• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rantai Pasok Kedelai Struktur Rantai Pasok

Struktur rantai pasok kedelai memiliki dua anggota utama yang menjadi pusat aktivitas rantai pasok. Kelompok tani sebagai anggota utama pemroduksi biji kedelai menjadi pusat kegiatan rantai pasok dari sektor hulu. Industri kecil dan menengah (IKM) pada sektor hilir, dalam hal ini adalah IKM produk tahu, sebagai salah satu anggota utama yang memberikan nilai tambah pada biji kedelai. Kelompok tani didukung pemerintah atau secara swadaya menyediakan kebutuhan produksinya dengan melakukan pengadaan alat dan mesin pertanian serta bibit unggul yang berhubungan langsung dengan anggota rantai pasok lainnya. Hasil biji kedelai yang diproduksi petani langsung didistribusikan oleh kelompok tani itu sendiri kepada IKM yang melakukan permintaan. Sementara itu, persaingan terjadi antara sumber penyediaan kedelai dari koperasi yang berasal dari importir kedelai dengan kedelai lokal yang langsung dijual oleh petani kepada IKM. Rantai Pasok Kedelai yang teridentifikasi di Provinsi Banten secara umum dapat dilihat pada Gambar 7. Keterangan 1. Suplier pupuk 2. Supplier pestisida 3. Kelompok tani 4. Petani 5. Sertifikasi benih

6. Koperasi penyedia peralatan

7. Importir kedelai 8. Primkopti 9. Pengerajin tahu 10. Pasar 11. Retailer 12. Konsumen 13. Lingkup Penelitian 9 3 1 2 5 4 4 4 6 7 8 10 11 11 12 3 13

12

Anggota Rantai Pasok

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 7, konfigurasi rantai pasok kedelai melibatkan berbagai macam pihak dengan peranan yang berbeda sesuai dengan perspektif masing-masing anggota. Sektor hulu dan hilir sebagai dua perspektif tinjauan rantai pasok menampilkan peranan ganda pada setiap anggota rantai pasoknya. Berikut ini adalah rincian peranan anggota rantai pasok kedelai:

1. Pemasok

Sektor hulu berpusat pada kelompk tani yang memiliki hubungan dengan para pemasok pupuk, pestisida, serta peralatan tani. Bibit kedelai yang diproduksi oleh kelompok tani terlebih dahulu harus disertifikasi oleh badan sertifikasi bibit untuk dapat digunakan. Kelompok tani berperan sebagai pemasok kedelai kepada industri tahu ketika persepektif utama ada di sektor hilir rantai kedelai. Primer koperasi tahu-tempe (Primkopti) pada perspektif sektor hulu berperan sebagai penyalur kedelai impor yang didapat dari importir pihak ketiga. Kedelai impor tersebut disalurkan kepada indusri tahu dan tempe yang menjadi anggota primkopti.

2. Produsen

Kelompok tani berperan sebagai produsen kedelai, sementara itu industri tahu mengonversi kedelai menjadi produk tahu. Kelompok tani memproduksi kedelai biji kering yang telah melalui proses pasca panen. Pusat kegiatan rantai pasok kedelai terletak pada dua unit produksi ini.

3. Distributor

Kelompok tani berperan sebagai distributor hasil produksinya sendiri kepada IKM-IKM yang membutuhkan kedelai khususnya IKM tahu. Industri tahu juga berperan sebagai distributor produknya ke pasar.

4. Ritel dan Konsumen

Produk biji kering tidak memiliki pedagang ritel, sementara itu produk tahu dijual di pasar dan pedagang eceran lainnya yang langsung menyentuh konsumen. Konsumen kedelai lokal hasil produksi kelompok tani adalah industri tahu dan sedikit industri sari kedelai, termasuk kecap. Konsumen tahu adalah rumah tangga, pedagang makanan atau rumah makan.

