• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi

Letak Geografis Kota Bogor

Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 10643’30” - 10651’00”

BT dan 630’30” - 641’00” LS. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut. Jarak Kota Bogor dari ibu kota sekitar 60 km. Luas wilayah Kota Bogor menurut data Bappeda tahun 2013 sebesar 11850 ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Batas wilayah Kota Bogor sebagai berikut :

Bagian Utara : Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Sukaraja. Bagian Timur : Kecamatan Sukaraja dan Ciawi.

Bagian Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Caringin. Bagian Barat : Kecamatan Dramaga dan Ciomas.

Topografi

Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar 0-2 % (datar) seluas 1763,94 ha, 2-15 % (landai) seluas 8091,27 ha, 15-25 % (agak curam) seluas 1109,89 ha, 25-40 % (curam) seluas 765,21 ha, dan > 40 % (sangat curam) seluas 119,74 ha. Pada Tabel 14 dapat dilihat kemiringan lereng berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Bogor.

Ketinggian Kota Bogor berdasarkan RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 bervariasi antara 100 m sampai 500 m dari permukaan laut. Ke arah selatan ketinggian wilayah kota Bogor semakin mendekati 500 m dari permukaan laut. Pada Tabel 15 dapat dilihat pembagian ketinggian berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Bogor pada tahun 2012.

Tabel 14 Kemiringan Lereng Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota Bogor

Kecamatan

Kemiringan Lereng (ha)

Jumlah (ha) 0-2 % 2-15 % 15-25 % 25-40 % >40%

Datar Landai Agak

Curam Curam Sangat Curam Bogor Utara 137,85 1565,65 - 68,00 0,50 1772,00 Bogor Timur 182,30 722,70 56,03 44,25 9,80 1015,00 Bogor Selatan 169,10 1418,40 1053,89 350,37 89,24 3081,00 Bogor Tengah 125,44 560,47 - 117,54 9,55 813,00 Bogor Barat 618,40 2502,14 - 153,81 10,65 3285,00 Tanah Sareal 503,85 1321,91 - 31,24 - 1884,00 Jumlah (ha) 1763,94 8091,27 1109,92 765,21 119,74 11850,00

20

Tabel 15 Ketinggian Wilayah Kecamatan Kota Bogor dari Permukaan Laut

Kecamatan Ketinggian dari Permukaan Laut (m) Jumlah (ha)

0-200 201-250 251-300 >300 Bogor Utara 869,18 853,68 49,14 0,00 1772,00 Bogor Timur 0,00 46,00 349,00 620,00 1015,00 Bogor Selatan 0,00 25,00 479,00 2577,00 3081,00 Bogor Tengah 0,00 317,33 491,27 4,40 813,00 Bogor Barat 1639,80 1318,96 326,24 0,00 3285,00 Tanah Sareal 1519,13 364,87 0,00 0,00 1884,00 Jumlah (ha) 4028,11 2925,84 1694,65 3201,40 11850,00

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014) Geologi dan Tanah

Kota Bogor memiliki beberapa jenis tanah seperti tanah Alluvial seluas 1157,93 ha, tanah Latosol seluas 8960,27 ha, tanah Podsolik seluas 26,35 ha, tanah Regosol seluas 817,46 ha, dan tanah Andosol seluas 887,99 ha. Sebaran jenis tanah berdasarkan wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel 16. Kota Bogor secara umum ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Salak (berupa alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal) dan Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpbb). Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki jenis Aliran Andesit, Kipas Aluvial, Endapan, Tufa, dan Lanau Breksi Tufan dan Capili. Sebaran jenis geologi berdasarkan wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 16 Jenis Tanah Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota Bogor

Kecamatan Jenis Tanah (ha) Jumlah (ha)

Aluvial Latosol Podsolik Regosol Andosol

Bogor Utara 141,3 1630,7 - - - 1772 Bogor Timur 218,51 796,49 - - - 1015 Bogor Selatan 175,41 2132,55 - 732,19 40,85 3081 Bogor Tengah 162,82 650,18 - - - 813 Bogor Barat 397,63 1928,61 26,35 85,27 847,14 3285 Tanah Sareal 62,26 1821,74 - - - 1884 Jumlah (ha) 1157,93 8960,27 26,35 817,46 887,99 11850

