• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pawang

Beberapa karakteristik pawang yang diamati pada penelitian ini adalah tempat tinggal, jenis kelamin, umur, pendidikan, lama bekerja, pengalaman atraksi di kota lain, perpindahan atraksi antar kota, perpindahan atraksi dalam kota, waktu mulai atraksi, total durasi atraksi dalam 1 hari, tujuan usaha, jumlah monyet yang dipelihara, rata-rata penghasilan setiap hari, pengetahuan tentang kesejahteraan hewan, pendapat tentang kesejahteraan hewan, dan keikutsertaan dalam organisasi khusus pawang topeng monyet. Karakteristik ini akan dihubungkan dengan nilai kesejahteraan hewan yang dimiliki oleh masing-masing responden. Gambaran karakteristik pribadi pawang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan persentase pawang topeng monyet di Bogor berdasarkan karakteristik pribadi

Karakteristik pribadi responden Jumlah pawang (orang) Persentase (%) Tempat tinggal Kota Bogor Kabupaten Bogor 2 6 25 75 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 8 0 100 0 Umur <26 tahun ≥26 tahun 1 7 12.5 87.5 Pendidikan

Rendah (maksimal tamat SD)

Sedang (minimal tamat SMP)

5 3 62.5 37.5 Pengalaman bekerja ≤10 tahun >10 tahun 7 1 87.5 12.5 Tujuan usaha Pokok Sampingan 6 2 75 25 Jumlah monyet yang dipelihara

1 ekor >1 ekor 3 5 37.5 62.5 Penghasilan rata-rata <Rp 49 980 ≥Rp 49 980 0 8 0 100

Sebagian besar pawang (75%) berdomisili di Kabupaten Bogor yang tersebar di Kecamatan Ciampea (5 orang) dan Kecamatan Leuwiliang (1 orang), sedangkan sisanya berdomisili di Kota Bogor tepatnya di perkampungan sekitar Jalan KH Soleh Iskandar. Jenis kelamin pawang seluruhnya adalah laki-laki dengan umur yang berbeda-beda. Umur pawang pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 kategori yaitu <26 tahun dan ≥26 tahun. Sebagian besar pawang (87.5%) berumur ≥26 tahun, sedangkan sisanya <26 tahun. Data ini menunjukkan bahwa pelaku topeng monyet di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor didominasi orang yang sudah dewasa.

Tingkat pendidikan pawang dan pengalaman bekerja dibedakan menjadi 2 kategori. Dua kategori pendidikan pawang adalah rendah (maksimal menamatkan SD) dan sedang (minimal menamatkan SMP). Sebagian besar pawang (62.5%) memiliki pendidikan rendah sedangkan sisanya berada pada kategori sedang. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pawang didominasi oleh orang dengan pendidikan rendah dimana pendidikan rendah menyulitkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan sehingga memilih profesi pawang sebagai mata pencaharian utama.

Dua kategori pengalaman bekerja pawang adalah ≤10 tahun dan >10 tahun. Persentase pawang yang bekerja ≤10 tahun adalah 87.5% sisanya bekerja >10 tahun. Rataan pengalaman dari pawang adalah 6 tahun dengan pengalaman terbaru 2 tahun dan terlama 18 tahun. Tujuan usaha pawang dibedakan menjadi 2 kategori yaitu usaha utama dan usaha sampingan. Sebagian besar pawang (75%) menjadikan profesi pawang sebagai usaha utama sedangkan sisanya sebagai usaha sampingan dengan profesi utamanya antara lain asisten rentenir dan tukang bangunan. Sekitar 62.5% pawang memelihara monyet lebih dari 1 ekor dan sisanya memelihara 1 ekor monyet saja. Pawang yang memiliki monyet lebih dari 1 ekor tidak melakukan penggiliran atraksi terhadap monyet yang dimilikinya dengan alasan monyet lainnya belum terlatih.

