• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Akademi Imigrasi

Akademi Imigrasi berdiri pada tanggal 21 Desember 1962 berdasarkan pengukuhan dari Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor J.P.17/59/11 tahun 1962 tentang pembentukan Akademi Imigrasi dimana pembentukannya merupakan konsekuensi logis akan kebutuhan Aparatur keimigrasian yang terampil dan profesional yang bertugas sebagai penegak hukum yang kemudian dikembangkan dalam trifungsi Imigrasi (Public service, Security & Law enforcement, National Economic Fasilitator). Akademi Imigrasi berada dibawah naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM,

9 Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Tugas pokok dari Akademi Imigrasi adalah melaksanakan pendidikan pada jalur pendidikan profesional program diploma III yang ditujukan pada keahlian khusus dibidang keimigrasian. Pada Sub Bagian Akademik dan Ketarunaan mengacu pada sistem Pengajaran, Pelatihan dan Pengasuhan (JARLATSUH).

Taruna Akademi Imigrasi yang dididik dibawah pengawasan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI merupakan orang-orang terpilih yang diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mengikuti pendidikan kedinasan di Akademi Imigrasi. Persyaratan yang diajukan untuk seleksi menjadi taruna Akademi Imigrasi antara lain:

1. Pria atau wanita,

2. Pendidikan SLTA / sederajat

3. Umur minimal 18 tahun dan maksimal 22 tahun,

4. Tinggi badan minimal 168 cm untuk pria dan minimal 160 cm untuk wanita, 5. Berbadan sehat, tidak cacat fisik dan mental, tidak berkacamata, tidak tuli,

tidak bertato, dan tidak buta warna dibuktikan dengan surat keterangan dokter rumah sakit pemerintah,

6. Bebas HIV/AIDS, bebas narkoba, hepatitis dan paru-paru sehat, 7. Belum pernah menikah,

8. Mengikuti seleksi ujian yang terdiri dari seleksi administrasi, ujian tulis tes kompetensi dasar (TKD), tes kesehatan dan kesamaptaan (tes lari selama 12 menit, pull-up, sit-up, push-up,shuttle-run), dan Psikotes serta tes pengamatan fisik dan keterampilan (KEMENKUM HAM 2013).

Pendidikan oleh taruna Akademi Imigrasi dijalani selama 3 tahun dengan perincian masa basis taruna selama 5 bulan, tingkat I selama 7 bulan, tingkat II selama 1 tahun dan tingkat III selama 1 tahun. Selama masa pendidikan, taruna juga memiliki beberapa kegiatan selain kegiatan akademik, yaitu marching bands (CORPS BHUMI PURA WIRA WIBHAWA), pasukan khusus taruna, immigration academy big band, scuba diving, menembak, paduan suara, klub tari, klub olahraga, English club, band taruna AIM, dan pengajian rutin.

Fasilitas penunjang yang terdapat di Akademi Imigrasi yaitu : Ruang Kelas, Ruang kantor dan sekretariat, ruang serba guna, asrama taruna, labolatorium bahasa, laboratorium komputer, ruang simulasi praktek keimigrasian, tempat untuk kegiatan lapangan, rumah dinas untuk Direktur Akademi, dan rumah dinas untuk Kasubbag ADAK (BPSDM 2013).

Karakteristik Taruna

Karakteristik merupakan suatu gambaran mengenai taruna yang meliputi sifat maupun ciri-ciri taruna. Dalam penelitian ini menggunakan 63 taruna pada tingkat III di Akademi Imigrasi. Karakterisitik ini dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran taruna dalam penelitian. Karakteristik yang diteliti meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, dan tinggi badan. Karakteristik taruna dapat dilihat pada Tabel 3.

10

Tabel 3 Karakteristik taruna

Karakteristik n (%) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 57 (90.5) 6 ( 9.5) Umur (Median(Min;Max)) 21(20;24)

Berat Badan (rata-rata±Stdev) 68.4±8.5

Tinggi Badan (rata-rata±Stdev) 172.8±5.7

Populasi merupakan taruna Akademi Imigrasi tingkat III, taruna laki-laki sebanyak 57 orang (90.5%) dan perempuan sebanyak 6 orang (9.5%). Hal ini berdasarkan standarisasi jumlah taruna yang telah ditentukan oleh pihak keimigrasian dengan formasi jumlah laki-laki dan perempuan sesuai dengan sumberdaya yang dibutuhkan.