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014)

Tabel 17 Jenis Geologi Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota Bogor

Kecamatan

Jenis Geologi (ha)

Jumlah (ha) Aliran

Andesit

Kipas

Aluvial Endapan Tufa

Lanau Breksi Tufan dan Capili Bogor Utara - 1766,64 - 5,36 - 1772 Bogor Timur - 304,21 - 710,79 - 1015 Bogor Selatan 445,01 - - 1838,81 797,18 3081 Bogor Tengah - 226,98 0,17 582,81 3,04 813 Bogor Barat 1012,45 348,89 1372,51 238,81 312,34 3285 Tanah Sareal 1262,15 603,26 - 18,59 - 1884 Jumlah (ha) 2719,61 3249,98 1372,68 3395,17 1112,56 11850

21

Hidrologi / Badan Air

Wilayah Kota Bogor dilintasi oleh dua sungai utama, yaitu sungai Ciliwung dan sungai Cisadane, ditambah beberapa anak sungai lainnya. Sumber utama Kota Bogor untuk pemenuhan kebutuhan air berasal dari sungai, air tanah, dan mata air. Secara umum sumber utama tersebut digunakan oleh sebagian masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari dan dimanfaatkan oleh PDAM untuk kebutuhan air bersih warga Kota Bogor. Namun perubahan lahan dan laju pembangunan yang merubah profil alami sungai mengakibatkan tingkat infiltrasi air hujan semakin rendah dan kerusakan sungai semakin meningkat.

Dampak dari perubahan lingkungan seperti tumpukan sampah di sepanjang sempadan sungai dan tingginya tingkat run off juga menambah kerusakan badan air seperti sungai. Kondisi sungai di Kota Bogor yang dahulunya memiliki kualitas yang baik semakin lama mengalami penurunan, sehingga dalam RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 daerah sempadan sungai dijadikan kawasan lindung terutama yang mendekati area pemukiman padat penduduk.

Beberapa danau, situ, dan kolam di Kota Bogor ada yang berfungsi untuk irigasi, retensi, dan rekreasi. Situ Gede, Situ Panjang, dan Situ Curug difungsikan sebagai irigasi dan retensi. Danau Bogor Raya, Kolam Retensi Cimanggu dan Kolam Retensi Taman Sari Persada selain difungsikan sebagai retensi juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Danau atau situ terluas di Kota Bogor adalah Situ Panjang seluas 4,5 ha dan Situ Gede seluas 4 ha (Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor Tahun 2012). Nama dan luas Danau/Situ/Embung dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Nama dan Luas Danau/Situ/Embung di Kota Bogor

Nama Danau/Situ/Embung Luas (ha) Luas Tangkapan

Air (ha) Fungsi

Situ Gede 4 1550 Irigasi, Retensi

Situ Panjang 4,5 1600 Irigasi

Situ Letik 1 1450 Kolam

Situ Curug 2 500 Irigasi, Retensi

Situ Angalena 1 1600 Rekreasi, Irigasi

Situ/Danau Bogor Raya 1,04 400 Retensi, Rekreasi

Kolam Retensi Cimanggu 1 400 Retensi, Rekreasi

Kolam Retensi Taman Safari Persada 0,50 0 Retensi, rekreasi

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014) Iklim dan Kenyamanan

Suhu rata-rata wilayah Kota Bogor setiap bulan adalah 32,1°C, suhu tertinggi sekitar 33,7°C, dan suhu terendah 22,4°C. Kelembaban udara rata-rata kurang lebih 92%. Kecepatan angin rata-rata per tahun adalah 2 km/jam ke arah Timur Laut. Curah hujan rata-rata setiap bulan sekitar 304 mm sampai 535,3 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan November dan Februari. Iklim Kota Bogor secara umum beriklim sejuk dengan kondisi mikroklimat yang masih baik, terutama daerah di sekitar Kebun Raya Bogor, di bawah kaki Gunung Salak dan Gunung Pangrango.

