• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan Jajan Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan Jajan Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN GIZI DAN KEAMANAN PANGAN SERTA

KEBIASAAN JAJAN ANAK DI SD NEGERI SUKADAMAI 03

BOGOR DAN SD NEGERI SITUGEDE 04 BOGOR

DWI NURAINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan Jajan Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

ABSTRAK

DWI NURAINI. Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan Jajan Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor. Dibimbing oleh CESILIA METI DWIRIANI dan KATRIN ROOSITA

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sukadamai 03 Bogor yang mewakili sosial ekonomi (sosek) tinggi dan SDN Situgede 04 Bogor yang mewakili sosek rendah. Penelitian menggunakan desain cross sectional study. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SD kelas 3 dan 4 yang berjumlah 283 anak. Pengumpulan data diperoleh menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh siswa/i setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan gizi kategori rendah pada sosek tinggi (19.9%) lebih rendah dibandingkan dengan sosek rendah (62.2%). Pengetahuan keamanan pangan dengan kategori rendah sudah tidak ditemukan pada sosek tinggi, namun masih pada contoh sosek rendah (11.8%). Jajanan yang biasa dikonsumsi contoh pada kedua kelompok sosek adalah jenis makanan ringan dengan jumlah jenis jajanan lebih tinggi pada sosek rendah (>7 jenis) dibandingkan sosek tinggi (5-7 jenis). Status gizi sebagian besar contoh pada kedua kelompok sosek adalah normal. Kontribusi makanan jajanan terhadap asupan energi dan zat gizi perhari berkisar 8.6% (vitamin C) hingga 15% (energi), sedangkan terhadap angka kecukupan berkisar 7.2% (vitamin C) hingga 16.1% (kalsium). Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan pengetahuan keamanan pangan serta kebiasaan jajan dengan besar uang saku (p<0.05), status gizi contoh (p<0.05) dan pendidikan ayah dan ibu (p<0.05). Kata Kunci: pengetahuan gizi, pengetahuan keamanan pangan, kebiasaan jajan, sosek tinggi, sosek rendah

ABSTRACT

DWI NURAINI. Nutrition and Food Safety Knowledge and Snack Habit of Elementary School Children in SD Sukadamai 03 Bogor and SD Situgede 04 Bogor Supervised by CESILIA METI DWIRIANI and KATRIN ROOSITA

(4)

Correlation analysis showed significant relationship between nutrition knowledge, food safety knowledge and snack habits with amount of pocket money (p<0.05), nutritional status (p<0.05) and father and mother education (p<0.05). Keywords: nutrition knowledge, food safety knowledge, snack habit, low SES, high SES

RINGKASAN

DWI NURAINI.Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan Jajan Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor. Di bawah bimbingan CESILIA METI DWIRIANI dan KATRIN ROOSITA.

Penelitian ini secara umum bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan pada anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sukadamai 03 Bogor dan SDN Situgede 04 Bogor. Adapun tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi karakteristik contoh dan karakteristik keluarga, 2) mempelajari pengetahuan gizi dan keamanan pangan contoh, 3) mempelajari kebiasaan jajan contoh, 4) menilai status gizi contoh, 5) mempelajari asupan dan kontribusi energi dan zat gizi makanan jajanan terhadap kecukupan gizi dan total asupan sehari, 6) menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga dengan pengetahuan dan kebiasaan jajan contoh.

Penelitian ini menggunakan sebagian data dari penelitian “Pendidikan Gizi

dan Keamanan Pangan untuk Pengembangan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat”

dengan desain study cross sectional. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Pemilihan sekolah ditentukan secara purposive yaitu SDN yang mewakili kondisi sosial ekonomi menengah atas (sosek tinggi) dan menengah bawah (sosek rendah). Pengumpulan data dilakukan sejak bulan November 2012 hingga Januari 2013. Contoh pada penelitian adalah siswa SD kelas 3 dan 4 dengan jumlah contoh sebanyak 283. Alasan pengambilan contoh anak SD kelas 3 dan 4 adalah mempertimbangkan kemudahan dalam wawancara serta mempertimbangkan kemudahan dalam menindaklanjuti terkait penelitian payung.

Anak dalam penelitian ini berada dalam kisaran usia 9-10 tahun dengan rata-rata usia 9.4±0.7 tahun dengan proporsi laki-laki dan perempuan relatif sama. Anak dengan sosek tinggi memiliki rata-rata uang saku yang lebih besar (Rp 5590±3415) dibandingkan anak dengan sosek rendah (Rp 4327±2355). Orang tua anak sosek tinggi memiliki tingkat pendidikan hingga perguruan tinggi (79.9% ibu dan 85.8% ayah), sedangkan tingkan pendidikan sebagian besar orang tua anak sosek rendah adalah sekolah dasar dan menengah (64.0% ibu dan 43.2% ayah). Sebagian besar pekerjaan ayah anak sosek tinggi adalah sebagai pegawai swasta (48.3%) dan pekerjaan ayah anak sosek rendah (40.6%) sebagai wirausaha, sedangkan sebagian besar pekerjaan ibu anak berperan sebagai ibu rumah tangga (71.0%). Sebagian besar (77.1%) anak pada kedua kelompok sosek memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan 4 orang.

(5)

masih terdapat anak sosek rendah (11.8%) dengan tingkat pengetahuan keamanan pangan kategori rendah. Rata-rata tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan kedua anak termasuk dalam kategori sedang.

Sebagian besar anak baik sosek tinggi maupun sosek rendah (52.3%) tergolong jarang jajan di sekolah. Jenis jajanan yang paling sering dikonsumsi contoh yaitu snack (48.9%), gorengan (33.0%), makanan utama (32.1%), rebusan (7.9%) serta minuman (8.0%). Sebagian besar anak dikedua kelompok sosek membeli makanan jajanan dengan alasan enak (39.9%). Sebagian besar contoh sosek tinggi membeli makanan jajanan 5-7 jenis per minggu, sedangkan anak dengan sosek rendah membeli makanan jajanan lebih sering yaitu >7 jenis per minggu.

Sebagian besar anak (>64%) memiliki status gizi berkategori normal berdasarkan indikator TB/U, BB/U dan IMT/U. Berdasarkan indikator TB/U kategori kependekan (stunted), ditemukan pada sosek rendah lebih banyak dibandingkan sosek tinggi yaitu sekitar empat kali (4x) untuk anak perempuan dan lebih sepuluh kali (>10x) untuk anak laki-laki. Untuk indikator IMT/U, persentase anak dengan status gizi overweight dan obese ditemukan sekitar satu sampai dua kali (1-2x) lebih banyak pada sosek tinggi dibandingkan sosek rendah. Demikian pula dengan indikator BB/U, persentase anak dengan status gizi lebih ditemukan dua kali (2x) lebih banyak pada sosek tinggi dibandingkan sosek rendah.

Rata-rata asupan energi, protein, mineral dan vitamin anak dengan sosek rendah lebih rendah dibandingkan sosek tinggi. Sebagian besar anak dengan sosek tinggi termasuk kategori normal dan sebagian besar anak dengan sosek rendah termasuk kategori defisit berat untuk tingkat kecukupan energi dan protein. Tingkat kecukupan mineral dari kedua sosek memiliki kategori cukup, sedangkan sebagian besar anak dari kedua sosek memiliki tingkat kecukupan vitamin termasuk kategori kurang karena diduga contoh kurang mengonsumsi pangan sumber vitamin C seperti buah-buahan.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

PENGETAHUAN GIZI DAN KEAMANAN PANGAN SERTA

KEBIASAAN JAJAN ANAK DI SD NEGERI SUKADAMAI 03

BOGOR DAN SD NEGERI SITUGEDE 04 BOGOR

DWI NURAINI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan Jajan Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor.

Nama : Dwi Nuraini NIM : I14104038

Disetujui oleh

Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc Pembimbing I

Katrin Roosita, SP. MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah penelitian dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini adalah “Pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor.”

