• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Ekstraksi Daun Gaharu

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. Ekstrak etanol menggunakan metode maserasi. Ekstrak daun gaharu dalam penelitian ini masing – masing menggunakan simplisia sebanyak 50 g dengan pelarut etanol sebanyak 500 ml. Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam serbuk.

Teknik ekstraksi yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik maserasi. Maserasi adalah proses perendaman sampel untuk menarik komponen yang diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu. Keuntungannya yakni lebih praktis, pelarut yang digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan, tetapi waktu yang dibutuhkan relatif lama (Kristanti, 2008). Hasil ekstraksi etanol serbuk daun pada dua jenis gaharu yang tumbuh di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kadar Ekstrak Etanol Serbuk Daun Pada Dua Jenis Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara

4 Wikstroemia tenuiramis Desa Siantona Daun Muda 7,6

Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa semua sampel daun gaharu mempunyai berat serbuk yang sama sebesar 50 g, namun ekstrak kental yang didapat dari proses maserasi berbeda-beda. Proses perhitungan kadar ekstrak etanol dapat dilihat pada Lampiran 4. Ekstrak kental tertinggi didapat dari serbuk

5 Desa Siantona Daun Tua 8,4

6 Desa Siantona Daun Campuran 8,0

daun gaharu W. tenuiramis yang berasal dari desa Siantona pada bagian daun tua yaitu sebesar 8,4% dan diikuti pada bagian daun campuran sebesar 8,0%.

Sedangkan ekstrak kental terendah terdapat pada daun gaharu

A. malaccensis yang berasal dari desa Bahorok pada bagian daun tua sebesar 6,2%. Perbedaan kadar yang didapat dari proses ekstraksi dapat disebabkan oleh proses pengekstrakan pada penelitian ini menggunakan teknik ekstraksi, waktu ekstraksi, dan temperatur berbeda, tetapi dengan konsentrasi pelarut dan perbandingan bahan pelarut yang sama. Menurut Harbone (1987) hasil ekstrak yang diperoleh akan sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi serta perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel.

Tinggi rendahnya rendemen yang didapat juga bisa dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang dipakai. Dimana dalam ekstraksi zat warna alam ini menggunakan metode maserasi. Kelebihan dari metode maserasi pada ekstraksi zat warna alam, yaitu zat warna yang mengandung gugus-gugus yang tidak stabil (mudah menguap) seperti ester dan eter tidak akan rusak atau menguap karena berlangsung pada kondisi dingin (Suarsa, dkk., 2011).

Maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dilakukan untuk sampel yang tidak tahan panas dengan cara perendaman di dalam pelarut tertentu selama waktu tertentu. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendaman tetapi menghasilkan produk yang baik, selain itu dengan teknik ini zat-zat yang tidak tahan panas tidak akan rusak. Metode ini sangat sederhana namun mampu memisahkan senyawa kimia yang diinginkan hanya dengan menggunakan pelarut tertentu. Selain itu juga

metode maserasi menguntungkan dalam proses pengambilan senyawa bahan alam dengan perendaman, karena dalam sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan luar sel sehingga senyawa yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna dengan perendaman yang lama (Lenny, 2006).

Penetapan Kadar Air

Kadar air mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik serta lama simpan bahan pangan. Komposisi air pada bahan pangan seperti air bebas dan air terikat, dapat berpengaruh pada laju atau lama pengeringan bahan pangan.

Air terikat adalah air yang terdapat dalam bahan pangan. Air bebas adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat, dan lain lain (Winarno, 2002).

