• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tempat Tumbuh Tipe Hutan

Berdasarkan kondisi habitatnya, maka hutan rawa di lokasi penelitian Sungai Bekuan, Danau Bekuan dan Danau Sumbu ini merupakan hutan rawa air tawar, daerah peralihan/ekoton antara tipe rawa dan gambut (mixed peat swamp forest), dan hutan rawa gambut. Tabel 4 menunjukkan perubahan tipe hutan dalam setiap petak-petak pengamatan berdasarkan perubahan jenis tanah dan jenis pohon dominan.

Tabel 4. Perubahan tipe hutan berdasarkan jenis tanah dan jenis pohon dominan.

Lokasi Tipe Hutan Jumlah

Petak

Luas Plot (ha)

Lebar

(m) Jenis Dominan Jenis Tanah

SB Ht. Rawa 18 0,72 180 F. fragrans Aluvial

Ekoton 10 0,4 100 V. pinnata Gambut tipis

Ht. Gambut 12 0,48 120 G. wallichii Gambut tebal

DB Ht. Rawa 18 0,9 180 F. fragrans, C. teysmannia Aluvial

Ekoton 10 0,5 100 S. virescens Gambut tipis

Ht. Gambut 22 1,1 220 G. wallichii, S. balangeran Gambut tebal

DS Ht. Rawa 16 0,8 160 F. fragrans, Grewiasp Aluvial

Ekoton 14 0,7 140 C. burkii, V. pinnata Gambut tipis

Ht. Gambut 20 1,0 200 G. wallichii, S. balangeran Gambut tebal

Keterangan : SB = Sungai Bekuan, DB = Danau Bekuan, DS = Danau Sumbu

Hutan rawa air tawar merupakan habitat terbesar F. fragrans (tembesu) yang tumbuh secara alami pada tanah liat berdebu. Tipe hutan rawa air tawar berjarak 0 sampai180 m dari tepi sungai atau danau.

Daerah ekoton pada lokasi penelitian ditandai dengan ciri tanah dan jenis yang tumbuh pada areal tersebut. Indikator pertama yaitu banyak ditemukan jenis seperti Vitex pinnata (belaban), C. burkii (pukul kawi), D. abnormis (kelansau) dan di dominasi tumbuhan bawah tingkat semai seperti T. salicifolius (temirit), dan S. darifolium (ubah). Indikator kedua yaitu pada lapisan gambut tipis dengan ketebalan 100 cm, tanda perubahannya sangat jelas yaitu banyak ditemukan jenis

Sedangkan pada hutan rawa gambut keadaan tanah sangat spesifik, dimana dibawah lapisan gambut dengan ketebalan gambut 2,5 m terhampar tanah mineral yang bertekstur pasir, dan didominasi oleh jenisG. wallichii dan S. balangeran.

Pada jalur penelitian secara umum ditemukan jenis tumbuhan bawah yaitu

Nauclea purporea, Bambusa vulgaris, Calamus schistocanthusdanCalamusspp merupakan jenis-jenis tumbuhan bawah yang tumbuh baik di hutan rawa air tawar maupun hutan rawa peralihan. Sedangkan jenis Pandanus sp (kulan dan teresit) danE. conferta (maram) sebagai tumbuhan penyusun habitat rawa peralihan dan rawa gambut.

Lokasi Sungai Bekuan

Pada lokasi Sungai Bekuan, jarak dari tepi sungai ke tempat tumbuh (banyak ditemukan) tembesu sekitar 10 m. Tembesu sampai 120 m dari tepi Sungai Bekuan yaitu pada petak 1 sampai 6. Sedangkan jarak antar tipe hutan rawa sampai tipe ekoton (tidak ada tembesu) yaitu 60 m. Di lokasi Sungai Bekuan jalur 1, tembesu ditemukan sebanyak 13 batang untuk tingkat pohon, 3 batang untuk tingkat tiang, 10 batang untuk tingkat pancang, dan 2 batang untuk tingkat semai. Dan pada jalur 2, tembesu ditemukan sebanyak 13 batang untuk tingkat pohon, 6 batang untuk tingkat tiang, dan 4 batang untuk tingkat pancang. Tembesu tingkat semai hanya ditemukan pada jalur 1 dari seluruh jalur penelitian yang ada, yaitu di lokasi Sungai Bekuan.

