• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Kamera Tersembunyi

Enam periode survei mamalia besar dilakukan antara bulan Februari dan Juli 2009 di TNBG menggunakan kamera otomatis yang diaktifkan dengan sinar infra merah (Deercam, 860 Park Lane, Park Falls, WI 54552 dan Cuddeback Digital), yang memiliki paket data yang merekam waktu dan tanggal pada gambar-gambarnya dioperasikan di beberapa lokasi di Taman Nasional Batang Gadis.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengambilan sampel dari Nichols and Karanth (2002). Kamera diletakkan secara acak di 16 x 16 km blok sampling di dalam kawasan (Gambar 3); (Lampiran 2). Lokasi-lokasi yang dipilih untuk penempatan kamera ini didasarkan pada survei lapangan yang luas untuk tanda-tanda sekunder harimau. Kamera diletakkan di tempat yang tinggi seperti di dahan pohon sehingga sinar infrared akan jatuh 45 cm di atas dasar hutan. Setiap kamera diprogram untuk menunda gambar yang berunutan selama 60 detik dan beroperasi secara terus-menerus seharian. Kamera akan dibiarkan selama 20 – 30 hari sebelum film/kartu memori diambil. Jumlah hari penangkapan untuk tiap film dibedakan berdasarkan waktu kamera mulai diaktifkan hingga saat film diambil, jika film tersebut telah selesai mengambil gambar yang tersisa atau ketika tanggal dan waktu telah tercetak dalam pengambilan gambar terakhir. Setiap gambar hewan diidentifikasikan sampai ke tingkat spesies. Penelitian ini menggunakan nomor pada

gambar spesies sebagai indeks untuk ke kelimpahan relatifnya yang mengacu pada

O’Βριεν et al, (2003).

Gambar 3. Blok Sampling Berukuran 256 km2(16 x 16 km) Terletak di Tengah

Taman Nasional Batang Gadis. Blok Dibagi Menjadi 16 Sel Berukuran 16 km2 (4x4 km)

Variabel Lingkungan

Data variabel lingkungan didapatkan dari peta GIS yang dikembangkan oleh laboratorium GIS CII dan peta ketinggian digital SRTM 07 (USGS, 2004). Tujuh variabel lingkungan diperoleh melalui ArcGIS 9.1 (ESRI, 2005) termasuk 1) Kemiringan (derajat), 2) Jarak ke sungai (50 m), 3) Panjang sungai (4 km), 4) Jarak dari tepi hutan ke tengah (50 m), 5) Jarak ke jalan kecamatan (km), 6) Jarak ke desa (km), dan 7) Ketinggian (50 m). Variabel-variabel ini digunakan sebagai

ΒΓΝΠ Προποσεδ Βουνδαρψ 4ξ4 κm χελλ ωιτηιν σαmπλινγ βλοχκσ 0.5 κm 4 κm ΒΓΝΠ Προποσεδ Βουνδαρψ 4ξ4 κm χελλ ωιτηιν σαmπλινγ βλοχκσ 0.5 κm 4 κm

variabel penjelas dan digunakan untuk mengembangkan model prediksi penyebaran harimau.

Jebakan Kamera

Lima kamera dipasang selama periode Februari–Juli 2009 di lokasi yang di lokasi-lokasi yang ditentukan secara acak dan merupakan kelanjutan dari pemantauan yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya yaitu delapan kamera digunakan untuk mensurvei mamalia besar yang dilakukan antara Desember 2005 dan Juli 2006 dengan menggunakan kamera otomatis pasif. Karena adanya masalah logistik, maka tidak dapat mempertahankan proses sampling agar sama pada setiap pengambilan. Dalam situasi seperti ini, penelitian ini lebih difokuskan pada kegiatan pengambilan gambar yang dilakukan di lokasi optimum dengan probabilitas (kemungkinan) tertinggi penangkapan harimau.

Di area di mana jumlah mangsa rendah, seperti hutan hujan primer, kamera bisa disebar dengan jarak 5–10 km (Karanth et al, 2002). Hal ini mengarahkan penelitian pada: 1) Perluasan aktivitas sampling hingga 20–30 per hari untuk meningkatkan probabilitas penangkapan, 2) Mengurangi jumlah kamera menjadi 1–2 kamera per sel berukuran 4 x 4 km untuk memperluas area sampling dan dapat meningkatkan kesempatan mencakup ruang lingkup habitat asli harimau. Dengan situasi seperti itu, harus memperhatikan estimasi kepadatan harimau dengan hati-hati dengan pertimbangan asumsi populasi tertutup. Selama penelitian, total 102 film digunakan untuk 32 lokasi (Gambar 4). Distribusi film-film tersebut sebagai fungsi ketinggian dan perbandingan antara ketinggian ditampilkan dalam blok dan taman

nasional pada Gambar 3. Selama penelitian gambar yang tertangkap oleh kamera sebanyak 364 foto hewan dari setidaknya 24 spesies dari jumlah hari penangkapan 1728. Jumlah gambar per spesies untuk harimau dan mangsanya berkisar dari 4 untuk rusa sambar dan 77 beruk. Dan kegiatan penangkapan yang diperlukan untuk mengumpulkan foto setiap spesies berkisar 432 malam untuk rusa sambar dan 22 malam untuk beruk (Lampiran 3).

