• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan pemberian FMA berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman (3, 4, 5 dan 6 MST), derajat infeksi, bobot kering tajuk, bobot kering akar. Pemberian pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman (6 MST), derajat infeksi, jumlah polong berisi, bobot biji kering per tanaman. Interaksi antara FMA dengan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah amatan.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan danhasil sidik ragam (lampiran 16), diketahui bahwa pemberian FMA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 3, 4, 5 dan 6 MST, pemberian pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST.Interaksi FMA dengan pemberian pupuk rock fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman kedelai 2-6 MST pada perlakuan pemberian FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel1. Rataan tinggi tanaman2-6 MST pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat

FMA (g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha)

Rataan P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... cm ... 2 MST M0 (0) 10,03 11,19 9,62 11,43 10,57 M1 (20) 15,41 10,73 9,89 9,78 11,45 M2 (40) 9,06 9,25 8,91 9,98 9,30 Rataan 11,50 10,39 9,47 10,40 10,44 3 MST M0 (0) 18,10 20,22 17,72 17,00 18,26a M1 (20) 17,87 20,08 18,43 17,17 18,39a M2 (40) 15,85 16,41 14,54 17,58 16,09b Rataan 17,27 18,90 16,90 17,25 17,58 4 MST M0 (0) 29,01 31,49 29,91 26,89 29,33ab M1 (20) 28,55 34,60 31,75 28,87 30,94a M2 (40) 27,43 27,35 24,70 29,50 27,25b Rataan 28,33 31,15 28,79 28,42 29,17 5 MST M0 (0) 41,65 46,53 42,59 39,22 42,50ab M1 (20) 43,91 49,11 44,17 42,22 44,85a M2 (40) 39,00 40,00 35,16 42,09 39,06b Rataan 41,52 45,22 40,64 41,18 42,14 6 MST M0 (0) 44,44 49,95 44,25 41,90 45,14a M1 (20) 46,52 51,76 45,86 44,37 47,13a M2 (40) 40,11 43,85 38,19 41,70 40,96b Rataan 43,69b 48,52a 42,77b 42,66b 44,41

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada baris atau kolom dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α= 5%

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa perlakuan FMA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.Hal ini ditunjukkan pada perlakuan M1 (20 g/tan) minggu ke 3, 4, 5, 6, sedangkan pada perlakuan M0 (0 g/tan) pertumbuhan tanaman lebih rendah.Pemberian FMA pada 20 g/tanaman memberikan tinggi tanaman tertinggi yang berbeda nyata dengan 40 g/tanaman. Pemberian pupuk rock fosfat pada 50 kg/ha memberikan tinggi tanaman tertinggi yang berbeda nyata dengan 100, 150 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk rock fosfat.

Grafik hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dosis FMA disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1.Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan dosis FMA

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa hubungan tinggi tanaman umur 6 MST pada perlakuan dosis FMA menunjukkan persamaan kuadratik.Peningkatan dosis FMA akan meningkatkan tinggi tanaman hingga pada dosis optimum. Dosis optimum tercapai pada 16,4 g/tanaman dan tinggi tanaman maximum 47,37 cm. Y = 45,13+0,303x-0.010x2 R2= 0.998 40.00 41.00 42.00 43.00 44.00 45.00 46.00 47.00 48.00 0 20 40 T inggi T ana m an 6 M S T

Dosis FMA (g/tanaman) Y max= 47,37

Grafik hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan dosis pupuk rock fosfatdisajikan pada gambar berikut.

Gambar 2.Hubungan tinggi tanaman umur 6 MST dengan dosis pupuk rock fosfat Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui bahwa hubungan tinggi tanaman umur 6 MST pada perlakuan dosis pupuk rock fosfat menunjukkan persamaan kuadratik.Peningkatan dosis FMA akan meningkatkan tinggi tanaman hingga pada dosis optimum. Dosis optimum tercapai pada 51,8 kg/ha dan tinggi tanaman maximum 46,12 cm.

Diameter Batang

Hasil sidik ragam (lampiran 18), diketahui bahwa pemberian FMA dan pemberian pupuk rock fosfat serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang.