Umur merupakan salah satu faktor penentu status gizi seseorang selain pengukuran tinggi badan dan berat badan. Apabila terjadi kesalahan dalam penentuan umur, maka akan terjadi kesalahan dalam interpretasi status gizi seseorang (Supariasa 2001). Umur taruna berkisar antara 20-24 tahun. Median umur taruna adalah 21 tahun, dapat dilihat pada tabel 3. Studi Edwards et al. dalam Meiselman (2010) menyebutkan peningkatan umur pada remaja hingga umur 65 tahun mempengaruhi peningkatan penerimaan asupan makanan, namun akan menurun pada umur yang lebih tua.

Antropometri yang dilakukan pada taruna bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi perubahan pertumbuhan pada taruna. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada taruna adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berdasarkan tabel 3, rata-rata berat badan taruna adalah 68.4±8.5 kg. Rata-rata tinggi badan taruna adalah 172.8±5.7 cm.

Penyelenggaraan Makanan di Asrama

Penyelenggaraan makanan di Akademi Imigrasi dikelola oleh pihak Catering CV. Cipta Boga Vidi yang beralamatkan di Jl. Jati Indah no. 1 Depok, Jawa Barat. Pemilihan Catering ini dilakukan dengan cara tender. Catering CV.Cipta Boga Vidi salah satu industri jasa boga yang memiliki cakupan wilayah yang cukup luas yaitu Yogyakarta, Jawa Tengah Jawa Timur dan Jawa Barat. Kantor pusat catering tersebut berada di daerah Yogyakarta. CV. Cipta Boga Vidi melakukan penyelenggaraan makanan untuk Akademi Imigrasi, Pengadaan Jasa catering jemaah Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tahun 1434 H/2013, penyelenggaraan makanan untuk Sekolah Tinggi Sandi Negara, Pengadaan jasa konsumsi dalam rangka penyambutan orangtua mahasiswa baru FMIPA UGM, konsumsi untuk acara Sari Husada, dan lainnya.

Kepala catering yang menangani Akademi Imigrasi merupakan lulusan Tata Boga, jumlah tenaga kerja pengelola makanan adalah 5 orang dengan 1 orang

11 kepala dapur dan 4 orang anggota. Penjamah makanan di akademi Imigrasi berjumlah 4 orang yang bertugas mengantar makanan dari tempat catering ke Akademi Imigrasi dan menyiapkan di meja makan. Pengelola makanan bekerja pada jam-jam tertentu saja yang telah disepakati bersama, yaitu pukul 03.30 WIB untuk persiapan extra fooding dan makan pagi, pukul 09.00 WIB untuk persiapan makan siang dan pukul 15.00 WIB untuk persiapan makan malam.

Penyelenggaraan makanan untuk taruna Akademi Imigrasi dilakukan dengan siklus menu sepuluh hari pada waktu makan yaitu extra fooding pukul 06.00 WIB, makan pagi pukul 07.00 WIB, makan siang pukul 12.30 WIB dan makan malam pukul 18.30 WIB. Setiap hari penyelenggara menyiapkan makanan untuk sekitar 200 orang untuk taruna tingkat 1 sebanyak 65 orang, taruna tingkat 3 sebanyak 63 orang, siswa diksuskim sebanyak 65 orang dan Pembina sebanyak 7 orang. Anggaran Dana untuk biaya makan taruna Akademi Imigrasi berasal dari pemerintah kementrian hukum dan HAM. Besaran biaya untuk satu hari dengan 3 kali makan dan extra fooding sebesar Rp. 29.700,- per taruna.

Proses Penyelenggaraan Makanan Perencanaan Menu

Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang (Depkes 2003). penyusunan menu dalam penyelenggaraan makanan institusi dan jasa boga harus memperhatikan faktor-faktor berikut: 1) Kebutuhan gizi penerima makanan; 2) Kebiasaan makan penerima; 3) Masakan harus bervariasi; 4) Biaya yang tersedia; 5) Iklim dan musim; 6) Peralatan untuk mengolah makanan; 7) Ketentuan-ketentuan lain yang berlaku pada institusi (Moehyi 1992).