Entitas Rantai Pasok

1. Produk

Dua produk utama yang dibahas pada penelitian ini adalah biji kedelai kering dan produk tahu putih. Kedelai lokal memiliki kenggulan yang sangat baik dibandingkan dengan kedelai impor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) menyatakan bahwa varietas kedelai lokal galur harapan memiliki kadar protein sebesar 40-44% bobot kering (bk) sementara kedelai impor hanya memiliki kadar protein 35-37% bk. Perbandingan karakteristik biji kedelai varietas yang digunakan oleh kelompok tani Sukatani 1 dengan kedelai impor dapat dilihat pada Tabel 1 dan standar mutu biji kedelai disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Perbandingan karakteristik biji kedelai lokal dan impor Varietas/galur Warna

kulit biji biji (gram)Bobot 100 air (%)Kadar Protein (% bk) Lemak (% bk) Anjasmoro Kuning 14.8-15.3 11.0 41.8-42.1 17.2-18.6 Kedelai impor Kuning 15.8-16.8 12.1 35.0-36.8 21.4-21.7

13 Tabel 2 Spesifikasi persyaratan mutu biji kedelai

Jenis uji Satuan Persyaratan umum

I II III IV

Kadar air % Maks. 13 Maks. 14 Maks. 14 Maks. 16

Butir belah % Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 5

Butir rusak % Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 5

Butir warna lain % Maks. 1 Maks. 3 Maks. 5 Maks. 10

Kotoran % Maks. 0 Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3

Butiran keriput % Maks. 0 Maks. 1 Maks. 3 Maks. 5

Sumber: BSN 1995 (SNI 01-3922-1995)

Menurut Raharja et al. (2012), kedelai yang diperlukan untuk produksi tahu adalah kedelai dengan kadar protein tinggi dengan kadar lemak rendah. Kedelai lokal memenuhi kriteria tersebut. Disamping itu, ukuran biji kedelai lokal yang kecil mempermudah ekstraksi karena luas permukaannya lebih besar sehingga rendemen tahu yang dihasilkan lebih besar. Kedelai yang digunakan untuk membuat tahu adalah kedelai impor dengan campuran kedelai lokal apabila tersedia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) mengatakan bahwa pengerajin tempe dan tahu cenderung memilih kedelai impor karena ketersediaan pasokan bahan bakunya terjamin.

Tahu yang diproduksi oleh IKM Kramatwatu adalah jenis tahu putih. Tahu putih atau tahu cina memiliki tekstur yang padat. Dalam pembuatannya digunakan biang (kalsium sulfat) sebagai bahan penggumpal protein sari kedelai. Tahu yang diproduksi oleh IKM kramatwatu masih menggunakan kedelai impor karena ketersediaan kedelai lokal yang tidak kontinyu.

2. Pasar

Permintaan kedelai di Indonesia setiap tahun meningkat 12.89 ton per tahun (Bappenas 2013). Peluang penerimaan hasil produksi kedelai petani juga sangat besar apabila hasil produksi tersebut dikelola dan didistribusikan dengan baik. Keseluruhan hasil produksi kedelai terserap oleh industri kecil dengan distribusi atau penjualan langsung sehingga petani tidak terlindungi. Sementara itu, di sektor hilir, produksi tahu juga terus meningkat bahkan pada waktu-waktu tertentu permintaan produk tahu di pasaran dapat melonjak hingga dua kali lipat. Pasar tahu tradisional memiliki konsumen tetap dari rumah tangga maupun pengusaha rumah makan. IKM tahu kramatwatu juga memiliki outlet penjualan tahu yang dikelola sendiri selain mendistribusikannya langsung ke pasar tradisional dan retail.

3. Stakeholder

Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok kedelai baik di sektor hulu maupun hilir termasuk ke dalam anggota rantai pasok baik secara langsung maupun tidak. Kelompok tani Sukatani 1 yang menaungi 25 anggota petani memiliki seorang ketua yang berperan untuk mengorganisasikan kelompoknya. Pengadaan-pengadaan bahan baku dan alat-alat pertanian dilakukan secara swadaya. Pengolahan pasca panen dan distribusi dari hasil tani dilakukan secara mandiri. Dinas Pertanian bidang tanaman pangan sebenarnya juga memiliki program untuk meningkatkan produktivitas petani kedelai salah satunya adalah bantuan pengadaan bahan dan alat pertanian, namun lebih diterapkan pada lahan produksi kedelai

14

utama dan bukan lahan peralihan. Balai sertifikasi benih berperan untuk menguji bibit kedelai yang ditangkarkan petani untuk dapat digunakan secara massal. Beberapa bibit varietas unggul juga telah diturunkan kepada petani melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Dinas Pertanian.