Rataan diameter pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 2. Y= 44,501+0,0564x-0,0005x2 R² = 0,4319 41.00 42.00 43.00 44.00 45.00 46.00 47.00 48.00 49.00 0 50 100 150 T inggi T ana m an 6 MS T

Dosis Rock Fosfat (kg/ha) Y max = 46,12

Tabel 2.Diameter batang pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... mm ... M0 (0) 7,18 7,89 7,21 7,39 7,42 M1 (20) 6,83 7,97 7,26 7,55 7,49 M2 (40) 7,27 6,68 6,72 6,79 6,87 Rataan 7,09 7,52 7,06 7,24

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada diamater batang, namun diameter batang cenderung meningkat. Diameter batang tertinggi pada M1 (7,49 mm) dan terendah pada M2 (6,87 mm). Sedangkan pada perlakuan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada diameter batang, namun diameter batang cenderung meningkat. Diameter batang tertinggi cenderung pada P1 (7,52 mm) dan terendah pada P2 (7,06 mm).

Klorofil Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 24), diketahui bahwa pemberian FMA, pupuk rock fosfat serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap klorofil daun.

Rataan total klorofil daun pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat di Tabel 3.

Tabel3.Kandungan klorofil daunkarena pemberian FMA Korofil FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataa n P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... mg/g ... Klorofil a M0(0) 3,54 2,92 3,21 2,87 3,13 M1(20) 3,41 3,24 2,68 2,94 3,07 M2 (40) 3,20 2,66 2,75 3,34 2,99 Rataan 3,38 2,94 2,88 3,05 Klorofil b M0(0) 2,18 1,65 1,77 2,08 1,92 M1(20) 1,86 1,63 1,67 1,13 1,57 M2 (40) 1,53 1,42 1,51 1,54 1,50 Rataan 1,86 1,57 1,65 1,59 Total M0(0) 4,24 3,40 3,88 3,90 3,85 Klorofil M1(20) 4,78 4,44 3,85 3,65 4,18 M2 (40) 4,27 3,75 3,89 4,43 4,08 Rataan 4,43 3,86 3,87 3,99

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada kandungan klorofil daun, namun kandungan klorofil daun cenderung meningkat. Kandungan klorofil tertinggi pada M1 (4,18 mg/g bobot basah) dan terendah pada perlakuan M0 (3,85 mg/g bobot basah). Sedangkan pada perlakuan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada kandungan klorofil daun, namun kandungan klorofil cenderung meningkat. Kandungan klorofil tertinggi pada P0 (4,43 mg/g bobot basah) dan terendah pada P1 (3,86mg/g bobot basah).

Total Luas Daun

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 26), diketahui bahwa pemberian FMA, pupuk rock fosfat serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap total luas daun.

Rataan total luas daun pada perlakuan fungi mikoriza dan pupuk rock fosfat dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4.Total luas daun karena pemberian FMAdan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha)

Rataan P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ...cm2... M0 (0) 1991,73 2763,59 1892,14 2230,32 2219,44 M1 (20) 2019,88 2444,32 2535,51 1968,46 2242,04 M2 (40) 2257,72 2546,72 2447,25 2225,30 2369,25 Rataan 2089,78 2584,88 2291,63 2141,36

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada total luas daun, namun total luas daun cenderung

meningkat dibandingkan kontrol. Total luas daun tertinggi pada M2 (2369,25 cm2) dan terendah pada M0 (2219,44 cm2). Sedangkan pada perlakuan

pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada total luas daun, namun total luas daun cenderung meningkat. Total luas daun tertinggi pada P1 (2584,88 cm2) dan terendah pada P0 (2089,78 cm2

Derajat Infeksi

).

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 28), diketahui bahwa pemberian FMA dan pemberian pupuk rock fosfat berpengaruh sangat nyata terhadap pengamatan derajat infeksi.Interaksi pemberian FMA dan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap pengamatan derajat infeksi.

Rataan derajat infeksi pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel5.Derajat infeksi akar karena pemberian FMAdan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... % ... M0(0) 39,00 54,67 57,33 66,33 53,92c M1(20) 60,67 68,00 65,67 71,33 66,42b M2 (40) 68,33 78,33 82,00 83,00 77,42a Rataan 56,00c 65,78b 68,33b 73,56a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada baris atau kolom dan waktu pengamat yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α= 5%.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa perlakuan FMA dapat meningkatkan bobot kering tajuk.Pemberian FMA pada 40 g/tanaman memberikan derajat infeksi tertinggi yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian FMA dan dosis 20 g/tanaman.Pemberian pupuk rock fosfat pada 150 kg/ha memberikan derajat infeksi tertinggi yang berbeda nyata dengan 50, 100 kg/ha dan tanpa pemberian pupuk rock.