Perencanaan menu di Akademi Imigrasi direncanakan dan disepakati oleh pihak penanggung jawab asrama. Anggaran biaya untuk satu hari sebesar Rp. 29.700,- per orang. Proses perencanaan menu tidak melibatkan ahli gizi tetapi pihak catering sudah memperhatikan dan menghitung kandungan gizi karena pihak catering sering mengadakan pelatihan menghitung kandungan gizi yang terdapat dalam bahan pangan. Evaluasi menu dilakukan berdasarkan pendapat dari taruna yang tidak menyukai menu tersebut, kemudian pihak catering dan penanggung jawab mengganti menu yang tidak disukai dan menggantinya dengan bahan makanan yang rata-rata disukai oleh taruna. Pada perencanaan menu penting untuk menentukan siklus menu. Siklus menu untuk Akademi Imigrasi yaitu 10 hari. Susunan menu 10 hari dapat dilihat pada lampiran 3. Secara keseluruhan pihak catering telah melaksanakan komponen-komponen dari perencananan menu. Proses perencanaan menu di Akademi Imigrasi dapat dilihat pada Tabel 4.

12

Tabel 4 Perencanaan menu di Akademi Imigrasi

NO Perencanaan Menu Penilaian

Ya Tidak

1 Memperhatikan siklus menu 1 0

2 Menu disusun sesuai dengan biaya yang tersedia 1 0 3 Merencanakan menu memperhatikan bahan pangan

yang digunakan

1 0

4 Menu yang direncanakan memperhatikan kebutuhan gizi

1 0

5 Memperhatikan evaluasi menu 1 0

Pembelian Bahan Pangan

Pembelian bahan pangan sebagai suatu proses pembelian atau pengadaan suatu produk pada waktu yang tepat dengan jumlah, kualitas, dan harga yang sesuai. Ada dua tipe jenis pembelanjaan bahan pangan, yaitu centralized purchasing (pembelanjaan terpusat) dan group and corporate purchasing (pembelanjaan kelompok) (Palacio dan Theis 2009 diacu dalam Sutyawan 2013). Pada penyelenggaraan makanan di Akademi Imigrasi, pembelian bahan makanan dilakukan oleh kepala catering. Pembelian bahan-bahan makanan untuk lauk pauk seperti ikan, ayam, daging, tahu dan tempe dilakukan setiap hari. Pembelian sayuran dilakukan seminggu 3 kali, dan disimpan di ruangan pendingin. Pembelian bumbu-bumbu kering dan bahan-bahan tertentu dikirim langsung dari Yogyakarta. Penyelenggaraan makanan di Akademi Imigrasi telah menerapkan komponen tahap pembelian bahan pangan dengan baik. Proses pembelian bahan pangan di asrama taruna Akademi Imigrasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Pembelian bahan pangan di Akademi Imigrasi

No Pembelian Bahan Pangan Penilaian

Ya Tidak 1 Pembelian bahan pangan sudah sesuai dengan menu yang

terdapat dalam siklus menu

1 0

2 Mempertimbangkan kualitas dan kuantitas bahan pangan 1 0 3 Bahan pangan yang dibeli mempertimbangkan zat gizi 1 0

Penyimpanan Bahan Pangan

Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya. Tujuannya untuk tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan (Depkes 2006).

Penyimpanan bahan pangan di catering ini sudah menerapkan prinsip first in first out yaitu bahan makanan yang pertama masuk atau diterima digunakan terlebih dahulu. Bahan makanan kering dan basah disimpan dalam ruangan yang berbeda. Sayuran, tahu, buah-buahan, dan lain-lain disimpan di dalam chiller. Bahan makanan untuk ayam, daging, ikan, nugget dan lain-lain disimpan di dalam freezer. Bahan makanan kering (beras, gula pasir, susu, minyak goreng, bumbu penyedap dan teh) diletakkan di dalam ruang penyimpanan (dry store). Penyimpanan bahan pangan terdapat tiga tempat dengan suhu yang berbeda, yaitu

13 chiller 10-15ºC, freezer 0-(-5) ºC dan dry store 25-30º C. Penyimpanan bahan-bahan kering disimpan didalam kardus dan karung yang tertutup agar terhindar dari kontaminasi bakteri, tikus, dan hewan lainnya.