Stakeholder yang berperan pada sektor hilir adalah industri IKM tahu sebagai unit produksi dengan pasokan kedelai utama dari Primkopti. Kedelai tersebut berasal dari Benua Amerika yang diimpor oleh Primkopti dan importir pihak ketiga yang berpusat di Jakarta. Distribusi kedelai langsung dilakukan ke cabang primkopti dan dari primkopti ke anggota koperasi.

4. Situasi Persaingan

Menurut Bappenas (2013), setelah harga kedelai sempat melambung terlalu tinggi karena kekurangan pasokan, pada bulan Oktober 2013 Menteri Keuangan mengambil kebijakan menghapus hambatan masuk (entry barriers) dan penghapusan kuota impor yang tertuang dalam Permenkeu No. 133/PMK.011/2013. Sementara untuk mencegah jatuhnya harga kedelai lokal sekaligus mendorong petani untuk tertarik menanam kedelai, diterbitkanlah Permendag No:59/M-DAG/PER/9/2013, yang menetapkan harga pembelian kedelai sebesar Rp 7 400/kg. Keberadaan kedelai impor yang bebas masuk ke Indonesia memiliki dampak menekan pada petani kedelai. Pendeknya rantai pasok kedelai impor dibandingkan kedelai lokal juga menjadi sebab sulitnya kedelai lokal menembus pasar kedelai. Perbedaan rantai pasok kedelai lokal dan impor dapat dilihat pada Gambar 8.

Petani

Pedagang pengumpul Pedagang besar lokal

Pengecer Konsumen kedelai Pedagang besar antar daerah Bulog Primkopti Perajin tahu/tempe Konsumen tahu/tempe KOPTI Perajin tahu/tempe Impor Bulog Pedagang besar Importir swasta (a) (b)

Gambar 8 Perbedaan rantai pasok kedelai lokal (a) dan impor (b) (Bappenas 2013)

15 Peta persaingan produk tahu putih tradisional adalah persaingan kawasan. Terdapat lebih dari 25 IKM sejenis yang menargetkan pasar di wilayah yang sama yaitu pasar Kramatwatu dan Cilegon. Konsumen tahu bebas memilih produk dari pabrik manapun. Pada aspek pesaing baru, menurut Tandian dan Praptiningsih (2013) menjelaskan bahwa tidak ada barriers of entry baik dari pemerintah maupun dari asosiasi usaha. Pasar tahu tradisonal masih tetap kuat meskipun tahu-tahu kualitas tinggi mulai tersedia di pasar modern.

Proses Bisnis

Abror (2011) menyatakan bahwa proses tarik diawali karena adanya pesanan konsumem, sedangkan proses dorong dilaksanakan sebagai antisipasi pesanan konsumen. Chopra dan Meindl (2007)menerangkan bahwa proses dorong (push) berlangsung pada kondisi yang tidak pasti dengan menawarkan hasil produksi kepada konsumen, sedangkan proses tarik dilakuan untuk merespon permintaan konsumen. Tinjauan siklus dan push/pull pada rantai pasok kedelai dijelaskan pada Gambar 9.

Kelompok tani melakukan penawaran langsung kepada industri tahu untuk menjual biji kedelai kering mereka. Apabila terjadi kesepakatan terkait jumlah dan kualitas kedelai maka dilanjutkan ke proses pembelian. Di sektor hilir, tahu yang telah diproduksi ditawarkan kepada pedagang besar di beberapa pasar sekitar pabrik. Terdapat pula mitra-mitra pedagang yang telah memiliki kerjasama dengn pabrik untuk melakukan pengadan tahu secara rutin. Pada ingkat ritel, pull atau permintaan dilakukan dengan mekanisme pembelian langsung di pasar tradisional. Selanjutnya ritel atau pedagang eceran melakukan penawaran atau push kepada konsumen.