Penghasilan rata-rata pawang setiap hari dibedakan menjadi 2 kategori yaitu <49 980 rupiah dan ≥49 980 rupiah. Berdasarkan hasil penelitian, penghasilan rata-rata harian pawang adalah ≥49 980 rupiah. Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan gaji PNS golongan IB dengan masa kerja 9 tahun. Perbandingan ini berdasarkan pada Peraturan Pemerintah RI No. 15 Tahun 2012 tentang Perubahan Keempat Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Karakteristik kegiatan atraksi pawang topeng monyet di Bogor lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase pawang topeng monyet di Bogor berdasarkan

karakteristik kegiatan atraksi

Karakteristik atraksi responden Jumlah pawang (orang) Persentase (%) Lokasi atraksi

Pinggir jalan raya

Perkampungan

4 4

50 50 Pengalaman atraksi di kota lainnya

Ya Tidak 4 4 50 50 Perpindahan atraksi antar kota

Ya Tidak 1 7 12.5 87.5 Perpindahan atraksi dalam kota

Ya Tidak 7 1 87.5 12.5 Waktu mulai atraksi

Pagi Sore 7 1 87.5 12.5 Total durasi atraksi

<10 jam ≥10 jam 7 1 87.5 12.5 Cara mendapatkan monyet

Membeli Diberi 7 1 87.5 12.5

Sebesar 50% pawang beratraksi di pinggir jalan raya dan 50% lainnya beratraksi di perkampungan. Pengalaman beratraksi dan berdomisili di kota lain pernah dilakukan oleh 50% pawang sebelum pindah ke Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa separuh dari pawang yang ada di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor adalah pindahan dari kota lainnya. Kota pindahan tersebut adalah Magelang, Cirebon, Serang, dan Tangerang. Perpindahan atraksi antar kota hanya dilakukan oleh 1 orang saja (12.5%). Pawang ini bisa menetap di satu kota sampai berminggu-minggu sebelum kembali ke Kabupaten Bogor. Hampir seluruh pawang (87.5%) melakukan perpindahan atraksi dalam kota dan hanya 12.5% saja yang beratraksi ditempat yang sama setiap harinya.

Waktu atraksi pawang dimulai pada pagi dan sore hari. Sebagian besar pawang (87.5%) mulai beratraksi di pagi hari sisanya memulai atraksi sore hari. Durasi total atraksi setiap harinya dibedakan menjadi 2 yaitu <10 jam dan ≥10 jam. Pawang yang melakukan atraksi <10 jam adalah 87.5%, sedangkan sisanya beratraksi ≥10 jam. Sebagian besar pawang (87.5%) memperoleh monyet dengan cara membeli dari pelatih atau pawang lainnya dengan harga ± 1.5 juta rupiah. Pawang memperoleh 1 ekor monyet terlatih, alat peraga, dan alat musik tradisional (gendang/gamelan) dengan harga tersebut. Sisanya mendapatkan monyet dan perlengkapan atraksi secara gratis. Karakteristik pawang mengenai pengetahuan dan pendapatnya tentang kesejahteraan hewan serta keikutsertaan dalam organisasi khusus pawang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase pawang berdasarkan pengetahuan dan pendapat tentang kesejahteraan hewan serta keikutsertaan dalam organisasi khusus pawang

Karakteristik pawang Jumlah pawang (orang) Persentase (%) Pengetahuan tentang kesejahteraan hewan

Tahu Tidak tahu 0 8 0 100 Pendapat tentang kesejahteraan hewan

Penting Tidak penting 7 1 87.5 12.5 Keikutsertaan organisasi Ya Tidak 5 3 62.5 37.5

Seluruh pawang belum mengetahui tentang istilah kesejahteraan hewan, dan setelah dilakukan penjelasan oleh enumerator 7 orang pawang (87.5%) berpendapat bahwa kesejahteraan hewan adalah penting, sedangkan 1 orang (12.5%) menganggap tidak penting. Pawang yang mengikuti organisasi (perkumpulan) pawang adalah 62.5% yang berdomisili di lokasi yang sama yaitu Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Sisanya tidak mengikuti organisasi dengan alasan tidak akrab dan tempat tinggal yang cukup jauh. Organisasi pawang ini sudah berjalan selama 4 tahun dimana satu orang bertindak sebagai ketua dan lainnya sebagai anggota. Kegiatan organisasi hanya terbatas pada silaturahmi saja. Jadwal dan lokasi atraski ditentukan sendiri oleh masing-masing pawang.