Sungai H.rawa 180 m

Ekoton 100 m H. rawa gambut 120 m Panjang jalur penelitian 400 m

Gambar 13. Skema jalur penelitian sesuai peralihan habitat lokasi Sungai Bekuan

Ket : Tembesu di hutan rawa 120 m (petak 1-6)

Daerah ekoton dengan lebar 100 m pada lokasi Sungai Bekuan jalur 1 dan 2 secara umum didominasi oleh V. pinnata tingkat tiang dan pohon, S. darifolium

tingkat semai, jenis Pandanus sp dan E. conferta untuk tumbuhan bawah. Sedangkan untuk hutan rawa gambut dengan lebar 120 m, didominasi oleh jenis

36

G. wallichii tingkat pohon, P. urophyllum tingkat pancang dan tiang. Untuk tumbuhan bawah tetap didominasi olehPandanus sp danE. conferta.

Pada saat penelitian dilaksanakan, lebar sungai 30 m dan dalam sungai 7 m, ketinggian 151 m dpl, kisaran suhu 25-29°C dan rata-rata kelembaban 28°C.

Lokasi Danau Bekuan

Pada lokasi Danau Bekuan, jarak dari tepi danau ke tempat tumbuh (banyak ditemukan) tembesu sekitar 10 m. Tembesu sampai 80 m dari tepi Danau Bekuan yaitu pada petak 1 sampai 4. Sedangkan jarak antar tipe hutan rawa sampai tipe ekoton (tidak ada tembesu) yaitu 100 m. Di lokasi Danau Bekuan jalur 1, tembesu ditemukan hanya pada tingkat pohon sebanyak 9 batang dan 3 batang untuk tingkat tiang. Sedangkan pada jalur 2, tembesu ditemukan sebanyak 8 batang untuk tingkat pohon, 3 batang untuk tingkat tiang, dan 1 batang untuk tingkat pancang.

Danau H.rawa 180 m

Ekoton 100 m H. rawa gambut ~ 220 m Panjang jalur penelitian 500 m

Gambar 14. Skema jalur penelitian sesuai peralihan habitat lokasi Danau Bekuan

Ket : Tembesu di hutan rawa 80 m (petak 1-4)

Daerah ekoton dengan lebar 100 m pada lokasi Danau Bekuan jalur 1 dan 2 secara umum didominasi olehS. virescenstingkat pohon, V. pinnatatingkat tiang,

T. salicifolius tingkat semai, dan jenis Pandanus sp dan E. conferta untuk tumbuhan bawah. Sedangkan untuk hutan rawa gambut dengan lebar 220 m, didominasi oleh jenisG. wallichii, C. BurkiidanS. balangeran tingkat pohon,C. Burkiitingkat pancang, danS. balangeran tingkat semai. Untuk tumbuhan bawah tetap didominasi olehPandanus sp danE. conferta.

Pada saat penelitian dilaksanakan, lebar danau 3000 m dan dalam danau 6 m, ketinggian areal penelitian 168 m dpl, kisaran suhu antara 25-33°C dan kisaran rata-rata kelembaban 28°C.

Lokasi Danau Sumbu

Pada lokasi Danau Sumbu, jarak dari tepi danau ke tempat tumbuh (banyak ditemukan) tembesu sekitar 15 m. Tembesu sampai 80 m dari tepi Danau Sumbu yaitu pada petak 1 sampai 4. Sedangkan jarak antar tipe hutan rawa sampai tipe ekoton (tidak ada tembesu) yaitu 300 m. Di lokasi Danau Sumbu jalur 1, tembesu ditemukan sebanyak 8 batang untuk tingkat pohon, 3 batang untuk tingkat tiang, dan 4 batang untuk tingkat pancang. Sedangkan pada jalur 2 tembesu hanya ditemukan hanya pada tingkat pohon sebanyak 8 batang.