Gambar 4. Penyebaran Kamera yang Diletakkan Berdasarkan Ketinggian. Segitiga adalah Jumlah Kamera, Balok Hitam adalah Area

Ketinggian di Taman Nasional dan Balok Abu-Abu adalah Area Ketinggian di Blok Sampling

Estimasi Populasi Harimau

Jumlah foto harimau yang berhasil tertangkap oleh kamera selama periode pengamatan Februari hingga Juli 2009, sebanyak 18 foto pada enam titik pengamatan yang belum dapat diidentifikasi lebih lanjut termasuk yang terulang (duplikat); 11

0 5 10 15 20 25 30 35 500−750 750−1000 1000−1250 1250−1500 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Αρεα (%) Καmερα

di kiri dan 7 di kanan (Lampiran 6). Pada pengamatan sebelumnya, total 20 foto harimau dikumpulkan selama pemantauan, termasuk yang terulang (duplikat) dan harimau yang tidak teridentifikasi; 10 di kiri dan 10 di kanan. Dari semua itu, satu gambar, yang menangkap sekali setiap sisi, kanan dan kiri, memiliki kualitas gambar yang kurang baik atau tidak teridentifikasi. Jumlah hewan yang unik diidentifikasi dari kiri ke kanan adalah 6 dan kurang lebih 6. Jadi selama pemantauan, minimum 6 dan maksimum 12 harimau tertangkap oleh kamera. Tiga harimau terpotret sisi kanan, dan hanya 1 harimau dari sisi kiri. Perbandingan jantan dan betina berdasarkan indentifikasi positif adalah 3:1 untuk kedua sisi kanan dan kiri, lebih banyak harimau jantan; sebuah indikasi populasi yang tidak sehat (Tabel 1).

Tabel 1. Rangkuman Foto Harimau, Individu yang Teridentifikasi, Penangkapan Ulang, Rasio Jantan dan Betina di Taman Nasional Batang Gadis Jenis Kelamin Sisi Jumlah Foto Foto yang Tidak Teridentifikasi Individu Unik Individu yang Tertangkap

Ulang Jantan Betina Jantan? Betina?

Tidak Teridentifikasi

Kiri 10 1 6 3 3 1 1 1 0

Kanan 10 1 6 1 3 1 1 1 0

Total 20 2 12 4 6 2 2 2 0

Menggunakan program CAPTURE model M0, penelitian ini memperkirakan probabilitas penangkapan rata-rata (p-hat) 0.05, sebuah nilai relatif rendah dibanding penelitian lain (e.g. Karanth 1995; Karanth and Nichols 1998; Kawanishi and Sunquist 2004). Perkiraan besar populasi harimau pada area sampel untuk periode sampling pertama adalah 9 ± 3.2, δενγαν 95% confidence interval (CI) 6–27 individu. Coefficient variation (CV) adalah 35.6, lebih tinggi relatif pada M0 (e.g. O’Βριεν et

al, 2003; Kawanishi and Sunquist 2004). Untuk model Mh, perkiraan rata-rata probabilitas penangkapan (p-hat) adalah 0.08, lebih tinggi dari pada model M0. Prakiraan besar populasi harimau pada area sampel adalah 6 ± 2.4, δενγαν ΧΙ 95%

dari 6–21 individu. Nilai CV adalah 0.4, lebih tinggi relatif terhadap model M0 dan dari pada penelitian lain (e.g. O’Βριεν et al. 2003; Kawanishi and Sunquist, 2004), menunjukkan kurangnya ketepatan. Sebuah tes penutup yang disediakan dalam program CAPTURE menunjukkan bahwa populasi tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada populasi tertutup (p=0.5). Bagaimanapun, Otis et.al, (1978) memperingatkan bahwa ketika ukuran sampel kecil, tes seperti itu tidak dapat digunakan untuk menemukan kekurangan penutupan.

Hasil penelitian ini juga memperkirakan jarak terjauh penangkapan antar individu adalah 9 km, dari total cakupan sampling efektif seluas 841 km2. Karena harimau biasanya hanya berada di tengah hutan (Kinnard et.al, 2003), maka perhitungan sampel habitat efektif dengan mengurangkan jumlah habitat terbuka dari total sampel area efektif. Luas area sample habitat yang sesuai adalah 532 km2. Dikombinasikan dengan estimasi besar populasi harimau, diperkirakan kepadatan harimau adalah 1.7 dan 1 harimau/100km2 untuk model M0 dan Mh. Nilai CI 95% dari model M0 dan Mh adalah 1.1–5.1 harimau/100 km2 dan 1.1–3.9 harimau/100 km2. Model Mh juga memungkinkan variabel probabilitas penangkapan antar individu.

Pola Aktivitas Harimau dan Mangsanya

Pola aktivitas harian dari beruk (Macaca nemestrina) dan kuau (Argusianus argus) utamanya dilakukan dalam sehari. Tapir pada malam hari, sementara harimau dan kijang tampaknya tidak memiliki pola yang pasti (Gambar 5A–5D). Penelitian ini tidak mengevaluasi pola aktivitas babi hutan (Sus scrofa) dan rusa sambar (Cervus unicolor) karena terbatasnya jumlah sampel. Pola harian dari keempat spesies tersebut sama dengan yang disampaikan Wibisono (2006) dan O’Βριen et al, (2003).

Harimau Sumatera 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 A Kijang 0 1 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 B Beruk 0 2 4 6 8 10 12 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 C Burung Kuau 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 D

Gambar 5. Pola Aktivitas Harian dari (A) Harimau (Tidak Ada Pola), (B) Kijang (Tidak Ada Pola), (C) Beruk (Diurnal), (D) Burung Argus (Diurnal) dan Tapir (Nocturnal) di Taman Nasional Batang Gadis. Jam Setelah Tengah Malam adalah Sumbu X, Jumlah Hewan adalah Sumbu Y

Dokumen terkait