Terima kasih kepada Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah senantiasa memberi motivasi dan senantiasa sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Katrin Roosita, SP. MSi dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, memberikan banyak masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh kuliah serta penyelesaian penyusunan skripsi ini dan kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku Ketua Peneliti “Pendidikan Gizi dan Keamanan Pangan

untuk Pengembangan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat“ yang memberikan

kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan data dan menggunakan sebagian data untuk penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang telah membesarkan dan mendidik dengan ketulusan, kesabaran serta dukungan dan doa yang tiada henti diberikan serta kakak yang tiada henti memberikan motivasi untuk penulis. Terima kasih kepada Sartika FT Panggabean, Dwiyani Fitri, Devita Ariestiana Prabowo, Amrina Rosyada, Efri angraini, Sondang nababan, Endah Mayangsari, Yulinda, Rachmat Maulana, Fani beytika, Andra Vidyarini, Wilda Haerul F, Endah Fitri Maharani, Noviany Cipta Dewi, Ernawati, Ratu Diah Koerniawati, Leily dan Imas Destiara atas semangat dan motivasi yang diberikan. Terakhir, penulis ucapkan terima kasih kepada Tofani Herlambang, Dyah Respati Sihwulandari, Ni Putu Widya Astuti, Ratna Yunita, Uswatun Hasanah, Sutrianingsih, Siti Rahmadini dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberi masukan dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Kegunaan 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE 4

Desain, Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 5

Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Gambaran Umum 8

Karakteristik Contoh dan Keluarga 9

Pengetahuan Gizi 11

Pengetahuan Keamanan Pangan 13

Kebiasaan Jajan 15

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 18

Status Gizi 23

Hubungan Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Pengetahuan Gizi dan

Pengetahuan Keamanan Pangan 25

Hubungan Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Kebiasaan Jajan 27 Hubungan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan dengan Kebiasaan Jajan

dan Kontribusi Jajan 27

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 30

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah Populasi dan Contoh Penelitian 4

2 Jenis dan cara pengumpulan data 5

3 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U, TB/U dan BB/U 6 4 Sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga kedua

sosek 9

5 Persentase contoh yang menjawab benar tentang pengetahuan gizi 12 6 Persentase contoh yang menjawab benar tentang pengetahuan

keamanan pangan 13

7 Sebaran anak berdasarkan jenis jajanan yang dikonsumsi 16 8 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis jajanan per minggu 16

9 Sebaran anak berdasarkan frekuensi jajan 17

10 Sebaran anak berdasarkan alasan membeli makanan jajanan 17 11 Rata-rata asupan, kecukupan dan tingkat kecukupan energi, protein,

mineral dan vitamin 18

12 Sebaran konsumsi pangan. 20

13 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi 21 14 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein 21 15 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium 21 16 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan besi 22 17 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A 22 18 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C 22 19 Rata-rata asupan energi dan zat gizi, makanan jajanan dan

kontribusinya terhadap total konsumsi serta kecukupan energi dan zat

gizi contoh 25

20 Sebaran status gizi anak berdasarkan sosek dan jenis kelamin (%) 25 21 Hasil uji korelasi karakteristik contoh dan keluarga dengan

pengetahuan gizi dan keamanan pangan 26

22 Hasil uji korelasi karakteristik contoh dan keluarga dengan kebiasaan

jajan 27

23 Hasil uji korelasi pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan

kebiasaan jajan dan kontribusi jajan 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Pengetahuan Gizi, Keamanan Pangan dan Kebiasaan Jajan pada Anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan

SD Negeri Situgede 04 Bogor. 3

(13)
(14)

1 dalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Hal ini banyak mempengaruhi kebiasaan makan anak. (Hidayat et al 1998, Moehji 2003).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan tingkat kecukupan gizi anak usia sekolah belum cukup memadai, disamping masalah prevalensi kekurusan dan kegemukan masih sangat tinggi di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih rendahnya status gizi pada anak usia sekolah dan mengindikasikan adanya risiko terganggunya konsentrasi belajar bagi siswa SD/MI atau yang sederajat (Riskesdas 2010)

Kebiasaan jajan memiliki aspek positif dalam memberikan asupan energi dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, dapat dipahami peran penting makanan jajanan pada pertumbuhan dan prestasi anak sekolah. Tetapi peran strategi makanan jajanan sering tidak diimbangi dengan mutu dan keamanan yang baik sehingga dapat menimbulkan dampak negatif. Aspek negatif dari makanan jajanan berhubungan dengan bahan tambahan pangan dan proses persiapan yang kurang higienis sehingga banyak terjadi kontaminasi yang terkandung dalam makanan. Masalah lain yang terdapat pada penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau penambahan bahan tambahan pangan terhadap pangan jajanan (Khomsan 2004, BPOM 2007).

Konsumsi, ketersediaan pangan dan kecukupan energi serta zat gizi dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi keluarga. Salah satu yang dapat faktornya adalah pendapatan keluarga, dimana keluarga dengan penghasilan rendah akan memiliki kecenderungan untuk membeli bahan pangan lebih sedikit atau rendah, sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih tinggi akan membelanjakan penghasilannya untuk membeli lebih banyak bahan pangan atau makanan.

Penelitian di Bogor oleh Februhartanty et al (2004), menemukan bakteri Salmonella paratyphi A 25%-50% pada sampel minuman dan 10-15% bahan kimia berbahaya pada sampel makanan yang dijual di kaki lima. Kandungan kimiawi yang digunakan seperti formalin, boraks, rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) dan pemanis buatan.

(15)

2

Banyak penelitian yang mengadakan kegiatan mengenai pengetahuan gizi atau kemanan pangan, tetapi masih sedikit peneliti yang melihat kedua aspek tersebut dalam satu penelitian. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan pada anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan pada anak SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mempelajari pengetahuan gizi dan keamanan pangan. 2. Mempelajari kebiasaan jajan.

3. Mempelajari asupan dan kontribusi energi dan zat gizi makanan jajanan terhadap kecukupan gizi dan total asupan sehari.

4. Menilai status gizi.

5. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh dan keluarga dengan pengetahuan gizi, keamanan pangan dan kebiasaan jajan.

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan siswa sekolah dasar Kota Bogor. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran serta usulan dalam penyusunan materi pengetahuan gizi dan keamanan makanan jajanan pada pihak sekolah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Hubungan antara pengetahuan gizi, keamanan pangan serta kebiasaan jajan diduga dipengaruhi oleh karakteristik anak dan karakteristik keluarga. Karakteristik anak meliputi umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Selain karakteristik anak, kerakteristik keluarga juga diduga sebagai faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan jajanan anak.

(16)

3 sehingga tidak mampu mencegah terjadinya gangguan gizi pada salah satu anggota keluarga (Suhardjo 1989). Pendapatan keluarga diduga mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga. Keluarga dengan penghasilan rendah memiliki kecenderungan untuk membeli bahan pangan yang lebih murah, sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih tinggi akan membelanjakan penghasilannya untuk membeli lebih banyak bahan pangan atau makanan yang lebih mahal.

Tingkat pengetahuan gizi yang baik diduga berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam pemilihan pangan dan konsumsi pangan. Semakin baik pengetahuan anak diharapkan akan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan jajanan yang dibeli. Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat disederhanakan dalam Gambar 1.