Grafik hubungan derajat infeksi pada perlakuan FMA disajikan pada gambar berikut.

Gambar 3.Hubungan derajat infeksi akar pada dosis FMA Y = 54,167 + 0,5875x r = 0,9986 40 50 60 70 80 0 20 40 Der aj at I n fek si (%)

Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa hubungan derajat infeksi dengan perlakuan dosis FMA menunjukkan persamaan linier positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis fungi mikoriza yang diberikan akan mengakibatkan peningkatan derajat infeksi akar.

Grafik hubungan derajat infeksi pada perlakuan pupuk rock fosfat disajikan pada gambar 4 berikut.

Gambar 4.Hubungan derajat infeksi akar pada dosis pupuk rock fosfat.

Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa hubungan derajat infeksi dengan perlakuan dosis pupuk rock fosfat menunjukkan persamaan linier positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk rock fosfat yang diberikan akan meningkatkan derajat infeksi akar.

Bobot Kering Tajuk

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 30) diketahui bahwa pemberian FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, perlakuan pupuk rock fosfat serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 6.

Y = 57,633 + 0,1105x r= 0,9685 40 50 60 70 80 0 50 100 150 D er aj at I n fek si ( %)

Tabel6.Bobot kering tajuk karena pemberian FMA dan pupuk rock fosfat. FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... g ... M0(0) 28,00 29,47 28,10 34,83 30,10b M1(20) 27,03 39,93 36,77 40,27 36,00a M2 (40) 34,97 31,53 28,57 37,80 33,22ab Rataan 30,00 33,64 31,14 37,63

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α= 5%.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan FMA dapat meningkatkan bobot kering tajuk. Pemberian FMA pada 20 g/tanaman memberikan bobot kering tajuk tertinggi yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian FMA tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 40 g/tanaman.

Grafik hubungan bobot kering tajuk pada perlakuan FMA disajikan pada gambar 5 berikut.

Gambar 5.Hubungan bobot kering tajuk pada perlakuan dosis FMA

Berdasarkan gambar 5 dapat diketahui bahwa hubungan bobot kering tajuk pada pemberian FMA menunjukkan persamaan kuadratik. Peningkatan dosis

Y =-0,0109x2+0,5121x+30,1 r = 0,998 25.00 30.00 35.00 40.00 0 20 40 B obot K er ing T ajuk (g )

Dosis FMA (g/tanaman) Y max = 35,20

FMA akan meningkatkan tinggi tanaman hingga pada dosis optimum. Dosis optimum tercapai pada 19,8 g/tanaman dan derajat infeksi maximum 35,20 %. Bobot Kering Akar

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 32) diketahui bahwa pemberian FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, perlakuan pupuk rock fosfat serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel7.Bobot kering akarkarena pemberian FMA dan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... g ... M0(0) 2,80 2,70 2,03 2,23 2,44b M1(20) 2,87 2,53 3,50 3,60 3,13a M2 (40) 2,83 2,70 3,40 3,57 3,10a Rataan 2,83 2,64 2,98 3,10

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α= 5%

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan FMA dapat meningkatkan bobot kering akar. Pemberian FMA pada 20 g/tanaman memberikan bobot kering akar tertinggi yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian FMA tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis 40 g/tanaman.

Grafik hubungan bobot kering akar pada perlakuan FMA disajikan pada gambar 6 berikut.

Gambar 6.Grafik hubungan bobot kering akar pada perlakuan dosis FMA

Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui bahwa hubungan bobot kering akar tanaman pada perlakuan dosis FMA menunjukkan persamaan linier positif. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin tinggi dosis FMA yang diberikan akan mengakibatkan peningkatan bobot kering akar.

Serapan P Pada Tajuk

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 34), diketahui bahwa pemberian FMA dan pupuk rock fosfat serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap serapan P pada tajuk.

Rataan serapan P pada tajuk pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 8.

