• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Penelitian

Curah hujan rata-rata selama penelitian dari bulan April hingga Juli 2016 adalah 558,2 mm; 329,7 mm; 373,0 mm; dan 292,5 mm (BMKG, 2016) (Lampiran 2). Curah hujan yang optimum untuk tanaman kedelai berkisar 200 mm per bulan (Sumarno dan Manshuri, 2007). Menurut data BMKG (2016), suhu rata-rata lingkungan selama pertanaman adalah 26,35°C. Menurut Adie dan Krisnawati (2007) suhu yang baik untuk pertanaman kedelai adalah 25-27°C

Hasil analisis tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa lahan penelitian memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan komposisi 14,85% pasir; 47,93% debu dan 37,22% liat. Kandungan C-organik dan N-total berturut turut adalah 2,93% dan 0,16% (Lampiran 4) sehingga C/N rasio adalah 18,31 yang menurut Lembaga Penelitian Tanah (1983) termasuk dalam kategori tinggi. Lahan penelitian yang digunakan memiliki pH masam yakni 5,42 sedangkan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai 5,8-7 (BKPP, 2009).

Hama yang menyerang tanaman kedelai selama penelitian adalah lalat buah (Ophiomya phaseoli), kepik hijau (Nezara viridula), kepik penghisap polong kedelai (Riptortus linearis) dan kutu daun (Aphis glycine). Penyakit yang menyerang tanaman kedelai adalah bercak daun, virus mozaik kedelai (Soybean

mosaic virus) dan busuk daun yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii.

Pengendalian hama yang menyerang tanaman kedelai dengan menggunakan insektisida berbahan aktif sipemetrin 50 g L-1 untuk mengendalikan kepik hijau (Nezara viridula), kepik penghisap polong kedelai (Riptortus

linearis), insektisida berbahan aktif profenor 500 g L-1 untuk mengendalikan kutu

daun (Aphis glycine), dan insektisida berbahan aktif klorpinfos 530 g L-1 dan sipemetrin 55 g L-1 untuk mengendalikan lalat buah (Ophiomya phaseoli). Pengendalian penyakit yang terdapat pada pertanaman kedelai dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah terinfeksi dengan intensitas serangan yang tinggi seperti pada penyakit virus mozaik kedelai.

13 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) a. Hama kutu daun (Aphis glycine)

b. Hama lalat buah (Ophiomya phaseoli) c. Hama kepik hijau (Nezara viridula)

d. Hama kepik penghisap polong kedelai (Riptortus linearis) e. Penyakit virus mozaik virus (Soybean mosaic virus)

f. Penyakit busuk daun yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii g. Penyakit bercak daun

Gambar 1. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai hitam Mallika

Keragaan Karakter Agronomi

Pengamatan yang dilakukan terhadap karakter agronomi kedelai hitam yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bintil akar, indeks luas daun, waktu berbunga, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot 100 butir, bobot biji kering, dan hasil panen kedelai hitam dengan luasan 1,5 m2

Hasil sidik ragam menunjukkan periode penyiangan gulma memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun 5-7 MST, jumlah cabang 5-7 MST, bobot kering akar kedelai 8 MST, jumlah polong isi, bobot biji kering dan hasil panen 1,5 m2. Hasil sidik ragam menunjukkan periode penyiangan gulma berpengaruh nyata terhadap waktu berbunga, bobot kering tajuk 12 MST dan bobot kering akar 12 MST. Periode penyiangan gulma juga menunjukkan perngaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah daun 2-4 MST, jumlah cabang 4 MST, jumlah bintil akar, indeks luas daun (ILD), bobot kering tajuk 4 MST, bobot kering akar 4 MST, jumlah polong hampa dan bobot 100 butir (Tabel 1).