Kelompok tani Industri tahu Pedagang (pasar) Ritel Konsumen push pull push pull push

Siklus procurement Siklus

manufacturing Siklus order Siklus procurement Siklus manufacturing Siklus customer order Siklus procurement Siklus customer order Siklus procurement Siklus customer order order

16

Struktur Manajemen menerangkan aspek tindakan pada setiap tingkatan manajemen di dalam rantai pasokan (Syafi 2009). Di dalam rantai pasok kedelai unit kelompok tani sebagai produsen sekaligus supplier kedelai kepada unit sektor hilir yaitu industri tahu. IKM tahu berperan sebagai unit perantara yang menghubungkan petani kedelai dengan pasar melalui konversi produk dan pemberian nilai tambah. Kegiatan manajemen yang dilakukan oleh unit sektor hulu dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan unit sektor hilir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3 Profil kontrol unit sektor hulu (kelompok tani) Kepemilikan

penuh Kepemilikan sebagian Kontrak jangka panjang Aliansi Hubungan transaksi Input suplai pertanian Produksi pertanian Transportasi masuk Gudang √ √ Transportasi keluar Ritel/agen √

Kesepakatan kontraktual dibuat untuk menjalin kerjasama jangka panjang antar anggota rantai. Belum ada kesepakatan kontraktual yang dibuat oleh kelompok tani dengan anggota rantai pasok lain. Kelompok tani hanya memiliki kesepakatan jual beli dan bantuan bibit unggul dari pemerintah, sedangkan terkait pengadaan sumber daya produksi dilakukan secara mandiri. Di sektor hilir, kesepakatan kontraktual juga tidak terjadi pada industri tahu, hanya saja terjalin kerjasama yang bersifat kooperatif kenggotaan oleh Primkopti kepada IKM. Sementara itu, kesepakatan kontraktual terjadi pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu antara importir pihak ketiga dengan KOPTI pusat yang menyediakan kebutuhan kedelai impor.

Tabel 4 Profil kontrol unit sektor hilir (IKM tahu) Kepemilikan

penuh Kepemilikan sebagian Kontrak jangka panjang Aliansi Hubungan transaksi Input suplai √ √ Produksi √ Transportasi masuk Gudang √ Transportasi keluar Ritel/agen √ √

17 Sistem transaksi yang terjadi di setiap unit rantai pasok kedelai cukup sederhana. Pada unit sekor hulu, transaksi terjadi secara cash and carry atau dengan cara membayar langsung untuk mendapatkan kedelai. Cara pembayaran seringkali dilakukan secara bertahap oleh industri yang membeli kedelai dari kelompok tani dalam jangka waktu tertentu. Cara transaksi yang berbeda terjadi apabila IKM membeli bahan baku kedelai dari Primkopti. Keanggotaan IKM pada Primkopti membuat sistem pembayaran juga lebih mudah dan kepastian ketersediaan barang lebih terjamin. Pembayaran dari pedagang pasar dan retailer kepada IKM tahu dilakukan secara cash untuk mendapatkan produk tahu setiap harinya.

Dinas Pertanian dan balai penelitian sebagai instansi pemerintah yang menjalankan mandat terkait kelangsungan pertanian daerah memberikan berbagai macam dukungan kebijakan. Mulai dari pengadaan bibit, bantuan pupuk dan pestisida, alat dan mesin pertanian, serta pelatihan kepada petani. Di sektor hilir, kebijakan pemerintah melalu peraturan menteri perdagangan memberikan jaminan ketersediaan biji kedelai kering untuk mencukupi kebutuhan nasional yang belum terpenuhi yaitu dengan membebaskan bea masuk impor kedelai.

Sumber Daya Rantai Pasok

1. Fisik

Sumber daya fisik rantai pasok kedelai di Provinsi Banten secara keseluruhan meliputi lahan pertanian, infrastruktur jalan, jembatan, sarana dan prasarana transportasi, pasar tradisional serta kawasan industri. Lahan pertanian yang digunakan untuk produksi kedelai di Provinsi Banten tercatat menurun. Luas panen dari 7.93 ribu hektar di tahun 2013 menjadi 4.82 ribu hektar pada 2014 atau menurun sebesar 39.27 persen (BPS 2015). Menyusutnya luas panen kedelai diketahui akibat adanya peralihan komoditas dari kedelai ke komoditas lain terutama jagung oleh petani. Bappenas (2013) menyatakan bahwa terjadinya persaingan antara jagung dan kedelai di lahan sawah, sementara areal tanam kedelai sering kali kalah saing dengan komoditas jagung sebagai pilihan rotasi tanaman di lahan sawah oleh petani.

