• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum

Sekolah Dasar (SD) Situgede 4 merupakan sekolah yang terletak di Jalan Cifor Kelurahan Kampung Jawa di Kota Bogor Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak sekolah ini dikelilingi oleh pemukiman penduduk. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), ruang kesenian, mushola, WC, sarana air bersih yang bersumber dari PDAM dan listrik yang berasal dari PLN serta halaman yang dijadikan tempat diadakannya upacara setiap hari senin, kegiatan olahraga pada jam sekolah serta kegiatan ekstrakulikuler diluar jam sekolah. Jumlah kelas terdiri dari 6 kelas. Sekolah ini tidak memiliki kantin, namun terdapat warung di dalam sekolah dan terdapat pedagang keliling serta warung jajanan di sekitar sekolah. Dana operasional atau dana pengelolaan dan perawatan sekolah berasal dari dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Kegiatan akademik siswa SD Situgede dibagi kedalam dua waktu belajar yaitu kegiatan

9 akademik yang dimulai dari pagi hari hingga siang hari serta kegiatan akademik yang dimulai dari siang hari hingga sore hari. Siswa kelas III, V dan VI mendapatkan waktu belajar pagi hari yang dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB, sedangkan kelas III dan IV mendapatkan waktu belajar siang hari yang dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB. Kegiatan non akademik di sekolah ini ditunjang melalui kegiatan ekstrakulikuler yang teridiri atas pencak silat, pramuka, dan rohis.

Sekolah Dasar (SD) Sukadamai 3 merupakan sekolah yang terletak di Jalan Perdana no.8 Perumahan Budi Agung di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1984 yang berada dalam pengelolaan H.Drs Pipip Rosida M.Pd sebagai pimpinan yayasan. Letak sekolah ini dikelilingi oleh perumahan penduduk. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), ruang multimedia, dapur sekolah. Ruang computer, mushola, WC, sarana air bersih yang bersumber dari PDAM dan listrik yang berasal dari PLN serta halaman yang dijadikan tempat diadakannya upacara setiap hari senin dan kegiatan olahraga pada jam sekolah. Jumlah kelas terdiri dari 16 kelas. Sekolah ini tidak memiliki kantin, karena telah diberikan makanan catering dari pihak sekolah untuk makan siang. Selain itu, terdapat warung jajanan dan pedagang keliling di sekitar sekolah. Kegiatan akademik siswa SD sukadamai 3 dimulai dari pagi hari hingga siang hari dengan waktu belajar dimulai dari pukul 07.00-13.00 WIB. SD Sukadamai 3 memiliki pelajaran tambahan setelah kegiatan akademik yang dilakukan pada hari selasa dan kamis dimulai dari pukul 14.00-17.00 WIB. Kegiatan non akademik di sekolah ini ditunjang melalui kegiatan ekstrakulikuler yang teridiri atas kesenian alat musik.

Karakteristik Anak dan Keluarga Karakteristik Anak

Tabel 4 menunjukkan sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga pada kedua sosek, sampel penelitian adalah siswa SD Sukadamai 3 dan SD Situgede 4 dan sebanyak 50.5% adalah anak laki-laki. Sebagian besar anak (69.7%) berada dalam kisaran usia 9–10 dengan usia rata-rata 9.4+0.7. Sebaran anak berdasarkan karakteristik anak dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga kedua sosek Karakteristik

Sosek tinggi Sosek rendah Total

(%) (%) (%)

Usia Contoh (thn) Rata-rata 9.36 + 0.5 9.36+ 0.7 9.37 + 0.6

8-9 29.5 31.5 30.3

9-10 70.5 68.5 69.7

Uang Saku (Rp/hari) Rata-rata 5590 + 3415* 4327 + 2355* 5023+ 3047

<5000 27.6 54.3 39.6

5000-15000 70.5 44.9 59.0

>15000 1.9 0.8 1.4

Jenis Kelamin Laki-laki 55.1 44.9 50.5

10

Tabel 4 Sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga (Lanjutan) Karakteristik

