Inventarisasi
Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulankan data-data yang menyangkut aspek fisik, biofisik, teknik, dan sosial yang berhubungan pada perencanaan tata hijau simpang susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek.
Kondisi Umum
Jalan Tol Cikampek adalah jalan tol yang menghubungkan Cawang, Jakarta Timur dengan Cikampek, Karawang dengan panjang 83 kilometer. Jalan Tol Cikampek melewati Kota Jakarta Timur, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Jalan Tol Cikampek mulai dioperasikan pada tahun 1988. Jalan Tol Purbaleunyi adalah jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung dengan panjang total 123 kilometer. Terbagi atas Jalan Tol Padalarang – Cileunyi sepanjang 58,5 kilometer yang mulai beroperasi sejak tahun 1991dan jalan Tol Cipularang sepanjang 64,4 kilometer yang mulai beroperasi sejak tahun 2005.
Lokasi studi perencanaan jalan yang dilakukan berada pada simpang susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek yang menghubungkan Jalan Tol Cikampek dengan Jalan Tol Cipularang. Simpang susun ini terletak pada kilometer ke 67
13 jalan Tol Cikampek yang diukur dari simpang susun Cawang. Simpang susun ini terletak pada 6o25’ Lintang Selatan dan 107o25’ Bujur Timur. Peta Aksesibilitas tersaji pada Gambar 9.
Iklim
Pengamatan iklim di Kabupaten Karawang, dilakukan berdasarkan data tahun 2005-2011 dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Kabupaten Karawang beriklim tropis dengan temperatur rata-rata tahunan berkisar antara 26,6 oC -28,3 oC dan curah hujan antara 1 - 421,3 mm/bulan. Faktor iklim dan curah hujan ini dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan dataran rendah terutama wilayah Karawang utara. Sedangkan wilayah Karawang Selatan merupakan daerah perbukitan.
1. Curah Hujan
Curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 1 – 421,3 mm selama tujuh tahun terakhir. Rata-rata hujan bulanan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 421,3 mm, rata-rata curah hujan bulanan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 1 mm. Rata-rata hujan bulanan tersaji pada Gambar 6. Rata-rata jumlah hari hujan maksimum 19 hari terjadi pada bulan Februari dan rata-rata jumlah hari hujan minimum 1 hari terjadi pada bulan Agustus. Rata-rata hari hujan tersaji pada Gambar 7.
Gambar 6 Curah hujan rata-rata bulanan
Gambar 7 Rata-rata jumlah hari hujan
mm
ha
14
2. Suhu Udara
Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 26,6 oC – 28,3 oC. Suhu udara maksimum harian antara 31,4 oC- 35,2 oC dan suhu udara rata-rata minimum berkisar antara 22,5 oC – 24,3 oC. Suhu rata-rata harian tersaji pada Gambar 8. Lama penyinaran matahari rata-rata 64% . Intensitas maksimum sebesar 82,6% terjadi pada bulan Agustus dan intensitas minimum pada bulan Februari sebesar 46,5%. Penyinaran matahari tersaji pada Gambar 9.
Gambar 8 Suhu rata-rata harian
Gambar 9 Penyinaran matahari 3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara relatif rata-rata harian . Kelembaban udara relatif yang terendah dalam tujuh tahun terkahir adalah pada bulan September sebesar 67,2%. Kelembaban udara relatif tertinggi dalam tujuh tahun terkahir terjadi pada bulan Februari sebesar 86,6%
4. Kecepatan Angin
Kecepatan angin berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Karawang berkisar 5,6 – 8,2 km/ jam dengan arah angin menuju ke timur dan timur laut. Kecepatan angin menurut skala Beufort tergolong jenis angin sepoi-sepoi dan angin lemah.
o C
15 Ga mbar 10 P eta aksesibil it as
16
Tanah dan Topografi
Berdasarkan data PT. Jasa Marga dalam Rencana Teknik Akhir dan Pengawasan Teknik Jalan Tol Cikampek-Padalarang tahun 2002 jenis tanah pada lokasi studi adalah tanah latosol. Tanah latosol adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan alumunium. Warna tanah merah hingga kuning dan mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah laotosol memiliki solum yang dalam, memiliki tekstur yang sedang sampai berat, stabilitas agregat tinggi, bobot isi sedang, nisbah debu terhadap liat rendah, permeable dan gembur. Kapasitas tukar kation 10-25 me/100g tanah, kejenuhan basa 15-50% dan mempunyai pH 4,5-6,0.