Lahan di Kabupaten Serang yang digunakan untuk bercocok tanam kedelai sebagian lahannya merupakan tipe tadah hujan. Infrastruktur seperti bendungan dan irigasi belum tersedia. Hal tersebut mempengaruhi produktivitas lahan tanam, khususnya tanaman kedelai yang membutuhkan cukup air. Infrasturktur lain juga belum terpenuhi secara baik utuk menunjang kinerja dan produktivitas rantai pasok kedelai. Akses dari lahan pertanian ke lokasi niaga rata-rata cukup jauh dengan kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik.

Pada tataran pemerintahan Provinsi Banten, berdasarkan RPJMD 2012-2017 (Bappeda 2012) dicanangkan pengoptimalan pengembangan kawasan Agropolitan di wilayah Kabupaten Serang. Selain itu, prioritas pembangunan pertanian belum terlihat dalam RPJMD Banten yang masih akan berlaku hingga 2017. Sementara itu, revitalisasi pasar-pasar tradisional banten masuk ke dalam isu strategis Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Pembangunan infrastruktur seperti bendungan serta jalan bebas hambatan dan revitalisasi beberapa ruas jalan menjadi potensi untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas rantai pasok.

18

2. Teknologi

Penerapan teknologi pengolahan tanah, penanaman, perawatan tanaman, pencegahan gulma dan hama, serta pemuliaan bibit sangat penting untuk menjamin keberhasilan panen kedelai. Penyaluran teknologi budidaya kedelai tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian melalui program kerjanya. BPTP sebagai lembaga riset juga terus mengembangkan tekonologi agronomi serta sosial ekonomi untuk perbaikan komoditas kedelai. Namun tidak semua petani di Provinsi Banten menerapkan teknologi tersebut. Pengetahuan petani yang tidak merata menjadi kendala untuk meningkatkan produktivitas kedelai secara serentak. Secara bertahap, penyuluhan dan penyaluran bantuan teknologi tetap dilakukan.

Sektor hilir rantai pasok kedelai membutuhkan penerapan teknologi produksi tahu modern dengan memperhatikan aspek lingkungan. Keberadaan industri kecil yang berproduksi secara sendiri-sendiri mengakibatkan pengawasan dan penerapan produksi berseih terkendala.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya tani baik yang hanya sebagai buruh tani maupun petani pemilik lahan berhimpun dalam kelompok-kelompok tani. Kelompok tani Sukatani 1 memiliki anggota 25 orang dengan lahan yang dimiliki kelompok tersebut sebesar 20 ha. Pengembangan sumber daya manusia yang terlibat dalam agribisnis kedelai khususnya petani perlu dilakukan. Penyuluhan serta kerjasama antara pemerintah dengan petani untuk menciptakan tata niaga kedelai yang lebih baik akan menarik minat para petani untuk menanam kedelai.

Pelatihan dan pembentukan role model usaha produksi tahu yang terintegrasi secara kawasan dapat mengembangkan produksi dan kualitas tahu. Primkopti juga sebagai paguyuban pengusaha tahu dan tempe memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada karyawan dan juga pemilik usaha untuk perlahan lahan memperbaiki proses produksi dan memperbaiki kualitas tahu hingga pengolahan limbah.

4. Modal

Tingkat pembiayaan modal usaha produksi kedelai cukup besar. Kelompok tani yang tidak memiliki kerjasama dengan pemerintah atau lembaga riset harus memenuhi modal awal secara swadaya. Pembiayaan melalui pinjaman modal dari bank masih cukup sulit diterima oleh petani ditinjau dari aspek kelayakan usaha dan kelayakan aspek keuangan kelompok tani. Kemandirian modal tani secara berkelompok ataupun melalui pembiayaan koperasi tani lebih dipilih daripada pembiayaan modal atau kredit dari bank.