Penyelenggaraan makanan catering untuk Akademi Imigrasi sudah menerapkan komponen tahap penyimpanan bahan pangan. Penyimpanan bahan pangan di catering Akademi Imigrasi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penyimpanan Bahan Pangan di Akademi Imigrasi

No. Penyimpanan Bahan Pangan Penilaian

Ya Tidak 1 Menerapkan sistem First In First Out (FIFO) 1 0 2 Penyimpanan bahan kering dengan bahan basah sudah

dipisahkan

1 0

3 Suhu Penyimpanan diperhatikan 1 0

4 Jarak rak penyimpanan diperhatikan 1 0

5 Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya

1 0

Pengolahan Bahan Pangan

Sebelum dilakukan pengolahan, bahan pangan dipersiapkan terlebih dahulu. Pukul 03.30 WIB untuk persiapan extra fooding dan makan pagi, pukul 09.00 WIB untuk persiapan makan siang dan pukul 15.00 WIB untuk persiapan makan malam. Standarisasi resep, standarisasi bumbu, standarisasi prosedur pengolahan dan standarisasi waktu sudah dilaksanakan dengan baik oleh pihak catering. Standarisasi porsi sudah diterapkan secara tertulis. Penggunaan bahan tambahan pangan (penyedap rasa) hanya digunakan untuk masakan yang berkuah. Proses pengolahan bahan pangan di asrama Akademi Imigrasi termasuk dalam kategori baik dapat diliat pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengolahan Bahan Pangan di Akademi Imigrasi

No. Pengolahan Bahan Pangan Penilaian

Ya Tidak 1 Dilakukan tahap persiapan sebelum pengolahan bahan

pangan

1 0

2 Standarisasi resep, standarisasi bumbu, standarisasi prosedur pengolahan dan standarisasi waktu

1 0

3 Standar porsi dalam proses pengolahan bahan pangan 1 0 4 Diperhatikan penggunaan bahan tambahan pangan

(penyedap rasa)

1 0

5 Diperhatikan cara memotong dan pengolahan bahan pangan

1 0

Penyajian Makanan

Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan cara desentralisasi, yaitu membagi makanan dalam jumlah besar dibagi menjadi porsi-porsi kecil (Mukrie et al 1990). Pendistribusian makanan dilakukan dengan membagi makanan dalam jumlah besar dan dibagi menjadi porsi-porsi kecil, ada

14

kemungkinan setiap taruna dapat mengambil porsi nasi dan sayur dalam jumlah yang berbeda. Pembagian makanan dilakukan secara merata per meja dengan mengunakan peralatan seperti termos nasi, mangkuk sayur, piring saji untuk lauk nabati dan hewani, serta peralatan makan (piring, sendok, garpu dan gelas) sesuai dengan jumlah taruna. Penyajian makanan untuk taruna dilakukan di meja makan dengan kapasitas 10 orang. Pada penyajian makanan tidak memperhatikan garnish sehingga makanan yang disajikan kurang menarik bagi taruna. Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat (1990), proses distribusi pada penyelenggaraan makanan di asrama Akademi Imigrasi disebut proses desentralisasi karena penanganan makanan dua kali. Pertama, makanan dibagikan dalam jumlah besar pada alat-alat yang khusus, kemudian dikirim ke ruang makan yang ada.Kedua, di ruang makan ini makanan disajikan dalam bentuk porsi. Jarak antara tempat catering dengan asrama Akademi Imigrasi berjarak ± 1 km, pihak penyelenggara sudah memperhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengelola makanan ke tempat penyajian makanan.Penyelenggaraan makanan di Akademi Imigrasi sudah sudah menerapkan proses penyajian makanan sebesar 75.0%, sedangkan sebesar 25.0% belum diterapkan, dapat dilihat pada Tabel 8 .

Tabel 8 Penyajian Makanan di Akademi Imigrasi

No. Penyajian Makanan Penilaian

Ya Tidak 1 Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat

pengolahan makanan ke tempat penyajian

1 0

2 Perhatikan wadah yang digunakan pada saat penyajian (alat hiding diberi tutup)

1 0

3 Pelaksanaan penyajian makanan harus tepat waktu sesuai dengan yang telah ditentukan

1 0

4 Memperhatikan penggunaan garnish dan menu yang disajikan diperhatikan dari segi warna

0 1

Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes 2004). Higiene perorangan di penyelenggaraan makanan Akademi Imigrasi termasuk dalam kategori baik yaitu 83% sudah diterapkan dan sebanyak 17% belum diterapkan, yaitu memakai sarung tangan dan memakai pelindung kepala. Data dapat dilihat pada tabel 9.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes 2004). Sanitasi di penyelenggaraan makanan Akademi Imigrasi termasuk dalam kategori baik 100%, halaman bersih, rapih, kering dan berjarak sedikitnya 500 meter dari sarang lalat/tempat pembuangan sampah, serta tidak tercium bau busuk atau tidak sedap yang beradal dari sumber pencemaran, sumber air bersih yang aman dan jumlahnya cukup, tersedia luas lantai yang cukup untuk pekerja pada bangunan yang terpisah dari