Manajemen Pemberian Pakan Monyet

Pawang menentukan jumlah pakan dan minum monyet dengan cara menyesuaikan dengan jumlah persediaan atau memperkirakan kebutuhan monyet. Sebagian besar pawang (6 orang) menentukan jumlah pakan dan minuman dengan perkiraan, sedangkan sisanya tergantung persediaan yang dimiliki. Tujuh orang pawang menyediakan pakan monyet dengan cara membeli dari warung sekitar lokasi atraksi dan sisanya membawa dari rumah. Perilaku pawang dalam pemberian pakan untuk monyet dan jenis pakan dan minum yang disediakan di lokasi atraksi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6 Jumlah dan persentase pawang berdasarkan perilaku pemberian pakan dan minum untuk monyet di lokasi atraksi

Perilaku pawang Jumlah responden Presentase (orang) (%) Cara menentukan jumlah pakan/ minuman

Tergantung persediaan Kira-kira 2 6 25 75 Sumber pakan dan minuman

Bawa dari rumah

Beli di warung

1 7

12.5 87.5

Tabel 7 Jenis pakan dan minum yang disediakan pawang di lokasi atraksi

Jenis pakan dan minum Presentase pawang yang menyediakan (%) Jenis pakan Nasi Mi instan Roti Biji-bijian Makanan ringan Telur Serangga 100 100 87.5 37.5 25 12.5 12.5 Jenis minuman Air putih

Susu kental manis

Minuman penambah stamina

Air teh

100 75 37.5 12.5

Pakan berat diberikan oleh pawang saat waktu istirahat tiba. Jenis pakan berat yang disediakan bervariasi seperti nasi, mi instan, dan roti. Hampir seluruh pawang memberikan pakan ini untuk monyetnya. Selain pakan berat, pawang juga memberikan pakan ringan seperti kacang atom, kerupuk, kacang tanah yang telah direbus, dan serangga. Pakan ringan ini diberikan setelah pakan berat habis dan hanya sebagian pawang saja yang memberikan pakan ringan tersebut..

Pemberian minum untuk monyet menggunakan gelas plastik. Jenis minuman yang disediakan oleh sebagian besar pawang adalah air putih dan susu kental manis. Pawang menyiapkan minuman tersebut dalam kemasan gelas dan ketika monyet terlihat haus pawang akan memberikan minuman tersebut. Jenis minuman lain yang diberikan adalah air teh dan minuman penambah stamina.

Manajemen Pemeliharaan dan Kesehatan Monyet

Pawang yang menyediakan kandang khusus untuk berlindung dan beristirahat monyet di lokasi atraksi hanya 1 orang dengan ukuran kandang 40 cm x 30 cm x 50 cm. Kandang ini selalu dibawa oleh pawang saat beratraksi. Perilaku pawang dalam pemeliharaan monyet dan jenis tempat berlindung dan beristirahat yang disediakan oleh pawang di lokasi atraksi disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8 Jumlah dan persentase pawang bedasarkan perilaku pemeliharaan monyet

di lokasi atraksi

Perilaku pawang Jumlah responden Presentase (orang) (%) Keberadaan kandang khusus di lokasi atraksi

Ya Tidak 1 7 12.5 87.5 Jika monyet marah

Dimarahi Dibiarkan Diberi perhatian 1 6 1 12.5 75 12.5 Jika monyet ketakutan

Dibiarkan

Diberi perhatian

Dijauhkan dari penyebab dan didekati bertahap 5 2 1 62.5 25 12.5 Jika monyet stres

