• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sisa Kuning Telur

Perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum yang diberikan pada unggas dapat menyebabkan perbedaan sisa kuning telur pada broiler umur 35 hari. Sisa kuning telur umumnya akan habis pada umur 4 hari, dan semakin cepat broiler diberi pakan maka kuning telur juga akan semakin cepat diserap. Dengan kata lain, keterlambatan pemberian ransum akan memperlambat penyerapan sisa kuning telur.

Pengambilan sisa kuning telur dilakukan pada umur 4 hari, selain karena pada umur tersebut sisa kuning telur akan habis diserap juga agar semua data yang diambil telah mendapat perlakuan masing masing.

Hasil pengambilan bobot sisa kuning telur dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rataan sisa kuning telur umur 4 hari

Perlakuan Sisa kuning telur (g)

R0 0.45 ± 0.23 R1 0.48 ± 0.14 R2 0.37 ± 0.10 R3 1.08 ± 0.73 R4 0.55 ± 0.05 R5 0.3 ± 0.17 R6 0.42 ± 0.31 R7 0.5 ± 0.31 R8 0.23 ± 0.10 Rataan 0.85 ± 0.24

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum pada broiler memberikan hasil rataan sisa kuning telur tertinggi pada perlakuan R3 sebesar 1.08 gr. Sedangkan hasil rataan sisa kuning telur terendah pada perlakuan R8 sebesar 0.23 gr.

Hasil analisis sidik ragam konsumsi ransum broiler (Lampiran 7) menunjukkan bahwa perbedaan jangka waktu awal pemberian pakan pada beberapa perlakuan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.06).

Secara statistik, hasil dari pemberian ransum dalam 3 perlakuan yaitu hingga R0 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perlakuan selanjutnya bobot sisa kuning telur menurun. Rendahnya bobot sisa kuning telur pada perlakuan R0, R1,dan R3 dikarenakan pada hari pertama saja kebutuhan energy dan protein pada broiler 50% disuplai oleh kuning telur. Sementara untuk hari berikutnya kuning telur hanya mensuplai beberapa persen saja dari kebutuhan broiler. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Widjaja (1999) yang menyatakan bahwa pada hari pertama saja hanya 50% dari kebutuhan energi dan 43% dari kebutuhan protein yang dapat dipenuhi dari sisa kuning telur yang ada. Hari ketiga biasanya peternak baru mulai memberi ransum pada anak ayam, ternyata sisa kuning telur yang ada hanya mensuplai 6% dari kebutuhan energi dan 10% untuk kebutuhan protein.

Panjang Usus

Panjang usus broiler berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, konsumsi ransum, genetis dan enzim. Semakin bertambah umur broiler dan semakin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi akan meningkatkan panjang usus broiler. Namun apabila genetis dan enzim (protease yang berguna membantu salam pencernaan) tidak mendukung dengan maksimal akan menyebabkan pertambahan panjang usus tidak dapat berkembang dengan maksimal.

Hasil pengambilan data panjang usus pada umur 4 hari (Tabel 6) dan 35 hari (tabel 7), menunjukkan pengaruh jangka waktu awal pemberian ransum pada broiler

tidak berpengaruh nyata pada panjang usus broiler. Perbedaan dari masing masing perlakuan dapat dilihat jelas pada lampiran 8 dan 9.

Tabel . 6 Panjang usus broiler umur 4 hari (cm)

Perlakuan Panjang usus (cm)

R0 77.1 ± 10.97 R1 85.23 ± 5.27 R2 83.18 ± 9.83 R3 75.13 ± 4.92 R4 81.13 ± 10.19 R5 74.83 ± 3.30 R6 76.73 ± 8.71 R7 72.65 ± 1.38 R8 76.68 ± 3.61 Rataan 78.16 ± 6.46

Berdasarkan tabel diatas , menunjukkan hasil rataan panjang usus tertinggi ditunjukkan pada perlakuan R1 yaitu 85.23 cm. dan hasil rataan terendah ditunjukkan pada perlakuan R7 72.65 cm.