Pengembangan usaha tahu melalui peningkatan modal untuk pabrik masih belum banyak dilakukan oleh pemilik usaha. Pengusaha masih enggan mengembangkan pabriknya baik melalui kredit bank atau dengan modal pribadi. Kondisi margin keuntungan dengan biaya produksi yang tidak besar adalah salah satu alasannya. Bantuan serta pengkondisian oleh pemerintah terkait Industri kecil dan menengah perlu dilakukan untuk mengembangkan usaha tersebut.

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Kedelai

Proses make dilakukan oleh anggota kelompok tani di sektor hulu dan para petani anggotanya, sedangkan di sektor hilir dilakukan oleh industri tahu. Fokus pengukuran dilakukan terhadap dua jenis proses make tersebut. Khusus pada sektor hulu yang merupakan proses budidaya kedelai tidak dihitung agilitas rantai pasok

19 dan tidak memiliki persediaan harian untuk memasok karena proses make budidaya yang tergolong lama dan musiman. Data benchmark diperoleh berdasarkan target yang diharapkan oleh unit usaha untuk menghasilkan kinerja antar anggota rantai pasok terbaik. Bobot Struktur SCOR-AHP yang berhasil disintesis dari pakar dapat dilihat pada Gambar 10.

Kelima atribut kinerja yang diturunkan menjadi metrik kinerja telah dinilai secara kualitatif oleh para pakar dengan nilai inconsistency ratio sebesar 0.02 sehigga termasuk konsisten. Nilai bobot atribut kinerja tertinggi yaitu atribut reliabilitas atau kepercayaan disusul atribut biaya rantai pasok. Masing-masing atribut didekomposisi menjadi metrik kinerja yang menjadi variabel penilaian kinerja yang selanjutnya akan dikalkulasikan dengan bobot struktur AHP untuk mendapatkan nilai kinerja.

Hasil pengukuran kinerja melalui sintesis reference comparison dengan benchmark terhadap nilai variabel DEA dan penggunaan bobot AHP dari model SCOR didapatkan nilai kinerja untuk sektor hulu dan hilir berturut turut sebesar 69.75 dan 88.50.

Pengukuran kinerja rantai pasok kedelai dengan pendekatan SCOR®

(1.000)

Perencanaan (0.237) Pengadaan (0.267) Pengolahan (0.249) Distribusi (0.247)

Nilai tambah (0.216) Kualitas (0.522) Resiko (0.262)

Reliabilitas (0.340) Responsivitas (0.136) Agilitas (0.130) Biaya (0.267) Aset (0.127) Pemenuhan pesanan sempurna (0.550) Waktu siklus pemenuhan pesanan (1.000) Fleksibilitas terhadap peningkatan kapasitas (0.614) Daya adaptasi SC terhadap peningkatan kapasitas (0.230) Daya adaptasi SC terhadap penurunan kapasitas (0.156) Total biaya rantai pasok (1.000) Waktu siklus kas (0.768) Persedia an harian (0.232) Kinerja pengiriman (0.130) Kesesuaian dengan standar/mutu (0.321) Tujuan (goal) LeveI I : Proses Bisnis Level II : Kriteria Kinerja Level III : Atribut Kinerja Level IV: Metrik kinerja

20

Nilai kinerja yang didapatkan tersebut kemudian dibandingkan dengan standar kinerja dengan skala 0 sampai 100. Pembandingan dengan standar kinerja dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian kinerja. Klasifikasi nilai standar kinerja menurut Monczka et al. (2011) dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai kinerja unit sektor hulu dengan nilai 69.75 tergolong dalam kategori sangat kurang, sedangkan nilai kinerja unit sektor hilir tergolong dalam kategori sedang. Rincian perhitungan kinerja dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 5 Klasifikasi nilai standar kinerja

Nilai Kinerja Kriteria

95-100 Sangat Baik (Excellent)

90-94 Baik (Above Average)

80-89 Sedang (Average)

70-79 Kurang (Below Average)