Y =2,5597+ 0,0165x r = 0,8494 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 0 20 40 B obot Ke ri ng Aka r (g)

Tabel 8. Serapan P pada tajuk karena perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... mg/tanaman ... M0(0) 130,83 132,12 123,94 148,25 133,80 M1(20) 111,23 160,68 140,73 150,36 140,75 M2 (40) 158,28 138,89 105,109 145,75 137,01 Rataan 133,45 143,92 123,26 148,12

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada serapan P tajuk, namun serapan P tajuk cenderung meningkat. Serapan P tajuk tertinggi pada M1 (140,75 mg/tanaman) dan terendah pada M0 (133,80 mg/tanaman). Sedangkan pada perlakuan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada serapan P tajuk, namun serapan P tajuk cenderung meningkat. Serapan P tajuk tertinggi pada P3 (148,12 mg/tanaman) dan terendah pada P0 (133,45 mg/tanaman).

Jumlah Cabang Produktif

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 36), diketahui bahwa pemberian FMA dan pupuk rock fosfat serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang.

Rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat

FMA (g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... cabang ... M0(0) 3,33 3,73 3,87 3,87 3,70 M1(20) 3,73 3,93 3,67 4,00 3,83 M2 (40) 3,87 3,80 3,60 3,60 3,72 Rataan 3,64 3,82 3,71 3,82

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada jumlah cabang produktif, namun jumlah cabang produktif cenderung meningkat. Jumlah cabang produktif tertinggi pada M1 (3,83 cabang) dan terendah pada M0 (3,70 cabang). Sedangkan pada perlakuan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada jumlah cabang produktif, namun jumlah cabang produktif cenderung meningkat dibandingkan kontrol. Jumlah cabang produktif tertinggi pada P1 dan P3 (3,82 cabang) dan terendah pada P0 (3,64 cabang).

Jumlah Polong Berisi

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 38), diketahui bahwa pemberian pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi, perlakuan FMA serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong berisi.

Rataan jumlah polong berisi pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah polong berisi karena perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... polong... M0(0) 70,33 77,53 72,00 71,08 72,92 M1(20) 57,60 74,60 76,13 80,60 72,23 M2 (40) 66,87 72,60 71,40 85,07 73,98

Rataan 64,93c 74,91ab 73,18abc 79,16a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada baris dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α= 5%.

Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa perlakuan pupuk rock fosfat dapat meningkatkan jumlah polong berisi.Pemberian pupuk rock fosfat 150 kg/ha (P3) memberikan jumlah polong berisi yang tinggi, perlakuan P3 berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk rock fosfat tetapi tidak berbeda nyata dengan 100 dan 150 kg/ha.

Grafik hubungan polong berisi pada perlakuan pupuk rock fosfat disajikan pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Hubunganjumlah polong berisi pada dosis pupuk rock fosfat Y = 66,901 + 0,0819x r = 0,8865 50 60 70 80 90 0 50 100 150 Jum la h P ol ong B er is i (pol ong)

Berdasarkan gambar 7 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah polong berisi pada perlakuan dosis dosis pupuk rock fosfat menunjukkan persamaan linier positif. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin tinggi dosis pupuk rock fosfat yang diberikan akan mengakibatkan peningkatan jumlah polong berisi.

Jumlah Polong Hampa

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 40), diketahui bahwa pemberian FMA dan pupuk rock fosfat serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong hampa.

Rataan jumlah polong hampa pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah polong hampa karena perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... polong... M0(0) 4,20 3,73 3,80 4,07 3,95 M1(20) 3,67 3,67 3,67 3,87 3,72 M2 (40) 4,13 3,60 3,60 3,67 3,75 Rataan 4,00 3,67 3,69 3,87

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada jumlah polong hampa, namun jumlah polong hampa cenderung menurun. Jumlah polong hampa tertinggi pada M1 (3,72 polong) dan tertinggi pada M0 (3,90 polong). Sedangkan pada perlakuan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada jumlah polong hampa, namun jumlah polong hampa cendrung menurun pada P1 (3,67 polong) dan tertinggi pada P0 (4,00 polong).

Bobot biji kering Tanaman per Sampel

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 42), diketahui bahwa pemberian FMA dan pupuk rock fosfat serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering tanaman per sampel.