Analisis sidik ragam menunjukkan efek jangka waktu awal pemberian ransum pada broiler tidak berpengaruh nyata pada panjang usus broiler umur 4 hari. Perkembangan panjang usus broiler juga dipengaruhi oleh kemampuan daya cerna broiler dalam menyerap protein. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan fisiologis (enzim protease) organ pencernaan dalam kaitannya dengan pemanfaatan nutrisi. Dengan tidak maksimalnya penyerapan nutrisi maka perkembangan organ pencernaan (usus) tidak akan maksimal. Hal ini sesuai dengan pedapat Suthama (2005) yang menyatakan bahwa indikasi dari status perkembangan fisiologis (enzim protease) organ pencernaan dalam kaitannya dengan pemanfaatan nutrisi. Lambatnya perkembangan organ pencernaan, khususnya usus halus, mungkin ada hubungannya dengan rendahnya kapasitas ribosoma karena pada akhir umur 13 minggu baru

mencapai maksimal. Rataan panjang usus broiler dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel. 7 Panjang usus broiler umur 35 hari (cm)

Perlakuan Panjang usus (cm)

R0 175.33 ± 28.46 R1 152.5 ± 9.10 R2 158.42 ± 8.41 R3 134 ± 6.38 R4 150.5 ± 16.71 R5 138.33 ± 11.59 R6 137.67 ± 4.65 R7 143.5 ± 28.74 R8 144.5 ± 11.30 Rataan 148.31 ± 13.93

Kemudian pada tabel diatas, memberikan hasil rataan panjang usus broiler umur 35 hari tertinggi pada perlakuan R0 yaitu 175.33 cm. Sementara hasil rataan terendah ditunjukkan pada perlakuan R3 yaitu 134 cm.

Analisis sidik ragam menunjukkan efek jangka waktu awal pemberian ransum pada broiler tidak berpengaruh nyata pada panjang usus broiler umur 35 hari. Tidak adanya pengaruh pada panjang usus broiler umur 35 hari, dikarenakan adanya pergantian jenis pakan pada umur 3 minggu atau umur 21 hari, yakni dari ransum

starter menjadi ransum finisher. Dengan adanya pergantian ransum, maka akan

berpengaruh pada ransangan mekanis dinding usus yang selanjutnya berpengaruh pada produksi enzim pencernaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pubols (1991) dan Sell et al. (1991) yang menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi produksi enzim pencernaan pada ayam dan kalkun. Perubahan ransum dalam saluran pencernaan dapat menimbulkan rangsangan mekanis bagi dinding usus yang selanjutnya mempengaruhi produksi enzim pencernaan.

Menurunnya produksi enzim pencernaan, akan mengakibatkan daya cerna bekerja dengan tidak maksimal. Selanjutnya akan mempengaruhi pada pertambahan panjang usus broiler.

Kapasitas ribosoma yang rendah dalam usus juga merupakan faktor yang mempengaruhi lambatnya perkembangan usus, dimana kapasitas ribosoma yang maksimal akan memungkinkan perkembangan usus yang maksimal juga baik panjang dan bobot usus. Ribosoma yang merupakan tempat sintesa protein, merupakan penentu tinggi rendahnya jumlah nutrisi yang diserap dalam usus. Kapasitas ribosoma dalam usus ayam akan maksimal pada umur 13 minggu pada umumnya, sekalipun ayam tersebut mengkonsumsi ransum dengan kwalitas baik. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sutarna et, al 1994, yang menyatakan bahwa ayam yang diberi ransum dengan kwalitas baik yang sudah diperbaiki ternyata menunjukkan rendahnya kemampuan mencerna protein. Ini merupakan indikasi status perkembangan fisiologis (enzim protease) organ pencernaan ayam dalam kaitannya dengan pemanfaatan nutrisi. Lambatnya perkembangan organ pencernaan khususnya usus halus ada hubungannya dengan kapasitas ribosoma, karena pada akhir umur 13 minggu baru mencapai maksimal.

Bobot Usus

Semakin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi broiler, akan meningkatkan daya cerna pada saluran pencernaan yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan organ pencernaan tersebut. Terutama pada usus halus, jumlah ransum yang dikonsumsi merupakan ransangan untuk meningkatkan pertambahan bobot usus. Hal ini dikarenakan ransangan mekanis pada dinding usus yang disebabkan

oleh aktifitas dan produksi enzim pencernaan. Panjang bobot usus dari setiap perlakuan untuk umur 4 hari dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel. 8 Bobot usus broiler umur 4 hari (g)

Perlakuan Bobot usus (g) R0 11.2 ± 1.75 R1 12.05 ± 0.52 R2 10.1 ± 1.36 R3 10.17 ± 2.23 R4 10.8 ± 2.40 R5 22.57 ± 22.56 R6 9.58 ± 1.89 R7 8.58 ± 0.95 R8 8.5 ± 0.78 Rataan 11.51 ± 3.83

Dari tabel diatas, terlihat hasil rataan tertinggi bobot usus broiler umur 4 hari ditunjukkan pada perlakuan R5 yaitu 22.57 g. Sedangkan hasil rataan terendah bobot usus broiler ditunjukkan perlakuan R8 yaitu 8.5 g.