15 tempat tidur atau tempat mencuci pakaian. Semua komponen sanitasi sudah diterapkan, data dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 9 Higiene Perorangan penjamah makanan

No. Higiene Perorangan Penilaian

Ya Tidak

1 Menggunakan penjepit makanan 1 0

2 Memakai sarung tangan 0 1

3 Mengganti pakaian setiap hari 1 0

4 Memakai pelindung kepala 0 1

5 Memakai pakaian yang nyaman di badan 1 0

6 Menggunakan alas kaki yang tidak licin 1 0

7 Menggunakan celemek 1 0

8 Tidak merokok selama pengolahan 1 0

9 Tidak mengunyah selama pengolahan 1 0

10 Tidak memakai aksesoris 1 0

11 Berkuku pendek 1 0

12 Tenaga pengolahan bebas dari penyakit infeksi, penyakit kulit, bisul, luka terbuka, dan infeksi saluran pernafasan atas

1 0

Kategori Penyelenggaraan Makanan

Sistem penyelenggaraan makanan di asrama Akademi Imigrasi meliputi perencanaan menu, pembelian bahan pangan, penyimpanan bahan pangan, pengolahan bahan pangan, penyajian makanan, higiene perorangan dan sanitasi. Komponen penyelenggaraan makanan 94.1% sudah diterapkan berarti kategori komponen penyelenggaraan makanan di Akademi Imigrasi sudah baik. Komponen yang belum diterapkan didapat dari kategori penyajian makanan dan dimana pihak penyelenggara makanan belum memperhatikan penggunaan garnish dan menu yang disajikan diperhatikan dari segi warna. dan kategori higiene perorangan dimana penjamah makanan belum memakai sarung tangan dan pelindung kepala pada saat mengolah makanan. Kategori penerapan penyelenggaraan makanan dapat dilihat pada Tabel 10.

16

Tabel 10 Kategori penerapan penyelenggaraan makanan di Akademi Imigrasi No Kategori Penyelenggaraan Makanan Penilaian

Standar Sudah diterapkan %

1 Komponen Perencanaan Menu 5 5 9.8

2 Komponen Pembelian Bahan Pangan 3 3 5.9

3 Komponen Penyimpanan Bahan Pangan

5 5 9.8

4 Komponen Pengolahan Bahan Pangan

5 5 9.8

5 Komponen Penyajian Makanan 4 3 5.9

6 Komponen Higine Perorangan 12 10 19.6

7 Komponen Sanitasi 17 17 33.3

Total 51 48 94.1

Ketersediaan Energi dan Zat Gizi

Pada saat di asrama, selain mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh pihak asrama taruna juga mengkonsumsi makanan yang dapat dibeli di kantin asrama. Ketersediaan energi dan zat gizi dari menu dihitung dengan cara menimbang bahan makanan sebelum dikonsumsi. Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan energi dan zat gizi diperoleh bahwa ketersediaan energi tertinggi terdapat pada menu ke-10 yaitu sebesar 3336 kalori, sumbangan terbesar didapat dari menu makan malam. Ketersediaan protein tertinggi terdapat pada menu ke-4 yaitu sebesar 95.9 gram, sumbangan terbesar dari menu makan malam. Ketersediaan kalsium tertinggi terdapat pada menu ke- 4 yaitu sebesar 624.8 mg, sumbangan terbesar didapat dari menu extra fooding. Ketersediaaan fosfor tertinggi terdapat pada menu ke-9 yaitu sebesar 2645.2 mg dengan sumbangan terbesar pada menu makan siang. Ketersediaan zat besi tertinggi terdapat pada menu ke-8 yaitu sebesar 23.1 mg. Ketersediaan Vitamin A dan Vitamin C tertinggi masing-masing pada menu ke-7 dan ke-5 yaitu sebesar 7594.9 mg dan 137.9 mg.

