semarang terdapat 5 Rumah Sakit diantaranya RSUD Ambarawa, RSUD Ungaran, RSU Bina Kasih, RSU Ken Saras, dan RSU Kusuma Ungaran, dari kelima Rumah Sakit

pada awalnya hanyalah semacam bookmark (petunjuk halaman buku), ide itu berawal pada bulan April 1994, saat itu dua orang alumni Universitas Stanford Jerry Yang

pemerkosaan oleh teman yang hanya berkenalan lewat media social, facebook, twitter, sms dan sejenisnya adalah bahagian penyimpangan media social yang mengkhawatirkan orang tua

masyarakat akan berkomendar “memang anda siapa kok memberdayakan saya, apa hebatnya anda yang masih mahasiswa”. Lain halnya kalau pesan tersebut disampaikan oleh tokoh