Lokasi studi terdapat pada dataran rendah dengan ketinggian antara 68-90 mdpl dengan kondisi topografi datar (0-8%), landai (8-15%) dan agak curam 15-25%). Peta topografi lokasi studi disajikan pada Gambar 11.
Vegetasi dan Satwa
Vegetasi yang terletak berbatasan dengan hutan kawasan perumahan Cikampek Golf adalah bambu jepang (Arundinaria pumila) dan flamboyan (Delonix regia). Vegetasi yang terdapat pada area loop antara lain akasia (Acacia auriculiformis), mahoni (Swietenia mahagoni), ki hujan (Samanea saman), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), dadap merah (Erythrina crista-gali), dan ketapang kencana (Bucida molineti). Vegetasi yang terdapat pada belokan dari
loop adalah bunga bugenvil (Bougainvillea spectabillis) dan mahoni (Swietenia mahagoni). Vegetasi yang terdapat pada tengah simpang susun diantaranya cemara gunung (Cassuarina junghuhniana), jati kebo (Antocephalus cadamba), mahoni (Swietenia mahagoni). Vegetasi yang terdapat pada tepi jalan Tol Cipularang kamboja merah (Plumeriarubra), agave (Furcraea gigantea), bintaro (Cerbera manghas), mahoni (Swietenia mahagoni), flamboyan (Delonix regia) dan bunga merak (Caesalpinia pulcherrima). Vegetasi pada median jalan terdapat bunga bugenvil (Bougainvillea spectabillis) dan oleander (Nerium oleander). Vegetasi pada area bebas pandang adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla) dan soka (ixora sp.). Peta persebaran vegetasi tersaji pada Gambar 12.
Kupu-kupu, belalang, capung, kadal, dan burung merupakan satwa yang banyak dijumpai di simpang susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek. Ada pula hewan peliharaan masyarakat sekitar jalan yang dapat dilihat di kanan kiri jalan diantaranya kerbau, kambing, ayam.
17 Ga mbar 11 P eta topogr af i
18 Ga mbar 12 P eta v ege tasi
19 Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan disekitar simpang susun Dawuan jalan Tol Cikampek terdiri dari sebelah utara terdapat kebun campuran dan sawah serta hutan milik perumahan Cikampek Golf, dan padang golf, sebelah timur terdapat simpang susun Dauwan Bukit Indah, sebelah barat terdapat kawasan industri Bukit Indah City. Industri yang terdapat pada kawasan tersebut adalah industri kayu, industri kertas,dan industri kendaraan bermotor. Sebelah selatan terdapat sawah, kebun, dan bukit. Peta penggunaan lahan tersaji pada Gambar 14.
Kondisi Visual
Secara umum pada Simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang kondisi visual yang dilihat pengguna jalan tol adalah lanskap jalan tol yang terdiri dari badan jalan, median, dan vegetasi yang ditanam pada tepi jalan. Kondisi visual yang dilihat pengguna sangat menarik dikarenakan letak badan jalan yang berada di lembah alami sehingga kanan kiri tepi jalan berupa lereng yang memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari badan jalan sehingga dapat memberikan pandangan yang menarik. Kondisi visual tapak tersaji pada Gambar 13. Good view merupakan pemandangan tapak yang baik yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan memberikan kenyamanan dan pengalaman sepanjang perjalanan. Good view pada tapak terdiri dari persawahan, perkebunan, dan vegetasi tepi jalan. Bad view merupakan pemandangan tapak yang buruk yang dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan pengguna jalan. Pada tapak bad view terdiri dari pabrik dan pemukiman penduduk. Peta visual disajikan pada Gambar 15.