Sosek tinggi Sosek rendah Total

(%) (%) (%)

Usia Ayah Rata-rata 42.1 + 5.2 40.5 + 6.5 41.3 + 5.9

< 30 0.0 0.8 0.4

30-40 35.8 46.4 41.2

40-50 54.2 41.6 47.8

>50 10.0 11.2 10.6

Usia Ibu Rata-rata 39.0 + 4.7* 36.1 + 6.7* 37.5 + 6.0

<30 0.0 18.4 9.4 30-40 60.0 48.8 54.3 40-50 38.3 28.8 33.5 >50 1.7 4.0 2.9 Pendidikan Ibu SD 0.8 40.8 21.2 SMP 0.0 23.2 11.8 SMA 19.2 33.6 26.5 Perguruan Tinggi 79.9 2.4 40.4 Pendidikan Ayah SD 0.0 24.8 12.7 SMP 0.0 18.4 9.4 SMA 14.2 49.6 32.2 Perguruan Tinggi 85.8 7.2 45.8 Pekerjaan Ibu PNS 15.8 0.8 8.2 Swasta 31.7 3.2 17.1 IRT 46.7 94.4 71.0 Lainnya 5.8 1.6 3.7 Pekerjaan Ayah PNS 20.8 2.4 11.4 Swasta 48.3 32.8 40.4 Wirausaha 20.0 40.8 0.6 Lainnya 10.8 24.0 17.6

Besar keluarga Rata-rata 4 + 1 4 + 1 4 + 1

(orang) <4 73.3 80.8 77.1

5-6 24.2 15.2 9.6

>7 2.5 4.0 3.3

*berbeda signifikan (p<0.05)

Jumlah uang saku yang diberikan berbeda-beda, hal ini bergantung dari besarnya pendapatan orangtua atau banyaknya pengeluaran yang dilakukan oleh contoh. Jumlah minimal uang saku yang diterima anak sebesar Rp 2.000 setiap hari, sedangkan jumlah maksimal uang saku yang diterima anak sebesar Rp 20.000 setiap hari. Uang saku anak sosek tinggi lebih banyak (p<0.05) dengan kisaran Rp 5000-15000. Hal ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Gunawan (2012) yang dilakukan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bogor, yaitu rata-rata besar uang saku siswa laki-laki maupun perempuan di sekolah dasar tersebut sebesar Rp 2.854±1.256 dan sebagian besar contoh (46%) memiliki besar uang saku Rp <3000. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sosial ekonomi keluarga anak antara Kota dan Kabupaten Bogor. Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga anak terdiri dari pendidikan orang tua, pekerjaan orangtua, jumlah anggota keluarga, dan usia orang tua. Usia ibu anak sosek tinggi signifikan lebih tua dibandingkan sosek rendah.Terdapatkecenderungan usia ayah

11 anak sosek tinggi lebih tua dibandingkan sosek rendah, namun hal ini tidaksignifikan. Pendidikan ibu anak dibedakan menjadi SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan sebaran pada Tabel 4, secara keseluruhan tingkat pendidikan formal orang tua anak memiliki pendidikan hingga perguruan tinggi. Berdasarkan sosial ekonomi, presentase keluarga anak dengan sosek tinggi memiliki pendidikan terakhir lebih baik (perguruan tinggi) dibandingkan keluarga dengan sosek rendah (SD,SMP dan SMA). Berdasarkan uji beda independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pendidikan orang tua sosek tinggi dan sosek rendah (p<0.05). Data dari Survei Nasional Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas 2010) menunjukkan bahwa hanya 7.3% dari ayah dan 6.0% dari ibu yang memiliki formal hingga perguruan tinggi, sehingga pendidikan orang tua anak sudah berada dalam rata-rata nasional.