Perbandingan jumlah curah hujan Kota Bogor tahun 2010 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 19, sedangkan jumlah hari hujan Kota Bogor dapat dilihat

22

pada Tabel 20. Perbandingan temperatur, kelembaban relatif, dan tekanan udara Kota Bogor tahun 2011-2012 dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 19 Jumlah Curah Hujan di Kota Bogor Tahun 2010-2012

Rata-rata Tahun Pos hujan Empang Stasiun

Klimatologi

Empang Katulampa Atang Sanjaya

2012 329,3 305,7 535,3 304,5

2011 236,3 245,6 387,7 237,6

2010 437,8 427,0 437,9 337,6

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014)

Tabel 20 Jumlah Hari Hujan di Kota Bogor 2010-2012

Rata-rata Tahun Pos hujan Empang Stasiun

Klimatologi

Empang Katulampa Atang Sanjaya

2012 14,8 13,9 17,6 20,1

2011 11,3 13,6 15,4 19,3

2010 18 17,9 21,8 25,5

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014)

Tabel 21 Temperatur, Kelembaban Relatif, dan Tekanan Udara Kota Bogor Tahun 2011-2012

Rata-rata Tahun

Temperatur (°C) Kelembaban Relatif (%) Tekanan Udara (NBS)

Mak Min Max Min Max Min

2012 32,1 22,4 92,0 68,7 991,8 987,5

2011 30,9 22,9 91,6 78,3 991,1 987,1

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014) Sebaran Struktur Pemicu Petir

Berdasarkan data Kominfo Kota Bogor tahun 2014 jumlah menara BTS (Base Tranceiver Station) yang tersebar di Kota Bogor sebanyak 244 menara. Terdapat dua jenis menara BTS di Kota Bogor yaitu tipe green field dan roof top. Tipe green field merupakan jenis menara BTS yang dibangun langsung di atas permukaan tanah. Total menara tipe green field sebanyak 165 unit. Sedangkan tipe roof top merupakan jenis menara BTS yang dibangun di atas atap bangunan seperti atap hotel, gedung perkantoran, mall, dan lainnya. Total menara BTS tipe roof top sebanyak 79 unit. Ketinggian menara BTS di Kota Bogor bervariasi mulai dari ketinggian minimal 3 meter dan maksimal 30 meter untuk tipe roof top.

Sedangkan tipe green field memiliki variasi dari ketinggian minimal 6 meter dan ketinggian maksimal 72 meter. Jumlah operator yang menggunakan menara BTS sebanyak 16 operator seperti Telkomsel, Indosat, Smartfren, Protelindo, Pt. Neogen, Xl Axiata, Axis dan lainnya. Penyebaran operator tersebut berpusat di wilayah tengah perkotaan Kota Bogor, semakin ke arah perbatasan dengan Kabupaten Bogor jumlah menara BTS semakin menurun. Pada Tabel 22 dapat dilihat jumlah operator menara BTS dan tipe menara yang digunakan. Data diperoleh dari Kominfo Kota Bogor tahun 2014 dan survei langsung ke lapangan.

23 Tabel 22 Nama Operator dan Tipe Menara BTS di Kota Bogor

Nama Operator Tipe Menara Jumlah (unit)

Green Field Roof Top

Smartfren - 15 15 Telkomsel 31 10 41 Indosat 31 2 33 Protelindo 24 5 29 LSP 1 16 17 TBS - 1 1 TBG 17 3 20 STP 9 9 18 Pt Neogen 9 2 11 XL Axiata 36 6 42 Komet 1 1 2 Naragita - 1 1 R Kancah Irama SI 1 - 1 Pt Karya NiagaUtama 1 2 3 HCPT 1 4 5 Axis 3 2 5