(a) (b)
(c) (d)
Keterangan: (a) vegetasi tepi jalan; (b) vegetasi clear zone area; (c) rumah tepi jalan tol; (d) bangunan tepi jalan tol
20 Ga mbar 14 P enggun aa n l aha n
21 Ga mbar 15 P eta visua l
22 Ga mbar 16 P eta d ra inase
23
Volume Lalu Lintas
Berdasarkan data Jasa Marga tahun 2008-2010 dapat dilihat dalam Tabel 4 dan Tabel 5 , volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2008 sebesar 123.250.044 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 337.671 kendaraan. Volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2009 sebesar 125.104.095 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 342.751 kendaraan. Volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2010 sebesar 132.602.575 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 363.295 kendaraan. Dari data tersebut terlihat bahwa volume rata-rata harian lalu lintas jalan Tol Cikampek dari tahun-ketahun terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatan volume rata-rata harian sebesar 25.624 kendaraan.
Volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2008 sebanyak 11.045.951 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 30.263 kendaraan, volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2009 sebanyak 11.242.383 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 30.801 kendaraan, volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2010 sebanyak 12.178.375 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 33.365 kendaraan. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatan volume rata-rata harian sebesar 3.102 kendaraan.
Tabel 4 Volume Lalu Lintas Jalan Tol (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk) Ruas Jalan
Tol
Volume Lalu Lintas (kendaraan)
2008 2009 2010
Cikampek 123.250.044 125.104.095 132.602.575
Cipularang 11.045.951 11.242.383 12.178.375
Tabel 5 Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk) Ruas Jalan
Tol
Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (kendaraan)
2008 2009 2010
Cikampek 337.671 342.751 363.295
Cipularang 30.263 30.801 33.365
Pada tahun 2011, lalu lintas harian rata-rata yang melintas dari jalan Tol Cikampek menuju jalan Tol Cipularang sebanyak 29.511 kendaraan. Terdiri dari 25.207 kendaraan golongan I, 2.995 kendaraan golongan II, 915 kendaraan golongan III, 228 kendaraan golongan IV, dan 166 kendaraan golongan V. Sedangkan lalu lintas harian rata-rata yang melintas dari jalan Tol Cipularang menuju jalan Tol Cikampek sebanyak 30.770 kendaraan. Terdiri dari 26.204 kendaraan golongan I, 3.289 kendaraan golongan II, 910 kendaraan golongan III, 223 kendaraan golongan IV, dan 145 kendaraan golongan V.
24
Tabel 6 Golongan kendaraan yang melintas
Ruas Jalan Tol Volume lalu lintas rata-rata harian ( kendaraan)
I II III IV V Cikampek ke Cipularang 25.207 2.995 915 228 166 Cipularang ke Cikampek 26.204 3.289 910 223 145 Utilitas dan Fasilitas
Simpang susun Jalan Tol Cikampek-Cipularang dilengkapi dengan utilitas dan fasilitas jalan, hal ini sangat penting keberadaannya menginta manfaatnya sangat besar terutama jika dilihat dari segi keamanan. Fasilitas jalan pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang yaitu jembatan lintas atas (overpasss), gorong-gorong, tiang listrik, ponton, papan informasi, tembok pembatas, dan saluran tepi yang dibangun dengan persyaratan teknik. Utilitas jalan merupakan fasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang mempunyai sifat pelayanan. Utilitas jalan pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang yaitu jaringan listrik.
Fasilitas dan utilitas yang terdapat pada jalan Tol Cikampek-Cipularang, berdasarkan data PT. Jasa Marga Tbk. Cabang Cikampek meliputi:
Badan Jalan
Bagian jalan yang terdapat pada jalan tol adalah daerah milik jalan yang terdiri atas; badan jalan, bahu jalan, median, saluran tepi jalan, dan ambang pengaman. Jalan tol Cikampek memiliki enam buah lajur dengan tiga lajur pada masing-masing jalur. Tol Cipularang memiliki empat buah lajur dengan dua lajur pada masing-masing jalur. Jalur channel dari Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya channel dari Bandung menuju Jakarta memiliki dua lajur, sedangkan
channel jalur Cikampek menuju Bandung dan sebaliknya channel dari Bandung menuju Cikampek hanya satu lajur. Lebar lajur 3,5 meter, lebar bahu jalan dalam 2 meter, lebar bahu jalan luar 3 meter, dan, lebar beton median 0,8 meter.
Drainase
Sistem drainase yang diterapkan di simpang susun jalan Tol Cikampek- Cipularang adalah drainase terbuka dan tertutup. Drainase terbuka berupa parit pasangan batu kali. Parit memiliki lebar 1,5 meter dengan kedalaman 0,7 meter. Parit terletak di daerah manfaat jalan berfungsi untuk memperlancar jalannya aliran air hujan atau mengarahkan airnya pada saluran pembuangan agar tidak menimbulkan genangan yang merusak konstruksi jalan dan tanaman disekitarnya.
