Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah Pepaya Varietas Sukma
Rekapitulasi sidik ragam pada pepaya Varietas Sukma baik pada faktor tunggal maupun interaksinya dilihat pada Tabel 1. Faktor periode simpan dan suhu simpan berpengaruh nyata pada tolok ukur daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan indeks vigor. Selain itu, interaksi antara kedua faktor juga berpengaruh nyata terhadap ketiga tolok ukur tersebut. Hasil analisis ragam pengaruh periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB (Lampiran 5), PTM (Lampiran 6), dan IV (Lampiran 7).
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB, PTM dan IV pada benih pepaya Varietas Sukma
Sumber
Keragaman Tolok ukur
DB PTM IV
Periode simpan * * *
Suhu simpan * * *
Interaksi * * *
Keterangan : * : berpengaruh nyata pada taraf 5%
DB : Daya berkecambah; PTM : Potensi tumbuh maksimum; IV : Indeks vigor
Tabel 2. Nilai tengah pengaruh interaksi periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB, PTM, dan IV pada pepaya Varietas Sukma
Suhu Simpan Periode Simpan (bulan)
0 1 2 3
……….DB (%)……….
Kamar 80.00a 82.67a 92.00a 81.33a
Rendah 80.00a 60.00b 36.00c 34.67c
……….PTM (%)……….
Kamar 82.67a 86.67a 92.00a 82.67ab
Rendah 82.67ab 65.33b 36.00c 36.00c
……….IV (%)……….
Kamar 1.33d 5.33d 84.00a 61.33b
Rendah 1.33d 2.67d 18.67c 4.00d
Keteranagn : DB : Daya berkecambah; PTM : potensi tumbuh maksimum; IV : indeks vigor . Nilai yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5 %.
Berdasarkan Tabel 2 dilihat bahwa benih pepaya Varietas Sukma yang disimpan pada suhu kamar mengalami peningkatan viabilitas sampai periode simpan 2 bulan. Namun pada periode simpan 3 bulan, benih mengalami penurunan viabilitas. Pada penyimpanan suhu rendah, benih mengalami penurunan viabilitas dari awal periode simpan sampai akhir periode simpan.
Penurunan viabilitas pada akhir periode simpan diduga karena terjadi penurunan kadar air benih selama penyimpanan. Penurunan kadar air yang melewati batas kritikal selama penyimpanan akan menyebabkan induksi dormansi sekunder. Kadar air pada awal penyimpanan pepaya Varietas Sukma 6.53 %, se-dangkan pada akhir periode penyimpanan menurun menjadi 6.37 % pada suhu kamar, dan 5.80 % pada penyimpanan suhu rendah. Menurut Walters dan Towill (2000), kadar air yang optimum untuk penyimpanan benih pepaya berkisar antara 9 - 11%. Hal ini karena disebabkan kulit benih yang tidak dapat mengimbibisi gas dan air dengan baik selama penyimpanan. Menurut Bewley dan Black (1943), penyimpanan pada suhu di bawah nol dengan kadar air kurang dari 14% tidak akan terbentuk kristal es dalam sel. Penyimpanan suhu rendah dengan kelembaban yang kering dapat memperpanjang masa simpan benih-benih tertentu yang dike-ringkan dengan KA kurang dari 14%.
Pada penyimpanan suhu rendah, benih pepaya Varietas Sukma mengalami penurunan viabilitas dari awal penyimpanan sampai akhir penyimpanan 3 bulan. Pada akhir penyimpanan, benih pepaya ini memiliki daya berkecambah kurang dari 50%, sehingga benih pepaya Varietas Sukma diduga termasuk ke dalam kelompok benih intermediet. Menurut Hong dan Ellis (1996), benih yang disim-pan pada suhu rendah (-200C) jika masih dapat tumbuh dan memiliki daya ber-kecambah sekitar 50%, maka benih tersebut termasuk ke dalam benih ortodoks.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Wulandari (2009), benih pe-paya Varietas Sukma termasuk ke dalam sifat benih ortodoks karena benih pepe-paya Varietas Sukma memiliki viabilitas yang cukup baik dari awal periode simpan sampai akhir periode simpan pada penyimpanan suhu rendah (-20 oC) maupun su-hu kamar. KA selama penyimpanan berkisar 8.79% pada susu-hu kamar dan 8.25% pada suhu rendah.
