• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah Mulsa Optimal

Penentuan jumlah mulsa optimal telah dilakukan beberapa kali dengan metode yang terus diperbaiki untuk mendapatkan hasil terbaik. Pada tahap penentuan jumlah mulsa optimal, benih padi tidak digunakan. Secara keseluruhan, tahap penentuan jumlah mulsa optimal telah dilakukan sebanyak 4 kali dengan mempertimbangkan ketinggian tanah dan ketinggian ring sampel serta variasi berat mulsa yang digunakan.

Penentuan Jumlah Mulsa Optimal di Nampan Plastik

Pertama kali, penentuan jumlah mulsa optimal dilakukan pada 4-7 Juli 2015 dengan menggunakan tanah sawah yang sudah diolah dan dimasukkan ke dalam nampan plastik berukuran 24.5 cm x 17 cm x 5 cm yang memiliki lubang-lubang kecil di bagian dasarnya (Gambar 7). Ada 8 nampan plastik yang digunakan. Pemberian mulsa sekam dan arang sekam dibuat berdasarkan ukuran satu genggaman tangan penulis sebagai berikut:

1. Sekam dengan berat 1.5 gram, 2.1 gram, 2.6 gram, dan 5.7 gram 2. Arang sekam dengan berat 1.5 gram, 2.7 gram, 3.9 gram, dan 6.4 gram Namun hasilnya tanah sawah mengering hanya dalam 2 hari saja karena ketebalan tanah sawah yang digunakan hanya 5 cm dan nampan plastik memiliki banyak lubang kecil di bagian bawah sehingga air mengalir keluar melalui lubang-lubang tersebut. Ukuran berat mulsa yang dipilih juga subjektif sehingga ukuran tersebut tidak digunakan lebih lanjut.

Gambar 7 Percobaan menggunakan nampan plastik untuk penentuan jumlah mulsa optimal

Penentuan Jumlah Mulsa Optimal di Bak Plastik Kecil

Percobaan berikutnya untuk menentukan jumlah mulsa optimal dilakukan pada 5-9 Agustus 2015 dengan memasukkan tanah sawah yang sudah diolah ke dalam bak plastik dengan ukuran 38 cm x 30 cm x 12 cm (Gambar 8). Ketinggian tanah di dalam bak plastik yaitu 10 cm. Variasi berat mulsa yang digunakan yaitu:

1. Sekam 1.5 gram, 3 gram, 4.5 gram, dan 6 gram 2. Arang sekam 1.5 gram, 3 gram, 4.5 gram, dan 6 gram

Pemilihan variasi berat mulsa diambil berdasarkan berat mulsa satu genggam tangan yaitu sekam seberat 5.7 gram dan arang sekam seberat 6.4 gram, kemudian dibulatkan menjadi 6 gram. Berat 1.5 gram, 3 gram, dan 4.5 gram dianggap sebagai ¼, ½, dan ¾ genggam tangan.

Dalam satu hari, masing-masing perlakuan memiliki 3 sampel tanah yang diambil menggunakan ring sampel dengan diameter dan ketinggian 5 cm. Total ada 20 bak plastik yang digunakan dalam tahap ini sehingga total ada 120 titik sampel. Setelah 6 hari pengamatan, data yang diperoleh tidak valid (Gambar 9). Hipotesis dari data yang tidak valid adalah salah satunya karena penggunaan ring sampel yang terlalu tinggi, sedangkan mulsa mungkin berpengaruh hanya pada tanah di kedalaman beberapa mm di bawah mulsa. Hipotesis lain yaitu perlakuan yang kurang seragam, yaitu ketidakseragaman diameter mulsa. Pada hari terakhir, tanah sudah mulai mengering sehingga volume tanah tidak cukup mengisi volume ring sampel.