Drainase tertutup berupa saluran air yang berupa gorong-gorong. Inlet berada di median jalan yang berfungsi sebagai pintu air terutama yang berasal dari air hujan yang jatuh di badan jalan, mengalir ke parti pasangan batu kali dan disalurkan ke outlet yang mengarah ke drainase yang berada di sisi jalan tol. Gambar peta drainase disajikan pada Gambar 16.
25 Patok Kilometer dan Patok DMJ
Pada jalan tol patok kilometer dipasang setiap 100 meter sedangkan patok DMJ dipasang setiap 10 meter. Patok kilometer berfungsi untuk menunjukkan posisi pengguna jalan dan informasi keadaan tapak. Patok DMJ berfungsi sebagai pengarah dan penanda untuk keamanan pengguna jalan.
Pagar Pembatas/ Pengaman
Pagar pengaman berfungsi memberikan keamanan dan membatasi badan jalan dengan wilayah diluar badan jalan, bangunan perkerasaan, dan daerah yang berbahaya. Pagar pembatas yang digunakan pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang 0,8 meter.
Overpass
Pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang terdapat tiga overpass,
dua overpass yang menghubungkan jalan tol Cikampek dan jalan Tol Cipularang dan satu overpass yang berfungsi sebagai jalan arteri kawasan Industri Bukit. Peletakkan rambu lalu-lintas di daerah milik jalan yang dapat terlihat dengan mudak oleh pengguna kendaraan.
Penerangan Jalan
Penerangan pada jalan tol dengan menggunakan lampu jalan standar dan lampu menara. Lampu standar memiliki ketinggian 15 meter dengan jarak interval antar lampu 30 meter. Lampu menara memiliki ketinggina yang beragam antara 20-50 meter tergantung tempat peletakannya. Lampu jalan berfungsi untuk penerangan jalan pada malam hari sehingga memberikan keamanan dan mengurangi tingkat kecelakaan.
Analisis Lokasi
Tapak yang menjadi lokasi penelitian adalah Simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang. Jalan Tol Cikampek merupakan jalan tol yang menghubungkan kota Jakarta, Bekasi, dan Cikampek. Jalan Tol Cipularang merupakan jalan tol yang menghubungkan Cikampek, Purwakarta, dan Padalarang. Simpang susun pada jalan tol merupakan akses utama yang menghubungkan kedua jalan tol tersebut. Simpang susun ini merupakan bagian dari jalan tol yang dilalui oleh kendaraan dari dan atau menuju dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung menyebabkan penggunaan dengan intensitas yang tinggi.
Identitas Simpang susun Cikampek-Cipularang ditunjukkan melalui penggunaan vegetasi asli yang memiliki fungsi dan estetika yang ditanam dan ditata sehingga dapat memberikan identitas tapak. Penggunaan tanaman dengan bentuk yang menarik seperti bentuk tajuk kubah, bulat, atau piramidal, dan memiliki percabangan, daun atau bunga yang menarik. Selain dapat memberikan identitas pada simpang susun, tanaman juga berfungsi untuk menyerap polutan yang berasal dari emisi kendaraan yang melintas.
Dalam perencanaan lanskap jalan bebas hambatan harus memperhatikan pedoman dan prinsip desain agar memiliki nilai seni, serta memperhatikan
26
pengguna jalan yang bergerak dengan cepat. Prinsip yang harus diperhatikan adalah kesederhanaan, skala, proporsi, keseimbangan, irama, kontras, dan kesatuan yang dapat member nilai keindahan dan meningkatkan kualitas lingkungan. (Carpenter et al., 1975).
Teknik Jalan
Pada Simpang susun Cikampek-Cipularang memiliki daerah pengawasan jalan yang berbentuk lereng berpotensi untuk penanaman vegetasi dengan fungsi penyangga, pengarah, dan konservasi. Keberadaan median sebagai pembatas kedua ruas jalan. Median ruas jalan Tol Cikampek tidak terdapat vegetasi dikarenakan median jalan yang terbuat dari beton tanpa ada ruang untuk penanaman. Sedangkan median ruas jalan Tol Cipularang terdapat vegetasi dikarenakan median jalan yang terbuat dari beton tetapi terdapat ruang untuk peletakkan tanaman. Median jalan yang terbuat dari beton menjadi potensi yang dapat dibuat menjadi planter box yang berfungsi untuk pengarah pandangan pengemudi dan estetika.