Karakter-karakter yang menunjukkan perbedaan nyata dan sangat nyata kemudian diuji lanjut dengan T-dunnett pada taraf 5%. Uji lanjut dilakukan dengan menjadikan periode bersih gulma 0-panen sebagai kontrol. Uji lanjut

T-dunnett berfungsi untuk membandingkan nilai tengah 11 taraf perlakuan

14

mendapatkan waktu periode penyiangan gulma yang tepat dilakukan agar tidak kehilangan hasil.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam periode kritis petumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Variabel MST KT F value KK (%) Tinggi Tanaman 2 0,54 0,87tn 9,50 3 3,30 2,91tn 8,40 4 4,19 1,44tn 8,48 5 8,01 1,10tn 8,17 6 15,85 1,69tn 7,32 7 88,98 2,09tn 10,48 Jumlah daun 2 0,03 0,61tn 18,29 3 0,08 0,45tn 10,73 4 1,36 1,48tn 10,73 5 36,21 4,46** 23,49 6 86,95 9,11** 20,01 7 300,55 11,25** 18,99 Jumlah cabang 4 0,23 1,86tn 10,26 5 4,71 6,42** 5,70 6 9,01 16,67** 18,56 7 9,57 23,85** 13,60 Jumlah bintil akar 4 10,11 0,84tn 7,08 Indeks luas daun 7 109.012,03 1,36tn 6,65 Waktu berbunga 4-5 8,97 6,27** 2,86 Bobot kering tajuk kedelai 4 1,16 0,71tn 9,38 8 24,87 1,18tn 5,70 12 180,68 2,37* 8,72 Bobot kering akar kedelai 4 0,03 0,82tn 10,30 8 0,76 2,38* 5,87 12 0,70 2,47* 6,90 Jumlah polong isi 12-14 121.548,06 3,89** 13,31 Jumlah polong hampa 12-14 7.103,36 0,81tn 8,76 Bobot 100 butir 14 0,87 0,97tn 10,10 Bobot kering biji 14 2.939,28 16,58** 21,52 Hasil kedelai 1,5 m2 14 10.368,01 9,90** 27,39 Keterangan : **=berpengaruh sangat nyata pada taraf =5%, *=berpengaruh nyata

pada taraf =5% MST=minggu setelah tanam, tn=tidak nyata, KT=kuadrat tengah, KK=koefisien keragaman.

Tinggi Tanaman

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada tinggi tanaman kedelai hitam Mallika saat 2-7 MST (Tabel 2).

15 Tabel 2. Tinggi tanaman kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan

kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) saat 2-7 MST Bersih Gulma 0-2 MST 7,83-60,44 Bersih Gulma 0-4 MST 7,89-55,03 Bersih Gulma 0-6 MST 7,61-63,61 Bersih Gulma 0-8 MST 8,08-58,56 Bersih Gulma 0-10 MST 8,33-57,61 Bergulma 0-2 MST 8,17-59,39 Bergulma 0-4 MST 8,44-59,92 Bergulma 0-6 MST 8,06-63,72 Bergulma 0-8 MST 9,28-73,00 Bergulma 0-10 MST 8,47-61,42 Bergulma 0-panen 8,25-72,25 Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 8,42-60,86 Keterangan : MST = minggu setelah tanam.

Tidak adanya perbedaan tinggi pada tanaman kedelai hitam diakibatkan karena persaingan antara tanaman kedelai dan gulma belum terjadi. Menurut Sembodo (2010) persaingan antara gulma dan tanaman terjadi dalam perebutan faktor tumbuh seperti ruang tumbuh, cahaya, air, nutrisi, CO2 dan bahan lainnya. Persaingan dapat terjadi bila faktor yang dibutuhkan berada dibawah keadaan terbatas dan persaingan tidak akan terjadi apabila semua faktor tumbuh tersebut berada dalam keadaan yang cukup. Ukuran tinggi tanaman pada kedelai pada 2-7 MST berkisar antara 7,61-73,00 cm. Menurut Permentan (2007), kedelai hitam Mallika memiliki tinggi sebesar 60-80 cm.

Jumlah Daun

Perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) saat kedelai berumur 6-7 MST memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada jumlah daun kedelai hitam Mallika. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keadaan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan keadaan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-panen) kehadiran gulma pada 2-5 MST tidak memberikan pengaruh pertumbuhan jumlah daun kedelai karena pertumbuhan gulma berada pada fase pertumbuhan lambat. Namun pada keadaan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST) dan keadaan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST) pada tanaman kedelai 6-7 MST daun sudah bertambah banyak dan daun dari masing-masing tanaman sudah saling menutupi satu dengan yang lainnya sehingga pertumbuhan gulma terhambat dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun dengan perlakuan bersih gulma 0-panen (kontrol).