13

Gambar 8 Percobaan penentuan jumlah mulsa optimal menggunakan bak plastik

Gambar 9 Grafik perubahan kadar air tanah pada penentuan jumlah mulsa optimal di bak plastik

Keterangan :

A1.5 : arang sekam 1.5 gram A3 : arang sekam 3 gram A4.5 : arang sekam 4.5 gram A6 : arang sekam 6 gram

S1.5 : sekam 1.5 gram S3 : sekam 3 gram S4.5 : sekam 4.5 gram S6 : sekam 6 gram

Penentuan Jumlah Mulsa Optimal di Lahan I

Agar kondisi tanah lebih homogen, penentuan jumlah mulsa optimal selanjutnya dilakukan di lahan sawah (Gambar 10) pada 16-20 Agustus 2015 dengan variasi berat mulsa sekam dan arang sekam 3 dan 4 gram saja. Sampel tanah

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 1 2 3 4 5 Kad ar a ir t an ah (% ) Hari ke-A1.5 A3 A4.5 A6 S1.5 S3 S4.5 S6 Arang sekam sekam

yang akan diukur kadar airnya setiap hari diambil dengan menggunakan ring sampel kecil dengan diameter 5 cm dan ketinggian 2.5 cm. Hasil yang didapat menunjukkan kurva yang fluktuatif (Gambar 11) sehingga dilakukan analisis ragam dengan aplikasi SPSS untuk melihat beda nyata antar perlakuan. Analisis ragam tidak dilanjutkan dengan uji Duncan karena tidak terdapat beda nyata antar perlakuan pada taraf kesalahan 5% (Lampiran 2). Hipotesis dari hasil yang tidak berbeda nyata yaitu diameter mulsa yang tidak seragam dan perbedaan variasi mulsa yang sedikit.

Gambar 10 Mulsa di lahan sawah pada penentuan jumlah mulsa optimal

Gambar 11 Grafik perubahan kadar air tanah pada penentuan jumlah mulsa optimal di lahan I

Penentuan Jumlah Mulsa Optimal di Lahan II

Pada akhirnya, tahap ini dilakukan pada 16-20 September 2015 di lahan sawah yang belum diolah (Gambar 12) dengan variasi mulsa sebagai berikut:

1. Sekam dengan berat 3 gram, 4 gram, 6 gram, dan 9 gram 80 90 100 110 120 0 1 2 3 4 5 6 ka d ar ai r t an ah (% ) hari

ke-arang sekam 3 gram arang sekam 4 gram sekam 3 gram sekam 4 gram

sekam arang sekam

15

2. Arang sekam dengan berat 3 gram, 4 gram, 6 gram, dan 9 gram

Peletakkan mulsa dibuat seseragam mungkin dengan menyeragamkan diameter mulsa menggunakan pipa PVC berdiameter 9 cm. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan ring sampel dengan tinggi 2.5 cm setiap 2 hari sekali, sebanyak 4 sampel per perlakuan per 2 hari pengambilan sampel. Hasil pada tahap ini dapat dilihat di Tabel 6.

Gambar 12 Mulsa pada lahan sawah untuk penentuan jumlah mulsa optimal di lahan II

Tabel 6 Data kadar air tanah dalam penentuan jumlah mulsa optimal

Hari ke- Kadar air tanah (%)

A3 A4 A6 A9 S3 S4 S6 S9

1 92.22 92.22 92.22 92.22 92.22 92.22 92.22 92.22 3 93.46 82.08 81.28 76.02 87.95 100.63 87.59 78.96 5 84.25 84.36 79.23 87.50 91.25 93.33 83.14 94.85 Keterangan :

A3 : arang sekam 3 gram A4 : arang sekam 4 gram A6 : arang sekam 6 gram A9 : arang sekam 9 gram

S3 : sekam 3 gram S4 : sekam 4 gram S6 : sekam 6 gram S9 : sekam 9 gram

Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar air tanah yang ditutupi oleh mulsa sekam lebih tinggi daripada tanah yang ditutupi oleh mulsa arang sekam. Hal ini terjadi karena sekam memiliki luas permukaan per butir yang lebih besar sehingga lebih menutupi tanah. Berat sekam juga lebih ringan dibanding arang sekam sehingga dengan berat yang sama dengan arang sekam, jumlah butiran sekam lebih banyak dan ketebalannya lebih tinggi.