Pekerjaan ayah dibedakan menjadi PNS, swasta, wirausaha dan lainnya, sedangkan pekerjaan ibu dibedakan menjadi PNS, swasta, Ibu Rumah Tangga (IRT) dan lainnya. Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar ayah anak mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta. Berdasarkan sosial ekonomi, ayah dengan sosek tinggi mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta dan wirausaha pada sosek rendah. Sedangkan sebagian besar ibu berperan sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan ibu anak yang mempunyai proporsi yang sangat kecil hanya 11.9% terdiri dari 8.2% yang bekerja sebagai pegawai negari sipil (PNS) dan 3.7% mempunyai pekerjaan diluar dari kategori pekerjaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Arrofi (2011) pada anak di beberapa sekolah dasar di Bogor, menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu contoh adalah ibu rumah tangga.

Besar keluarga adalah sekelompok orang yang yang terdiri dari ayah, ibu, anak, serta anggota keluarga yang lainnya yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang sama (World Bank 2006). Sebagian besar (77.1%) contoh mempunyai jumlah anggota keluarga yang hidup dalam satu rumah kurang dari sama dengan 4 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase mengenai keluarga kecil bahagia dan sejahtera sudah baik seperti yang dianjurkan BKKBN mengenai keluarga kecil. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 4 orang (4±1). Besar rumah tangga memiliki pengaruh terhadap jumlah pangan yang dikonsumsi dan pendistribusian konsumsi makanan antar anggota keluarga dan akhirnya mempengaruhi status gizi anggota keluarga.

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan. Pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilih dikonsumsinya (Soediaoetama 2008). Kebutuhan akan zat gizi akan terjamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beragam.

Tabel 5 menunjukkan secara keseluruhan presentase jawaban anak yang menjawab benar lebih banyak dibandingkan yang menjawab salah, sebagian besar (80.60%) dengan kategori fungsi & contoh sumber pangan zat gizi yang menjawab salah pada pertanyaan contoh makanan untuk pertumbuhan pada tubuh

12

dan terdapat 68.6% anak yang menjawab salah pada pertanyaan makanan untuk menambah darah. Selain itu, 75.3% dari anak yang masih belum mengetahui baik kategori makanan seimbang pada pertanyaan tentang berapa gelas konsumsi air putih pada anak. Separuh anak (54.1%) mengetahui baik pada kategori sarapan dan makanan jajanan dengan pertanyaan manfaat makanan jajanan dan sarapan berperan dalam menyumbang energi dan zat gizi. Alternatif pilihan jawaban yang terlalu sulit dimengerti atau relatif kurang sering dipilih akan mempengaruhi kecenderungan memilih kemungkinan jawaban yang paling tepat.

Tabel 5 Persentase anak yang menjawab benar tentang pengetahuan gizi

No Pertanyaan Sosek tinggi Sosek rendah Total % % %

I. Fungsi dan contoh sumber pangan zat gizi

1. Jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh 66.7 25.2 48.1 2. Zat gizi untuk pertumbuhan 60.9 22.8 43.8 3. Contoh makanan sumber tenaga 58.3 28.3 44.9 4. Contoh makanan untuk pertumbuhan 28.8 7.9 19.4 5. Contoh makanan sumber vitamin C 88.5 77.2 83.4 6. Contoh sayuran untuk kesehatan mata 97.4 85.8 92.2 7. Contoh makanan untuk mencegah kurang

darah 37.2 24.4 31.4

II. Sarapan dan makanan jajanan

1. Sarapan menyumbangkan energi dan zat gizi 69.2 35.4 54.1 2. Manfaat mengkonsumsi jajanan 32.7 37.8 35.0 3. Contoh sarapan bergizi 76.3 73.2 74.9 4. Contoh makanan jajanan sehat 98.1 84.3 91.9 III. Makanan Seimbang