Rata- rata ketersediaan energi dan protein per hari untuk satu taruna yaitu 2786 kkal dan 83 g. Rata-rata ketersediaan kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, dan vitamin C berturut-turut yaitu 609.5 mg, 1224.6 mg, 19.5 mg, 2081.2 mg dan 65.5 mg. Hasil perhitungan ketersediaan energi dan zat gizi lainnya sudah mencukupi kebutuhan taruna karena rata-rata kebutuhan energi taruna yaitu 2627 kkal, protein 66 g, kalsium 590.5 mg, fosfor 600 mg, zat besi 14.2 mg, vitamin A 590.5 mg, tetapi untuk vitamin C belum mencukupi kebutuhan taruna karena rata-rata kebutuhan vitamin C taruna sebesar 88.6 mg. Tabel ketersediaan energi dan zat gizi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan / dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu pada waktu

17 tertentu (Hardiansyah & Martianto, 1992). Hasil penelitian Rasyid et al (2011) pada Taruna Angkatan Darat di Malaysia konsumsi pangan menggunakan metode FFQ didapatkan konsumsi pangan karbohidrat sebagian besar taruna mengkonsumsi nasi sebagai bahan pangan karbohidrat (96.0%), roti putih (69.2%), mie (67.9%) dan biskuit (65.8%). Konsumsi pangan sumber protein yaitu ayam (78.1%), telur (72.5%), dan daging (64.0%). Konsumsi pangan buah dan sayur yaitu wortel (56.0%), tomat (56.1%), pepaya (52.5%), dan jeruk (64.4%). Frekuensi konsumsi pangan kali/minggu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Frekuensi konsumsi pangan kali/minggu

No Jenis Pangan Rata-rata ± Stdev;Min;Max

1 Serealia dan umbi-umbian 1. Nasi 2. Lontong 3. Bubur 4. Jagung 5. Mie 6. Roti 7. Biskuit/kue 8. Kentang 9. Krakers 10.Singkong 11.Ubi rambat 20 ± 3.6;7;21 1.4 ±3.0;0;14 1.3 ±2.2;0;14 0.8 ±2.5;0;14 1.8 ±2.2;0;14 4.2 ±8.0;0;21 3.1 ±5.3;0;21 1.8 ±3.2;0;14 1.7 ±4.8;0;28 0.9 ±2.5;0;14 0.6 ±2.0;0;14 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan

olahannya 1. Tahu 2. Tempe 3. Oncom 4. Kacang Tanah 5. Kacang merah 6. Kacang hijau 7. Kacang Kedelai 6.4 ±5.0;0;21 5.5 ±6.5;0;21 0.3 ±0.6;0;3 1.3 ±3.1;0;14 0.7 ±1.5;0;7 1.3 ±1.6;0;7 0.5 ±0.9;0;4 3 Daging dan olahannya

1. Daging ayam 2. Daging sapi 3. Hati sapi 4. Sosis 5. Baso 6.7 ±5.5;0;21 2.7 ±2.8;0;7 1.3 ±1.7;0;7 1.2 ±1.7;0;7 1.2 ±1.7;0;7 4 Telur dan olahannya

1. Telur ayam 2. Telur bebek

6.0 ±4.1;0;14 0.4 ±0.7;0;4 5 Ikan, Kerang, Udang dan olahannya

1. Ikan basah 2. Ikan kering (teri) 3. Ikan asin 4. Kerang 5. Udang basah 2.5 ±2.8;0;14 0.9 ±1.7;0;7 0.4 ±0.6;0;2 0.7 ±1.0;0;3 0.8 ±2.6;0;14