Dibiarkan Diberi perhatian 6 2 75 25 Jika monyet tidak ikut perintah

Dimarahi dan dipukul

Dimarahi

Dibiarkan

Dibiarkan dan diberi perhatian

3 1 3 1 37.5 12.5 37.5 12.5 Jika pawang diserang

Dimarahi dan dipukul

Dimarahi

Dibiarkan

Dibiarkan dan diberi perhatian

1 3 2 2 12.5 37.5 25 25 Jika monyet disakiti orang/hewan lain

Menegur pelaku

Menegur pelaku dan menjauhkan monyet dari pelaku

2 6

25 75

Perubahan emosi pun sering terjadi pada monyet di lokasi atraksi. Tidak jarang monyet mengalami ketakutan, marah, dan stres sehingga tidak mau mengikuti perintah pawang. Pemicu perubahan emosi ini umumnya disebabkan oleh gangguan dari sekitar lokasi atraksi. Agar dapat mengatasi masalah ini, pawang memiliki cara tertentu sehingga emosi monyet stabil kembali.

Sebagian besar pawang membiarkan saja ketika monyetnya marah, takut dan stres. Hal ini dilakukan pawang dengan alasan dalam waktu ± 0.5 jam monyet akan kembali bersikap normal kembali selama tidak ada yang mengganggunya. Selain membiarkan saja, ada juga pawang yang memarahi monyet, memberikan perhatian lebih, menjauhkan dari penyebab, dan mendekati monyet secara bertahap. Monyet yang tidak mengikuti perintah pawang biasanya akan dipukul, 17

dimarahi, dibiarkan saja, dan diberi perhatian lebih. Hal yang sama juga dilakukan oleh pawang jika monyet menyerang pawang.

Gangguan terhadap monyet biasanya berasal dari masyarakat dan hewan yang berada di sekitar lokasi atraksi. Sebagian besar pawang akan menegur dan menjauhkan dari pelaku jika monyetnya disakiti, sedangkan yang lainnya memilih untuk menegur pelaku saja dengan alasan tidak menyinggung perasaan penonton. Tabel 9 Jenis tempat berlindung dan beristirahat yang disediakan pawang untuk

monyet di lokasi atraksi

Jenis tempat berlindung dan beristirahat Persentase pawang yang melaksanakan (%)

Tempat berlindung

Warung pinggir jalan

Bawah pohon Kandang Bawah jembatan 87.5 62.5 12.5 12.5 Tempat istirahat

Warung pinggir jalan

Bawah pohon Kandang Bawah jembatan 87.5 87.5 12.5 12.5

Sebagian besar pawang menjadikan warung pinggir jalan dan pohon sebagai tempat berlindung dan beristirahat monyet. Selain itu, jembatan layang dan kandang pengangkut juga dijadikan sebagai tempat berlindung dan beristirahat. Selanjutnya akan dibahas tentang perilaku pawang terkait kesehatan monyet yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan persentase pawang berdasarkan perilaku pemeliharaan kesehatan monyet

Perilaku pawang Jumlah responden Presentase (orang) (%) Perlakuan pawang saat monyet sakit

Membiarkan Diobati sendiri 7 8 87.5 100 Vaksinasi Ya Tidak tahu 7 1 87.5 12.5 Pemberian suplemen Ya Tidak 1 7 12.5 87.5

Pawang memilih mengobati sendiri atau membiarkan saja ketika monyetnya sakit dengan harapan monyet pulih dengan sendirinya. Jika monyet mengalami penurunan nafsu makan maka pawang akan memberikan suplemen tambahan seperti minyak ikan. Pemberian suplemen tambahan ini hanya dilakukan oleh 1 orang pawang saja, selebihnya memilih tidak memberikan apapun dan berharap nafsu makan monyet pulih dengan sendirinya. Vaksinasi pernah diberikan oleh sebagian besar pawang yang dilakukan oleh dokter hewan. Jenis vaksin yang diberikan adalah vaksin tuberkulosis (TBC) yang dilakukan pada bulan Oktober 2013.