Analisis sidik ragam menunjukkan efek jangka waktu awal pemberian ransum pada broiler tidak berpengaruh nyata pada bobot usus broiler umur 4 hari (lampiran 10).

Bobot usus dari setiap perlakuan juga diambil pada umur 35 hari, dimana hasildari setiap perlakuan juga menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata untuk setiap perlakuan. Data bobot usus umur 35 hari dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel. 9 Bobot usus umur 35 hari (g) perlakuan Bobot usus (g) R0 53.45 ± 1.90 R1 40.6 ± 3.57 R2 48.48 ± 6.16 R3 38.65 ± 5.14 R4 51.6 ± 14.35 R5 46.62 ± 3.06 R6 49.07 ± 1.77 R7 45.25 ± 8.18 R8 41.87 ± 7.11 Rataan 46.17 ± 5.7

Dari tabel diatas, terlihat hasil rataan tertinggi bobot usus broiler umur 35 hari ditunjukkan pada perlakuan R0 yaitu 53.45 g. Sedangkan hasil rataan terendah bobot usus broiler ditunjukkan perlakuan R3 yaitu 38.65 g.

Analisis sidik ragam menunjukkan efek jangka waktu awal pemberian ransum pada broiler tidak berpengaruh nyata pada bobot usus broiler umur 35 hari (lampiran11).

Perkembangan usus halus saja yang menjadi fokus pengamatan pada penelitian ini, karena usus halus merupakan bagian organ pencernaan yang sangat vital sebagai tempat pencernaan enzimatis dan penyerapan nutrisi. Hasil analisis sidik ragam dari Tabel 4 dan 5 menyatakan bahwa perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada bobot usus broiler. Pemberian ransum lebih awal akan meransang perkembangan organ saluran pencernaan, meningkatkan kapasitas pencernaan dan penyerapan usus. Tidak adanya pengaruh pada bobot usus broiler dikarenakan adanya perbedaan jenis ransum yang diberikan pada skala umur tertentu. Hal ini mengakibatkan penyesuaian kembali oleh dinding usus dan juga enzim pencernaan terhadap jenis ransum yang dicerna. Adanya perubahan ini mengakibatkan, daya cerna menurun dan mengakibatkan pengaruh yang negative terhadap organ

pencernaa. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Pubols (1991) dan Sell et al. (1991) yang menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi produksi enzim pencernaan pada ayam dan kalkun. Perubahan ransum menjadi dalam saluran pencernaan dapat menjadi rangsangan mekanis bagi dinding usus yang selanjutnya mempengaruhi produksi enzim pencernaan. Menurunnya produksi enzim pencernaan, maka daya cerna pun akan bekerja dengan tidak maksimal. Selanjutnya akan mempengaruhi pada pertambahan bobot usus broiler.

Pemberian antibiotika dan obat obatan juga memberikan pengaruh yang negative pada saluran pencernaan ayam, terutama pada usus. Antibiotika dan obat obatan dapat membunuh bakteri pathogen pada usus yang berperan aktif dalam proses pencernaan makanan, dimana hal ini dapat mengakibatkan menipisnya dinding usus. Berkurangnya jumlah bakteri pathogen dan penipisan pada dinding usus membuat bobot usus pada ayam menurun. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Apajalahti 2004, antibiotika dan obat obatan dapat membunuh bakteri pathogen dalam saluran pencernaan, yang menyebabkan dinding usus menipis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan jangka waktu awal pemberian ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sisa kuning telur, panjang usus dan bobot usus broiler strain COBB – LH 500 umur 35 hari.

Saran

Disarankan untuk penelitian selanjutnya, level jangka waktu pemberian awal ransum dilakukan dengan jenis formula ransum yang berbeda. Untuk melihat apakah perbedaan formula ransum dengan level jangka waktu awal pemberian yang berbeda, dapat memberikan hasil yang lebih baik pada sisa kuning telur, panjang usus dan bobot usus.

Dokumen terkait