(17)

4

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini menggunakan sebagian data dari penelitian berjudul

“Pendidikan Gizi dan Keamanan Pangan untuk Pengembangan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat” kerjasama Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Pergizi Pangan

Indonesia, Nanyang Technological University (NTU), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan PT Kraft Indonesia (Hardinsyah et al 2013). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain potong lintang/cross sectional. Kegiatan survei dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) terpilih di Kota Bogor yaitu SD Negeri (SDN) Sukadamai 03 dan SD Negeri (SDN) Situgede 04. Pemilihan SD ditentukan secara purposive, yaitu SD yang mewakili kondisi sosial ekonomi menengah atas (SDN Sukadamai 03) dan menengah bawah (SDN Situgede 04). Pengumpulan data dilakukan sejak bulan November 2012 hingga Januari 2013, diawali dengan survei lokasi dan perizinan ke Dinas Pendidikan Bogor dan pihak sekolah.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh pada penelitian ini adalah anak usia SD kelas 3 dan 4. Jumlah populasi dan contoh penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Populasi dan Contoh Penelitian SD Sukadamai 03 (sosek tinggi) 168 156 Situgede 04 (sosek rendah) 136 127

Jumlah 304 283

Keterangan:

N = Jumlah awal siswa kelas 3 dan 4

n = Jumlah siswa yang menjadi contoh penelitian

Kriteria inklusi penelitian ini adalah contoh masih tinggal dengan orang tua (bukan kakek, nenek dan saudara lain) dan bersedia mengikuti penelitian. Alasan pengambilan contoh anak SD kelas 3 dan 4 adalah mempertimbangkan siswa SD kelas 1 dan 2 masih sulit diwawancara sedangkan siswa 5 dan 6 akan sulit dalam menindaklanjuti terkait dengan penelitian payung yang bertujuan untuk mengembangkan model SD bersih dan sehat.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(18)

5 Status gizi diukur secara antropometri, dengan melakukan penimbangan berat badan (kg) dan pengukuran tinggi badan (cm). Berat badan (BB) contoh diukur menggunakan timbangan digital merk Camry dengan kapasitas 200 kg dangan ketelitian 0.1 kg, sedangkan tinggi badan contoh diukur menggunakan microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0.1 cm.

Data yang digunakan dari kegiatan penelitian payung adalah karakteristik contoh dan keluarga, pengetahuan gizi dan keamanan pangan dan kebiasaan jajan. Penelitian ini mengolah lebih lanjut data pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan makan. Data pengetahuan gizi dan keamanan pangan diperoleh dari 15 pertanyaan terdiri dari tiga aspek pengetahuan gizi yaitu: 1) fungsi dan contoh sumber pangan zat gizi, 2) sarapan dan makanan jajanan serta 3) makanan seimbang, sedangkan pengetahuan keamanan pangan terdiri dari empat aspek yang meliputi: 1) penyimpanan dan pengemasan, 2) contoh makanan tidak aman, 3) hygiene pererongan dan 4) keamanan pangan secara umum. Data kebiasaan jajan meliputi pertanyaan jenis jajanan, frekuensi jajan, jumlah jenis jajanan dan alasan jajan. Jenis dan cara pengumpulan data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data

Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan Data Karakteristik

(19)

6

kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan ulang dalam memasukkan data. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.

Pengetahuan gizi dan pengetahuan keamanan pangan contoh yang diperoleh dengan memberikan pertanyaan tentang pangan dan gizi diberikan dengan cara jawaban yang diperoleh diberi nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 bila jawaban salah. Persentase jawaban benar kemudian dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000) yaitu 1) rendah, jika jawaban benar <60%, 2) sedang, jika jawaban benar 60-80%, dan 3) baik, jika jawaban benar >80%.

Status gizi Data usia anak, berat badan, dan tinggi badan digunakan untuk menghitung Z-score, indikator BB menurut umur (BB/U), TB menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Kategori status gizi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori status gizi berdasarkan IMT/U, TB/U dan BB/U

Variabel Kategori

Sumber: Depkes RI (2004) dan WHO (2010) *

Kebiasaan jajan contoh meliputi jenis dan jumlah makanan jajanan yang biasa dibeli, frekuensi jajan dan tingkat kesukaan contoh membeli makanan jajanan. Jumlah makanan jajanan yang biasa dibeli dikategorikan menjadi 1-2 jenis, 3-4 jenis, 5-7 jenis dan >7 jenis. Frekuensi jajan contoh dikategorikan menjadi selalu, jarang dan tidak pernah.

(20)

7

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dalam bahan makanan j

Bj = Berat bahan makanan j (gram)

Gij = Kandungan Zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj = Persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)

Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi. Pengukuran tingkat kecukupan energi dan zat gizi merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Koreksi berat badan dilakukan untuk mengetahui angka kecukupan energi dan zat gizi contoh yang berstatus gizi normal. Sedangkan untuk contoh yang berstatus gizi kurus dan gemuk, angka kecukupan gizi yang digunakan sesuai dengan anjuran Widya Karya Nasional tanpa koreksi berat badan (WKNPG 2004). Adapun rumus koreksi berat badan yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

AKGI = Angka kecukupan zat gizi contoh yang berstatus gizi kurus/gemuk

Ba = Berat badan aktual (kg)

Bs = Berat badan ideal (kg)

AKG = Angka kecukupan energi / zat gizi yang dianjurkan Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi (WKNPG 2004)

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah konsumsi dengan cara membandingkan jumah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya (Supariasa et al 2001). Berikut rumus tingkat kecukupan zat gizi yang digunakan:

Keterangan:

TKGi = tingkat kecukupan energi dan zat gizi

Ki = konsumsi energi dan zat gizi (recall)

AKGi = angka kecukupan energi dan zat gizi contoh sesuai dengan yang dianjurkan WNPG 2004 setelah dikoreksi berat badan dengan melihat status gizi contoh terlebih dahulu

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman untuk mengetahui hubungan karakteristik contoh dan keluarga dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan dan uji pearson untuk mengetahui hubungan karakteristik contoh dan keluarga dengan kebiasaan jajan. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu variable akan diikuti oleh perubahan variabel lain, maupun dengan arah yang sama atau dengan arah yang berlawanan. Selain itu, apabila nilai signifikan (p-value) <0.05 dan koefisien r tidak sama dengan nol maka dua variabel dikatakan berkorelasi. Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan huruf “r” yang menunjukkan korelasinya yaitu akan berkisar antara -1 (negatif satu) sampai dengan +1 (positif satu).

KGij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100)

AKGI = (Ba/Bs) X AKG

(21)

8

Definisi Operasional

Contoh adalah siswa laki-laki dan perempuan kelas 3 dan 4 di Sekolah Dasar Sukadamai 03 dan Sekolah Dasar Situgede 04.

Pengetahuan gizi adalah hal-hal yang diketahui oleh siswa SD mengenai gizi dan makanan jajanan meliputi fungsi dan contoh sumber pangan zat gizi, sarapan dan makanan jajanan srta makanan seimbang yang diukur dari skor jawaban pertanyaan.

Pengetahuan keamanan pangan adalah hal-hal yang diketahui oleh siswa SD mengenai makanan jajanan meliputi penyimpanan dan pengemasan, contoh makanan tidak aman, higiene perorangan dan keamanan pangan secara umum yang diukur dari skor jawaban pertanyaan.

Kebiasaan jajan adalah perilaku jajan contoh yang dilakukan secara berulang setiap hari meliputijenis jajanan, jumlah jenis jajanan, frekuensi jajan dan alasan jajan.

Karakteristik contoh adalah ciri-ciri dan keadaan umum siswa yang meliputi umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Karakteristik keluarga adalah kondisi keluarga yang mencakup pendidikan, pekerjaan orangtua, besar keluarga serta usia orang tua.

Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang menunjukkan pemenuhan kebutuhan gizi yang dikelompokkan menjadi gizi kurang, gizi baik (normal), gizi lebih (overweight), dan obesitas

Makanan jajanan adalah makanan atau minuman yang dibeli contoh, siap dikonsumsi ataupun lebih dahulu diolah/dimasak oleh penjaja jajanan. Makanan jajanan dikelompokkan ke dalam empat golongan, yaitu makanan utama, kudapan, minuman dan buah.

(22)

9 akademik yang dimulai dari pagi hari hingga siang hari serta kegiatan akademik yang dimulai dari siang hari hingga sore hari. Siswa kelas III, V dan VI mendapatkan waktu belajar pagi hari yang dimulai dari pukul 07.00-12.00 WIB, sedangkan kelas III dan IV mendapatkan waktu belajar siang hari yang dimulai dari pukul 13.00-17.00 WIB. Kegiatan non akademik di sekolah ini ditunjang melalui kegiatan ekstrakulikuler yang teridiri atas pencak silat, pramuka, dan rohis.