Tipesimpang susun pada lokasi penelitian ini berbentuk T. Pada simpang susun terdapat empat loop dan dua flyover. Dengan keberadaan empat loop pada simpang susun tersebut membentuk kawasan yang memiliki potensi untuk penanaman dan penataan vegetasi. Keberadaan dua flyover di simpang susun memiliki topografi dengan kemiringan lahan yang sehingga dapat menyebabkan erosi sehingga diperlukan penanaman untuk mencegah erosi. Keberadaan pembagian jalan (divergensi) dan penyatuan jalan (konvergensi) pada simpang susun menyebabkan akumulasi kendaraan sehingga meningkatkan jumlah polusi udara sehingga diperlukan penataan tanaman yang mampu menyerap polutan. Pada simpang susun ini telah terdapat penataan lanskap, tetapi penataan lanskap yang ada belum optimal sehingga diperlukan penataan lanskap sesuai fungsi dan menambah estetika.
Penataan tanaman untuk fungsi konservasi air dan tanah dilakukan pada dawasja yang memiliki slope yang berlereng dengan kemiringan yang relatif curam. Kombinasi groundcover dan semak serta pohon adalah yang paling efektif untuk penyangga, pengarah, dan konservasi. Median jalan yang menggunakan pembatas tembok beton dengan tinggi 1,5 meter dapat ditanami tanaman yang menarik sehingga dapat memberi pemandangan yang mengarahkan dan menarik bagi pengguna jalan. Pemilihan tanaman semak yang toleran terhadap polusi kendaraan dan memiliki daun atau bunga yang menarik sehingga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pengguna jalan.
Iklim
Temperatur udara di wilayah studi mencapai temperatur maksimum pada suhu 35,2 oC yang merupakan kondisi yang cukup panas dan tidak memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Menurut Laurie (1990) pada daerah tropis suhu kenyamanan relatif berkisar antara 27-28 oC. Kondisi tapak yang cukup panas disebabkan oleh penyinaran matahari yang cukup tinggi 63,94%, penyerapan dan pemantulan panas dari perkerasan jalan. Menurut Grey dan Deneke (1978) efek silau yang berasal dari refleksi sinar matahari yang jatuh ke permukaan jalan sehingga terjadi pemantulan sinar yang mengganggu pandangan pengemudi. Pantulan sinar matahari dapat pula berasal dari pagar pengaman, kaca depan dan
27 rangka kendaraan, serta lampu kendaraan dari arah berlawanan pada malam hari. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan penanaman vegetasi pada sisi jalan dan median jalan karena efek bayangan dari tanaman peneduh dapat mengurangi silau dari sinar matahari dan pantulan struktur sehingga menciptakan iklim mikro yang nyaman. Vegetasi peneduh terutama terdiri dari tanaman yang memiliki karakteristik bentuk tajuk kubah, bulat, atau bertajuk rindang (Carpenter et al., 1975).
Pengaruh angin di jalan tol cukup besar dikarenakan rata-rata kedaraan melaju dengan kecepatan di atas 80 km/jam pada bentuk koridor jalan yang linear. Pengaruh angin yang besar dapat menjadi penyebab erosi permukaan. Pengaruh angin juga berpengaruh bagi masyarakat di sekitar jalan tol yaitu debu dan polutan. Menurut Carpenter et al. (1975) tanaman dapat mengurangi kecepatan angin 25%-75%. Pengendalian angin oleh tanaman melalui penghalang, pengarah, pembias, dan penyerap. Tingkat keefektifannya berdasarkan keefektifan tanaman dan teknik peletakannya. Karakter tanaman sebagai pengendali angin adalah memiliki akar yang kuat, kokoh, cabang atau ranting yang tidak mudah patah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2012) kriteria tanaman untuk mengendalikan angin adalah tanaman tinggi dan perdu/semak, bermasa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat (kurang dari 3 meter). Contoh tanaman pengendalian angin adalah kayu manis (cinnamonmum bumanii),cemara (Casuarina aquisetifolia), krey payung (Fillicium decipiens), tanjung (Mimusops elengi), dan glodogan bulat (Polyalthia fragrans),.