Penerapan Lima Aspek Kebebasan dalam Kesejahteraan Hewan Penilaian terhadap penerapan aspek kebebasan dalam kesejahteraan hewan monyet di lokasi atraksi dibagi menjadi 5 aspek yaitu bebas dari rasa lapar dan haus; bebas dari rasa tidak nyaman; bebas dari rasa sakit luka dan penyakit; bebas mengekspresikan tingkah laku alami; dan bebas dari rasa takut dan tertekan. Bebas dari Rasa Lapar dan Haus

Terdapat beberapa hal yang menjadi dasar penilaian kebebasan dari rasa lapar dan haus yaitu jumlah pakan dan minuman yang disediakan, kondisi pakan dan minuman, akses terhadap pakan dan minuman, serta jenis pakan dan minuman (DEFRA 2010). Jumlah dan persentase pawang yang memenuhi dasar penilaian kebebasan monyet dari rasa lapar dan haus disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase pawang yang memenuhi dasar penilaian

kebebasan monyet dari rasa lapar dan haus di lokasi atraksi

Pengamatan (Dasar penilaian)

Jumlah pawang Persentase (orang) (%)

Jumlah pakan yang cukup 0 0

Kondisi pakan yang baik 8 100

Pakan bisa diakses langsung oleh monyet 0 0

Jenis pakan sesuai untuk monyet 0 0

Jumlah minuman yang cukup 0 0

Kondisi minuman yang baik 8 100

Minuman bisa diakses langsung oleh monyet 0 0

Jenis minuman sesuai untuk monyet 0 0

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa dasar penilaian yang dipenuhi oleh oleh semua pawang adalah kondisi pakan dan minuman yang baik, sedangkan dasar penilaian lainnya tidak dapat dipenuhi oleh pawang. Hasil observasi lapangan yang diperoleh memperlihatkan bahwa jumlah pakan dan minum yang disediakan belum mencukupi kebutuhan monyet. Jumlah kebutuhan pakan dan minum monyet perhari tidak bisa disebutkan dengan angka pasti, akan tetapi beberapa sifat alamiah monyet dapat dijadikan indikator kecukupan jumlah ini. Menurut Supriatna dan Wahyono (2000) monyet ekor panjang memiliki kebiasaan mencari makan setiap saat (foraging) dan minum setiap saat (ad libitum). Putra et al. (2000) menjelaskan bahwa monyet ekor panjang memiliki sifat yang cenderung menguasai makanan sebanyak-banyaknya walaupun mereka tidak menghabiskannya. Merujuk pada kebiasaan monyet ini maka ketersediaan pakan dan minum setiap saat yang harusnya disediakan oleh pawang saat berada di lokasi atraksi menjadi dasar penilaian terhadap kecukupan jumlah pakan dan minum. Pawang yang menyediakan pakan dan minum setiap saat dinilai memenuhi dasar ini. Penetapan ini juga merujuk pada DEFRA (2010), yang menjelaskan bahwa non human primate yang sengaja dipelihara menghabiskan 70% dari waktu hariannya untuk makan sehingga ketika dikandangkan (dibatasi ruang geraknya) maka perawat harus memberikan pakan 2-3 kali sehari dengan porsi yang masih dapat disisakannya.

Jenis pakan untuk primata yang dipelihara harus mencerminkan pakan alami dari spesies tersebut. Menurut DEFRA (2000) ada beberapa hal yang menjadi dasar pemilihan pakan untuk primata yang dipelihara yaitu kesegaran, kealamian dan keseimbangan gizi pakan, tekstur pakan dimana memberikan kesempatan pada monyet untuk mengunyah dengan tujuan menjaga kesehatan gigi monyet, serta tidak mengandung racun. Pemilihan minuman pun juga didasarkan pada beberapa hal yaitu segar, bersih, tersedia setiap saat, terhindar dari kontaminasi kotoran, dan pemberian minuman suplemen harus didasarkan pada alasan yang jelas untuk menghindari gangguan pencernaan (DEFRA 2010).