Kehadiran gulma pada perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) pada kedelai 6-7 MST menghambat pertumbuhan daun kedelai karena semakin lama gulma berada dalam area pertanaman kedelai hitam

16

mengakibatkan jumlah daun kedelai semakin berkurang. Persaingan antara gulma dan kedelai hitam semakin meningkat dalam mendapatkan faktor tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan daun tersebut.

Tabel 3. Jumlah daun kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 6 MST Jumlah daun (helai) 7 MST Bersih Gulma 0-2 MST 18,06 a 28,50 a Bersih Gulma 0-4 MST 19,55 a 34,89 a Bersih Gulma 0-6 MST 20,55 a 33,72 a Bersih Gulma 0-8 MST 20,67 a 42,78 a Bersih Gulma 0-10 MST 21,22 a 26,78 a Bergulma 0-2 MST 17,83 a 33,89 a Bergulma 0-4 MST 14,89 a 30,44 a Bergulma 0-6 MST 8,00 b 14,33 b Bergulma 0-8 MST 8,61 b 14,52 b Bergulma 0-10 MST 10,05 b 16,33 b Bergulma 0-panen 7,50 b 14,06 b Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 18,28 a 36,33 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Cabang

Perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada saat tanaman kedelai mulai berumur 5 MST. Tabel 4 menunjukkan bahwa cabang kedelai mulai terbentuk pada minggu ke-5 sehingga gulma tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST dan 0-4 MST) terhadap periode bersih gulma 0-panen (kontrol). Pertumbuhan gulma pada 0-4 MST masih lambat dan tajuk antar tanaman mulai saling menutupi areal pertanaman sehingga kompetisi dalam penggunaan faktor sarana tumbuh belum tinggi. Gulma yang semakin lama berada dalam areal pertanaman kedelai maka akan mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah cabang yang terbentuk. Terhambatnya pembentukan cabang kedelai ini disebabkan karena kebutuhan faktor sarana tumbuh yang semakin terbatas sehingga terjadi kompetisi antara gulma dan kedelai.

17 Tabel 4. Jumlah cabang kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan

kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 5 MST Jumlah cabang (buah) 6 MST 7 MST Bersih Gulma 0-2 MST 3,06 a 4,72 a 6,06 a Bersih Gulma 0-4 MST 3,61 a 5,22 a 6,05 a Bersih Gulma 0-6 MST 3,72 a 5,17 a 5,94 a Bersih Gulma 0-8 MST 3,89 a 5,84 a 6,17 a Bersih Gulma 0-10 MST 4,00 a 5,45 a 5,61 a Bergulma 0-2 MST 3,33 a 4,89 a 5,50 a Bergulma 0-4 MST 2,22 a 4,78 a 5,61 a Bergulma 0-6 MST 1,03 b 1,44 b 2,22 b Bergulma 0-8 MST 0,94 b 1,78 b 2,44 b Bergulma 0-10 MST 1,39 b 2,11 b 2,55 b Bergulma 0-panen 1,06 b 1,33 b 1,83 b Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 3,83 a 4,83 a 5,89 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Bintil Akar

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada jumlah bintil akar aktif kedelai hitam. Jumlah bintil akar aktif yang dihasilkan pada periode bersih gulma dan periode bergulma berkisar antara 3,67 hingga 34,67 buah.

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-0-10 MST) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol jumlah pada bintil akar total kedelai hitam, namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan bergulma 0-panen. Perlakuan bergulma 0-panen tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata karena jumlah bintil akar yang tidak aktif yang lebih banyak. Bintil akar total yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 4,67 hingga 36,33 buah bintil akar.