1. Makanan seimbang adalah makanan yang

sehat 93.6 81.9 88.3

2. Asupan makanan yang membuat sehat 98.7 92.1 95.8 3. Dalam memenuhi kebutuhan sehari dengan

makan 3 kali sehari 87.2 74.8 81.6

4. Anak-anak membutuhkan minum air putih

sebanyak 6 gelas setiap hari 28.2 20.5 24.7 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak (95.8%) mengetahui dengan baik asupan makanan yang membuat anak sehat dengan kategori makanan seimbang. Sebagian besar anak (92.2%) mengetahui dengan baik pada kategori fungsi & contoh sumber pangan zat gizi dengan pertanyaan contoh sayuran yang bermanfaat untuk kesehatan mata. Selain itu, terdapat 91.0% dari contoh juga mengetahui dengan baik pertanyaan contoh makanan jajanan yang sehat pada kategori sarapan & makanan jajanan. Terdapat lebih dari 75.0% anak yang mengetahui baik makanan bergizi seimbang merupakan makanan yang sehat, untuk memenuhi kebutuhan sehari dengan makan 3 kali sehari dan contoh makanan sumber vitamin C.

Tingkat pengetahuan gizi anak sosek tinggi lebih baik dibandingkan dengan anak sosek rendah (p<0.05). Selain itu Gambar 2, menjelaskan presentase anak dengan tingkat pengetahuan gizi yang kurang lebih tinggi pada kelompok sosek rendah. Hal ini dipengaruhi kurangnya informasi yang diberikan oleh orang

13 tua mengenai pengetahuan gizi. Nilai pengetahuan gizi anak berkisar antara 26.7 sampai 100.0 dengan rata-rata 68.0±14.0 pada sosek tinggi dan 51.0±13.0 pada sosek rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan gizi anak termasuk dalam kategori sedang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Deni et al (2009) pada anak sekolah dasar di Kota Bogor, menyatakan bahwa rata-rata siswa memiliki pengetahuan gizi sedang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah dengan nilai gizi lebih tinggi dan sesuai dengan jenis pangan yang tersedia serta kebiasaan makan minum sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi (Sukandar 2007).

Gambar 2 Sebaran anak berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan Keamanan Pangan

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Keracunan pangan adalah suatu penyakit yang disebabkan karena memakan makanan yang berbahaya atau terkontaminasi. Gejala yang paling umum adalah sakit perut, muntah-muntah dan diare (Gaman & Sherrington 1992)

Tabel 6 Persentase anak yang menjawab benar tentang pengetahuan keamanan pangan No Pertanyaan Sosek Tinggi Sosek Rendah Total % % %

I. Penyimpanan dan pengemasan

1. Limbah kertas tidak aman untuk

pembungkus 97.4 77.2 88.3

2. Susu segar dan yoghurt harus

disimpan di lemari es 97.4 91.3 94.7 3. Makanan yang dikemas dengan baik

14

Tabel 6 Persentase contoh yang menjawab benar tentang pengetahuan keamanan pangan (Lanjutan)

No Pertanyaan Sosek Tinggi Sosek Rendah Total % % %

II. Contoh makanan tidak aman

1. Makanan berwarna cerah aman dimakan 95.5 83.5 90.1 2. Jajanan yang terkontaminasi oleh lalat

tidak aman 90.4 43.3 69.3

3. Air yang belum dimasak tidak aman

untuk diminum 93.6 89.0 91.5

4. Minyak berwarna coklat tua / hitam tidak

aman untuk digunakan 88.5 47.2 70.0

5. Makanan yang bau, berjamur dan

berubah bentuk aman untuk dimakan 97.4 90.6 94.3 III. Higiene Perorangan

1. Peralatan makan harus dibersihkan

dengan sabun 99.4 90.6 95.4

2. Tangan harus dicuci dengan air mengalir 0.6 13.4 6.4 3. Tutupi dan hidari makanan saat bersin 91.7 74.0 83.7 4. Penting untuk membaca label makanan 96.8 83.5 90.8 IV. Keamanan pangan secara umum