Sekolah Dasar (SD) Sukadamai 3 merupakan sekolah yang terletak di Jalan Perdana no.8 Perumahan Budi Agung di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah tersebut didirikan pada tahun 1984 yang berada dalam pengelolaan H.Drs Pipip Rosida M.Pd sebagai pimpinan yayasan. Letak sekolah ini dikelilingi oleh perumahan penduduk. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), ruang multimedia, dapur sekolah. Ruang computer, mushola, WC, sarana air bersih yang bersumber dari PDAM dan listrik yang berasal dari PLN serta halaman yang dijadikan tempat diadakannya upacara setiap hari senin dan kegiatan olahraga pada jam sekolah. Jumlah kelas terdiri dari 16 kelas. Sekolah ini tidak memiliki kantin, karena telah diberikan makanan catering dari pihak sekolah untuk makan siang. Selain itu, terdapat warung jajanan dan pedagang keliling di sekitar sekolah. Kegiatan akademik siswa SD sukadamai 3 dimulai dari pagi hari hingga siang hari dengan waktu belajar dimulai dari pukul 07.00-13.00 WIB. SD Sukadamai 3 memiliki pelajaran tambahan setelah kegiatan akademik yang dilakukan pada hari selasa dan kamis dimulai dari pukul 14.00-17.00 WIB. Kegiatan non akademik di sekolah ini ditunjang melalui kegiatan ekstrakulikuler yang teridiri atas kesenian alat musik.

Karakteristik Anak dan Keluarga Karakteristik Anak

Tabel 4 menunjukkan sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga pada kedua sosek, sampel penelitian adalah siswa SD Sukadamai 3 dan SD Situgede 4 dan sebanyak 50.5% adalah anak laki-laki. Sebagian besar anak (69.7%) berada dalam kisaran usia 9–10 dengan usia rata-rata 9.4+0.7. Sebaran anak berdasarkan karakteristik anak dapat dilihat pada Tabel 4.

(23)

10

Tabel 4 Sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga (Lanjutan) Karakteristik besarnya pendapatan orangtua atau banyaknya pengeluaran yang dilakukan oleh contoh. Jumlah minimal uang saku yang diterima anak sebesar Rp 2.000 setiap hari, sedangkan jumlah maksimal uang saku yang diterima anak sebesar Rp 20.000 setiap hari. Uang saku anak sosek tinggi lebih banyak (p<0.05) dengan kisaran Rp 5000-15000. Hal ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian Gunawan (2012) yang dilakukan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bogor, yaitu rata-rata besar uang saku siswa laki-laki maupun perempuan di sekolah dasar tersebut sebesar Rp 2.854±1.256 dan sebagian besar contoh (46%) memiliki besar uang saku Rp <3000. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sosial ekonomi keluarga anak antara Kota dan Kabupaten Bogor. Karakteristik Keluarga

(24)

11 anak sosek tinggi lebih tua dibandingkan sosek rendah, namun hal ini tidaksignifikan. Pendidikan ibu anak dibedakan menjadi SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan sebaran pada Tabel 4, secara keseluruhan tingkat pendidikan formal orang tua anak memiliki pendidikan hingga perguruan tinggi. Berdasarkan sosial ekonomi, presentase keluarga anak dengan sosek tinggi memiliki pendidikan terakhir lebih baik (perguruan tinggi) dibandingkan keluarga dengan sosek rendah (SD,SMP dan SMA). Berdasarkan uji beda independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pendidikan orang tua sosek tinggi dan sosek rendah (p<0.05). Data dari Survei Nasional Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas 2010) menunjukkan bahwa hanya 7.3% dari ayah dan 6.0% dari ibu yang memiliki formal hingga perguruan tinggi, sehingga pendidikan orang tua anak sudah berada dalam rata-rata nasional.

Pekerjaan ayah dibedakan menjadi PNS, swasta, wirausaha dan lainnya, sedangkan pekerjaan ibu dibedakan menjadi PNS, swasta, Ibu Rumah Tangga (IRT) dan lainnya. Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar ayah anak mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta. Berdasarkan sosial ekonomi, ayah dengan sosek tinggi mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta dan wirausaha pada sosek rendah. Sedangkan sebagian besar ibu berperan sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan ibu anak yang mempunyai proporsi yang sangat kecil hanya 11.9% terdiri dari 8.2% yang bekerja sebagai pegawai negari sipil (PNS) dan 3.7% mempunyai pekerjaan diluar dari kategori pekerjaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Arrofi (2011) pada anak di beberapa sekolah dasar di Bogor, menyatakan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu contoh adalah ibu rumah tangga.

Besar keluarga adalah sekelompok orang yang yang terdiri dari ayah, ibu, anak, serta anggota keluarga yang lainnya yang hidup dari pengeluaran sumberdaya yang sama (World Bank 2006). Sebagian besar (77.1%) contoh mempunyai jumlah anggota keluarga yang hidup dalam satu rumah kurang dari sama dengan 4 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase mengenai keluarga kecil bahagia dan sejahtera sudah baik seperti yang dianjurkan BKKBN mengenai keluarga kecil. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 4 orang (4±1). Besar rumah tangga memiliki pengaruh terhadap jumlah pangan yang dikonsumsi dan pendistribusian konsumsi makanan antar anggota keluarga dan akhirnya mempengaruhi status gizi anggota keluarga.

Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan. Pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilih dikonsumsinya (Soediaoetama 2008). Kebutuhan akan zat gizi akan terjamin pemenuhannya dengan cara mengkonsumsi makanan yang beragam.

(25)

12

dan terdapat 68.6% anak yang menjawab salah pada pertanyaan makanan untuk menambah darah. Selain itu, 75.3% dari anak yang masih belum mengetahui baik kategori makanan seimbang pada pertanyaan tentang berapa gelas konsumsi air putih pada anak. Separuh anak (54.1%) mengetahui baik pada kategori sarapan dan makanan jajanan dengan pertanyaan manfaat makanan jajanan dan sarapan berperan dalam menyumbang energi dan zat gizi. Alternatif pilihan jawaban yang terlalu sulit dimengerti atau relatif kurang sering dipilih akan mempengaruhi kecenderungan memilih kemungkinan jawaban yang paling tepat.

Tabel 5 Persentase anak yang menjawab benar tentang pengetahuan gizi

No Pertanyaan Sosek

I. Fungsi dan contoh sumber pangan zat gizi

1. Jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh 66.7 25.2 48.1

II. Sarapan dan makanan jajanan

1. Sarapan menyumbangkan energi dan zat gizi 69.2 35.4 54.1

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak (95.8%) mengetahui dengan baik asupan makanan yang membuat anak sehat dengan kategori makanan seimbang. Sebagian besar anak (92.2%) mengetahui dengan baik pada kategori fungsi & contoh sumber pangan zat gizi dengan pertanyaan contoh sayuran yang bermanfaat untuk kesehatan mata. Selain itu, terdapat 91.0% dari contoh juga mengetahui dengan baik pertanyaan contoh makanan jajanan yang sehat pada kategori sarapan & makanan jajanan. Terdapat lebih dari 75.0% anak yang mengetahui baik makanan bergizi seimbang merupakan makanan yang sehat, untuk memenuhi kebutuhan sehari dengan makan 3 kali sehari dan contoh makanan sumber vitamin C.

(26)

13 tua mengenai pengetahuan gizi. Nilai pengetahuan gizi anak berkisar antara 26.7 sampai 100.0 dengan rata-rata 68.0±14.0 pada sosek tinggi dan 51.0±13.0 pada sosek rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan gizi anak termasuk dalam kategori sedang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Deni et al (2009) pada anak sekolah dasar di Kota Bogor, menyatakan bahwa rata-rata siswa memiliki pengetahuan gizi sedang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah dengan nilai gizi lebih tinggi dan sesuai dengan jenis pangan yang tersedia serta kebiasaan makan minum sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi (Sukandar 2007).