Kehadiran gulma Cyperus rotundus mampu menekan jumlah bintil akar kedelai karena bakteri yang terdapat pada bintil akar memerlukan unsur P yang cukup tinggi untuk membentuk bintil akar. Cyperus rotundus merupakan golongan teki yang pada umumnya lebih kuat dalam menyerap unsur P dibandingkan dengan gulma golongan lainnya. Unsur P dibutuhkan tanaman dalam proses pembungaan, pembuahan, pengisian polong dan perkembangan akar. Penekanan terhadap jumlah bintil akar oleh gulma disebabkan akibat terjadi ketidakseimbangan dalam penyerapan unsur hara dimana pada saat pembentukan bintil akar, tanaman kedelai juga membutuhkan unsur P dalam fase generatifnya (Inawati, 2000).

18

Tabel 5. Jumlah bintil akar aktif dan total kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Jumlah bintil akar aktif (buah) Jumlah bintil akar total (buah) Bersih Gulma 0-2 MST 9,33 b 11,00 b Bersih Gulma 0-4 MST 10,33 b 14,00 b Bersih Gulma 0-6 MST 19,67 b 15,67 b Bersih Gulma 0-8 MST 10,00 b 14,67 b Bersih Gulma 0-10 MST 10,00 b 13,00 b Bergulma 0-2 MST 3,67 b 4,67 b Bergulma 0-4 MST 6,67 b 9,00 b Bergulma 0-6 MST 7,00 b 8,67 b Bergulma 0-8 MST 11,67 b 12,00 b Bergulma 0-10 MST 6,33 b 8,67 b Bergulma 0-panen 13,33 b 18,33 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 34,67 a 36,33 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Bintil akar pada tanaman kedelai juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen di dalam tanah, kelembaban, pH, dan adanya bakteri rhizobium (Kumalasari et al., 2013).

(a) (b)

a. Bintil akar kedelai hitam Mallika b. Bintil akar aktif kedelai hitam

Mallika

Gambar 2. Bintil akar kedelai hitam Mallika

Umur Berbunga

Umur berbunga ditentukan saat 75% dari populasi sudah berbunga. Perlakuan perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, dan 0-6 MST) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada umur berbunga kedelai hitam namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan bergulma (0-8 MST, 0-10 MST dan 0-panen). Umur berbunga kedelai hitam Mallika (Tabel 6) berkisar antara 40,00-45,60 HST. Kedelai hitam Mallika memiliki umur berbunga mulai 36 HST (Permentan, 2007).

19 Tabel 6. Umur berbunga kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan

kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Waktu berbunga (hari) Bersih Gulma 0-2 MST 40,33 a Bersih Gulma 0-4 MST 41,67 a Bersih Gulma 0-6 MST 41,00 a Bersih Gulma 0-8 MST 40,00 a Bersih Gulma 0-10 MST 40,00 a Bergulma 0-2 MST 41,67 a Bergulma 0-4 MST 41,00 a Bergulma 0-6 MST 42,67 a Bergulma 0-8 MST 43,33 b Bergulma 0-10 MST 45,60 b Bergulma 0-panen 44,33 b Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 40,00 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Menurut Irwan (2006) tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari sekitar 12 jam dan suhu yang tinggi (>30°C) sebagian besar mulai berbunga pada umur 5-7 MST dengan bunga berwarna ungu dan putih. Kedelai hitam Mallika memiliki bunga berwarna ungu. Menurut Nasution (2009) umur berbunga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air, dan cahaya matahari yang diperoleh oleh tanaman kedelai.

Indeks Luas Daun (ILD)

Indeks luas daun digunakan sebagai karakteristik untuk mengukur berapa besar source yang diterima oleh daun tanaman kedelai. ILD yang rendah dapat menghasilkan bobot biji yang rendah karena menghasilkan fotosintesis yang rendah namun ILD yang relatif tinggi juga cenderung menghasilkan bobot biji yang rendah karena banyak daun yang tidak efektif dalam menghasilkan fotosintat akibat daun yang ternaungi oleh daun yang lain. ILD optimum yang dapat menghasilkan bobot biji yang tinggi berkisar antara 4-5 (Sutoro et al., 2008)

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada indeks luas daun. Indeks luas daun (ILD) berkisar antara 0,78-1,97 (Tabel 5). Menurut Eprim (2006) tanaman yang masih mampu untuk memanfaatkan faktor sarana tumbuh secara optimal maka pertambahan luas daun kedelai tidak terhambat.