60-79 Sangat Kurang (Poor)

<60 Buruk (Unacceptable)

Sumber: Monczka et al. (2011)

Tabel 6 Rincian perhitungan kinerja sektor hulu

Atribut Kinerja

(Level V) Bobot AHP Aktual PerbandinganBenchmark % Level IV

Siklus Pemenuhan

Pesanan (hari) 0.136 111 79 71.17 11.51

Biya total rantai

pasok (Juta Rupiah) 0.267 59 50 84.75 26.91

Waktu siklus kas

(hari) 0.098 116 81 69.83 8.10 Pemenuhan pesanan sempurna (%) 0.187 50 100 50.00 11.12 Kinerja pengiriman (%) 0.044 70 100 70.00 3.68 Kesesuaian dengan standar/mutu (%) 0.109 65 100 65.00 8.44

Total =100%0.841 Nilai Kinerja 69.75

Melalui sintesis nilai variabel dengan metode DEA juga akan diperoleh persentase peluang perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja. Nilai potential improvement tersebut dapat dijadikan acuan urgensi perbaikan kinerja rantai pasok dimana selisih terbesarnya menunjukkan perbedaan yang besar pula dari nilai benchmark yang ditetapkan. Data nilai unit beserta targetnya dan nilai potential improvement tiap variabel dapat dilihat pada Tabel 8.

21 Tabel 7 Rincian perhitungan kinerja sektor hilir

Atribut Kinerja (Level V) Bobot AHP AktualPerbandinganBenchmark % Level IV

Siklus Pemenuhan Pesanan

(hari) 0.136 1 1 100 13.60

Fleksibilitas terhadap

peningkatan kapasitas (hari) 0.080 2 1 50 4.00

Daya adaptasi terhadap

peningkatan kapasitas (%) 0.030 100 100 100 3.00

Daya adaptasi terhadap

penurunan kuantitas (%) 0.020 50 50 100 2.03

Biya total rantai (Juta Rp) 0.267 1.05 1 95.24 25.43

Waktu siklus kas (hari) 0.098 7 4 57.14 5.57

Persediaan harian untuk

memasok (%) 0.029 0.75 0.5 66.67 1.96 Pemenuhan pesanan sempurna (%) 0.187 100 100 100 18.70 Kinerja pengiriman (%) 0.044 75 100 75 3.32 Kesesuaian dengan standar/mutu (%) 0.109 100 100 100 10.91

Total 1.000 Nilai Kinerja 88.50

Tabel 8 Data nilai unit, target, dan potential improvement Varibel KT1)Unit Sektor HuluTarget PI2) Unit Sektor Hilir

(%) IKM Target PI

2) (%)

INPUT

Siklus Pemenuhan Pesanan

(hari) 111 79 -50 1 1 0

Fleksibilitas terhadap

peningkatan kapasitas (hari) - - - 2 1 -50 Daya adaptasi terhadap

peningkatan kapasitas (%) - - - 100 100 0 Daya adaptasi terhadap

penurunan kuantitas (%) - - - 50 50 0

Biya total rantai pasok (Juta

Rupiah) 59 50 -40 1.05 1.00 -4

Waktu siklus kas (hari) 116 81 -51 7 4 -42 Persediaan harian untuk

memasok (%) - - - 0.75 0.5 -33 OUT PUT Pemenuhan pesanan sempurna 50 100 40 100 100 0 Kinerja pengiriman (%) 70 100 0 75 100 33 Kesesuaian dengan standar/mutu (%) 65 100 7 100 100 0 Keterangan:

1) Kelompok Tani 2) Potential Improvement (+)peningkatan (-) penurunan

22

Strategi Perbaikan Kinerja Rantai Pasok Kedelai Unit Sektor Hulu

Hasil potential improvement (PI) yang disintesis menggunakan DEA dijadikan sebagai acuan perbaikan kinerja. Tingkat kepentingan antar strategi berikut dilihat dari peringkat bobot AHP. Rincian bobot AHP strategi peningkatan kinerja sektor hulu dapat dilihat pada Lampiran 4. Unit sektor hulu atau kelompok

Dokumen terkait