• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian yang dilakukan terbagi atas tiga perlakuan yaitu pengujian mercon belerang, pembakaran belerang dengan merang (emposan), dan hidrogen fosfida. Perlakuan mercon belerang terdiri atas tiga taraf yaitu dengan satu, dua, dan tiga batang mercon. Pada satu dan dua batang mercon dilakukan empat ulangan sedangkan pada tiga batang mercon dilakukan dua ulangan. Hal ini dikarenakan ketersediaan mercon yang terbatas. Perlakuan pembakaran merang dengan belerang terdiri dari dua taraf yaitu 40 dan 80 putaran dengan empat ulangan. Perlakuan dengan hidrogen fosfida terdiri dari dua taraf yaitu dua dan enam tablet dengan tiga ulangan.

Rentang Waktu Saat Kematian Tikus Sawah

Rentang waktu saat kematian tikus sawah dapat dilihat pada Tabel 3 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 1.

Tabel 3 Rata- rata saat kematian tikus sawah setelah aplikasi

Perlakuan Lama kematian tikus (detik) Mercon belerang dosis 1 batang 35.6 b

Mercon belerang dosis 2 batang 36.13 b Mercon belerang dosis 3 batang 37.3 b Emposan belerang dengan merang (5.38

: 70 gram) dengan 40 putaran

142.1b

Emposan belerang dengan merang (5.38 : 70 gram) dengan 80 putaran

78 b

Hidrogen fosfida dosis 2 tablet 7155 a Hidrogen fosfida dosis 6 tablet 7210 a

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5 %

Hasil pengamatan terhadap rata-rata saat kematian tikus sawah pada perlakuan mercon belerang dan pembakaran merang dengan belerang tidak berbeda nyata, tapi kedua perlakuan ini berbeda sangat nyata dengan perlakuan hidrogen fosfida.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa urutan saat kematian tikus sawah dari yang paling cepat berturut-turut sebagai berikut: mercon belerang 1 batang, mercon belerang 2 batang, mercon belerang 3 batang, emposan 80 putaran,

emposan 40 putaran, hidrogen fosfida 2 tablet, hidrogen fosfida 6 tablet. Perlakuan fumigasi dengan mercon belerang mengakibatkan kematian

tikus sawah paling cepat (Gambar 6), dibandingkan dengan fumigasi dari pembakaran belerang dengan merang dan hidrogen fosfida. Hal ini disebabkan adanya dorongan asap belerang dari serbuk mercon yang terbakar. Bahan baku mercon belerang terdiri dari belerang, serbuk mercon dan kertas sebagai pembungkus sehingga dihasilkan gas SO2 dengan konsentrasi yang tinggi segera setelah dilakukan pembakaran, serta terjadi penjenuhan liang tikus dengan gas SO2 mercon belerang lebih cepat daripada perlakuan emposan dan dari gas fosfin (PH3). Gas SO2 ini menimbulkan gangguan pada pembuluh-pembuluh sistem pernafasan tikus sawah sehingga mempercepat kematiannya (Brooks dan Rowe 1979).

Gambar 6. Kematian tikus setelah perlakuan

Pada perlakuan pembakaran belerang dengan merang mengakibatkan kematian lebih lambat dibandingkan dengan mercon belerang. Hal ini disebabkan adanya pencampuran bahan baku belerang dengan merang (5.38 : 70 gram) dan belerang yang terbakar kurang sempurna sehingga konsentrasi gas SO2 yang dihasilkan tidak sebesar yang dihasilkan mercon belerang. Fumigasi dari pembakaran belerang dengan merang menghasilkan gas CO2 dan CO. Menurut Ganong (1983) dalam Assagaf (1987), gas karbon monoksida tersebut terbentuk

dari pembakaran tidak sempurna ikatan rantai carbon. Gas ini dapat menyebabkan kematian.

Penelitian Assagaf (1987) menyatakan saat kematian tikus sawah semakin cepat dengan semakin meningkatnya perbandingan belerang dengan merang. Saat kematian yang cepat ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas SO2 yang dihasilkan dari pembakaran belerang. Artinya kematian tikus sawah dapat lebih cepat jika perbandingan belerang dengan merang ditingkatkan dari pengujian awal 1:13 menjadi 1:10.

Rata-rata waktu kematian tikus sawah pada perlakuan yang sama tidak seragam. Di bagian tengah arena pengujian, kematian tikus sawah lebih cepat dibandingkan dengan bagian pinggir. Hal ini dikarenakan semakin jauh jarak sarang dari sumber asap, maka semakin lama waktu kematian.

Pada perlakuan mercon belerang dosis dua batang rata-rata kematian tikus di bagian tengah arena lebih lama dibandingkan dengan bagian ujung arena pengujian. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu masih terdapat celah pada stoples yang tidak tertutup rapat. Rata-rata kematian tikus di bagian tengah arena dan ujung arena pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 2-8.