Danau H.rawa 160 m

Ekoton 140 m

H.rawa gambut ~ 200m Panjang jalur penelitian 500 m

Gambar 15. Skema jalur penelitian sesuai peralihan habitat lokasi Danau Sumbu

Ket : Tembesu di hutan rawa 80 m (petak 1-4)

Daerah ekoton dengan lebar 140 m pada lokasi Danau Sumbu jalur 1 dan 2 secara umum didominasi olehS. virescenstingkat tiang dan pohon, T. salicifolius

dan S. darifolium tingkat semai, dan jenis Pandanus sp dan E. conferta untuk tumbuhan bawah. Sedangkan untuk hutan rawa gambut dengan lebar 200 m, didominasi oleh jenis G. wallichii dan S. balangeran tingkat pohon.Untuk tumbuhan bawah tetap didominasi olehPandanus sp danE. conferta.

Pada saat penelitian ini dilaksanakan, lebar danau 10 m dengan kedalaman danau 7 m. Ketinggian areal penelitian yaitu 181 m dpl, dengan kisaran suhu antara 25-32°C dan kisaran rata-rata kelembaban 29°C.

Untuk pembahasan selanjutnya tipe-tipe hutan di lokasi penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu : 1). tipe habitat tembesu di hutan rawa air tawar merupakan petak ditemukan tembesu dengan luas contoh lokasi Sungai Bekuan 0,72 ha, Danau Bekuan 0,9 ha, dan Danau Sumbu 0,8 ha. 2). tipe habitat non tembesu di ekoton dan hutan rawa gambut merupakan petak tidak ditemukan tembesu dengan luas contoh untuk daerah ekoton lokasi Sungai Bekuan (0,4 ha), Danau Bekuan (0,5 ha), dan Danau Sumbu (0,7 ha), sedangkan luas contoh untuk

38

hutan rawa gambut lokasi Sungai Bekuan (0,48 ha), Danau Bekuan (0,85 ha), dan Danau Sumbu (1 ha).

Komposisi dan Struktur Vegetasi Komunitas Tembesu

Komposisi Jenis

Hasil analisis vegetasi pada seluruh jalur tiga lokasi penelitian (habitat tembesu dan non tembesu) dengan luas 6.8 ha ditemukan sebanyak 45 jenis vegetasi dari 21 famili. Jumlah seluruh jenis untuk masing-masing tingkat pertumbuhan pada tiga lokasi penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah seluruh jenis masing-masing tingkat pertumbuhan yang

ditemukan pada areal penelitian.

Lokasi Jalur Luas

Jalur (ha) Semai Pancang Tiang PohonJumlah Seluruh Jenis per lokasi Luas

Jalur (ha) Semai Pancang Tiang PohonJumlah Seluruh Jenis / ha

1 0,8 12 10 15 13 1,6 13,75 11,25 18,75 15,0 SB 2 0,8 10 8 15 11 1 1,0 5 6 14 13 2,0 5,50 7,50 13,50 12,50 DB 2 1,0 6 9 13 12 1 1,0 8 10 14 12 2,0 6,50 9,50 12,50 12,00 DS 2 1,0 5 9 11 12

Keterangan : SB = Sungai Bekuan, DB = Danau Bekuan, DS = Danau Sumbu

Berdasarkan Tabel 5 diketahui jumlah jenis tumbuhan dari yang terendah sampai terbanyak dari tiga lokasi penelitian pada masing-masing tingkat pertumbuhan yaitu pada tingkat semai sebanyak 5 sampai 12 jenis, tingkat pancang 6 sampai 10 jenis, tingkat tiang 11 sampai 15 jenis, dan tingkat pohon sebanyak 11 sampai 13 jenis.