Jumlah (unit) 165 unit 79 unit 244 unit

Sumber : Pengolahan Data Kominfo Kota Bogor (2014) Petir CG dan Curah Hujan

Data petir CG dan curah hujan dalam penelitian ini didapatkan berdasarkan data sekunder. Hasil pengolahan berdasarkan data BMKG Kelas I Darmaga terkait curah hujan pada tahun 2011-2013 dapat dilihat pada Lampiran 1. Lokasi yang dipakai untuk pengamatan curah hujan terbagi menjadi empat titik elevasi yaitu (1) stasiun Klimatologi Darmaga ; (2) Empang ; (3) Katulampa ; dan (4) Lanud Atang Sanjaya. Data curah hujan pada Lampiran 1 merupakan data curah hujan bulanan dalam milimeter (mm). Curah hujan bulanan diperlukan untuk melihat hubungan antara intensitas petir dengan curah hujan setiap bulannya. Data dari empat stasiun akan dipadukan untuk mendapatkan data curah hujan setiap bulannya.

Data petir CG belum dapat diidentifikasi dengan baik. Data petir yang dihasilkan Lightning Detector Stasiun Klimatologi Darmaga berupa total sambaran petir setiap bulannya dan hari terjadinya petir. Untuk jenis petirnya tidak dapat dibedakan secara spesifik antara petir CG, petir CC, petir IC ataupun jenis petir lainnya. Data yang tersedia hanya kejadian terjadinya sambaran petir yang berhasil direkam Lightning Detector. Berdasarkan data yang tersedia di BMKG Darmaga tahun 2011-2013, alat Lightning Detector sering mengalami kerusakan setiap tahunnya pada bulan Maret. Untuk data petir tahun 2012 alat tidak dapat berfungsi, sehingga data petir tidak dapat teridentifikasi. Pada Lampiran 2 dapat dilihat frekuensi terjadinya petir selama satu tahun dan jumlah hari petir setiap bulannya.

Arah Angin /Wind rose

Data arah angin bersumber dari pengolahan data windrose BMKG Darmaga. Data dasar untuk menyusun windrose berupa data wind direction, wind speed, dan hourly precipitation. Hasil dari software WRPLOT berupa data angin rata-rata dan angin terbesar setiap bulannya pada tahun 2013. Pada Gambar 4

24

dapat dilihat contoh hasil WRPLOT berupa windrose di bulan Desember 2013. Terdapat 12 bentuk data windrose seperti Gambar 4 mulai dari bulan Januari 2013 sampai Desember 2013. Pada Lampiran 3 dapat dilihat frekuensi angin pada tahun 2013 berdasarkan windrose dari BMKG Darmaga.

Gambar 4 Wind rose Angin Rata-rata dan Angin Terbesar Bulan Desember 2013 (Sumber : BMKG Darmaga 2014)

Tipe Awan

Data tipe awan yang diperlukan dalam penelitian ini belum dapat diolah secara spasial. Hal ini dikarenakan data terbentuknya berbagai jenis awan hampir terjadi setiap jam dengan karakter dan tipe awan tertentu. Sehingga radar pendeteksi memiliki jumlah informasi yang beragam dan belum diolah oleh BMKG untuk tujuan penelitian tertentu. Berdasarkan teori, awan Cb memiliki

25 karakteristik umum yaitu jenis awan konvektif yang mengandung muatan listrik dan menjadi sumber pelepasan berbagai jenis petir. Oleh karena itu dapat dianalogikan bahwa jumlah kejadian petir yang terdeteksi (Lampiran 2) mengindikasikan jumlah kehadiran dan terbentuknya awan Cb (Cumulonimbus).

Penggunaan Lahan

Berdasarkan data Bappeda tahun 2010 penggunaan lahan Kota Bogor didominasi oleh fasilitas permukiman seluas 3135,79 ha dan perumahan seluas 1020,08 ha. Penggunaan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau seluas 6088,58 ha dengan beberapa bentuk fungsi ruang seperti kawasan hijau, sempadan sungai, jalur hijau jalan, jalur hijau sutet, kebun raya, taman kota, TPU, taman lingkungan, lahan pertanian kota, hutan kota, taman perkotaan, taman rekreasi, dan lapangan olahraga. Luas penggunaan lahan untuk Ruang Terbuka Biru seperti sungai seluas 124,59 ha, situ seluas 14,4 ha, dan kolam seluas 18,84 ha.