Rataan bobot biji kering tanaman sampel pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan bobot biji kering tanaman per sampel pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat

FMA (g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... g... M0(0) 23,16 26,57 25,94 26,49 25,54 M1(20) 22,96 24,11 28,11 24,60 24,95 M2 (40) 24,86 24,43 27,39 28,60 26,30

Rataan 23,66b 25,01ab 27,15a 26,56a

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada baris dan waktu pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa perlakuan pupuk rock fosfat dapat meningkatkan bobot biji kering tanaman per sampel. Pemberian pupuk rock fosfat pada 100 kg/ha memberikan jumlah bobot biji kering tanaman per sampel tertinggi yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk rock fosfat tetapi tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk rock fosfat 50 dan 100 kg/ha.

Grafik hubungan bobot biji kering pada perlakuan pupuk rock fosfat disajikan pada gambar 7 berikut.

Gambar 8.Hubungan bobot biji kering pada dosis pupuk rock fosfat

Berdasarkan gambar 8 dapat diketahui bahwa hubungan bobot biji kering pada perlakuan pupuk dosis rock fosfat menunjukkan persamaan linier positif. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin tinggi dosis pupuk rock fosfat yang diberikan akan mengakibatkan peningkatan bobot biji kering.

Bobot 100 biji kering

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (lampiran 42) , diketahui bahwa pemberian FMA dan pupuk rock fosfat serta interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji kering.

Rataan bobot 100 biji kering pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat dapat dilihat pada Tabel 15.

Y = 24,151 + 0,024x r = 0,9641 23.00 23.50 24.00 24.50 25.00 25.50 26.00 26.50 27.00 27.50 28.00 0 50 100 150 B obot ke ri ng ta na m an pe r sa m pe l

Tabel 15. Rataan bobot 100 biji pada perlakuan FMA dan pupuk rock fosfat FMA

(g/tanaman)

Rock Fosfat (kg/ha) Rataan

P0 P1 P2 P3 (0) (50) (100) (150) ... g ... M0(0) 15,77 15,23 17,82 18,55 16,57 M1(20) 23,25 17,30 18,05 17,92 18,93 M2 (40) 19,08 17,65 19,07 18,23 18,39 Rataan 19,17 16,60 18,17 17,91

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa perlakuan inokulan FMA tidak berpengaruh nyata pada bobot 100 biji, namun bobot 100 biji cenderung meningkat. Bobot 100 biji tertinggi pada M1 (18,93 g) dan terendah pada M0 (16,57 g). Sedangkan pada perlakuan pupuk rock fosfat tidak berpengaruh nyata pada bobot 100 biji, namun bobot 100 biji cenderung meningkat. Bobot 100 biji tertinggi pada P0 (19,17 g) dan terendah pada perlakuan P1 (16,60 g).

Pembahasan

Pengaruh Fungi mikoriza arbuskula (FMA) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max(L.) Merrill).

Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian FMA berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman 3, 4, 5 dan 6 MST, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan derajat infeksi.

Pada peubah amatan tinggi tanaman (Tabel 1) perlakuan FMA berpengaruh nyata pada 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah tanam (MST).Pemberian FMA dapat meningkatkan tinggi tanaman.Hal tersebut sesuai dengan fungsi FMA yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelaiyang diindikasikan dengan meningkatnya tinggi tanaman.Inokulasi FMA pada memberikan pengaruh positif bagi tanaman kedelai yaitu meningkatkan serapan hara dari dalam tanah.Hal ini sesuai dengan literatur Hanum (2012) yang menyatakan bahwa cendawan

mikoriza dengan tanaman inangnya mendatangkan manfaat positif.Bagi tanaman inang, adanya asosiasi dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.Secara langsung cendawan mikoriza dapat meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah, mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar.