Sungai Bekuan merupakan areal penelitian yang mempunyai jumlah jenis tumbuhan dari tingkat semai sampai tingkat pohon terbanyak adalah 30 jenis dari 0,8 ha dengan jumlah petak ukur 20 petak. Jenis terbanyak berikutnya terdapat di Danau Bekuan sebanyak 21 jenis dari 25 petak ukur pada luasan 1 ha, dan wilayah yang paling sedikit jumlahnya terdapat di Danau Sumbu sebanyak 19 jenis dengan 25 petak ukur dari luasan 1 ha.

Tingkat semai di lokasi Sungai Bekuan memiliki jumlah jenis yang paling sedikit, namun memiliki nilai kerapatan seluruh jenis yang paling tinggi dari keseluruhan tingkat pertumbuhan. Sedangkan tingkat tiang merupakan tingkat

pertumbuhan dengan jumlah jenis terbanyak dan memiliki nilai kerapatan bervariasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat pancang dan pohon.

Secara umum komposisi dan struktur hutan di semua lokasi penelitian hampir sama dengan karakteristik hutan hujan tropis di Indonesia. Tajuk pohon hutan hujan tropis sangat rapat, ditambah lagi adanya bentuk tumbuhan yang memanjat, menggantung, dan menempel pada dahan-dahan pohon, misalnya rotan, anggrek dan paku-pakuan. Hal ini menyebabkan sinar matahari tidak dapat menembus tajuk hutan hingga ke lantai hutan, sehingga tidak memungkinkan bagi semak untuk berkembang di bawah naungan tajuk pohon kecuali spesies tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh di bawah naungan (Arief, 1994).

Jika dibandingkan dengan semua jenis pohon yang terdapat pada tiga lokasi penelitian, pohon tembesu termasuk jenis yang kehadirannya rendah. Hasil penelitian dari tiga lokasi penelitian, perhitungan jumlah tembesu dari terendah sampai tertinggi untuk semua tingkat pertumbuhan berkisar antara 1 sampai 26 indv/ha. Lokasi Sungai Bekuan selain jumlah jenis sebagai asosiasi tembesu lebih banyak dari Danau Bekuan dan Danau Sumbu, jumlah tembesu juga paling terbanyak dari kedua lokasi tersebut. Jumlah tembesu untuk masing-masing tingkat pertumbuhan pada tiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah tembesu masing-masing tingkat pertumbuhan yang ditemukan pada lokasi penelitian di habitat tembesu (hutan rawa air tawar).

No Tingkat

pertumbuhan

Jumlah Individu Tembesu per lokasi SB / petak DB / petak DS / petak

Jumlah Individu Tembesu per ha SB (ha) DB (luas) DS (luas)

1 2 3 4 Semai Pancang Tiang Pohon 2 / 18 0 / 18 0 / 16 7 / 18 1 / 18 4 / 16 9 / 18 6 / 18 3 / 16 26 / 18 17 / 18 16 / 16 277,78 (0,0072) 0 0 155,56 (0,045) 22,22 (0,045) 100 (0,045) 50 (0,18) 33,33 (0,18) 18,75 (0,18) 36,11 (0,72) 23,61 (0,72) 25 (0,72)

Keterangan : SB = Sungai Bekuan, DB = Danau Bekuan, DS = Danau Sumbu

Tingkat semai hanya ditemukan pada lokasi Sungai Bekuan, dan merupakan jumlah jenis yang paling terkecil dari semua tingkat pertumbuhan, sedangkan pohon memiliki jumlah yang paling tinggi dari keseluruhan tingkat pertumbuhan

40

dan ditemukan pada setiap jalur penelitian. Tingkat pertumbuhan tiang dan pancang merupakan tingkat pertumbuhan dengan jumlah tembesu bervariasi.