Tabel 4 Rata-rata kematian tikus sawah di bagian tengah dan tepi dari arena pengujian

Keterangan: Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5 %

Rata-rata kematian tikus Bagian tengah Bagian tepi Perlakuan

Detik

Mercon belerang dosis 1 batang 35 a 36.125 a Mercon belerang dosis 2 batang 36.625 a 35.625 a Mercon belerang dosis 3 batang 36.5 a 38 a Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) selama 40 putaran 95.25 b 188.88 a Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) selama 80 putaran 72.50 a 83.50 a Hidrogen fosfida dosis 2 tablet 6829.8 a 7480.2 a Hidrogen fosfida dosis 6 tablet 6820 a 7600 a

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada perlakuan emposan belerang dengan merang selama 40 putaran, rata-rata kematian tikus di bagian tengah berbeda sangat nyata dengan bagian tepi, sedangkan pada perlakuan lainnya rata-rata kematian tikus di bagian tengah tidak berbeda nyata dengan bagian tepi.

Daya kerja hidrogen fosfida yang lambat disebabkan adanya masa aman 15 menit, yaitu selang waktu 15 menit gas fosfin (PH3) belum terurai dari hidrogen fosfida. Masa aman tersebut disebabkan adanya parafin 2 % yang menyelimuti hidrogen fosfida tersebut (Priyambodo 2003). Akan tetapi pada pengujian ini masa aman tersebut sudah tidak ada lagi karena hidrogen fosfida dalam tabung sudah bereaksi dengan H2O (g) sebagai akibat penggunaan yang tidak serentak untuk semua tablet.

Hasil pengamatan pada penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan selama 1.9 jam, hidrogen fosfida belum habis terurai dan masih dapat diaplikasikan ke liang lain di lapangan. Dosis 1 tablet hidrogen fosfida dinyatakan dalam gram dari fosfin per ton kubik bahan simpanan (g/m3). Pada suhu 20oC hidrogen fosfida habis terurai dalam kurun waktu 3 hari atau 72 jam (Anonim 2004a). Pada pernyataan Rouscher 1968 dalam Assagaf 1987 bahwa pada tingkat kelembaban 50 % dan suhu 25oC hidrogen fosfida memerlukan waktu sekitar dua hari agar gas fosfin terurai habis.

Rentang Waktu Asap Menjangkau Tikus Sawah

Hasil pengamatan terhadap rata-rata saat tikus merasakan pengaruh fumigasi pada perlakuan Mercon belerang dan pembakaran merang dengan belerang tidak berbeda nyata, tapi kedua perlakuan ini berbeda sangat nyata dengan perlakuan hidrogen fosfida. Rentang waktu asap mencapai sasaran atau tikus sawah merasakan efek fumigasi setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 9.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa urutan saat tikus sawah merasakan pengaruh fumigan dari yang paling cepat berturut-turut sebagai berikut: Emposan 80 putaran, emposan 40 putaran, mercon belerang 3 batang, mercon belerang 2 batang, mercon belerang 1 batang, hidrogen fosfida 6 tablet, hidrogen fosfida 2 tablet.

Tabel 5 Rata- rata saat tikus merasakan pengaruh dari fumigasi setelah perlakuan

Perlakuan Lama waktu tikus merasakan fumigan (detik)

Mercon belerang dosis 1 batang 16.0 c Mercon belerang dosis 2 batang 12.75 c Mercon belerang dosis 3 batang 11.5 c Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) selama 40 putaran 11.3 c Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) selama 80 putaran 10.3 c Hidrogen fosfida dengan dosis 2 tablet 4820.0 a Hidrogen fosfida dengan dosis 6 tablet 3720.0 b

Keterangan: Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5 %

Pada perlakuan mercon dan emposan, tikus sawah merasakan pengaruh ditandai dengan masuknya asap dari pipa paralon ke dalam liang tikus sawah (Gambar 7), sehingga tikus menjadi gelisah dan berputar-putar. Sedangkan pada perlakuan hidrogen fosfida ditandai dengan tikus menggerak-gerakkan moncongnya sambil mencium-cium bau udara dalam stoples, gelisah, gruming atau menjilati seluruh tubuh.

Perlakuan fumigasi dengan emposan alat PINDAD memberikan efek gelisah dan berputar-putar pada tikus sawah lebih cepat, dibandingkan dengan mercon belerang dan hidrogen fosfida. Hal ini karena asap yang dihasilkan dari pengemposan dengan alat PINDAD lebih cepat mencapai ujung pipa paralon (liang). Asap yang dihasilkan mengandung gas SO2. Perlakuan hidrogen fosfida memberikan efek yang lama dikarenakan dibutuhkan konsentrasi yang cukup untuk menjenuhkan pipa paralon terlebih dahulu sampai kemudian gas fosfin dapat menjangkau tikus uji di dalam stoples.