Penggunaan lahan untuk komplek militer seluas 73,96 ha sedangkan untuk gardu seluas 1,84 ha. Di sektor perdagangan total penggunaan lahan seluas 81,02 ha ditambah lahan untuk industri seluas 92,59 ha dan lahan untuk terminal seluas 5,41 ha. Penggunaan lahan untuk istana seluas 1,17 ha dan sisanya untuk lahan yang tidak teridentifikasi seluas 144,35 ha. Jenis penggunaan lahan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Jenis Penggunaan Lahan di Kota Bogor tahun 2010

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha)

Fasilitas Permukiman (Kesehatan, perkantoran, pendidikan, dan ibadah) 3135,79

Perumahan 1020,08

Ruang Terbuka Hijau 6088,58

Sungai 124,59 Situ 14,4 Kolam 18,84 Komplek Militer 73,96 Gardu 1,84 Perdagangan 81,02 Industri 92,59 Terminal 5,41 Istana 1,17

Lahan tidak teridentifikasi 144,35

Jumlah 11850

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014) Kependudukan Kota Bogor

Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 terdapat sebanyak 1004831 orang yang terdiri atas 510884 orang laki-laki dan sebanyak 493947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 bertambah sebanyak 37433 orang atau meningkat sebanyak 3,87%. Dengan luas mencapai 8480 orang per km2. Pada Tabel 24 dapat dilihat perbandingan jumlah penduduk, luas wilayah, dan tingkat kepadatan penduduk Kota Bogor pada tahun 2012.

Berdasarkan data BPS Kota Bogor, Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 223168 jiwa. Sedangkan

26

jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur sejumlah 99983 jiwa. Untuk tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Bogor Tengah merupakan yang terpadat yaitu 12825/km2. Hal ini dikarenakan pusat pemerintahan dan mayoritas kegiatan perekonomian berada di kecamatan ini, sehingga kepadatan penduduknya paling tinggi dibanding kecamatan yang lainnya.

Tabel 24 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Kota Bogor Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk/ km2 Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan Bogor Utara 91874 88973 180847 17,72 10206 Bogor Timur 50553 49430 99983 10,15 9851 Bogor Selatan 97698 92837 190535 30,81 6184 Bogor Tengah 52720 51550 104270 8,13 12825 Bogor Barat 113373 109795 223168 32,85 6794 Tanah Sareal 104666 101362 206028 18,84 10936 Jumlah 510884 493947 1004831 118,50 8480

Sumber : Bappeda Kota Bogor (2014)

Penyusunan Peta Tematik

Peta Dasar

Penyusunan peta dasar mengacu pada data infrastruktur jalan Kota Bogor. Data infrastruktur jalan yang didapatkan dari Bappeda Kota Bogor menyebutkan terdapat beberapa fungsi jalan di Kota Bogor. Fungsi jalan di Kota Bogor terbagi menjadi jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Jalan arteri terbagi menjadi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan arteri primer seperti jalan Tol Jagorawi yang melintasi Kota Bogor. Jalan arteri sekunder seperti Jalan Pajajaran, Jalan Raya Bogor-Jakarta, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Surya Kencana, dan sejenisnya.

Jalan kolektor terbagi menjadi jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder 1, jalan kolektor sekunder 2, dan jalan kolektor sekunder 3. Jalan kolektor primer seperti Jalan Raya Dramaga, Jalan Kapten Muslihat, Jalan Gunung Batu, Jalan Raya Ciawi-Sukabumi, dan sejenisnya. Jalan kolektor sekunder 1 seperti Jalan Empang, Jalan Dewi Sartika, Jalan Mayor Oking, dan sejenisnya.

Jalan kolektor sekunder 2 seperti Jalan Salak, Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Katulampa, Jalan Sukasari, Jalan Tentara Pelajar, dan sejenisnya. Jalan kolektor sekunder 3 seperti Jalan Malabar, Jalan Lawang Saketeng, Jalan Kantor Batu, Jalan Bangka, dan sejenisnya. Peta dasar yang telah diolah dapat dilihat pada Gambar 5. Peta tersebut menjadi acuan dalam penyusunan peta tematik yang lainnya. Peta dasar ini disusun berdasarkan sumber peta dari Bappeda Kota Bogor.