18

Tabel 12 Frekuensi konsumsi pangan kali/minggu

No Jenis Pangan Rata-rata ± Stdev;Min;Max

6 Sayuran 1. Bayam 2. Buncis 3. Daun singkong 4. Jamur 5. Kangkung 6. Kacang panjang 7. Labu siam 8. Ketimun 9. Taoge 10.Wortel 3.1 ±2.6;0;7 1.9 ±2.5;0;7 1.2 ±1.7;0;7 0.5 ±1.0;0;7 1.9 ±2.5;0;7 1.7±2.4;0;7 0.5 ±0.8;0;3 2.0 ±2.5;0;7 2.3 ±3.1;0;14 2.7 ±3.1;0;14 7 Buah-Buahan 1. Alpukat 2. Apel 3. Jambu biji 4. Jeruk 5. mangga 6. Melon 7. Pepaya 8. Pisang 9. Semangka 1.4 ±1.9;0;7 1.8±3.1;0;14 1.8 ±2.6;0;7 1.6 ±2.1;0;7 1.9 ±2.5;0;7 3.1 ±2.7;0;7 4.4 ±3.7;0;14 4.8 ±3.6;0;14 3.9 ±2.8;0;7 8 Susu dan olahannya

1. Susu segar 2. Susu kental manis 3. Es krim 4. Keju 5. Yoghurt 4.7 ±4.3;0;14 2.3 ±2.7;0;7 1.0 ±1.7;0;7 1.5 ±2.2;0;7 1.2 ±2.5;0;14 9 Lain-lain 1. Minyak goreng 2. Kelapa/santan 3. Margarine/mentega 4. Teh 5. Kopi 6. Sirup

7. Minuman botol ringan 8. Minuman energi 9. Minuman isotonik 5.1 ±7.4;0;21 1.2 ±2.3;0;7 1.6 ±2.4;0;7 5.6 ±5.6;0;21 2.6 ±3.7;0;14 1.6 ±3.2;0;14 2.9 ±3.9;0;14 1.6 ±2.6;0;7 2.3 ±3.7;0;14 10 Makanan Jajanan 1. Somay 2. Batagor 3. Bakso 4. Bakso tusuk 5. Mie goreng 6. Telur gulung 1.8 ±2.2;0;7 1.7 ±2.3;0;7 1.6 ±2.1;0;7 0.9 ±2.3;0;14 1.9 ±2.6;0;14 0.6 ±1.6;0;7

Konsumsi bahan pangan sumber Karbohidrat

Frekuensi konsumsi taruna didapat dari konsumsi bahan pangan dalam sebulan terakhir. Frekuensi konsumsi bahan pangan taruna dapat dilihat pada Tabel 11, dimana diketahui rata-rata konsumsi bahan pangan dalam satu minggu.

19 Berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner FFQ, diketahui sebagian besar taruna mengkonsumsi nasi sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Rata- rata sebanyak 20 kali dalam seminggu taruna mengkonsumsi nasi. Bahan pangan yang dikonsumsi taruna selain nasi yaitu roti sebanyak 4 kali dalam seminggu dan biskuit/kue sebanyak 3 kali dalam seminggu.

Konsumsi bahan pangan sumber protein nabati

Pangan nabati yang biasa dikonsumsi taruna di asrama diantaranya tempe, tahu, kacang hijau, kacang kedelai, oncom, kacang tanah, kacang merah. Sebagian besar taruna lebih banyak mengkonsumsi tempe dan tahu sebagai bahan pangan nabatinya. Rata-rata konsumsi tahu dalam semingu sebanyak 6 kali dan rata-rata konsumsi tempe dalam seminggu sebanyak 5 kali. Hal ini disebabkan hampir setiap hari menu yang disajikan oleh pihak penyelenggara makanan di Akademi Imigrasi menggunakan tempe dan tahu. Selain tempe dan tahu pangan nabati yang sering dikonsumsi oleh taruna yaitu kacang hijau karena menu extra fooding yang disediakan oleh asrama adalah bubur kacang hijau sebanyak 2 kali dalam seminggu.

Konsumsi bahan pangan sumber protein hewani

Pangan hewani yang biasa dikonsumsi taruna diantaranya daging ayam, daging sapi, telur ayam, ikan basah, udang basah, sosis, bakso. Berdasarkan Tabel 11. sebagian besar taruna lebih banyak mengkonsumsi telur ayam dan daging ayam sebagai sumber pangan hewani. Rata-rata sebanyak 6 kali dalam seminggu taruna mengkonsumsi telur ayam dan daging ayam. Konsumsi telur ayam yang tinggi ini berkaitan dengan menu yang disediakan asrama berbahan dasar telur ayam dan daging ayam.

Konsumsi buah dan sayur

Buah dan sayur merupakan suatu kelompok pangan yang mengandung berbagai zat gizi (vitamin dan mineral), serat, serta senyawa fitokimia yang sangat

Dokumen terkait