Analisis ragam pengaruh perlakuan pemberian sekam dengan variasi berat 3, 4, 6, dan 9 gram pada hari ke-3 pengamatan menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan pada taraf kesalahan 5%, yaitu pemberian sekam 4 gram. Pada hari

arang sekam

pengamatan ke-5, analisis ragam menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan (Lampiran 3).

Berdasarkan data pada tahap ini, pada pengamatan perubahan kadar air tanah, mulsa yang akan digunakan hanya sekam karena sekam lebih baik dalam menjaga kadar air tanah. Berat sekam yang akan digunakan adalah 6 dan 9 gram karena 3 dan 4 gram tidak cukup menutupi titik tanam benih dan pada percobaan sebelumnya, sekam 3 dan 4 gram tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan kadar air tanah. Oleh karena itu, pada tahap selanjutnya digunakan sekam 6 gram dan sekam 9 gram, tetapi kedalaman sampel tanah yang diambil dikurangi menjadi 0.5 cm dari sebelumnya 2.5 cm. Sekam 6 gram dan 9 gram yang digunakan pada penentuan jumlah mulsa optimal diletakkan pada lahan dengan diameter 9 cm. Pada tahap selanjutnya, diameter sekam yang digunakan adalah 5 cm sehingga ketebalan sekam disamakan dengan ketebalan saat penentuan jumlah mulsa optimal dengan cara mengukur ketebalan sekam 6 gram dan 9 gram yang dimasukkan pada pipa PVC berdiameter 9 cm. Ketebalan sekam yang didapat yaitu 9 mm dan 12 mm.

Tanah yang akan digunakan juga merupakan tanah sawah yang sudah siap untuk ditanami bibit padi karena pada tahap sebelumnya tanah yang tidak diolah memiliki beberapa kekurangan, antara lain adanya sisa tunggul padi yang ikut terambil ke dalam ring sampel sehingga mempengaruhi kadar air tanah dan banyaknya organisme di lahan yang mempengaruhi densitas tanah. Tanah akan diletakkan di dalam wadah plastik dan pengukuran kadar air tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah menggunakan ring sampel, kemudian sampel tanah dioven.

Perubahan Sifat Fisik Tanah

Pengamatan dilakukan dengan memasukkan tanah sawah yang sudah diolah ke dalam bak plastik kecil berukuran 38 cm x 30 cm x 12 cm. Jenis tanah yang digunakan yaitu tanah latosol atau disebut juga inceptisol. Karakteristik tanah dapat dilihat di Lampiran 9. Perlakuan pada tahap ini dirancang seperti pada Tabel 7.

Tabel 7 Perlakuan pengamatan perubahan kadar air tanah

No. Perlakuan Kode

1 Tanpa irigasi, tanpa sekam T1

2 Tanpa irigasi, sekam tebal 9 mm T2 3 Tanpa irigasi, sekam tebal 12 mm T3

4 Dengan irigasi, tanpa sekam I1

5 Dengan irigasi, sekam tebal 9 mm I2 6 Dengan irigasi, sekam tebal 12 mm I3

Pada perlakuan dengan pemberian air irigasi (I1, I2, dan I3), bak plastik kecil dibuat berlubang di sisinya, lalu dimasukkan ke dalam bak plastik besar berukuran 134 cm x 33.5 cm x 18.5 cm, sedangkan pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi (T1, T2, dan T3), bak plastik kecil tidak dilubangi. Bak plastik besar diisi tanah sawah setinggi 5 cm lalu ditambahkan air di atasnya setinggi 2 cm. Ketinggian air dijaga konstan setiap harinya.