Gambar grafik 16 menunjukkan jumlah individu tembesu untuk masing- masing tingkat pertumbuhan pada ketiga lokasi penelitian.

0 2 4 6 8 10 12 14 Se m ai Pa nc ang T ia ng Pohon Pa nc ang T ia ng Pohon Pa nc ang T ia ng Pohon

Sungai Bekuan Danau Bekuan Danau Sumbu

Lokasi hutan rawa primer

Jumlah T e m b esu Jalur 1 Jalur 2

Gambar 16. Jumlah individu Tembesu pada tiga lokasi penelitian di habitat Tembesu (hutan rawa air tawar).

Rendahnya jumlah tembesu tingkat semai disebabkan karena rapatnya penutupan tajuk-tajuk dari tingkat tiang maupun pohon di areal penelitian sehingga menyebabkan jenis-jenis tertentu khususnya tembesu tingkat semai, tidak dapat bertahan hidup karena sifatnya yang intoleran (tidak tahan naungan) atau dengan kata lain jenis-jenis tertentu tersebut cukup cahaya matahari untuk dapat hidup dan tumbuh. Di samping itu adanya persaingan untuk mendapatkan hara mineral, air dan ruang tumbuh antara individu-individu dari suatu jenis atau berbagai jenis. Persaingan ini menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang tertentu baik bentuknya, macam maupun banyaknya jenis dan jumlah individu-individunya, yang sesuai dengan keadaan tempat tumbuhnya (Soerianegara & Indrawan, 1988).

Kerapatan

Kerapatan tembesu terendah sampai tertinggi tiga lokasi penelitian pada habitat tembesu (hutan rawa air tawar) pada tingkat semai adalah 2,50 indv/ha dan hanya ditemukan pada lokasi Sungai Bekuan, tingkat pancang 1,00 sampai 8,75 indv/ha, tingkat tiang 3 sampai 5,62 indv/ha, dan tingkat pohon 8,00 sampai 16,25

ind/ha. Berikut tertera perbandingan nilai kerapatan tembesu dengan seluruh jenis, yang ditemukan di tiga lokasi penelitian.

Tabel 7. Perbandingan Kerapatan (K) tembesu dengan seluruh jenis pada semua tingkat pertumbuhan di lokasi penelitian di seluruh jalur.

Lokasi dan Tingkat Pertumbuhan

K Tembesu (indv/ha)

Luas jalur/ha K Tembesu/ha K Seluruh Jenis/ha

SB Semai 2,50 0,016 156,25 26488,00 Pancang 8,75 0,1 87,50 667,70 Tiang 5,62 0,4 14,05 218,75 Pohon 16,25 1,6 10,15 11,52 DB Semai 0 0,02 0 11650,00 Pancang 1,00 0,125 8,00 552,00 Tiang 3,00 0,5 6,00 148,00 Pohon 8,50 2,0 4,25 42,75 DS Semai 0 0,02 0 13750,00 Pancang 4,00 0,125 32,00 448,00 Tiang 3,00 0,5 6,00 168,00 Pohon 8,00 2,0 4,00 51,00

Keterangan : SB = Sungai Bekuan, DB = Danau Bekuan, DS = Danau Sumbu

Kerapatan jenis tembesu pada seluruh petak adalah tingkat pancang tertinggi terdapat di lokasi Sungai Bekuan dan kerapatan terendah di lokasi Danau Bekuan, tingkat tiang tertinggi terdapat di lokasi Sungai Bekuan dan kerapatan terendah di lokasi Danau Bekuan dan Danau Sumbu karena mempunyai nilai yang sama ( K = 3 ind/ha), dan untuk tingkat pohon tertinggi juga terdapat di lokasi Sungai Bekuan dan kerapatan terendah di lokasi Danau Sumbu. Secara umum nilai kerapatan tertinggi tembesu seluruh tingkat pertumbuhan yaitu di Sungai Bekuan.