Gambar 2 Sebaran anak berdasarkan tingkat pengetahuan gizi Pengetahuan Keamanan Pangan

Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Keracunan pangan adalah suatu penyakit yang disebabkan karena memakan makanan yang berbahaya atau terkontaminasi. Gejala yang paling umum adalah sakit perut, muntah-muntah dan diare (Gaman & Sherrington 1992)

Tabel 6 Persentase anak yang menjawab benar tentang pengetahuan keamanan pangan

No Pertanyaan

Sosek Tinggi

Sosek Rendah

Total

% % %

I. Penyimpanan dan pengemasan

1. Limbah kertas tidak aman untuk

pembungkus 97.4 77.2 88.3

2. Susu segar dan yoghurt harus

disimpan di lemari es 97.4 91.3 94.7 3. Makanan yang dikemas dengan baik

(27)

14

1. Makanan berwarna cerah aman dimakan 95.5 83.5 90.1 2. Jajanan yang terkontaminasi oleh lalat

tidak aman 90.4 43.3 69.3

3. Air yang belum dimasak tidak aman

untuk diminum 93.6 89.0 91.5

4. Minyak berwarna coklat tua / hitam tidak

aman untuk digunakan 88.5 47.2 70.0

5. Makanan yang bau, berjamur dan

berubah bentuk aman untuk dimakan 97.4 90.6 94.3 III. Higiene Perorangan

1. Peralatan makan harus dibersihkan

dengan sabun 99.4 90.6 95.4

2. Tangan harus dicuci dengan air mengalir 0.6 13.4 6.4 3. Tutupi dan hidari makanan saat bersin 91.7 74.0 83.7 4. Penting untuk membaca label makanan 96.8 83.5 90.8 IV. Keamanan pangan secara umum

1. Pengaruh mengkonsumsi makanan yang

terkontaminasi 94.9 44.1 72.1

2. Makanan atau jajanan mengandung MSG

aman bagi kesehatan 12.8 65.4 36.4

3. Makanan kedaluwarsa 98.1 89.0 94.0

Tabel 6 menunjukkan bahwa secara keseluruhan presentase jawaban anak yang menjawab benar lebih banyak dibandingkan anak yang menjawab salah, namum terdapat sebagian besar (93.60%) dengan kategori higiene perorangan yang menjawab salah pada pertanyaan mencuci tangan dengan air mengalir. Selain itu, terdapat pertanyaan anak dengan sosek tinggi lebih benyak menjawab benar daripada anak sosek rendah yaitu sebagian besar anak sosek tinggi (88.5%) dengan kategori contoh makanan tidak aman mengetahui baik pada pertanyaan minyak berwarna coklat tidak aman digunakan daripada anak sosek rendah (47.2%). Sebagian anak dengan sosek tinggi (90.4%) dengan kategori makanan tidak aman mengetahui baik pada pertanyaan jajanan yang terkontaminasi oleh lalat tidak aman daripada anak dengan sosek rendah (43.3%). Alternatif pilihan jawaban yang terlalu sulit dimengerti atau relatif kurang sering dipilih akan mempengaruhi kecendrungan memilih kemungkinan jawaban yang paling tepat.

(28)

15 kertas tidak aman digunakan untuk pembungkus, makanan berwarna cerah aman dimakan dan air yang belum dimasak tidak aman untuk diminum. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Yasmin (2010), bahwa pertanyaan keamanan pangan yang banyak menjawab benar mengenai kebiasaan mencuci tangan yang baik dengan air mengalir dan sabun (97.2%).

Tingkat pengetahuan keamanan pangan anak sosek tinggi lebih baik dibandingkan dengan anak sosek rendah (p<0.05). Selain itu Gambar 3, menjelaskan sudah tidak ditemukan anak sosek tinggi yang memiliki tingkat pengetahuan keamanan pangan kategori rendah. Hal ini dipengaruhi karena kurangnya informasi yang diberikan oleh orang tua, guru dan buku pelajaran mengenai pengetahuan keamanan pangan. Nilai pengetahuan keamanan pangan anak berkisar antara 33.4 sampai 93.4 dengan rata-rata83.1±7.2 pada sosek tinggi dan 71.2±13.1 pada sosek tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan keamanan pangan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan keamanan pangan anak termasuk dalam kategori sedang.

Gambar 3 Sebaran anak berdasarkan tingkat pengetahuan keamanan pangan Kebiasaan Jajan

Jenis jajanan yang dikonsumsi

(29)

16

Tabel 7 Sebaran anak berdasarkan jenis jajanan yang dikonsumsi

Jenis jajanan yang dikonsumsi Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Secara keseluruhan pada tabel 7 menunjukkan bahwa jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah jajanan dalam bentuk snack dengan persentasenya 58.3%. Sedangkan sebagian besarnya lagi diikuti oleh jajanan yang berat atau utama seperti mie,lontong,nasi kuning dan roti (44.8%) serta gorengan (44.0%), jajanan rebusan (8.7%) serta minuman (1.5%). Anak dengan sosek tinggi paling sering mengkonsumsi jajanan bentuk snack (43.5%) dan jajanan berat atau utama (38.7%), berbeda dengan anak dengan sosek rendah yang sering mengkonsumsi jajanan gorengan (51.2%) selain jajanan bentuk snack (73.2%).

Jumlah Jenis Jajanan

Jumlah jenis jajanan merupakan banyaknya jenis makanan jajanan yang dibeli anak di lingkungan sekolah. Sebaran anak berdasarkan jumlah jenis jajanan yang dibeli per hari dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jumlah jenis jajanan per minggu Jumlah jenis jajanan

(per minggu)

Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

n % n % n %

(30)

17 Penelitian lain menurut Syafitri (2009) menunjukkan sebagian besar siswa membeli makanan jajanan 4-5 jenis per minggu.

Frekuensi Jajan

Kebiasaan jajan menggambarkan kebiasaan dan perilaku seseorang yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata kerma makan, frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan, kepercayaan terhadap makanan, distribusi makanan antar anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan (suka atau tidak suka) dan cara pemilihan makanan yang dimakan (Suhardjo 1989). Sebaran anak berdasarkan frekuensi jajan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran anak berdasarkan frekuensi jajan

Frekuensi Jajan Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Ya,tiap hari 36 23.1 86 67.7 122 43.1

Kadang-kadang 108 69.2 40 31.5 148 52.3

Tidak Pernah 12 7.7 1 0.8 13 4.6

Total 156 100.0 127 100.0 283 100.0

Kebiasaan jajan pada anak-anak sangat beragam. Sebagian besar anak (52.3%) tergolong jarang jajan setiap hari di sekolah. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa persentase kebiasaan jajan sering adalah 43.1% dan diikuti oleh kebiasaan jajan anak tidak pernah sebesar 4.6% untuk kebiasaan tidak pernah jajan diduga karena anak dengan sosek tinggi dan sosek rendah ada yang diberikan bekal oleh orangtuanya dari rumah untuk menjaga kesehatan ataupun faktor ekonomi, sehingga menghemat pengeluaran biaya. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Windyaningrum (2012) yang menyatakan bahwa separuh contoh (50%) dari total keseluruhan yang ada menyatakan selalu jajan di sekolah. Alasan jajan

Anak memiliki banyak faktor pendorong untuk membeli dan mengonsumsi makanan jajanan. Faktor pendorong tersebut dapat berasal dari internal (diri sendiri) dan eksternal seperti lingkungan baik fisik dan non fisik sehingga anak dapat membentuk pilihan makanan jajanan yang akan dikonsumsinya. Sebaran anak berdasarkan alasan membeli makanan jajanan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran anak berdasarkan alasan membeli makanan jajanan Alasan Jajan Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Murah 43 27.6 31 24.4 74 26.1

Enak 61 39.1 52 40.9 113 39.9

Menarik 8 5.1 7 5.5 15 5.3

Mengenyangkan 35 22.4 37 29.1 72 25.4

(31)

18

alasan enak (39.9%). Hal ini menunjukkan bahwa anak lebih tertarik pada rasa dari makanan jajanan tersebut tanpa memperhatikan kesehatan, kebersihan, keamanan pangan dan gizi. Sebagian besar anak cenderung membeli jajanan dengan alasan mengenyangkan (25.4%) dan harganya murah (26.1%). Hal ini menyebabkan anak cenderung memilih makanan yang mengenyangkan seperti nasi, mie dan lontong untuk melanjutkan aktifitas disekolah selama jam pelajaran berlangsung. Hasil tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Gunawan (2012) di sekolah dasar di Kebupaten Cijeruk yang menyatakan bahwa sebagian besar preferensi anak sekolah dasar terhadap makanan jajanan dipengaruhi oleh rasa.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Tingkat kecukupan zat gizi seseorang atau kelompok orang dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan angka kecukupannya. (Hardinsyah & Martianto 1989).