17

Kadar Air Tanah

Pengamatan perubahan kadar air tanah yang telah dilakukan selama 11 hari bertujuan mengamati pengaruh penggunaan mulsa sekam dan pemberian air irigasi terhadap penurunan kadar air tanah selama tahap awal budi daya padi tanam benih langsung. Faktor pertama yang digunakan pada penelitian ini adalah pemberian air irigasi dan tanpa pemberian air irigasi. Faktor kedua pada penelitian terdiri atas 3 taraf yaitu variasi ketebalan mulsa sekam. Ketebalan mulsa sekam yang digunakan yaitu tanpa mulsa, 9 mm, dan 12 mm. Sketsa penanaman benih padi pada bak plastik beserta gambar teknik dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

Sampel tanah diambil sedalam 0.5 cm menggunakan ring sampel setinggi 2.5 cm yang disumbat dengan styrofoam setebal 2 cm. Sampel tanah diambil setiap dua hari sebanyak 3 sampel per perlakuan sebagai ulangan. Kadar air tanah dihitung berdasarkan basis kering sehingga nilai kadar air dapat mencapai nilai lebih dari 100%. Tanah yang digunakan pada penelitian memiliki kondisi awal macak-macak atau kondisi tanah jenuh dengan air sedikit menggenang pada permukaan tanah. Tanah yang digunakan sudah dalam kondisi berlumpur. Data kadar air tanah (%) beserta persamaan linier kurva pada perlakuan dengan pemberian air irigasi dapat dilihat pada Gambar 13, sedangkan data kadar air tanah (%) pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 13 Persamaan linier kurva perubahan kadar air tanah pada perlakuan pemberian air irigasi untuk beberapa ketebalan mulsa sekam

y = -4.167x + 143.32 R² = 0.9075 y = -3.5284x + 136.09 R² = 0.889 y = -3.4397x + 133.63 R² = 0.7581 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 1 3 5 7 9 11 Ka d ar a ir t an ah (% ) Hari ke-I1 I2 I3 Linear (I1) Linear (I2) Linear (I3) Pendugaan I1 Pendugaan I2 Pendugaan I3

Gambar 14 Persamaan linier kurva perubahan kadar air tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi untuk beberapa ketebalan mulsa sekam Secara keseluruhan, penurunan kadar air tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi lebih besar. Kadar air tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi di hari ke-11 lebih rendah dibandingkan dengan kadar air tanah pada perlakuan dengan pemberian air irigasi. Hanya saja di hari ke-3, kadar air tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi sedikit lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan dengan pemberian air irigasi.

Ketiga kurva pada Gambar 14 menunjukkan penurunan nilai kadar air tanah secara konstan, berbeda dengan kurva yang ditunjukkan pada perlakuan dengan pemberian air irigasi menunjukkan kenaikan nilai kadar air tanah pada hari ke-11. Kadar air tanah pada perlakuan dengan pemberian air irigasi lebih tinggi karena tanah selalu mendapat pasokan air. Tanah yang tidak diberikan air irigasi dan terpapar sinar matahari akan mengalami penurunan kadar air akibat penguapan. Tanpa adanya pasokan air irigasi, tanah akan terus mengalami penurunan kadar air.

Analisis ragam (Anova) satu arah dilakukan terhadap data perubahan kadar air tanah untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan per hari dan perbedaan nyata suatu perlakuan selama 11 hari pengamatan. Uji lanjut Duncan dilakukan untuk melihat perlakuan mana saja yang berbeda nyata pada taraf kesalahan 5%. Analisis ragam antar perlakuan per hari dilakukan dengan tujuan membandingkan pengaruh antar perlakuan dalam satu hari pengamatan, sedangkan analisis ragam suatu perlakuan selama 11 hari pengamatan bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan sekam dan irigasi/tanpa irigasi selama 11 hari.