Penyebab terjadinya perbedaan hasil tersebut perlu dibuktikan dengan pengujian viabilitas benih secara khusus. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan uji cepat viabilitas dengan tetrazolium. Uji tetrazolium menggunakan zat indikator berupa 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium disebut juga uji biokhemis benih. Karena dengan uji ini akan diketahui terjadinya proses biokimiawi yang berlangsung dalam sel, khususnya dalam embrio benih. Uji tetrazolium juga di-sebut uji cepat, karena indikator pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang le-bih lama dalam menentukan final count (Veganojustice, 2011). Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Menurut Sari et al (2005), benih yang memiliki DB dan IV yang rendah bukan disebabkan karena benih tersebut kehilangan viabilitas tetapi karena terjadi pembatasan penilaian pada perhitungan hari pengamatan, yaitu 14 HST dan 21 HST. Hal ini dibuktikan pada hasil pengujian tetrazolium menunjukkan bahwa benih masih hidup.
Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah pada Pepaya Varietas Carisya
Rekapitulasi sidik ragam untuk pepaya varietas Carisya pada Tabel 3 menunjukkan faktor periode simpan berpengaruh nyata pada ketiga tolok ukur yaitu daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan indeks vigor. Faktor suhu simpan tidak berpengaruh nyata pada daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum, sedangkan pada tolok ukur indeks vigor, suhu simpan berpengaruh nyata. Interaksi antara kedua faktor berpengarh nyata pada ketiga tolok ukur tersebut. Hasil analisis ragam pengaruh periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB (Lampiran 8), PTM (Lampiran 9), dan IV (Lampiran 10).
Tabel 3. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB, PTM, dan IV pada pepaya Varietas Carisya
Sumber keragaman Tolok ukur
DB PTM IV
Periode simpan * * *
Suhu simpan tn tn *
Interaksi * * *
Keterangan : * : berpengaruh nyata pada taraf 5%
DB : Daya berkecambah; PTM : Potensi tumbuh maksimum; IV : Indeks Vigor
Tabel 4. Nilai tengah pengaruh interaksi periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB, PTM, Dan IV pada pepaya Varietas Carisya
Suhu Simpan Periode Simpan (bulan)
0 1 2 3
……….DB (%)……….
Kamar 72.00b 54.67c 94.67a 98.67a
Rendah 72.00b 84.00ab 90.67a 57.33c
……….PTM (%)……….
Kamar 76.00c 58.67d 94.67ab 100.00a
Rendah 76.00c 84.00cb 90.67ab 60.00d
……….IV (%)……….
Kamar 40.00bc 24.00cd 90.67a 96.00a
Rendah 40.00bc 18.67d 56.00b 25.33cd
Keterangan: DB : daya berkecambah; PTM : potensi tumbuh maksimum; IV : indeks vigor Nilai yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5 %.
Berdasarkan Tabel 4, pada benih pepaya Varietas Carisya penyimpanan suhu kamar terjadi penurunan DB dan PTM pada periode simpan 1 bulan, namun terjadi peningkatan kembali sampai akhir periode simpan. Pada penyimpanan suhu rendah, DB dan PTM meningkat sampai periode simpan 2 bulan, namun pada akhir periode simpan terjadi penurunan. Pada tolok ukur indeks vigor, pada suhu kamar maupun suhu rendah terjadi penurunan pada periode simpan 1 bulan, kemudian meningkat kembali sampai akhir periode simpan.
Penurunan DB dan PTM yang terjadi di awal periode simpan, kemudian terjadi peningkatan kembali diduga karena adanya induksi dormansi sekunder. Menurut Copeland dan McDonald (2001) induksi dari dormansi sekunder dapat terjadi satu sampai satu setengah bulan setelah benih mencapai fase masak fisiologi, dan berkurang secara terus-menerus saat diantara fase masak fisiologi
dan fase penyimpanan. Benih yang terinduksi dormansi sekunder memerlukan metode pematahan dormansi yang tepat. Metode pematahan dormansi yang dilakukan pada penelitian ini adalah perendaman dengan KNO3 10 % selama 1 jam.