1. Pengaruh mengkonsumsi makanan yang

terkontaminasi 94.9 44.1 72.1

2. Makanan atau jajanan mengandung MSG

aman bagi kesehatan 12.8 65.4 36.4

3. Makanan kedaluwarsa 98.1 89.0 94.0 Tabel 6 menunjukkan bahwa secara keseluruhan presentase jawaban anak yang menjawab benar lebih banyak dibandingkan anak yang menjawab salah, namum terdapat sebagian besar (93.60%) dengan kategori higiene perorangan yang menjawab salah pada pertanyaan mencuci tangan dengan air mengalir. Selain itu, terdapat pertanyaan anak dengan sosek tinggi lebih benyak menjawab benar daripada anak sosek rendah yaitu sebagian besar anak sosek tinggi (88.5%) dengan kategori contoh makanan tidak aman mengetahui baik pada pertanyaan minyak berwarna coklat tidak aman digunakan daripada anak sosek rendah (47.2%). Sebagian anak dengan sosek tinggi (90.4%) dengan kategori makanan tidak aman mengetahui baik pada pertanyaan jajanan yang terkontaminasi oleh lalat tidak aman daripada anak dengan sosek rendah (43.3%). Alternatif pilihan jawaban yang terlalu sulit dimengerti atau relatif kurang sering dipilih akan mempengaruhi kecendrungan memilih kemungkinan jawaban yang paling tepat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak (95.4%) dengan kategori keamanan pangan mengetahui dengan baik peralatan makan harus dibersihkan dengan sabun. Sebagian besar anak (94.7%) mengetahui dengan baik pertanyaan susu segar dan yoghurt harus disimpan di lemari es yang terdapat dalam kategori penyimpanan & pengemasan. Selain itu, terdapat 94.3% dari anak dengan kategori contoh makanan tidak aman juga mengetahui dengan baik makanan yang bau, berjamur dan berubah bentuk aman untuk dimakan. Terdapat lebih dari 75% contoh yang mengetahui baik menutupi dan hidari makanan saat bersin, makanan yang dikemas dengan baik aman untuk dikonsumsi, limbah

15 kertas tidak aman digunakan untuk pembungkus, makanan berwarna cerah aman dimakan dan air yang belum dimasak tidak aman untuk diminum. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yasmin (2010), bahwa pertanyaan keamanan pangan yang banyak menjawab benar mengenai kebiasaan mencuci tangan yang baik dengan air mengalir dan sabun (97.2%).

Tingkat pengetahuan keamanan pangan anak sosek tinggi lebih baik dibandingkan dengan anak sosek rendah (p<0.05). Selain itu Gambar 3, menjelaskan sudah tidak ditemukan anak sosek tinggi yang memiliki tingkat pengetahuan keamanan pangan kategori rendah. Hal ini dipengaruhi karena kurangnya informasi yang diberikan oleh orang tua, guru dan buku pelajaran mengenai pengetahuan keamanan pangan. Nilai pengetahuan keamanan pangan anak berkisar antara 33.4 sampai 93.4 dengan rata-rata83.1±7.2 pada sosek tinggi dan 71.2±13.1 pada sosek tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan keamanan pangan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan keamanan pangan anak termasuk dalam kategori sedang.

Gambar 3 Sebaran anak berdasarkan tingkat pengetahuan keamanan pangan Kebiasaan Jajan

Jenis jajanan yang dikonsumsi

Untuk jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak selama seminggu terakhir didapatkan melalui pertanyaan terbuka, sehingga anak mudah untuk menjawabnya. Adapun pengkategorian yang dibuat sesuai dengan pengelompokan jenis jajanan sebagai berikut (1) siomay, batagor,bakso tusuk dan cilok untuk jajanan yang biasanya direbus dan hanya disajikan dengan bumbu atau saos; (2) gorengan dan makanan goreng untuk jajanan yang digoreng; (3) mie rebus,lontong, nasi kuning, martabak untuk jajanan yang dianggap sebagai makanan jajanan yang berat atau utama; (4) snack untuk jajanan seperti chiki dan kue; dan (5) minuman untuk jajanan baik minuman yang dikemasan maupun minuman es yang dibungkus atau dibuat oleh penjual. Sebaran anak berdasarkan jenis jajanan yang dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 7.