Peta Elevasi

Data dari peta elevasi yang dipakai adalah titik elevasi yang terdapat di Kota Bogor. Variasi ketinggian Kota Bogor meningkat dari arah utara menuju arah selatan. Titik elevasi ini menunjukkan ketinggian Kota Bogor semakin tinggi ke arah Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango. Berdasarkan data dari

27

28

Bappeda (Tabel 15) variasi ketinggian ini mulai dari 0-200 mdpl tersebar dibagian Kecamatan Bogor Utara, Bogor Barat, dan Tanah Sareal. Ketinggian 201-250 mdpl tersebar di Kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Tengah, Bogor Selatan, Bogor Barat, dan Tanah Sareal.

Ketinggian 251-300 mdpl tersebar di Kecamatan Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor tengah, Bogor Selatan, dan Bogor Barat. Untuk ketinggian diatas 300 mdpl tersebar di Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Bogor Selatan. Hasil klasifikasi tersebut dapat dilihat secara spasial pada Gambar 6.

Peta Geologi

Kota Bogor memiliki beberapa jenis formasi batuan seperti batuan gunung api Salak, batuan gunung api Pangrango, breksi dan lava gunung Kencana dan Limo, formasi Bojongmanik, formasi Jatiluhur, dan kipas aluvium. Formasi ini terbagi ke beberapa bagian wilayah di Kota Bogor. Formasi batuan gunung api Salak tersebar ke sebagian wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Tengah, dan Bogor Barat. Formasi batuan gunung api Pangrango tersebar di Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Tengah, dan Bogor Timur.

Formasi batuan breksi dan lava gunung Kencana dan Limo hanya tersebar di Kecamatan Bogor Timur. Formasi Bojongmanik teridentifikasi di Kecamatan Bogor Barat. Untuk formasi Jatiluhur hanya tersebar di Kecamatan Bogor Utara. Ketiga formasi ini terlihat minoritas dikarenakan perpotongan batas administrasi Kota Bogor dengan formasi geologi regional. Sedangkan formasi kipas aluvium tersebar luas di Kecamatan Bogor Barat, Bogor Utara, dan Tanah Sareal. Pada Gambar 7 dapat dilihat persebaran geologi secara spasial di Kota Bogor.

Peta Badan Air

Kota Bogor dilalui dua sungai utama yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Anak sungai dari dua sungai utama ini membentuk pola aliran paralel-sub paralel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak). Selain dua sungai utama tersebut Kota Bogor juga dilalui sungai lainnya seperti Sungai Cipakancilan, Sungai Cidepit, Sungai Ciparigi, dan Sungai Cibalok. Permukaan air sungai tersebut umumnya berada di bawah permukaan, sehingga relatif aman dari bahaya banjir. Kondisi rawan banjir dapat ditemui di beberapa lokasi di Kota Bogor. Hal ini terpicu kondisi drainase yang semakin memburuk dan laju run off. Selain sungai, bentuk badan air yang terdapat di Kota Bogor adalah danau, situ, dan kolam. Bentuk badan air ini akan diidentifikasi dengan kriteria dan karakter yang dapat memicu terjadinya sambaran petir. Hal ini berkaitan dengan pola aktifitas manusia dan sifat kelistrikan badan air tersebut. Peta spasial persebaran sungai, danau, kolam, dan bentuk badan air lainnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Peta Sebaran Struktur Pemicu Petir

Penyusunan peta sebaran struktur pemicu petir berdasarkan pada data menara BTS (Base Tranceiver Station) yang tersebar di Kota Bogor. Menara BTS dijadikan sebagai acuan struktur pemicu petir dikarenakan terdapat teori perhitungan radius sambaran petir dengan medium menara BTS. Jenis pemicu lainnya seperti pohon, menara SUTT, dan lainnya belum dimasukkan sebagai faktor struktur pemicu petir dalam studi ini.