20

Tabel 7. Indeks luas daun kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Indeks luas daun Bersih Gulma 0-2 MST 1,97 a Bersih Gulma 0-4 MST 1,30 a Bersih Gulma 0-6 MST 1,67 a Bersih Gulma 0-8 MST 1,15 a Bersih Gulma 0-10 MST 1,30 a Bergulma 0-2 MST 0,78 a Bergulma 0-4 MST 1,07 a Bergulma 0-6 MST 1,04 a Bergulma 0-8 MST 0,93 a Bergulma 0-10 MST 0,90 a Bergulma 0-panen 1,71 a

Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 1,66 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Gulma yang semakin lama berada pada areal pertanaman kedelai dapat mengakibatkan indeks luas daun kedelai akan semakin menurun karena kehadiran gulma menyebabkan kedelai tidak mampu bersaing dengan gulma dalam memanfaatkan faktor sarana tumbuh yang berada disekitarnya secara maksimal sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan pada daun trifoliet kedelai menjadi terhambat. Namun pertumbuhan daun kedelai hitam tidak terhambat karena keadaan lingkungan tempat tumbuh dan faktor sarana tumbuh seperti unsur hara, air, cahaya serta ruang tumbuh masih terpenuhi dalam jumlah yang cukup.

Bobot Kering Tajuk Kedelai

Bobot kering tanaman merupakan kemampuan tanaman menyerap cahaya dan memiliki korelasi yang positif dengan laju fotosintesis, yang dipengaruhi oleh oleh kondisi lingkungan (hara, air, iklim dan cahaya). Tanaman akan memberikan hasil yang optimal apabila kondisi lingkungan di sekitar tanaman cukup akan hara, air, dan terhindar dari hama dan penyakit (Manshuri, 2011). Bobot kering tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun yang mengalami fotosintesis (Hardiman, 2014).

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada bobot kering tajuk tanaman kedelai pada kedelai hitam 4 MST dan 12 MST, namun pada 8 MST perlakuan kontrol memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman pada periode bergulma 0-panen.

Tanaman kedelai pada umur 8 MST menurut Sumarno (1999) berada pada fase R6 (polong pada batang utama berisi biji berwarna hijau yang telah memenuhi rongga polong dan besar biji mencapai maksimum), namun pada

21 periode bergulma 0-panen tanaman kedelai berada pada kondisi lingkungan yang terganggu akibat adanya gulma dan terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman kedelai sehingga pertumbuhan kedelai saat pengisian polong terganggu. Menurut Eprim (2006) semakin lama periode bersih gulma maka bobot kering tajuk kedelai akan semakin besar sedangkan semakin lama periode bergulma maka bobot kering tajuk kedelai akan semakin rendah.

Tabel 8. Bobot kering tajuk kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 4 MST Bobot kering tajuk (g) 8 MST 12 MST Bersih Gulma 0-2 MST 1,09 a 13,78 a 20,97 a Bersih Gulma 0-4 MST 1,61 a 12,42 a 27,13 a Bersih Gulma 0-6 MST 2,04 a 13,78 a 11,05 a Bersih Gulma 0-8 MST 2,59 a 17,34 a 14,88 a Bersih Gulma 0-10 MST 1,54 a 14,60 a 31,06 a Bergulma 0-2 MST 1,93 a 14,11 a 22,63 a Bergulma 0-4 MST 1,67 a 13,02 a 13,52 a Bergulma 0-6 MST 0,57 a 13,26 a 15,17 a Bergulma 0-8 MST 0,50 a 14,12 a 8,55 a Bergulma 0-10 MST 1,53 a 13,20 a 6,01 a Bergulma 0-panen 0,78 a 10,70 b 9,69 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 1,69 a 22,10 a 20,74 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Bobot Kering Akar Kedelai

Perlakuan kontrol tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering akar kedelai hitam pada saat 4 MST dan 12 MST. Namun pada 8 MST, perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-4 MST dan 0-8 MST) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada perlakuan bergulma (0-2 MST, 0-6 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) (Tabel 6).