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat rata-rata kecukupan, asupan dan tingkat kecukupan anak sosek tinggi lebih baik dibandingkan anak sosek rendah. Tidak terdapat perbedaan yang siginfikan rata-rata tingkat kecukupan energi antara anak sosek tinggi dengan anak sosek rendah (p>0.05). Jenis makanan jajanan yang sering dikonsumsi adalah nasi uduk, bihun goreng, nasi goreng, mie instant, siomay dan batagor. Selain itu jenis makanan jajanan yang mengandung energi dan karbohidrat yang tinggi yaitu kue hijau bolu dan biskuit.

Tabel 11 Rata-rata asupan, kecukupan dan tingkat kecukupan energi, protein, mineral dan vitamin

Energi dan Zat Gizi Sosek Tinggi Sosek Rendah Total Energi (Kal)

Kecukupan 1876±253 1727±263 1809±268

Asupan 1768±622 1610±6887 1697±656

Tk Kecukupan 95±34 95±42 95±38

Protein (g)

Kecukupan 46.7±6.5 43.0±6.7 45.0±6.8

Asupan 56.2±21.4 49.9±24.9 53.3±23.2

Tk Kecukupan 121.2±45 117.6±60 120.0±53

Kalsium (mg)

Kecukupan 674±156 675±157 675±156

Asupan 1086±569 673±441 900±555

Tk Kecukupan* 166±93 103±69 138±89

Besi (mg)

Kecukupan 11.0±2.8 11.0±2.5 11.1±2.7

Asupan 15.2±5.8 11.5±6.1 13.6±6.2

(32)

19 Tabel 11 Rata-rata asupan, kecukupan dan tingkat kecukupan energi, protein,

mineral dan vitamin (Lanjutan)

Energi dan Zat Gizi Sosek Tinggi Sosek Rendah Total Vitamin A (Re)

Kecukupan 519±39 519±39 518±39

Asupan 493±310 319±245 415±295

Tk Kecukupan* 95.3±60.1 61.9±47.2 80.3±57.1

Vitamin C (mg)

Kecukupan 46.0±2.0 45.9±2.0 45.9±2.0

Asupan 14.3±43.2 11.0±12.8 25.3±34.3

Tk Kecukupan 30.9±95.8 23.9±35.7 27.7±75.0

Berbeda signifikan (p<0.05)

Rata-rata kecukupan, asupan dan tingkat kecukupan protein anak sosek tinggi lebih baik dibandingkan anak sosek rendah. Tidak terdapat perbedaan yang siginfikan rata-rata tingkat kecukupan protein antara sosek tinggi dengan sosek rendah (p>0.05). Makanan jajanan sumber protein yang sering dikonsumsi contoh adalah hasil olahan daging seperti chicken, nugget, sosis, sate cilok dan basreng (bakso goreng).

Rata-rata kecukupan, asupan dan tingkat kecukupan kalsium dan besi anak dengan sosek tinggi lebih baik dibandingkan anak dengan sosek rendah. Terdapat perbedaan yang siginfikan rata-rata tingkat kecukupan kalsium dan besi antara sosek tinggi dengan sosek rendah (p<0.05). Makanan jajanan sumber kalsium yang sering dikonsumsi contoh adalah susu kemasan.

Rata-rata kecukupan, asupan dan tingkat kecukupan vitamin anak dengan sosek tinggi lebih baik dibandingkan anak dengan sosek rendah. Terdapat perbedaan yang siginfikan rata-rata tingkat kecukupan vitamin A anak dengan sosek tinggi dengan anak dengan sosek rendah (p<0.05) dan tidak terdapat tidak terdapat perbedaan yang siginfikan (p>0.05) pada vitamin C.

Sebagian besar kedua sosek memenuhi kebutuhan makanan pokoknya dari nasi. Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan protein anak lebih banyak dari pangan hewani seperti ayam dan telur, sedangkan pangan nabati dipenuhi dari tempe. Konsumsi sayur anak relatif masih kurang, sedangkan konsumsi susu kedua sosek relatif baik mencapai 100g/hari. Konsumsi buah anak sosek rendah lebih baik dibandingkan anak sosek rendah, diduga anak sosek rendah lebih sering membeli makanan jajanan dengan jenis buah di lingkungan sekolah atau diluar sekolah. Selain itu, terdapat penjaja buah yang berada dilingkungan sekolah dengan sosek rendah. Sebaran konsumsi pangan dapat dilihat pada Tabel 12.

(33)

20

20 Tabel 12 Sebaran konsumsi pangan

(34)

21

21 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat kecukupan energi termasuk kategori defisit berat (28.3%) dan normal (28.3%). Sebagian besar anak sosek tinggi termasuk normal (28.2%) dan anak sosek rendah termasuk kategori defisit berat (31.5%). Bila terjadi kekurangan atau kelebihan konsumsi energi dalam jangka panjang dapat menimbulkan resiko kesehatan yang berkelanjutan pada anak.

Tabel 13 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi Kategori Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Defisit berat 40 25.6 40 31.5 80 28.3

Defisit sedang 17 10.9 11 8.7 28 9.9

Defisit ringan 20 12.8 16 12.6 36 12.7

Normal 44 28.2 36 28.3 80 28.3

Kelebihan 35 22.4 24 18.9 59 20.8

Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein anak dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar anak kedua sekolah termasuk kategori kelebihan (44.5%). Rendahnya konsumsi protein akan menghambat pertumbuhan anak sehingga akan lebih rentan terhadap penyakit.

Tabel 14 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein

Kategori Sosek tinggi Sosek rendah Total

n % n % n %

Defisit berat 21 13.5 24 19.2 45 16.0

Defisit sedang 10 6.4 17 13.6 27 9.6

Defisit ringan 9 5.8 7 5.6 16 5.7

Normal 37 23.7 31 24.8 68 24.2

Kelebihan 79 50.6 46 36.8 125 44.5

Kategori tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) dibagi menjadi dua yaitu kurang (<77% AKG) dan cukup (≥77% AKG). Sebaran anak kategori tingkat kecukupan kalsium berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa sebagian besar anak kedua sosek memiliki tingkat kecukupan kalsium dalam kategori cukup (74.2%).

Tabel 15 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan kalsium Kategori Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

n % n % n %

Kurang 17 10.9 56 44.1 73 25.8

(35)

22

Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan besi anak dapat dilihat pada Tabel 16, berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar anak kedua sosek termasuk kategori cukup (79.5%).

Tabel 16 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan besi Kategori Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

n % n % n %

Kurang 19 12.2 39 30.7 58 20.5

Cukup 137 87.8 88 69.3 225 79.5

Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A anak dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar anak kedua sosek termasuk kategori kurang (58.3%). Sebagian besar anak dengan sosek tinggi termasuk kategori cukup (51.3%). Sebagian anak dengan sosek rendah termasuk kategori kurang (70.1%). Hal ini kemungkinan disebabkan banyaknya mengonsumsi makanan yang mengandung minyak seperti gorengan dan sayuran sumber vitamin A seperti kangkung, bayam, wortel dan sawi pada anak dengan sosek tinggi dan sebaliknya pada sosek rendah.

Tabel 17 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin A Kategori Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

n % n % n %

Kurang 76 48.7 89 70.1 165 58.3

Cukup 80 51.3 38 29.9 118 41.7

Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C anak dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar anak kedua sekolah termasuk kategori kurang (89.0%). Hal tersebut diduga karena anak kurang mengonsumsi pangan sumber vitamin C seperti buah dan sayur, karena diduga buah dan sayur kurang diminati oleh anak-anak untuk dikonsumsi.