16

Tabel 7 Sebaran anak berdasarkan jenis jajanan yang dikonsumsi

Jenis jajanan yang dikonsumsi Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Siomay,batagor dan bakso 17 10.8 7 5.50 24 8.7

Gorengan 57 36.1 65 51.2 122 44.0

Mie,lontong,nasi dan roti 61 38.7 63 49.9 124 44.8

Snack kemasan 69 43.5 93 73.2 162 58.3

Minuman 2 1.2 2 1.6 4 1.5

Secara keseluruhan pada tabel 7 menunjukkan bahwa jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah jajanan dalam bentuk snack dengan persentasenya 58.3%. Sedangkan sebagian besarnya lagi diikuti oleh jajanan yang berat atau utama seperti mie,lontong,nasi kuning dan roti (44.8%) serta gorengan (44.0%), jajanan rebusan (8.7%) serta minuman (1.5%). Anak dengan sosek tinggi paling sering mengkonsumsi jajanan bentuk snack (43.5%) dan jajanan berat atau utama (38.7%), berbeda dengan anak dengan sosek rendah yang sering mengkonsumsi jajanan gorengan (51.2%) selain jajanan bentuk snack (73.2%).

Jumlah Jenis Jajanan

Jumlah jenis jajanan merupakan banyaknya jenis makanan jajanan yang dibeli anak di lingkungan sekolah. Sebaran anak berdasarkan jumlah jenis jajanan yang dibeli per hari dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis jajanan per minggu Jumlah jenis jajanan

(per minggu)

Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

n % n % n % 1-2 jenis 29 18.6 0 0.0 29 10.2 3-4 jenis 43 27.6 15 1.8 58 20.5 5-7 jenis 51 32.7 47 37.0 98 34.6 >7 jenis 33 21.2 65 51.2 98 34.6 Total 156 100.0 127 100.0 283 100.0 Rata-rata 5±3 8±2 6±3

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak dari sekolah dengan sosek tinggi membeli makanan jajanan lebih rendah dibandingkan sosek rendah (p<0.05). Hal ini disebabkan sebagian besar anak sosek rendah sebelum melakukan aktifitas di sekolah tidak terbiasa untuk sarapan terlebih dahulu sehingga anak cenderung untuk jajan makanan dalam jumlah jenis yang banyak sehingga dapat mengenyangkan dan mengandung energi yang tinggi sebelum memulai jam pelajaran disekolah. Anak di sekolah dasar dengan sosek tinggi dan sosek rendah lebih sering mengonsumsi makanan jajanan berupa snack seperti chiki dan kue. Jumlah jenis jajanan yang dikonsumsi anak sudah beragam, karena anak cenderung membeli jajanan lebih dari tujuh jenis per hari. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Krisna (2010), bahwa frekuensi konsumsi makanan jajanan anak SD sebagian besar (50,0%) kurang beragam, yaitu 1-2 jenis. Hal ini mempengaruhi status gizi dari konsumsi jajanan untuk masa perkembangan siswa.

17 Penelitian lain menurut Syafitri (2009) menunjukkan sebagian besar siswa membeli makanan jajanan 4-5 jenis per minggu.

Frekuensi Jajan

Kebiasaan jajan menggambarkan kebiasaan dan perilaku seseorang yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata kerma makan, frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan, kepercayaan terhadap makanan, distribusi makanan antar anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan (suka atau tidak suka) dan cara pemilihan makanan yang dimakan (Suhardjo 1989). Sebaran anak berdasarkan frekuensi jajan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran anak berdasarkan frekuensi jajan

Frekuensi Jajan Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Ya,tiap hari 36 23.1 86 67.7 122 43.1

Kadang-kadang 108 69.2 40 31.5 148 52.3

Tidak Pernah 12 7.7 1 0.8 13 4.6

Total 156 100.0 127 100.0 283 100.0

Kebiasaan jajan pada anak-anak sangat beragam. Sebagian besar anak (52.3%) tergolong jarang jajan setiap hari di sekolah. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa persentase kebiasaan jajan sering adalah 43.1% dan diikuti oleh kebiasaan jajan anak tidak pernah sebesar 4.6% untuk kebiasaan tidak pernah jajan diduga karena anak dengan sosek tinggi dan sosek rendah ada yang diberikan bekal oleh orangtuanya dari rumah untuk menjaga kesehatan ataupun faktor ekonomi, sehingga menghemat pengeluaran biaya. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Windyaningrum (2012) yang menyatakan bahwa separuh contoh (50%) dari total keseluruhan yang ada menyatakan selalu jajan di sekolah. Alasan jajan