Gambar 7. Kondisi liang/stoples pada saat perlakuan

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa jenis kelamin betina lebih banyak digunakan dibandingkan dengan jantan pada tiap perlakuan, disajikan pada Gambar 8. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 A B C D E F G Perlakuan Ju m lah (e ko r Betina Jantan

Gambar 8. Perbandingan jumlah jenis kelamin pada tiap perlakuan

Keterangan : A = 1 Batang mercon B = 2 Batang mercon C = 3 Batang mercon D = Emposan 40 putaran E = Emposan 80 putaran F = 2 tablet

PH3 G = 6 tablet PH3

Pada Gambar 8 terlihat bahwa pada semua perlakuan jumlah jenis kelamin betina lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin jantan, bahkan pada perlakuan C dan G jenis kelamin jantan sama sekali tidak ada. Hal ini dikarenakan pemilihan jenis kelamin tikus yang dilakukan secara acak.

Rentang Waktu Kematian Berdasarkan Jenis Kelamin Tikus

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa meskipun adanya perbedaan jenis kelamin pada tiap perlakuan, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap terhadap waktu kematian, dapat dilihat pada Tabel 6 dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 10-14

Tabel 6 Lama kematian berdasarkan jenis kelamin

Perlakuan Jantan Betina (detik) Rerata

Detik Mercon belerang dosis 1 batang Tidak ada 35.6 (n=16) 35.6

Mercon belerang dosis 2 batang 37.750 a (n=4)

35.583 a (n=12)

36.12

Mercon belerang dosis 3 batang 35 a (n=3) 38.6 a

(n=5) 37.3 Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) dengan 40 putaran

132.33 a (n=3)

144.31 a (n=13)

142.1

Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) dengan 80 putaran 91 a (n=2) 76.14 a (n=14)

78

Hidrogen fosfida dengan dosis 2

tablet 4740 b (n=2) 7638 a (n=10)

7155

Hidrogen fosfida dengan dosis 6

tablet Tidak ada

7210 (n=16)

7210

Keterangan: Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5 %

Dari Tabel 6 dapat dilihat pada perlakuan hidrogen fosfid dosis 2 tablet lama kematian tikus jantan berbeda sangat nyata dengan tikus betina, sedangkan perlakuan lainnya lama kematian tikus jantan tidak berbeda nyata dengan tikus betina. Pada perlakuan mercon belerang dosis 2 batang, dan emposan belerang dengan merang selama 80 putaran lama kematian tikus betina lebih cepat dibandingkan dengan tikus jantan, sedangkan pada perlakuan mercon belerang dosis 3 batang, emposan belerang dengan merang selama 40 putaran, dan hidrogen fosfid dosis 2 tablet rata-rata kematian tikus jantan lebih cepat dibandingkan dengan tikus betina. Adanya perbedaan jenis kelamin pada tiap perlakuan, tidak mempengaruhi waktu kematian tikus sawah.

Rentang Waktu Kematian Tikus Sawah Berdasarkan Bobot Tikus

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata bobot tikus di atas 70 gram pada tiap perlakuan kecuali pada perlakuan dengan hidrogen fosfid dosis 6 tablet di bawah 70 gram.

Tikus yang memiliki bobot di atas 70 gram dikategorikan tikus besar (adult) dan tikus yang memiliki bobot di bawah 70 gram dikategorikan tikus kecil (subadult). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa meskipun adanya perbedaan bobot pada tiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap waktu kematian tikus sawah (Tabel 7), dan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 15-21

Tabel 7 Lama kematian berdasarkan bobot tubuh

Perlakuan < 70 gram > 70 gram Rerata (detik)

Detik Mercon Belerang dosis 1 batang 36 a (n=3) 35.4 a

(n=13) 35.6 Mercon Belerang dosis 2 batang 36 a (n=11) 36.4 a

(n=5) 36.12 Mercon Belerang dosis 3 batang 38 a (n=2) 37 a (n=6) 37.3 Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) selama 40 putaran 121.75 a (n=4) 148.83 a (n=12) 142.1 Emposan belerang dengan merang

(5.38 : 70 gram) selama 80 putaran 60.50 a (n=2) (n=14) 80.5 a 78 Hidrogen Fosfida dosis 2 tablet 7877 a

(n=7)

6144 a

(n=5) 7155 Hidrogen Fosfida dosis 6 tablet 6758 a

(n=8)

8115 a

(n=4) 7210

Keterangan: Angka pada baris yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5

Dari Tabel 7 dapat dilihat pada semua perlakuan lama kematian tikus besar tidak berbeda nyata dengan tikus kecil. Pada perlakuan mercon belerang dosis 1, 3 batang, dan hidrogen fosfida dosis 2 tablet lama kematian tikus besar lebih cepat dibandingkan tikus kecil, sedangkan pada perlakuan mercon belerang dosis 2 batang, emposan belerang dengan merang selama 40 dan 80 putaran, dan hidrogen fosfida dosis 6 tablet rata-rata kematian tikus kecil lebih cepat

dibandingkan tikus besar. Adanya perbedaan bobot tikus pada tiap perlakuan, tidak mempengaruhi waktu kematian tikus sawah.

Dokumen terkait