29

30

31

32

Sehingga peta sebaran struktur pemicu petir yang diolah hanya berisi sebaran spasial menara BTS. Total 244 menara BTS dispasialkan ke dalam peta dasar untuk mendapatkan peta sebaran struktur pemicu petir. Peta sebaran struktur pemicu petir dapat dilihat pada Gambar 9.

Terdapat dua titik lokasi menara BTS yang tidak sesuai dengan deskripsi lokasinya ketika dispasialkan. Menara BTS yang pertama adalah menara milik TBG 3G Ciluar Bogor yang berlokasi di Jalan Raya Bogor No. 24 tipe green field dengan tinggi 32 meter. Menara BTS yang kedua adalah milik Indosat yang

berlokasi di Jalan Darul Qur’an Kampung Loji Rt 03/02 tipe green field dengan tinggi 42 meter. Hasil spasial meleset di luar batas administrasi Kota Bogor. Lokasi menara BTS ini seharusnya berada di daerah Sindang Barang Loji dan titik lainnya di Jalan Raya Bogor. Hal ini mungkin terjadi saat memasukan titik koordinat atau pada saat pelabelan tidak dicek ulang hasilnya di map engine.

Peta Landuse dan Landcover

Penggunaan lahan Kota Bogor sangat beragam dengan luas area yang terbagi menjadi beberapa jenis penggunaan. Luas permukiman dan perumahan merupakan salah satu yang mendominasi penggunaan lahan di Kota Bogor. Total penggunaan lahan untuk permukiman dan perumahan mencapai 4155,87 ha. Hal ini menjadikan kepadatan penduduk Kota Bogor sangat bervariasi tergantung dari pola persebaran perumahan dan permukimannya. Hal tersebut akan dianalisis kedepannya untuk menentukan sebaran spasial area terbangun.

Penggunaan lahan untuk ruang terbuka hijau mencapai total 6088,58 ha. Total ruang terbuka hijau yang sangat tinggi menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu kota dengan fungsi RTH yang baik. Ruang terbuka hijau ini tidak tersebar di satu titik melainkan tersebar secara acak di beberapa fungsi ruang seperti taman kota, kebun raya, sempadan sungai, TPU, jalur hijau jalan, dan fungsi lainnya. Untuk ruang terbuka biru penggunaan lahannya lebih didefiniskan ke jenis badan air seperti sungai, situ, dan kolam. Sumber data landuse dan landcover berasal dari data Bappeda tahun 2008. Keseluruhan penggunan ruang tersebut dispasialkan ke dalam peta landuse dan landcover (Gambar 10).

Analisis

Studi ini memakai tiga kriteria bahaya dalam tahap analisisnya yaitu tingkat bahaya rendah dengan skor 1, tingkat bahaya sedang dengan skor 2, dan tingkat bahaya tinggi dengan skor 3. Setiap aspek yang dianalisis memiliki kriteria tertentu untuk menentukan tingkat bahaya terhadap gangguan bahaya petir. Untuk analisis secara spasial digunakan peta tematik dengan pembagian kriteria bahaya melalui tiga jenis warna dasar yaitu kriteria bahaya rendah dengan warna hijau, sedang dengan warna biru, dan tinggi dengan warna merah.

Analisis Landuse dan Landcover

Penggunaan lahan di Kota Bogor terbagi dalam beberapa jenis. Untuk keperluan analisis penggunaan lahan tersebut dibagi menjadi tiga karakter pembagian ruang yaitu ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan ruang terbuka biru. Total luas ruang terbangun di Kota Bogor yang berhasil direklasifikasi

33

34

35 berdasarkan data Bappeda seluas 4411,86 ha. Ruang terbangun di Kota Bogor masuk ke dalam kriteria bahaya tinggi dengan skor 3.Hal ini dikarenakan di dalam ruang terbangun tingkat aktifitas kegiatan manusia tergolong tinggi. Tingkat aktifitas manusia yang tinggi terkait dengan kepadatan penduduk yang tinggi di

Dokumen terkait