Sedangkan persentase keberadaan tembesu terhadap semua jenis di lokasi penelitian menunjukkan bahwa hampir semua tingkat pohon dan pancang di ketiga lokasi penelitian mempunyai nilai persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat tiang dan semai. Pada tingkat pohon persentase kerapatan tertinggi terdapat di lokasi Sungai Bekuan, yaitu 18,44 %, ini berarti bahwa pohon yang ada di lokasi Sungai Bekuan 88,12 % bukan merupakan jenis tembesu. Nilai persentase kerapatan pohon tembesu terendah terdapat di lokasi Danau Sumbu yaitu hanya 7,84 %.

42

Uraian di atas semakin memperjelas bahwa tingkat pohon selalu lebih banyak dibandingkan dengan tingkat tiang, pancang dan semai. Keberadaan tembesu secara keseluruhan memperlihatkan bahwa kecilnya nilai kerapatan tembesu dibandingkan dengan nilai kerapatan seluruh jenis baik tingkat semai, pancang, tiang maupun pohon. Terutama pada jenis-jenis non tembesu berdiameter kecil (semai), hal tersebut karena selain disebabkan oleh jenis non tembesu yang cukup banyak pada areal tersebut, regenerasi dari jenis non tembesu ini tidak mendapat gangguan yang berarti. Dengan demikian pengelolaan jenis tembesu ini harus dilakukan dengan baik agar kelestarian dari jenis tembesu tersebut dapat terjamin.

Indeks Nilai Penting

Untuk menetapkan dominansi suatu jenis, pada penelitian ini dihitung Indeks Nilai Penting (INP) untuk mengetahui INP seluruh jenis bila dibandingkan dengan INP tembesu. Hasil INP selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Indeks Nilai Penting (INP) tembesu dengan seluruh jenis pada semua tingkat pertumbuhan di lokasi penelitian pada seluruh jalur (habitat tembesu dan non tembesu)

Lokasi dan

Tingkat Pertumbuhan INP Tembesu (%) INP Seluruh Jenis (%)

Perbandingan INP Tembesu dengan INP seluruh jenis

SB Semai 3,44 200,00 1,72 Pancang 22,04 200,00 11,02 Tiang 19,64 300,00 6,54 Pohon 57,03 300,00 19,01 DB Semai - 200,00 - Pancang 6,98 200,00 3,49 Tiang 13,06 300,00 4,35 Pohon 33,52 300,00 11,17 DS Semai - 200,00 - Pancang 16,19 200,00 8,09 Tiang 12,73 300,00 4,24 Pohon 22,98 300,00 7,66

INP tembesu dari terendah sampai tertinggi di tiga lokasi penelitian adalah pada tingkat semai 3,44 %, tingkat pancang 6,98 % sampai 22,04 %, tingkat tiang 12,73 % sampai 19,64 %, dan tingkat pohon 22,98 % sampai 57,03 % di lokasi Sungai Bekuan.

Tembesu ditemukan paling banyak di Sungai Bekuan untuk semua tingkat pertumbuhan dengan INP tertinggi masing-masing dari tingkat pohon sampai pancang yaitu 57,03 %, 19,64 % dan 22,04 %. INP tertinggi berikutnya di lokasi Danau Bekuan pada tingkat tiang dan pohon, namun tingkat pancang tertinggi ada di lokasi Danau Sumbu. INP terendah di lokasi Danau Sumbu untuk tingkat tiang dan pohon, dan tingkat pancang terendah di Danau Bekuan.