Tabel 18 Sebaran anak berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan vitamin C Kategori Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

n % n % n %

Kurang 137 87.8 115 90.6 252 89.0

Cukup 19 12.2 12 9.4 31 11.0

(36)

23 tingkat kecukupan energi siswa berada dalam kategori defisit berat dan normal, sedangkan tingkat kecukupan protein dalam kategori kelebihan dengan tingkat kecukupan besi cukup dan kurang pada tingkat kecukupan vitamin C.

Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap Kecukupan Gizi

Kebiasaan mengonsumsi makanan jajanan menurut Soediaoetomo (2008) adalah untuk menghilangkan rasa lapar yang muncul tiga hingga empat jam setelah makan. Rasa lapar tersebut akan hilang ketika mengonsumsi makanan jajanan. Hal itu karena makanan jajanan menyumbangkan 10-20% energi sehingga gula darah meningkat dan menyebabkan konsentrasi kembali. Tabel 19 menunjukkan rata-rata asupan energi dan zat gizi dari makanan jajanan, kontribusi terhadap total konsumsi serta kecukupan energi dan zat gizi anak.

Secara keseluruhan makanan jajanan dapat memberikan kontribusi energi sebesar 15%, protein 10.3%, kalsium 10.7%, zat besi 10.0%, vitamin A 10.4% dan vitamin C 8.6% terhadap total konsumsi. Selain itu, makanan jajanan dapat memberikan kontribusi energi sebesar 15%, protein 12.6%, kalsium 16.1%, zat besi 13.1%, vitamin A 7.6% dan vitamin C 7.2% terhadap kecukupannya. Rata-rata asupan energi dari makanan jajanan pada anak dengan sosek rendah lebih tinggi dibandingkan contoh dengan sosek tinggi. Rata-rata protein, mineral dan vitamin dari makanan jajanan paling tinggi dimiliki oleh anak dengan sosek tinggi dibandingkan anak dengan sosek rendah.

Status Gizi

(37)

24

24 Tabel 19 Rata-rata asupan energi dan zat gizi, makanan jajanan dan kontribusinya terhadap total konsumsi serta kecukupan energi dan zat

gizi contoh

Kontribusi

Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

Asupan

Kontribusi

konsumsi

(%)

Kontribusi

kecukupan

(%)

Asupan

Kontribusi

konsumsi

(%)

Kontribusi

kecukupan

(%)

Asupan

Kontribusi

konsumsi

(%)

Kontribusi

kecukupan

(%)

Energi (kkal) 262±309 10±11 11±15 323±271 20±12 19±17 293±291 15±12 15±16

Protein (g) 6.6±9.1 8.4±10.5 11.4±17.9 5.9±4.9 12.5±8.4 14.0±11.8 6.3±7.2 10.3±9.8 12.6±15.5

Kalsium (mg) 150.1±300.5 9.0±13.1 18.9±45.5 81.9±148 12.8±15.7 12.8±23.8 116.0±238.1 10.7±14.5 16.1±37.5

Besi (mg) 1.8±2.9 8.0±11.4 13.2±26.7 1.4±2.0 12.4±15.1 13.1±19.5 1.6±2.5 10.0±13.3 13.1±23.7

Vit A (RE) 54.0±130.6 7.1±13.4 8.5±23.6 33.5±47.3 14.4±21.5 6.5±9.1 43.7±98.1 10.4±17.9 7.6±18.6

(38)

25

25 Tabel 20 Sebaran status gizi anak berdasarkan sosek dan jenis kelamin (%)

Status Gizi Sosek Tinggi Sosek Rendah Total

Jenis Kelamin

Tabel 20 menunjukkan sebagian besar anak (>64%) memiliki status gizi berkategori normal berdasarkan indikator TB/U, BB/U dan IMT/U. Hal ini sejalan dengan penelitian Damayanthi et al (2010) yang dilakukan di salah satu sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu rata-rata status gizi menurut TB/U dan IMT/U dalam kategori normal.

Berdasarkan indikator TB/U kategori kependekan (stunted), ditemukan pada sosek rendah lebih banyak dibandingkan sosek tinggi yaitu sekitar empat kali (4x) untuk anak perempuan dan lebih sepuluh kali (>10x) untuk anak laki-laki. Untuk indikator IMT/U, persentase anak dengan status gizi overweight dan obese ditemukan sekitar satu sampai dua kali (1-2x) lebih banyak pada sosek tinggi dibandingkan sosek rendah. Demikin dengan indikator BB/U, persentase anak dengan status gizi lebih ditemukan dua kali (2x) lebih banyak pada sosek tinggi dibandingkan sosek rendah.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2010, prevalensi kekurusan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 13.3% daripada anak perempuan yaitu 11.2%, sedangkan prevalensi kegemukan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 10.7% daripada anak perempuan yaitu 7.7%. Apabila dibandingkan dengan prevalensi kekurusan dan kegemukan menurut Riskesdas 2010, prevalensi kekurusan anak laki-laki pada penelitian ini ditemukan lebih rendah (7.1%) daripada anak perempuan (7.9%), sedangkan prevalensi kegemukan anak laki-laki lebih tinggi (28.1%) daripada anak perempuan (20.7%).

Hubungan Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Keamanan Pangan

(39)

26

terdapat hubungan yang signifikan antara keamanan pangan dengan usia. Keamanan pangan memiliki hubungan yang signifikan dengan besar uang saku. Sedangkan uji korelasi Spearman tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan pengetahuan keamanan pangan dengan jenis kelamin.

Hasil korelasi dapat menjelaskan bahwa semakin bagus tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan tersebut dapat memperbaiki status gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soleman (2013) bahwa tidak adanya hubungan yang nyata antara jenis kelamin dan usia dengan pengetahuan gizi dan pengetahuan keamanan pangan.

Hasil uji korelasi antara karakteristik contoh dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Hasil uji korelasi karakteristik contoh dan keluarga dengan

Jenis Kelamin Korelasi Spearman -.008 .098

P (Sig.) .898 .099

Besar Uang Saku Korelasi Pearson .086 .135

P (Sig.) .152 .025*

Usia Ibu Korelasi Pearson -.020 -.035

P (Sig.) .761 .589

Usia Ayah Korelasi Pearson -.085 -.048

P (Sig.) .148 .454

Besar Keluarga Korelasi Pearson -.032 -.075

P (Sig.) .617 .244

Pendidikan Ibu Korelasi Spearman .361 .319

P (Sig.) .000* .000*

Pendidikan Ayah Korelasi Spearman .336 .252

P (Sig.) .000* .000*

*Berbeda signifikan (p<0.05)

Berdasarkan uji korelasi Pearson pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan usia ibu, usia ayah dan besar keluarga. Berdasarkan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan pengetahuan keamanan pangan dengan pendidikan ibu dan ayah.

(40)

27 Hubungan Karakteristik Contoh dan Keluarga dengan Kebiasaan

Jajan

Berdasarkan uji korelasi Spearman pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi jajan dan jenis jajanan dengan usia anak, jenis kelamin dan besar uang. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Syafitri (2010) yang menyatakan bahwa kebiasaan jajan mempunyai hubungan signifikan terhadap besar uang jajan.

Hasil uji korelasi Spearman antara karakteristik contoh dan keluarga dengan kebiasaan jajan dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Hasil uji korelasi karakteristik contoh dan keluarga dengan kebiasaan jajan

Karakteristik contoh

Frekuensi jajan Jumlah jenis jajanan

Usia Korelasi Spearman -.081 -.022

P (Sig.) .175 .717

Jenis Kelamin Korelasi Spearman .065 -.007

P (Sig.) .276 .901

Besar Uang Saku Korelasi Spearman -.058 -.037

P (Sig.) .330 .533

Usia Ibu Korelasi Spearman .172 -.088

P (Sig.) .007* .168

Usia Ayah Korelasi Spearman .080 -.038

P (Sig.) .214 .549

Besar Keluarga Korelasi Spearman .000 -.054

P (Sig.) .998 .399

Pendidikan Ibu Korelasi Spearman .390 -.375

P (Sig.) .000* .000*

Pendidikan Ayah Korelasi Spearman .340 -.335

P (Sig.) .000* .000*

*Berbeda signifikan (p<0.05)

Berdasarkan uji korelasi Spearman pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi jajan dan jenis jajanan dengan usia ayah dan besar keluarga. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi jajan dengan usia ibu dan pendidikan keluarga, sedangkan jenis jajanan dengan pendidikan keluarga.