Sebuah penelitian tentang aktivitas makan monyet ekor panjang di bumi perkemahan pramuka Cibubur menunjukkan bahwa jenis pakan yang banyak dikonsumsi oleh monyet terdiri dari 2 jenis yaitu 74.22% pakan alami (tunas daun awi tali, jukut pait, dan buah beringin) dan 25.78% pakan non alami (kacang-kacangan dan sisa pengunjung) (Hilda 2008). Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa jenis pakan yang dikonsumsi oleh monyet di lokasi atraksi adalah nasi, mi instan, roti, semut, kerupuk, dan kacang atom sedangkan minuman yang diberikan adalah air putih, susu kental manis, minuman penambah stamina, dan teh gelas. Jika dibandingkan dengan kondisi di alam, maka presentase pakan non alami monyet di lokasi atraksi jauh lebih besar dibanding pakan alami. Secara umum jenis pakan minuman tersebut sudah sesuai karena monyet termasuk dalam kategori omnivora oportunistik. Permasalahan terjadi jika dikaji lebih lanjut berdasarkan teori yang dipaparkan oleh DEFRA.

Jenis pakan yang dipilih oleh pawang jika dihubungkan dengan dasar pemilihan pakan untuk monyet yang dikemukakan DEFRA, maka yang benar terpenuhi adalah kesegaran pakan dan tidak terdapatnya racun pada pakan. Keseimbangan gizi monyet belum sepenuhnya disediakan pawang terutama pada vitamin, mineral dan serat makanan. Menurut DEFRA (2010) kekurangan vitamin D3, A, C, dan kalsium sangat banyak terjadi pada primata kecil. Jika pawang memberikan buah, sayuran, serangga, dan daun cenderung dapat mengatasi permasalahan ini. Kealamian pakan juga tidak dapat dipenuhi karena hampir seluruh pawang memberikan pakan yang dibuat oleh pabrik terutama mi instan, roti, kerupuk, dan kacang atom.

Jenis minuman yang diberikan seperti air putih yang diberikan oleh pawang sudah memenuhi dasar pemilihan minuman yang ditetapkan oleh DEFRA (2010). Permasalahan terdapat pada pemberian susu kental manis, minuman penambah stamina, dan air teh. Pemberian tiga jenis minuman ini tidak baik untuk kesehatan monyet jika tidak didasari dengan alasan jelas sehingga berpotensi menimbulkan gangguan pencernaan pada monyet.

Bebas dari Rasa Tidak Nyaman

Penilaian terhadap kebebasan monyet dari rasa tidak nyaman berdasarkan pada 9 pengamatan. Empat dasar penilaian sudah diterapkan dengan baik oleh 87.5% pawang sedangkan yang lainnya hanya diterapkan oleh ≤50% pawang. Jumlah dan persentase pawang yang memenuhi dasar penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa kenyamanan monyet akan pakaian yang digunakan hanya dapat dipenuhi oleh 50% pawang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya usaha monyet untuk membuka pakaian yang digunakan. Dugaan

tidak nyamannya monyet adalah ukuran pakaian yang kecil dan cuaca yang panas. Pada mamalia, rambut berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh. Pemakaian baju akan membuat suhu tubuh monyet menjadi meningkat sehingga monyet menjadi tidak nyaman.

Tabel 12 Jumlah dan persentase pawang yang memenuhi dasar penilaian kebebasan monyet dari rasa tidak nyaman di lokasi atraksi

Pengamatan (Dasar penilaian)

Jumlah pawang Persentase (orang) (%)

Ketersediaan waktu istirahat 7 87.5

Ketersediaan tempat istirahat 7 87.5

Ventilasi tempat istirahat yang memadai 7 87.5

Defekasi dan urinasi monyet dengan normal 7 87.5

Kenyamanan pakaian monyet 4 50

Ketersediaan tempat berlindung 3 37.5

Kecukupan ukuran tempat berlindung 2 25

Ketenangan monyet mengambil pakan 1 12.5

Kenyamanan tempat istirahat 0 0

Kenyamanan monyet di tempat istirahat adalah dasar penilaian yang dilanggar oleh semua pawang. Ketersediaan tempat berlindung dan kecukupan ukuran tempat berlindung hanya dapat dipenuhi oleh 37.5% dan 25% pawang saja sedangkan ketenangan monyet dalam mengambil pakan hanya dapat dipenuhi oleh 12.5% pawang saja.