INP merupakan indikator yang sesuai untuk melihat pengaruh perubahan jumlah jenis dalam petak setiap lokasi penelitian. Berkurangnya individu dalam satu jenis menyebabkan bergesernya nilai INP jenis tersebut. Pergeseran ini merubah tingkat INP suatu jenis secara beraturan. Pada areal Danau Bekuan dan Danau Sumbu contohnya, kedua areal tersebut memiliki jumlah jenis yang hampir sama banyaknya. Danau bekuan dengan jumlah jenis 24 indv/ha, sedangkan Danau Sumbu dengan jumlah jenis 23 indv/ha. Namun dapat dilihat pada Tabel 8 bahwa nilai INP untuk masing-masing tembesu setiap tingkat pertumbuhan relatif berbeda. Perubahan nilai INP tembesu juga mengakibatkan perubahan peringkat nilai INP pada masing-masing jenis. Ada kalanya terdapat jenis yang menduduki peringkat bawah jenis lain dalam satu areal penelitian, setelah areal lain peringkat jenis ini berbeda.

Smith (1977) menyatakan bahwa jenis dominan adalah yang dapat memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya secara efisien. Tembesu tumbuh dominan terutama pada tingkat pertumbuhan pohon, kemudian tingkat pertumbuhan tiang. Sutisna (1981) mengungkapkan bahwa suatu jenis tumbuhan dapat dikatakan berperan jika INP untuk tingkat semai dan pancang lebih dari 10%, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon 15%.

Indeks Dominansi dan Indeks Keanekaragaman Jenis

Secara umum untuk semua tingkat pertumbuhan baik untuk tingkat semai, pancang, tiang maupun pohon apabila dibandingkan semua jenis yang terdapat di lokasi penelitian, tingkat semai Sungai Bekuan merupakan tingkat pertumbuhan

44

yang mendominasi tiga areal penelitian dengan indeks dominansi (C) tertinggi 0,51, sedangkan wilayah yang memiliki nilai C terendah adalah tingkat pertumbuhan tiang yaitu lokasi Danau Bekuan, dengan nilai C 0,09.

Nilai indeks dominansi dan indeks keanekaragaman jenis di lokasi penelitian berdasarkan jumlah seluruh jenis yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Indeks Dominansi (C) dan Indeks keanekaragaman seluruh jenis (H')di lokasi penelitian.

Lokasi Tingkat Pertumbuhan C H'

SB Semai 0,51 1,68 Pancang 0,18 2,72 Tiang 0,10 3,49 Pohon 0,17 2,96 DB Semai 0,39 1,64 Pancang 0,24 2,36 Tiang 0,09 3,51 Pohon 0,11 3,28 DS Semai 0,39 1,65 Pancang 0,15 2,88 Tiang 0,11 3,31 Pohon 0,13 3,17

Keterangan : SB = Sungai Bekuan, DB = Danau Bekuan, DS = Danau Sumbu

Untuk besarnya masing-masing nilai C pada berbagai tingkat pertumbuhan cukup berbeda jauh meskipun masih dalam kisaran nilai 0 (nol), yaitu sebesar 0,09 sampai 0,51 (C<1). Nilai C akan bernilai 1 (satu) atau mendekati 1 (satu) apabila dominansi dipusatkan pada satu atau sedikit jenis. Sebaliknya, jika beberapa jenis yang mendominasi secara bersama-sama, maka nilai C-nya akan bernilai rendah atau bahkan mendekati 0 (nol). Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa di tiga areal penelitian, sedikit sekali terjadi pemusatan terhadap satu jenis baik terhadap tingkat semai, pancang, tiang maupun pohon melainkan beberapa jenis mendominasi kawasan ini secara bersama-sama.

Untuk nilai indeks keanekaragaman jenis (H') pada Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai H' tertinggi terdapat di lokasi Sungai Bekuan pada tingkat tiang sebesar 3,49 dari 30 jenis/ha. Sedangkan tingkat semai di Danau

Bekuan merupakan tingkat pertumbuhan yang memiliki nilai H' terendah yaitu 1,64 dari 11 jenis/ha.

Menurut kriteria penilaian parameter vegetasi hutan (Tim Studi IPB’97) bahwa keanekaragaman tinggi bila mempunyai nilai 3, keanekaragaman sedang bila mempunyai kisaran nilai 2 - 3, dan keanekaragaman rendah bila mempunyai nilai 2. Semakin tinggi nilai H' akan maksimal apabila setiap jenis yang ada dalam tegakan mempunyai kelimpahan yang sama besar.