Pada hari ke-3 pengamatan, belum ada perlakuan yang memberikan beda nyata terhadap perubahan kadar air. Di hari ke-5, terdapat perlakuan yang berbeda nyata. Perlakuan yang berbeda nyata juga terjadi pada hari ke-7 dan hari ke-11. Namun di hari ke-9 tidak ada perlakuan yang memberikan beda nyata. Data pengaruh perlakuan terhadap perubahan kadar air tanah per hari dapat dilihat pada Tabel 8. y = -7.871x + 148.64 R² = 0.9246 y = -6.7963x + 141.26 R² = 0.9006 y = -6.6531x + 143.88 R² = 0.8903 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 1 3 5 7 9 11 K ad ar ai r t an ah (% ) Hari ke-T1 T2 T3 Linear (T1) Linear (T2) Linear (T3) Pendugaan T1 Pendugaan T2 Pendugaan T3

19

Tabel 8 Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap perubahan kadar air tanah per hari

Perlakuan

Kadar air tanah (%bk) Hari pengamatan ke-

3 5 7 9 11 I1 135.53 a 121.00 c 112.09 b 98.67 a 104.10 c I2 122.16 a 113.14 bc 112.70 b 101.06 a 101.89 c I3 114.83 a 112.69 bc 114.77 b 95.66 a 101.47 c T1 138.18 a 101.18 ab 84.57 a 78.61 a 67.41 a T2 128.66 a 93.29 a 86.99 a 83.85 a 71.54 ab T3 133.17 a 105.44 ab 84.75 a 81.09 a 80.78 b Keterangan: perbedaan huruf pada satu kolom menandakan bahwa perlakuan tersebut berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (0.05)

Hasil pada Tabel 8 menunjukkan adanya perbedaan nyata perubahan kadar air tanah antara perlakuan pemberian air irigasi (I1, I2, dan I3) dan tanpa pemberian air irigasi (T1, T2, dan T3) pada hari ke-7 dan ke-11. Kadar air tanah pada perlakuan dengan pemberian air irigasi jauh lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi. Pada hari ke-5, pemberian sekam 9 mm maupun 12 mm belum memberikan beda nyata terhadap kadar air tanah. Perlakuan I1 (irigasi, tanpa sekam) juga memiliki nilai kadar air tanah rata-rata tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan T2 (tanpa irigasi, sekam 9 mm) memiliki kadar air tanah rata-rata terendah.

Pada hari ke-7 mulai terlihat bahwa perlakuan dengan pemberian air irigasi menghasilkan beda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian air irigasi. Namun pemberian sekam ataupun tidak, masih belum memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air tanah. Di hari terakhir, perlakuan pemberian irigasi dan tanpa irigasi masih menghasilkan beda nyata. Penggunaan sekam pada perlakuan dengan pemberian air irigasi tidak berbeda nyata. Penggunaan sekam pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi menghasilkan perbedaan nyata, yaitu pemberian sekam setebal 12 mm berbeda nyata dengan tanpa sekam, namun tidak berbeda nyata dengan pemberian sekam 9 mm. Pemberian sekam 9 mm tidak berbeda nyata dengan tanpa sekam.

Tabel 9 Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap perubahan kadar air tanah selama 11 hari

Perlakuan

Kadar air tanah (%bk) Hari pengamatan ke-

1 3 5 7 9 11 I1 138.54 d 135.53 d 121.00 c 112.09 bc 98.67 a 104.10 ab I2 138.54 a 122.16 a 113.14 a 112.70 a 101.06 a 101.89 a I3 138.54 d 114.83 c 114.77 c 112.69 bc 95.66 a 101.47 ab T1 138.54 c 138.18 c 101.18 b 84.57 ab 78.61 a 67.41 a T2 138.54 b 128.66 b 93.28 a 86.99 a 83.85 a 71.54 a T3 138.54 c 133.17 c 105.44 b 84.76 a 81.09 a 80.78 a Keterangan: perbedaan huruf pada satu baris menandakan bahwa perlakuan tersebut berbeda nyata berdasarkan uji Duncan (0.05)