Pada penyimpanan suhu rendah terjadi kestabilan kadar air dari awal penyimpanan sampai akhir periode simpan. Kadar air pada perlakuan penyimpanan suhu rendah adalah 5.63%. Hong dan Ellis (1996) menyatakan berdasarkan prosedur penyimpanan benih, kadar air yang aman untuk penyim-panan benih pada suhu -20 ºC seperti yang dilakukan pada penelitian ini adalah 5%.
Peningkatan viabilitas selama periode simpan yang terjadi pada penyimpanan kondisi suhu rendah cukup baik. Walaupun terjadi penurunan viabilitas pada akhir periode simpan, namun benih pepaya ini masih memiliki daya berkecambah > 50%. Benih pepaya tersebut tahan terhadap penyimpanan suhu rendah dan diduga memiliki sifat ortodoks.
Pengujian Penyimpanan Suhu Rendah pada Pepaya Varietas Calina
Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa faktor periode simpan dan suhu simpan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur indeks vigor. Pada tolok ukur daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum, faktor periode simpan dan suhu simpan tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis ragam pengaruh periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB (Lampiran 11), PTM (Lampiran 12), dan IV (Lampiran 13).
Tabel 5. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur DB, PTM Dan IV pada pepaya Varietas Calina
Sumber Keragaman Tolok Ukur
DB PTM IV
Periode simpan tn tn *
Suhu simpan tn tn *
Interaksi tn tn *
Keterangan : * : berpengaruh nyata pada taraf 5 %
Berdasarkan Tabel 6, pada penyimpanan suhu kamar terjadi peningkatan nilai IV dari awal periode simpan sampai akhir periode simpan. Pada penyimpan-an suhu rendah (-20 oC) terjadi penurunan pada periode simpan 1 bulan dan terjadi peningkatan kembali setelah penyimpanan 2 bulan. Pada akhir periode simpan, nilai indeks vigor kembali mengalami penurunan. Pada penyimpanan suhu kamar dan suhu rendah, nilai DB dan PTM pepaya Varietas Calina berkisar antara 60%-85%. Hal ini membuktikan bahwa benih pepaya Varietas Calina memiliki viabilitas yang cukup baik.
Tabel 6. Nilai tengah pengaruh faktor periode simpan dan suhu simpan terhadap tolok ukur indeks vigor (IV) pada pepaya Varietas Calina
Suhu Simpan Periode Simpan (bulan)
0 1 2 3 ……….DB (%)………. Kamar 82.67 84.00 81.33 84.00 Rendah 82.67 73.33 78.67 60.00 ……….PTM (%)………. Kamar 85.33 85.33 81.33 84.00 Rendah 85.33 73.33 78.67 60.00 ……….IV (%)……….
Kamar 30.67de 49.33cb 72.00a 54.67ab
Rendah 30.67cd 4.00f 50.67cb 9.33ef
Keterangan : DB : Daya berkecambah; PTM : Potensi tumbuh maksimum; IV : Indeks vigor Nilai yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5 %.
Penurunan nilai IV yang terjadi diduga karena adanya induksi dormansi sekunder. Dugaan induksi dormansi sekunder yang terjadi diperkuat karena nilai DB dan PTM benih pepaya Varietas Calina cukup baik dari awal periode simpan sampai akhir periode simpan.
Kadar air awal benih pepaya Varietas Calina 6.53%. Pada akhir penyim-panan kadar air mengalami penurunan, yaitu menjadi 6.37% pada suhu kamar dan 5.80% pada suhu rendah. Induksi dormansi sekunder yang terjadi diduga tidak dipengaruhi oleh kadar air penyimpanan yang lebih rendah dari kadar air optimum penyimpanan benih pepaya. Penurunan kadar air tidak mempenga-ruhi viabilitas benih pepaya Varietas Calina. Menurut Walters dan Towill (2000), kadar air optimum untuk penyimpanan benih pepaya berkisar 9%-11%.
Menurut Wulandari (2009), viabilitas benih pepaya Varietas Calina cukup baik saat disimpan pada suhu rendah. Benih yang tahan terhadap desikan dan penyimpanan suhu rendah mengarah kepada sifat benih ortodoks. Hal ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan pada kondisi suhu rendah, benih pepaya Varietas Calina mampu mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi, se-hingga diduga memiliki sifat benih ortodoks.