Kadar air sangat mempengaruhi mutu teh kering, pada produk teh kering akan mempengaruhi umur simpan, dimana apabila teh kering mengandung cukup banyak kadar air akan mengakibatkan teh cepat lembab dan mudah rusak (Herawati dan Nurawan, 2006). Hasil anaisis kadar air pada dua jenis gaharu yang tumbuh di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Air pada Dua Jenis Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara

No Nama Jenis Asal Tumbuh Bagian Kadar Air

Daun (%)

1 Desa Bahorok Daun Muda 7,24

2 Aquilaria malaccensis Desa Bahorok Daun Tua 9,42

3 Desa Bahorok Daun Campuran 9,48

4 Desa Siantona Daun Muda 7,69

5 Wikstroemia tenuiramis Desa Siantona Daun Tua 9,70

6 Desa Siantona Daun Campuran 7,35

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa seluruh sampel gaharu telah memenuhi syarat standarisasi kadar air simplisia yaitu tidak melebihi 10%, perhitungan

kadar air dapat dilihat pada Lampiran 5. Kadar air tertinggi terdapat pada gaharu jenis W. tenuiramis pada bagian daun tua yaitu sebesar 9,70% sedangkan kadar air terendah terdapat pada gaharu jenis A. malaccensis desa Bahorok pada bagian daun muda sebesar 7,24%. Perbedaan kandungan kadar air yang terdapat di semua sampel gaharu disebabkan karena metode pengeringan yang digunakan adalah metode pengeringan alami dengan menggunakan sinar matahari, dikarenakan tidak adanya pengatur suhu dan kelembaban pada pengeringan jenis ini menyebabkan proses pengeringan tidak merata sehingga semua sampel daun gaharu memiliki kadar air yang berbeda-beda.

Hal ini sesuai dengan Hidayat (2004) yang menyatakan bahwa proses pengeringan berpengaruh terhadap hilangnnya kadar air pada berat kering konstan. Proses pengeringan dapat lebih cepat apabila dalam proses tersebut suhu dan kelembaban dapat diatur, semakin tinggi suhu yang digunakan semakin tinggi pula proses transpirasi. Pengeringan menggunakan sinar matahari langsung memiliki kadar air paling tinggi jika dibandingkan dengan pengeringan menggunakan oven. Suhu pengeringan yang digunakan mempengaruhi lama pengeringan, semakin tinggi suhu pengeringan semakin cepat proses transpirasi didalamnya, dimana suhu yang digunakan lebih tinggi sehingga mempengaruhi air dalam bahan, dan semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan kadar air paling rendah.

Menurut Herawati (2008) faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan adalah perubahan kadar air dalam produk.

Aktivitas air berkaitan erat dengan kadar air, yang umumnya digambarkan sebagai kurva isotermis, serta pertumbuhan bakteri, jamur dan mikroba lainnya. Semakin tinggi kadar air pada umumnya makin banyak bakteri yang dapat tumbuh,

sementara jamur tidak menyukai kadar yang tinggi. Mikroorganisme menghendaki kadar air minimum agar dapat tumbuh dengan baik, yaitu untuk bakteri 0,90, kamir 0,80−0,90, dan kapang 0,60−0,70. Pada kadar air yang tinggi, oksidasi lemak berlangsung lebih cepat dibanding pada kadar air rendah.

Kandungan air dalam bahan pangan, selain mempengaruhi terjadinya perubahan kimia juga ikut menentukan kandungan mikroba pada pangan.

Kadar air sangat berpengaruh terhadap kualitas teh daun gaharu karena teh dikatakan memiliki kualitas yang baik harus memenuhi syarat standarisasi kadar air yaitu <10 %. Sesuai dengan pernyataan Hidayat (2004) kadar air sangat berpengaruh terhadap kualitas suatu bahan, semakin rendah kadar air makan semakin baik kualitas bahan tersebut.

Pengujian Kadar Tanin

Daun teh mengandung 30-40% senyawa polifenol, beberapa senyawa polifenol yang terbesar diantaranya adalah flavonoid dan tanin. Senyawa polifenol ini juga berperan sebagai antioksidan yang kuat dibandingkan vitamin E dan vitamin C. Tanaman teh berpotensi sebagai antibakteria karena mengandung bioaktif di antaranya adalah tanin, tanin yang merupakan senyawa fenolik terkandung pada berbagai jenis tumbuhan hijau dengan kadar yang berbeda-beda.

Salah satu manfaat dari tanin adalah sebagai antibakteri. Tanin sebagai antibakteri dapat menghambat sintesis protein bakteri.