Analisis ragam juga dilakukan untuk melihat perbedaan nyata setiap perlakuan selama 11 hari pengamatan (Tabel 9). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa perlakuan I2 (irigasi dan sekam tebal 9 mm) tidak memberikan perbedaan nyata terhadap perubahan kadar air tanah, padahal perlakuan I1 (irigasi dan tanpa sekam) memberikan perbedaan nyata terhadap perubahan kadar air tanah. Hasil lengkap pengujian dengan SPSS dapat dilihat pada Lampiran 6.

Densitas Tanah

Densitas tanah (bulk density) diperoleh dari perbandingan massa tanah kering oven dengan volume tanah. Densitas tanah menunjukkan kepadatan partikel tanah dalam volume tertentu. Tanah yang lebih padat memiliki nilai bulk density yang lebih tinggi pula. Tanah dengan densitas yang tinggi akan mengganggu aerasi dan drainase, serta mempersulit akar tanaman untuk menembus tanah.

Gambar 15 menunjukkan perubahan densitas tanah selama 11 hari penelitian pada perlakuan pemberian air irigasi, sedangkan Gambar 16 menunjukkan perubahan densitas tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi. Pada awalnya nilai densitas tanah rata-rata didapat sebesar 0.632 g/cc. Densitas tanah pada perlakuan dengan pemberian air irigasi berkisar antara 0.870 sampai 1.114 g/cc, sedangkan densitas tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi berkisar antara 0.734 sampai 1.420 g/cc.

Gambar 15 Persamaan linier kurva perubahan densitas tanah pada perlakuan pemberian air irigasi untuk beberapa ketebalan mulsa sekam

y = 0.042x + 0.6965 R² = 0.7923 y = 0.0367x + 0.7166 R² = 0.7073 y = 0.0399x + 0.7073 R² = 0.7815 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100 1.200 1 3 5 7 9 11 De n si tas (g /c c) Hari ke-I1 I2 I3 Linear (I1) Linear (I2) Linear (I3) Pendugaan I1 Pendugaan I2 Pendugaan I3

21

Gambar 16 Persamaan linier kurva perubahan densitas tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi untuk beberapa ketebalan mulsa sekam

Porositas Tanah

Porositas tanah menunjukkan ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro dalam tanah yang dinyatakan dalam persentase volume bernilai 0-100%. Porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh padatan tanah. Semakin tinggi porositas tanah, berarti semakin sedikit jumlah partikel tanah yang ada karena banyaknya pori-pori yang terisi oleh air maupun udara. Porositas tanah yang tinggi biasanya diikuti oleh kadar air tanah yang tinggi pula. Gambar 17 menunjukkan perubahan porositas tanah selama 11 hari penelitian pada perlakuan dengan pemberian air irigasi. Perubahan porositas tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 17 Persamaan linier kurva perubahan porositas tanah pada perlakuan pemberian air irigasi untuk beberapa ketebalan mulsa sekam

y = 0.077x + 0.6233 R² = 0.9523 y = 0.0627x + 0.7312 R² = 0.7805 y = 0.0738x + 0.587 R² = 0.9147 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 1 3 5 7 9 11 De n si ta s (g/ cc) Hari ke-T1 T2 T3 Linear (T1) Linear (T2) Linear (T3) y = -1.5841x + 73.718 R² = 0.7923 y = -1.3863x + 72.959 R² = 0.7073 y = -1.5053x + 73.31 R² = 0.7815 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 1 3 5 7 9 11 Po ro si ta s (% ) Hari ke-I1 I2 I3 Linear (I1) Linear (I2) Linear (I3) Pendugaan I1 Pendugaan I2 Pendugaan I3 Pendugaan T1 Pendugaan T2 Pendugaan T3