Hal ini dapat menjelaskan semakin tinggi pendidikan orang tua, maka semakin rendah frekuensi dan jumlah jenis jajanan yang dibeli contoh. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Syarifah (2010) yang menyatakan bahwa karakteristik keluarga tidak mempunyai hubungan signifikan terhadap kebiasaan jajan.

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan dengan Kebiasaan Jajan dan Kontribusi Jajan

(41)

28

keamanan pangan dengan frekuensi jajan dan jumlah jajanan. Hal ini dapat menjelaskan semakin baik tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan contoh maka semakin sering contoh mengkonsumsi makanan jajanan dengan jumlah jenis jajanan yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Syafitri (2010), kebiasaan jajan dapat dipengaruhi faktor lain yaitu besar keluarga dan pekerjaan orangtua. Hal ini tidak sejalan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan pengetahuan keamanan pangan dengan kebiasaan jajan. Hasil uji korelasi antara pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan kebiasaan jajan dan kontribusi jajan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Hasil uji korelasi pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan

kebiasaan jajan dan kontribusi jajan

Pengetahuan dan Kontribusi

Kebiasaan Jajan

Frekuensi jajan Jumlah jajanan

Pengetahuan Gizi Korelasi Spearman .289 -.142

P (Sig.) .000* .017*

Keamanan Pangan Korelasi Spearman .302 -.145

P (Sig.) .000* .015*

Kont E Korelasi Pearson -.152 .069

P (Sig.) .010* .244

Kont P Korelasi Pearson -.018 .016

P (Sig.) .757 .783

Kont Kal Korelasi Pearson .055 -.031

P (Sig.) .354 .604

Kont Besi Korelasi Pearson .004 -.002

P (Sig.) .942 .974

Kont Vit A Korelasi Pearson .072 -.053

P (Sig.) .229 .370

Kont Vit C Korelasi Pearson .100 -.094

P (Sig.) .092 .115

*Berbeda signifikan (p<0.05)

(42)

29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Anak dalam penelitian ini berada dalam kisaran usia 9-10 tahun dengan rata-rata usia 9.4 tahun. Anak dengan sosek tinggi memiliki uang saku yang lebih besar (p<0.05). Tingkat pendidikan formal sebagian besar orang tua anak adalah perguruan tinggi dan pekerjaan ayah sebagai pegawai swasta, sedangkan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar anak memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang.

Anak sosek tinggi memiliki tingkat pengetahuan gizi lebih baik dibandingkan sosek rendah (p<0.05) sedangkan persentase anak dengan kategori kurang lebih tinggi pada sosek rendah. Tingkat pengetahuan keamanan anak sosek tinggi lebih baik (p<0.05) dan sudah tidak ditemukan anak dengan kategori rendah.

Sebagian besar kedua sosek tergolong jarang jajan di sekolah dan jajanan yang paling sering dikonsumsi adalah jenis makanan ringan (snack) seperti chiki dan kue dengan jumlah jenis jajanan lebih tinggi pada sosek rendah (p<0.05). Alasan membeli membeli makanan jajanan dikarenakan rasa yang enak.

Sebagian besar anak (>64%) memiliki status gizi berkategori normal berdasarkan indikator TB/U, BB/U dan IMT/U. Berdasarkan indikator TB/U kategori kependekan (stunted), ditemukan pada sosek rendah lebih banyak dibandingkan sosek tinggi yaitu sekitar empat kali (4x) untuk anak perempuan dan lebih sepuluh kali (>10x) untuk anak laki-laki. Untuk indikator IMT/U, persentase anak dengan status gizi overweight dan obese ditemukan sekitar satu sampai dua kali (1-2x) lebih banyak pada sosek tinggi dibandingkan sosek rendah. Demikian pula dengan indikator BB/U, persentase anak dengan status gizi lebih ditemukan dua kali (2x) lebih banyak pada sosek tinggi dibandingkan sosek rendah.

Rata-rata asupan dan kecukupan energi, protein, dan vitamin C anak kedua sosek sama, sedangkan rata-rata asupan dan kecukupan mineral dan vitamin A sosek tinggi lebih baiK (p<0.05) dibandingkan dengan sosek rendah. Namun, sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein kedua sosek dalam kategori kelebihan dan tingkat kecukupan mineral dalam kategori cukup. Sedangkan tingkat kecukupan vitamin berada dalam kategori kurang, karena diduga kurang mengonsumsi buah-buahan.

(43)

30

Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan pertanyaan pengetahuan gizi yang masih kurang dipahami anak sekolah dasar adalah materi tentang makanan untuk pertumbuhan dan makanan penambah darah, sedangkan pengetahuan keamanan pangan mengenai mencuci tangan yang benar dan jajanan yang mengandung MSG sehingga masih perlu lebih intensif dijelaskan.

Pemberian penyuluhan kepada para guru dan orang tua serta komite penting dilakukan terkait pengetahuan gizi dan keamanan pangan mengenai makanan jajanan serta mengembangkan model dan media pendidikan gizi untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi, makanan jajanan dan keamanan pangan anak sekolah dasar sehingga dapat lebih selektif dalam pemilihan makanan jajanan yang aman dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Arrofi S. 2011. Studi konsumsi pangan hewani dan waktu pubertas pada siswi sekolah dasar di Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

(BPOM). 2007 Jajanan Anak sekolah. Sistem Keamanan Pangan Terpadu.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2007. BKKBN No 28/HK/-010/B5/2007 tentang Visi, Misi, dan Grand Strategi. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Damayanthi E, Dwiriani MC, Kustiyah L & Briawan D. 2010. Food Habit Among Elementary School Children in Urban Bogor. Jurnal gizi dan pangan, 5 (3), 158–163

Deni & Dwiriani MC. 2009.Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik,Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di Bogor yang berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Jurnal gizi dan pangan, 4 (2), 92-97

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004. www.depkes.go.id [20 Desember 2012]

Februhartanty, Judhiastuty & Iswarawanti DN. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia. http://www.gizi.net. [27 Desember 2012].

Gaman PM, Sherrington KB. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gardjito et al. penerjemah; Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari :The Science of Food An Introduction to Food Science, Nutrition, and Microbiology Second Edition.

Gibson. 2005. Principal of Nutritional Assessment. Oxford: Oxford University Press.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan serta Kebiasaan
Tabel 3  Kategori status gizi berdasarkan IMT/U, TB/U dan BB/U
Tabel 4 Sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga kedua sosek
Tabel 4 Sebaran anak berdasarkan karakteristik individu dan keluarga (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan modal dasar pembangunan, oleh karenanya pembangunan SDM harus benar-benar diarahkan dan ditingkatkan agar

# lemon juice to taste # 1 teaspoon salt # 1/2 tsp garlic powder # 1/4 TSP ginger powder # 8 shallots, pounded rough # 4 tbsp sweet soy sauce # 1 tsp caster sugar # 100

BELI SEKARANG JUGA..... BELI

RPJMD Kabupaten Indramayu Tahun 2011 – 2015 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan

Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan kebijakan teknis operasional, mengkoordinasikan, melaksanakan kerja sama dan mengendalikan pelaksanaan urusan

Ibu Treesia Sujana, MN selaku Wali studi selama ± 1 tahun, Kemudian Ibu Natalia Ratna Yulianti, S.Kep, Ns, MAN selaku Wali studi selama ±2 tahun yang sudah

pada kebijakan dividen di perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ada tidaknya perbedaan hasil belajar matematika siswa pada materi volume bangun ruang (kubus dan balok)