Daun teh mengandung kafein, teobromin, teofilin, tanin, adenin, minyak atsiri, kuersetin, naringenin dan natural fluorid. Kafein mempercepat pernapasan, perangsang kuat pada susunan saraf pusat dan aktivitas jantung. Teofilin mempunyai efek deuretik kuat, menstimulasi kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah koroner. Teobromin terutama mempengaruhi otot. Tanin

mempunyai efek astringen pada saluran cerna (Dalimartha,1999). Perbandingan kadar tanin pada dua jenis gaharu yang tumbuh di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Tanin pada Dua Jenis Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara

5 Wikstroemia tenuiramis Desa Siantona Daun Muda 4,35

Desa Siantona Daun Tua 6,31

6 Desa Siantona Daun Campuran 4,95

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa % kadar tanin yang dimiliki oleh semua sampel daun gaharu berbeda-beda, Proses perhitungan kadar tanin dapat dilihat pada Lampiran 6. Kadar tanin terbesar dimiliki oleh gaharu dengan jenis W. tenuiramis yang tumbuh di desa Siantona pada bagian daun tua sebesar 6,31 % sedangkan kadar tanin terendah terdapat pada gaharu jenis A. malaccensis desa Bahorok pada bagian daun muda sebesar 4,14 %. Hal ini membuktikan bahwa semakin tua bagian daun maka kadar tanin semakin tinggi pula. Semua sampel gaharu telah memenuhi syarat kadar tanin yang diperbolehkan untuk produk teh yaitu sekitar 1-15%. Hal ini sesuai dengan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1989) yang menyatakan bahwa senyawa yang terkandung pada teh yaitu sekitar 2-3 % bagian teh yang terlarut dalam air merupakan senyawa flavonol. Flavonol merupakan zat antioksidan pertama yang terkandung pada teh.

Flavonol merupakan glukosida dari pada sebagian bentuk aglikon. Khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh. Daun teh (Camellia sinensis) mengandung senyawa tanin sekitar 1-15 %, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat.

Tanin memiliki rasa asam dan sepat serta sebagai pemberi warna pada teh sehingga semakin banyak kandungan tanin yang ada didalam teh maka rasa teh tersebut akan semakin sepat dan memberi warna yang lebih baik pada minuman teh tersebut. Tanin juga berperan sebagai astrigensia dan antiseptik sehingga teh yang memiliki kadar tanin yang tinggi bagus untuk kesehatan hal ini sesuai dengan Noriko (2013) tanin merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi astrigensia, antiseptik dan pemberi warna. Tanin mempunyai sifat sebagai agen pengkelat logam karena adanya pengaruh fenolik.

Tanin menghambat pertumbuhan bakteri dengan mereaksikan protein pada membran sel, menginaktivasi enzim dan juga destruksi fungsi dan juga materia genetik.

Proses pengkelatan logam dapat terjadi karena adanya kesesuaian pola subtitusi dan pH senyawa fenolik tersebut, dan dengan demikian tanin akan terhidrolisis. Kelat dari senyawa tanin akan membuat logam dapat stabil dan aman di dalam tubuh, dengan demikian ada pengaruh tanin di dalam tubuh, jika mengkonsumsi minuman seperti teh secara berlebihan yaitu menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan zat besi dalam darah akan di kelat oleh senyawa tanin yang terdapat pada makanan atau minuman tersebut.

Pengujian Antioksidan

Hasil Analisis Uji Aktivitas Antioksidan

Hasil Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak etanol simplisia daun gaharu dapat diperoleh dari pengukuran absorbansi dengan metode DPPH pada menit ke-10 dengan adanya penambahan larutan uji dengan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH (tanpa

penambahan larutan uji). Hasil analisis peredaman radikal bebas ekstrak etanol daun gaharu A. malaccensis dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk perbandingan setiap sampel dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 8. Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Ekstrak Etanol Daun Gaharu (A. malaccensis ) Desa Bahorok

Konsentrasi (µg/ml) % Peredaman

Daun Muda Daun Tua Daun Campuran

0 0 0 0

40 28,71 4,01 26,98

60 29,46 29,36 37,5

80 41,82 36,73 47,64

100 45,18 31,31 53,34

Keterangan :DM =Daun Muda DT = Daun Tua DC = Daun Campuran

Gambar 3. Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Ekstrak Etanol Daun Gaharu (A. malaccensis ) Desa Bahorok

Berdasarkan Gambar 3, hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun gaharu A. malaccensis desa Bahorok menunjukkan bahwa dari tiga ekstrak simplisa, ekstrak simplisa yang menunjukkan peningkatan peredaman paling baik terdapat pada ekstrak gaharu A. malaccensis pada bagian daun campuran yang menunjukkan peningkatan % peredaman pada setiap kenaikan konsentrasi.