Gambar 18 Persamaan linier kurva perubahan porositas tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi untuk beberapa ketebalan mulsa sekam

Pertumbuhan Benih Padi

Selama 11 hari proses budi daya padi menggunakan mulsa sekam, tinggi padi secara keseluruhan selalu mengalami peningkatan. Ada 6 titik tanam per perlakuan yang diambil sebagai sampel untuk pengukuran tinggi dan 6 titik tanam ini tidak diambil sampel tanahnya sebelum 11 hari penelitian selesai. Tinggi bibit padi tertinggi pada hari ke-11 mencapai 25.9 cm pada perlakuan T3, sedangkan tinggi tanaman terendah yaitu 22.7 cm pada perlakuan I1. Peningkatan tinggi tanaman rata-rata dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pada hari ke-5, tanaman yang tidak ditutupi mulsa tumbuh tidak teratur. Ada benih yang tumbuh tidak pada titik tanam, tidak tumbuh tegak, dan ada juga yang hilang, sedangkan tanaman yang ditutupi mulsa sekam tumbuh teratur, tegak, dan berada pada titik tanamnya masing-masing (Lampiran 8). Penggunaan sekam sebagai mulsa dapat mencegah benih hilang atau berpindah karena tiupan angin. Menurut Mather (1984), beberapa studi menunjukkan bahwa ketika kadar air tanah turun di bawah 70-80%, hasil panen mulai menurun. Hal ini berarti, ketika kadar air tanah menurun hingga mencapai 70-80%, tanah sudah harus diirigasi untuk menekan penurunan hasil panen.

Pada hari ke-9 kadar air tanah pada perlakuan tanpa pemberian air irigasi (T1, T2, dan T3) sudah menurun hingga 78.61% dan pada hari ke-11 menurun hingga 67.41%. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa pemberian irigasi, lahan sebaiknya diirigasi pada hari ke-11. Tinggi tanaman pada hari ke-11 juga sudah cukup tinggi untuk digenangi air.

y = -2.9062x + 76.481 R² = 0.9523 y = -2.366x + 72.406 R² = 0.7805 y = -2.7854x + 77.849 R² = 0.9147 40.00 45.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 1 3 5 7 9 11 Poro si tas (% ) Hari ke-T1 T2 T3 Linear (T1) Linear (T2) Linear (T3) Pendugaan T1 Pendugaan T2 Pendugaan T3

23

Intensitas Cahaya Matahari

Intensitas cahaya matahari (lux) diukur menggunakan luxmeter digital selama 11 hari pengamatan setiap 3 jam, mulai dari pk. 6.00 hingga 18.00 WIB (Lampiran 8). Pada hari ke-7, sekitar pk. 9.00 cahaya matahari menjadi redup karena langit mendung, tetapi tidak terjadi hujan. Rentang nilai intensitas cahaya matahari selama penelitian berkisar antara 8 lux hingga 85000 lux.

Suhu dan Kelembaban Relatif (RH) Lingkungan

Suhu lingkungan di sekitar lokasi penelitian diukur selama 2 hari berturut-turut untuk mendapatkan kelembaban relatif (RH) lingkungan. Suhu bola basah dan suhu bola kering diukur menggunakan 3 psikrometer, kemudian suhu masing-masing dirata-rata dan nilai RH dihitung dengan menggunakan aplikasi psikrometri pada www.sugartech.ca/psychro/ dengan memasukkan nilai suhu bola basah dan suhu bola kering yang sudah dirata-rata. Data suhu dan kelembaban relatif lingkungan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Pada hari pertama, nilai RH terendah yaitu 67.12% pada pk. 10.00 dan tertinggi 96.29% pada pk. 17.00. Di hari kedua, nilai RH terendah terjadi pada pk. 13.00 sebesar 69.02% dan tertinggi pada pk. 18.00 sebesar 93.77%.

Dokumen terkait