Curah hujan wilayah studi menurut perhitungan bulan basah dan bulan kering iklim Schmidth- Frguson (Handoko 1983) termasuk iklim D (sedang), dengan curah hujan rata-rata 147,22 mm/bulan dengan rata-rata jumlah hari hujan 9,75 hari/bulan. Hujan dapat menimbulkan dampak negatif bagi pengguna jalan, seperti kendaraan mudah tergelincir, kecelakaan beruntun, terjadinya genangan air pada badan jalan tol, serta erosi permukaan tanah pada daerah-daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup curam. Selain memberikan dampak negatif, curah hujan juga memberikan dampak positif, yaitu ketersediaan cadangan air tanah terutama pada musim kemarau.
Kelembaban udara rata-rata di wilayah studi 79,16% dengan kisaran 67,2% - 86,6%. Menurut Laurie (1990) kelembaban udara ideal untuk kenyamanan manusia berkisar antara 40% - 75%. Kelembaban yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu kesehatan manusia. Perhitungan kenyamanan dapat diukur dengan menggunakan prinsip Temperature Humadity Index (THI) = 0,8 T + (RH x T/500), dimana T = temperatur udara rata-rata, dan RH = kelembaban nisbah rata-rata. Kondisi kenyamanan yang ideal untuk daerah tropis akan tercapai jika THI <27, THI pada tapak adalah 26,13 yang berarti kondisi kenyamanan yang ideal. Faktor kelembaban udara tidak terlalu berpengaruh langsung terhadap pengguna jalan karena pengguna jalan berada di dalam kendaraan yang sedang melaju dan sebagian besar kendaraan menggunakan AC yang memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengguna jalan. Hal ini perlu dipertahankan dengan penataan tanaman disekitar jalan.
Kecepatan angin pada tapak berada pada kecepatan rata-rata 5,6 – 8,2 km/jam dengan arah menuju timur dan timur laut. Dalam skala Beafort angin tersebut digolongkan pada jenis angin sepoi-sepoi dan angin lemah yaitu pada
28
kecepatan 2-6 km/jam tergolong sepoi-sepoi, dan 7-12 km/jam tergolong angin lemah. Kedua jenis angin tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia dan mampu mendistribusi polutan. Menurut Laurie (1990) udara yang ideal untuk memberikan kenyamanan bagi manusia adalah udara yang bersih dan tidak terperangkap, tidak berupa angin kencang, serta keterlindungan terhadap sinar matahari. Kondisi kelembaban yang cukup dan kecepatan angin yang relatif rendah maka tidak perlu dilakukan upaya untuk menghalangi/ menghalau angin agar dapat mengurangi kelembaban pada tapak. Arah angin menuju timur dan timur laut menyebabkan persebaran debu lebih dominan mengarah ke timur sehingga dibutuhkan tanaman untuk menjerap partikel debu dengan vegetasi yang memiliki permukaan daun yang kasar dan bermasa daun padat.
Penataan tanaman yang berfungsi untuk memberikan naungan dari sinar matahari dan saat terjadi hujan dengan bentuk tajuk bulat, kubah, atau menyebar. Penataan vegetasi dengan memperhatikan jarak tanam untuk memperlancar sirkulasi angin pada tapak untuk mengatasi kelembaban pada tapak. Pemilihan vegetasi yang toleran kekeringan dikarenakan curah hujan yang rendah sehingga kurangnya ketersediaan air. Hal ini dapat diatasi dengan penyiraman manual pada saat musim kemarau.
Tanah dan topografi
Menurut Soepardi (1983) Jenis tanah latosol bersifat granular sehingga merangsang drainase dalam yang baik, kandungan bahan organik rendah, kapasitas tukar kation yang rendah, mudah diolah, kandungan unsur N- total rendah, dan cenderung bersifat masam. Kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan pemupukan yang berimbang antara upuk organik maupun pupuk anorganik juga dengan pengapuran. Pemberian pupuk bertujuan meningkatkan unsur hara dan kandungan N-total pada tanah. Pengapuran bertujuan untuk merangsang struktur