Berbeda dengan sampel gaharu A. malaccensis pada bagian daun muda dan tua yang tidak menunjukkan peningkatan yang konstan pada daun muda terjadi kenaikan % peredaman yang tinggi pada konsentrasi 60 ppm menuju ke 80 ppm sedangkan pada bagian daun tua terjadi kenaikan yang tinggi pada konsentrasi 80 ppm dan terjadi penurunan % peredaman pada saat konsentrasi 100 ppm. Hasil analisis peredaman radikal bebas ekstrak etanol daun gaharu W. Tenuiramis dapat dilihat pada Tabel 9 dan untuk perbandingan setiap sampel dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 9. Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Ekstrak Etanol Daun Gaharu (W. tenuiramis) Desa Siantona

Konsentrasi (µg/ml) % Peredaman

Daun Muda Daun Tua Daun Campuran

0 0 0 0

40 87.22 71.83 97.76

60 87.32 74.65 97.54

80 88.84 77.68 95.09

100 89.71 79.63 96.58

Keterangan :DM =Daun Muda DT = Daun Tua DC = Daun Campuran

Gambar 4. Hasil Analisis Peredaman Radikal Bebas Ekstrak Etanol Daun Gaharu (W. tenuiramis) Desa Siantona

Berdasarkan Gambar 4, hasil analisis aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun gaharu A. malaccensis menunjukkan bahwa dari tiga ekstrak simplisa menunjukkan bahwa adanya peningkatan % peredaman pada setiap kenaikan konsentrasi. Peningkatan aktivitas peredaman yang semakin besar menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar juga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mardawati, dkk (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi pelarut, maka semakin tinggi persentase inhibisinya, hal ini disebabkan pada sampel yang semakin banyak, maka semakin tinggi kandungan antioksidannya sehingga berdampak juga pada tingkat penghambatan radikal bebas yang dilakukan oleh zat antioksidan tersebut. Ekstrak etanol A. malaccensis menunjukkan bahwa terjadi penangkapan/peredaman radikal bebas DPPH oleh larutan uji sehingga menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari sampel.

Nilai IC50 (Inhibitory Concentration) Sampel Uji

Aktivitas peredaman radikal bebas DPPH ekstrak etanol dinyatakan dengan parameter IC50 yaitu konsentrasi senyawa uji yang menyebabkan peredaman radikal bebas sebesar 50%. Nilai IC50 umum digunakan untuk menyatakan aktivitas antioksidan suatu bahan uji dengan metode peredaman radikal bebas DPPH. Harga IC50 berbanding terbalik dengan kemampuan senyawa yang bersifat sebagai antioksidan. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin kuat daya antioksidannya. Nilai IC50 diperoleh berdasarkan perhitungan persamaan regresi linier dengan cara memplot konsentrasi larutan uji dan persen peredaman DPPH sebagai parameter aktivitas antioksidan, dimana konsentrasi larutan uji (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai pesen peredaman sebagai ordinat (sumbu Y). Hasil persamaan regresi (Y= AX + B) diperoleh setelah menghitung nilai

persen peredaman untuk ekstrak etanol dua jenis gaharu yang tumbuh di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Persamaan Regresi Linear Ekstrak Etanol dan Nilai IC50Dua Jenis Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara

No Nama Jenis Asal Tumbuh Bagian

Daun Persamaan Regresi IC50 Keterangan 1

Aquilaria 2 malaccensis

Desa Bahorok Daun Muda

y = 0,542x + 2,739 44,94 Sangat Desa Siantona Daun Tua

y = 0,763x + 18,02 26,37 Sangat Kuat Desa Siantona Daun

6 Campuran y = 0,905x + 26,71 20,48 Sangat

Kuat

Nilai IC50 dihitung berdasarkan persentase inhibisi terhadap radikal bebas DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel. Proses perhitungan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis nilai IC50 diperoleh dari perhitungan persamaan regresi pada Tabel 10. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua sampel daun gaharu jenis A. malaccensis dan W. tenuiramis memiliki aktivitas antioksidan yang baik karena termasuk aktivitas antioksidan sangat kuat hanya satu sampel yang tergolong kategori kuat yaitu gaharu jenis A. malaccensis desa Bahorok bagian daun tua. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar nilai aktivitas antioksidannya. Dari semua sampel daun gaharu aktivitas antioksidan paling tinggi didapat dari sampel daun gaharu W. tenuiramis desa Siantona pada bagian daun campuran hal ini dibuktikan dengan nilai IC50 terendah yaitu 20,48 yang tergolong kategori aktivitas antioksidan sangat kuat. Sedangkan aktivitas antioksidan paling rendah didapat dari sampel daun gaharu A. malaccensis desa Bahorok bagian daun tua hal ini

juga dibuktikan dengan nilai IC50 tertinggi yaitu 54,07 yang tergolong kategori aktivitas antioksidan kuat

Hasil di atas menunjukkan bahwa semua sampel daun gaharu memiliki nilai IC50 yang berbeda – beda. Perbedaan nilai aktivitas antioksidan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan Winarno (2002) yang menyatakan bahwa lama pengeringan berpengaruh sangat nyata pada aktivitas antioksidan. Kondisi tersebut disebabkan pada proses pengeringan mengakibatkan meningkatkan zat aktif yang terkandung dalam daun teh. Dan menurut Firdiyani, dkk (2015) perbedaan nilai aktivitas antioskidan disebabkan oleh metode ekstraksi, metode pengujian serta kondisi operasi yang digunakan saat proses ekstraksi juga berbeda (volume pelarut, ukuran serbuk daun, waktu ekstraksi, suhu, dan tekanan). Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh metode ekstraksi dan kondisi operasi yang digunakan pada saat ekstraksi.

Aktivitas antioksidan ini berkaitan dengan kadar tanin, jika kadar tanin menurun maka aktivitas antioksidan akan menurun juga. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Rohdiana dan Widiantara (2008) bahwa tanin merupakan zat yang berperan sebagai antioksidan. Pada metode pengolahan teh melalui proses oksidasi enzimatis tanin ini akan teroksidasi menjadi teaflavin dan akan terkondensasi menjadi tearubigin, hal tersebut menyebabkan menurunnya kandungan tanin, sehingga aktivitas antioksidan juga akan menurun. Hal ini juga dinyatakan dalam Rohdiana (2001), bahwa menurunnya komponen bioaktif seperti tanin pada teh selama proses fermentasi (oksidasi enzimatis) menyebabkan daya antioksidan lebih rendah, karena tanin sudah teroksidasi menjadi theaflavin.

Theaflavin merupakan senyawa turunan dari tanin yang teroksidasi yang memiliki aktivitas antioksidan yang lebih rendah dibandingkan tanin (Yulia, 2006).

Pengujian Hedonik

Uji hedonik atau disebut juga uji tingat kesukaan masyarakat . Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan terhadap warna, rasa dan aroma dalam produk teh yang kami sediakan. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Hasil pengujian tingkat kesukaan terhadap konsumen dapat dilihat pada Lampiran 8. Pengujian hedonik terhadap dua jenis daun gaharu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Uji Konsumen Dua Jenis Teh Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara

Menurut standar SNI 01-3143-1992 aroma minuman teh yang baik adalah normal yaitu harum. Pada proses pengeringan asam galat akan teroksidasi menjadi senyawa thearubigin (TR). Senyawa thearubigin bertangung jawab pada aroma harum (Kim dkk., 2011). Aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan, karena ragamnya yang begitu besar dan karena terdapat banyak sekali jenis bebauan yang dapat dikenali oleh panca indera penciuman (Setyaningsih, 2010). Hasil penilaian rata-rata panelis terhadap aroma minuman teh ditampilkan pada Gambar 5 .