Pada pengamatan bobot kering tajuk menunjukkan bahwa perlakuan FMA berpengaruh nyata. Peningkatan bobot kering tajuk dikarenakan ada asosiasi antara FMA dengan tanaman. Adanya FMA yang bersimbiosis dengan akar tanaman dapat meningkatkan serapan air dan fosfor yang akan dimanfaatkan daun dan batang. Fungsi fosfor yaitu berperan dalam penting dalam kegiatan pembelahan sel, merangsang perkembangan akar dan tajuk.Hal ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2011) yang menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa FMA memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering akar, batang dan daun tanaman Centrosema pubescens. Menurut Simarmata (2005) dalam Zuhry dan Puspita (2008) menyatakan bahwa makin banyak akar yang terinfeksi maka makin besar pula tingkat penyerapan hara khususnya di tanah yang miskin unsur hara.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa pemberian FMA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.Pada tanah yang kurang subur dapat merangsang perkembangan fungi mikoriza.Perkembangan akar disebabkan adanya FMA yang mempertinggi intersepsi akar dalam penyerapan unsur hara dan air.Sesuai dengan penelitian Herawati (2009) bobot kering akar pada perlakuan inokulan FMA tertinggi pada perlakuan M1 (50 g/tanaman) yang menunjukkan bahwa

pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh mikoriza.Namun terjadi asosiasi simbiotik antara jamur dan sistem perakaran tanaman.

Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa bobot 100 biji yang tertinggi pada FMA dengan dosis 20 g/tanaman.Hal ini diduga FMA dapat melarutkan unsur hara fosfor yang terikat dalam tanah.Dengan adanyan FMA yang bersimbiosis dengan akar dapat meningkatkan jumlah biji dan berat biji.Gunawan (2000) melaporkan mikoriza meningkatkan bobot kering biji.Hanafiah dkk (2009) yang menyatakan serapan P yang tinggi juga disebabkan karena hifa cendawan juga mengeluarkan enzim phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik, sehingga tersedia bagi tanaman.

Pengaruh pupuk rock fosfat terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max(L.) Merrill).

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST derajat infeksi, jumlah polong berisi dan bobot biji kering per tanaman sampel.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk rock fosfat memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman umur 6 MST.Hal ini dikarenakan unsur hara fosfor dapat mempercepat pertumbuhan akar sehingga tanaman dengan mudah dapat menyerap unsur hara dan air. Hal ini sesuai dengan literatur Silalahi (2009) secara umum, fungsi dari P (fosfor) dalam tanaman adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar, dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa. Di dalam penelitian Maryanto dan Abu bakar (2010) batuan fosfat alam maupun pupuk hayati majemuk berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman selada.

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk rock fosfat berpengaruh nyata terhadap pengamatan derajat infeksi. Derajat infeksi tertinggi diperoleh sebesar 68,3% , sedangkan pada perlakuan tanpa rock fosfat diperoleh 56 %. Pemberian pupuk rock fosfat pada tanaman kedelai dapat membantu terjadinya proses infeksi. Hasil analisis tanah (lampiran 5) sebelumnya menunjukkan kandungan unsur hara P rendah. Kondisi tanah rendah fosfor (P) dapat meningkatakan derajat infeksi FMA. Di dalam penelitian.Hal ini sesuai dengan pernyataan Handayanto dan Chairiah (2007) yang menyatakan bahwa perkembangan mikoriza sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanah, terutama untuk endomikoriza yang perkembangannya terhambat jika kandungan nitrogen dan fosfor tanah tinggi.

Pada pengamatan jumlah polong berisi dan produksi per tanaman, pupuk rock fosfat berpengaruh nyata. Pemberian pupuk rock fosfat 150 kg/ha (P3) dapat meningkatkan jumlah polong kedelai hingga 18,53%. Pada bobot biji kering tanaman sampel mengalami peningkatan sebesar 11,28% pada perlakuan 100 kg/ha (P2). Pupuk rock fosfat berperan dalam meningkatkan jumlah polong.Fosfor yang diperoleh dari rock fosfat dimanfaatkan dalam jumlah besar oleh tanaman kedelai pada fase generatif, sehingga tanaman yang diberikan rock fosfat menghasilkan jumlah polong berisi yang tinggi.Hal ini sesuai dengan penelitian Silalahi (2009) unsur hara fosfat sangat berperan pada masa pembentukan polong, hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfat berpengaruh nyata terhadap pembentukan polong dan produksi per tanaman.Rosmarkam dan Yuwono (2002) pupuk P anorganik lebih berperan dalam pengisian dan pengembangan biji dan metabolisme

karbohidrat pada daun dan pemindahan sukrosa serta fosfor ditemukan relatif dalam jumlah banyak dalam buah dan biji tanaman.

Dokumen terkait