Anak memiliki banyak faktor pendorong untuk membeli dan mengonsumsi makanan jajanan. Faktor pendorong tersebut dapat berasal dari internal (diri sendiri) dan eksternal seperti lingkungan baik fisik dan non fisik sehingga anak dapat membentuk pilihan makanan jajanan yang akan dikonsumsinya. Sebaran anak berdasarkan alasan membeli makanan jajanan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran anak berdasarkan alasan membeli makanan jajanan Alasan Jajan Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Murah 43 27.6 31 24.4 74 26.1

Enak 61 39.1 52 40.9 113 39.9

Menarik 8 5.1 7 5.5 15 5.3

Mengenyangkan 35 22.4 37 29.1 72 25.4

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak dari sekolah dengan sosek tinggi dan sosek rendah membeli makanan jajanan dengan

18

alasan enak (39.9%). Hal ini menunjukkan bahwa anak lebih tertarik pada rasa dari makanan jajanan tersebut tanpa memperhatikan kesehatan, kebersihan, keamanan pangan dan gizi. Sebagian besar anak cenderung membeli jajanan dengan alasan mengenyangkan (25.4%) dan harganya murah (26.1%). Hal ini menyebabkan anak cenderung memilih makanan yang mengenyangkan seperti nasi, mie dan lontong untuk melanjutkan aktifitas disekolah selama jam pelajaran berlangsung. Hasil tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Gunawan (2012) di sekolah dasar di Kebupaten Cijeruk yang menyatakan bahwa sebagian besar preferensi anak sekolah dasar terhadap makanan jajanan dipengaruhi oleh rasa.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan zat gizi seseorang atau kelompok orang dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan angka kecukupannya. (Hardinsyah & Martianto 1989).

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat rata-rata kecukupan, asupan dan tingkat kecukupan anak sosek tinggi lebih baik dibandingkan anak sosek rendah. Tidak terdapat perbedaan yang siginfikan rata-rata tingkat kecukupan energi antara anak sosek tinggi dengan anak sosek rendah (p>0.05). Jenis makanan jajanan yang sering dikonsumsi adalah nasi uduk, bihun goreng, nasi goreng, mie instant, siomay dan batagor. Selain itu jenis makanan jajanan yang mengandung energi dan karbohidrat yang tinggi yaitu kue hijau bolu dan biskuit.

Tabel 11 Rata-rata asupan, kecukupan dan tingkat kecukupan energi, protein, mineral dan vitamin

Energi dan Zat Gizi Sosek Tinggi Sosek Rendah Total Energi (Kal) Kecukupan 1876±253 1727±263 1809±268 Asupan 1768±622 1610±6887 1697±656 Tk Kecukupan 95±34 95±42 95±38 Protein (g) Kecukupan 46.7±6.5 43.0±6.7 45.0±6.8 Asupan 56.2±21.4 49.9±24.9 53.3±23.2 Tk Kecukupan 121.2±45 117.6±60 120.0±53 Kalsium (mg) Kecukupan 674±156 675±157 675±156 Asupan 1086±569 673±441 900±555 Tk Kecukupan* 166±93 103±69 138±89 Besi (mg) Kecukupan 11.0±2.8 11.0±2.5 11.1±2.7 Asupan 15.2±5.8 11.5±6.1 13.6±6.2 Tk Kecukupan* 141.1±57 108.6±60 127±61

19 Tabel 11 Rata-rata asupan, kecukupan dan tingkat kecukupan energi, protein,

mineral dan vitamin (Lanjutan)

Energi dan Zat Gizi Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

Dokumen terkait