Keterangan :DM =Daun Muda DT = Daun Tua DC = Daun Campuran

Gambar 5. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Aroma Teh Dua Jenis Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara

Berdasarkan nilai skoring terhadap 40 panelis dari 6 sampel teh daun gaharu didapat hasil bahwa jenis teh yng paling banyak disuka dari segi aroma adalah teh gaharu jenis A. malaccensis desa bahorok pada bagian daun yang muda dengan nilai skor 3,87 ± 0,72, sedangkan skor terendah dari segi aroma didapat pada gaharu W. tenuiramis desa Siantona pada bagian daun yang muda dengan nilai skor 3,25 ± 1,03.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 9 dengan selang kepercayaan 5% diketahui bahwa dari segi aroma F hitung > F tabel, berdasarkan parameter aroma tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu menunjukkan hasil yang signifikan dan berbeda nyata sehingga harus dilanjutkan dengan pengujian Duncan’s Multiple Range Test (DMRT), dari hasil pengujian didapat hasil bahwa dari 6 sampel teh daun gaharu nilai rata-rata aroma tertinggi terdapat pada sampel A. malaccensis bagian daun muda Desa Bahorok sebesar 3,8750 namun tidak berbeda nyata dengan nilai rata-rata pada pengujian teh

lainnya. Nilai rata-rata terendah terdapat pada sampel W.tenuiramis bagian daun muda Desa Siantona yaitu sebesar 3,250 berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Panelis memberi penilaian berdasarkan kuat tidaknya aroma wangi teh yang terdapat didalam produk teh tersebut. Aroma yang kuat pada produk teh sangat penting karena dapat meningkatkan minat masyarakat dalam membeli produk teh tersebut. Produk teh gaharu dengan aroma yang kuat diharapkan dapat bersaing dengan produk-produk teh yang banyak di pasaran.

Rasa

Menurut standar SNI 01-3143-1992 rasa yang baik minuman teh normal yaitu rasa sepet. Katekin adalah tanin yang tidak mempunyai sifat menyamak dan menggumpalkan protein sehingga menghasilkan rasa sepet. (Hafezi, dkk., 2006).

Hasil rata-rata penilaian panelis terhadap rasa teh ditampilkan pada Gambar 6 .

Keterangan :DM =Daun Muda DT = Daun Tua DC = Daun Campuran

Gambar 6. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Rasa Teh Dua Jenis Gaharu yang Tumbuh di Sumatera Utara.

Untuk uji hedonik pada segi rasa menunjukkan bahwa dari 6 sampel teh yang diujikan kepada panelis didapat nilai skoring tertinggi didapat dari sampel gaharu A. malaccensis desa Bahorok pada bagian daun muda dengan nilai sebesar 3,9 ± 0,93 sedangkan nilai skoring terendah dari segi rasa didapat dari teh gaharu W. tenuiramis desa Madina pada bagian daun muda sebesar 3,37 ± 1,29.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 9 dengan selang kepercayaan 5% diketahui bahwa dari segi aroma F hitung < F tabel, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan rasa aroma tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu tidak signifikan atau tidak berbeda nyata antara sampel teh gaharu yang satu dengan lainnya, dalam hal ini tingkat kesukaan masyarakat pada teh yang diujikan relatif sama dengan skor 3-4 atau cukup suka. Selain aroma, rasa yang khas pada produk teh juga mempengaruhi persaingan produk dipasaran.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 9 dengan selang kepercayaan 5% diketahui bahwa dari segi aroma F hitung < F tabel, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan rasa aroma tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu tidak signifikan atau tidak berbeda nyata antara sampel teh gaharu yang satu dengan lainnya, dalam hal ini tingkat kesukaan masyarakat pada teh yang diujikan relatif sama dengan skor 3-4 atau cukup suka. Selain aroma, rasa yang khas pada produk teh juga mempengaruhi persaingan produk dipasaran.

Dokumen terkait