Ketidaknyamanan monyet di tempat istirahat disebabkan karena saat istirahat monyet sering diganggu oleh masyarakat sekitar. Gangguan yang terjadi berupa lemparan batu, pukulan ranting, dan bisingnya kendaraan. Tidak tersedianya tempat berlindung dan tidak cukupnya ukuran kandang disebabkan karena pawang tidak menyediakan tempat khusus untuk monyet berlindung dari panas ataupun hujan. Pawang menjadikan tempat dadakan seperti pinggir warung, gubug, bawah jembatan, dan bawah pohon jika terjadi hujan. Meskipun ada yang membawa kandang ke lokasi atraksi, akan tetapi ukurannya sangat kecil (40 cm x 30 cm x 50 cm). Menurut NSW Agriculture (2000) ukuran kandang untuk 2 ekor monyet pemakan kepiting adalah 10 m (panjang) x 6.5 m (lebar) x 3.5 m (tinggi). Jika dibandingkan maka kandang yang disediakan oleh pawang ukurannya jauh lebih kecil sehingga monyet tidak leluasa bergerak. Kondisi tidak nyaman yang berkepanjangan akan mengakibatkan stres pada monyet sehingga akan mempengaruhi perilaku, menurunkan kecernaan pakan, peningkatan konsumsi air dan penurunan bobot badan (Guyton dan Hall 2008).

Bebas dari Rasa Sakit, Luka, dan Penyakit

Penilaian terhadap kebebasan monyet dari rasa sakit, luka, dan penyakit berdasarkan pada 15 pengamatan. Sebagian besar dasar penilaian sudah diterapkan dengan baik oleh hampir seluruh pawang. Terdapat 5 dasar penilaian yang masih dilanggar oleh ≤50% pawang. Jumlah dan persentase pawang memenuhi dasar penilaian kebebasan ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Seluruh monyet yang diamati memiliki bekas luka yang tidak terawat dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh perilaku pawang yang memilih untuk membiarkan saja ketika monyetnya sakit atau mengobatinya sendiri. Akses langsung monyet dengan sumber polusi, potensi monyet berkelahi dengan hewan 21

lain, dan terdapatnya bahan yang dapat mencederai monyet di tempat istirahat ditemukan pada lebih dari 50% pawang. Empat orang pawang yang berlokasi di pinggir jalan dan satu orang pawang yang berlokasi di perkampungan menyebabkan monyet langsung kena dengan sumber polusi. Sumber polusi tersebut berasal dari asap kendaraan dan asap rokok.

Menurut Depkes (2013) Timah hitam (Pb) dan nitrogen monoksida (NO) adalah pencemar udara yang paling banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Keberadaan Pb di dalam tubuh akan mengakibatkan terhambat pembentukan haemoglobin. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tikus yang menghirup NO 2500 ppm selama 6-7 menit akan mengakibatkan kekejangan dan kelumpuhan syaraf, sedangkan pemberian selama 12 menit akan mengakibatkan kematian (Depkes 2013). Nikotin yang berasal dari asap rokok juga berpengaruh terhadap tubuh monyet. Menurut Zakariah (2010) intervensi nikotin pada monyet ekor panjang akan mengakibatkan peningkatan aktivitas monyet. Intervensi nikotin juga diteliti oleh Choliq et al. (2013). Choliq et al. (2013) menjelaskan bahwa pemberian nikotin cair pada tubuh monyet ekor panjang mengakibatkan penurunan bobot tubuh dan indeks masa tubuh.

Tabel 13 Jumlah dan persentase pawang yang memenuhi dasar penilaian kebebasan monyet dari rasa sakit luka dan penyakit di lokasi atraksi

Pengamatan (Dasar penilaian)

Jumlah pawang Persentase (orang) (%)

Monyet berjalan dengan 4 kaki 8 100

Rantai tidak mencekik leher 8 100

Atraksi tidak membuat monyet terluka/cedera 8 100

Alat peraga tidak menyakiti monyet 8 100

Pawang berusaha menghindarkan monyet dari risiko

Dokumen terkait