Berdasarkan kriteria di atas, menunjukan bahwa keanekaragaman jenis vegetasi pada tiga lokasi penelitian bervariasi. Tingkat pertumbuhan tiang di Sungai Bekuan adalah tinggi (H' 3), sedangkan tingkat pertumbuhan semai Danau Bekuan adalah rendah (H' 2),

Nilai H' menggambarkan tingkat keanekaragaman jenis dalam suatu tegakan. Bila nilai ini makin tinggi maka makin meningkat keanekaragamannya dalam tegakan tersebut. Odum (1971) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis cenderung tinggi di dalam komunitas yang lebih tua dan rendah di dalam komunitas yang baru terbentuk. Kemantapan habitat merupakan faktor utama yang mengatur keanekaragaman jenis.

Secara umum tingkat keanekaragaman jenis di tiga areal penelitian cukup tinggi. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada masing-masing lokasi penelitian relatif sama, meskipun ada juga dari beberapa jenis dalam satu area yang tidak terdapat pada areal penelitian lainnya. Sungai Bekuan merupakan areal yang mempunyai jenis terbanyak, namun karena adanya jenis-jenis tertentu yang mendominasi areal penelitian ini, maka jumlah jenis yang ada dapat berkurang. Ini dapat dilihat dari nilai perhitungan indeks keanekaragaman jenisnya, nilai-nilai H' bervariasi untuk semua tingkat pertumbuhan.

Perbedaan nilai H' menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas sangat dibatasi oleh kondisi lingkungan. Dalam ekologi hutan, keanekaragaman jenis di suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi juga oleh banyaknya individu setiap jenis.

Indeks Morishita

Hilangnya suatu jenis dalam petak, salah satunya disebabkan oleh pola penyebaran jenis dan jumlah masing-masing individu bervariasi. Menurut

46

Sudirman (2002) bahwa pada umumnya jenis tumbuhan memiliki pola penyebaran yang berbeda untuk semua tingkat pertumbuhan di semua komunitas hutan. Hal tersebut diduga akibat adanya perubahan selama proses pertumbuhan dari tingkat semai sampai pohon. Tumbuhan akan mengalami berbagai kemampuan dalam hidupnya dan interaksinya terhadap lingkungan.

Hasil analisis indeks morishita (I ) pada Tabel 10 menunjukkan beberapa pola penyebaran tembesu di semua tingkat pertumbuhan dalam petak-petak pengamatan, berdasarkan pada rapat, sedang dan jarang keberadaan tembesu di hutan rawa.

Tabel 10. Nilai Indeks Morishita (Iδ) jenis tembesu pada tiga lokasi penelitian di habitat tembesu (hutan rawa air tawar).

Lokasi Tingkat Pertumbuhan

SB Semai 0,02 Pancang 0,99 Tiang 1,00 Pohon 2,97 DB Semai - Pancang 0,00 Tiang 0,60 Pohon 1,23 DS Semai - Pancang - Tiang - Pohon 1,08

Keterangan : SB = Sungai Bekuan, DB = Danau Bekuan, DS = Danau Sumbu

Secara keseluruhan ditemukan tembesu umumnya pola penyebaran seragam dan mengelompok. Untuk tingkat pertumbuhan pohon seluruh jalur penelitian penyebarannya mengelompok. Sedangkan tingkat pancang dan tiang secara umum mempunyai pola penyebaran yang seragam, hanya pada lokasi Sungai Bekuan yang penyebaran tembesu tingkat tiang secara acak, dan itu merupakan satu- satunya pola penyebaran acak tembesu yang ditemukan pada lokasi penelitian.

Tembesu di lokasi Sungai Bekuan (tembesu rapat) terdapat 3 bentuk pola penyebaran. Tembesu tingkat semai dan pancang mempunyai bentuk pola

Dokumen terkait