Gulma bersaing dengan tanaman dengan mengeluarkan senyawa alelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya sehingga dapat menganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya terutama menganggu pertumbuhan akar dan perubahan sel akar tanaman. Alelopati akan menyebabkan terjadinya kekacauan struktur dari membran plasma akar, memodifikasi saluran pada membran plasma dan hilangnya fungsi enzim pada akar yang akan menghambat pembelahan sel-sel akar dan menghambat respirasi akar. Menurut Sembodo (2010) jarak yang berdekatan antara tanaman dan gulma dapat menyebabkan unsur hara yang tersedia dalam tanah dan semakin menekan pertumbuhan dan perkembangan akar pada tanaman kedelai hitam.

22

Tabel 9. Bobot kering akar kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 4 MST Bobot kering akar (g) 8 MST 12 MST Bersih Gulma 0-2 MST 0,30 a 2,00 a 1,43 a Bersih Gulma 0-4 MST 0,11 a 1,89 a 1,81 a Bersih Gulma 0-6 MST 0,07 a 1,66 a 0,89 a Bersih Gulma 0-8 MST 0,19 a 1,62 a 0,75 a Bersih Gulma 0-10 MST 0,38 a 2,20 a 2,13 a Bergulma 0-2 MST 0,10 a 1,30 b 1,20 a Bergulma 0-4 MST 0,25 a 1,46 b 0,68 a Bergulma 0-6 MST 0,04 a 1,02 b 1,13 a Bergulma 0-8 MST 0,14 a 1,38 a 0,90 a Bergulma 0-10 MST 0,14 a 1,36 b 0,89 a Bergulma 0-panen 0,26 a 1,04 b 0,42 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 0,22 a 2,76 a 1,24 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Polong Isi

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST dan 0-4 MST) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada jumlah polong isi kedelai hitam namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen). Jumlah polong isi yang dihasilkan berkisar antara 103,00 hingga 696,33 buah polong dengan perlakuan bersih gulma 0-panen (kontrol) menghasilkan polong isi tertinggi.

Menurut Hendrival et al. (2014) persaingan antar tanaman dapat mengakibatkan penurunan komponen hasil seperti jumlah polong. Tanaman kedelai yang tumbuh bersama dengan gulma dapat menyebabkan tingkat pertumbuhan tanaman terhambat, daun lebih jarang, serta polong berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kedelai yang tumbuh tanpa gulma. Semakin besar populasi gulma dalam area pertanaman kedelai maka akan mengakibatkan semakin tertekannya pertumbuhan dan semakin rendah polong kedelai yang dihasilkan. Nugraha et al. (2014) menyatakan bahwa kekurangan air pada fase pembentukan dan pengisian polong juga dapat mengakibatkan jumlah polong yang dihasilkan pada tanaman kedelai semakin rendah.

Menurut Eprim (2006) jumlah polong isi yang terbentuk dapat diakibatkan oleh jarak tanam kedelai karena memberikan ruang optimum sehingga polong isi yang terbentuk semakin banyak. Jarak tanam yang lebih kecil akan menyebabkan adanya persaingan yang lebih besar dalam pengambilan zat hara dan cahaya antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma akibat ruang tumbuh yang tidak optimum. Menurut Widyatama et al. (2012) gulma yang tumbuh pada areal pertanaman kedelai yang semakin rapat dan lebat akan semakin memperlambat pertumbuhan fase vegetatif yang akan menimbulkan pertumbuhan vegetatif tanaman yang kurang maksimal, akibatnya saat memasuki fase generatif

23 terjadinya penurunan potensi source dan mengakibatkan rendahnya pertumbuhan organ pemakai (sink) seperti polong dan biji.

Tabel 10. Jumlah polong isi dan polong hampa kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Polong isi Polong hampa Bersih Gulma 0-2 MST 295,00 a 31,00 a Bersih Gulma 0-4 MST 523,33 a 44,33 a Bersih Gulma 0-6 MST 596,67 a 87,33 a Bersih Gulma 0-8 MST 533,67 a 84,00 a Bersih Gulma 0-10 MST 408,00 a 50,67 a Bergulma 0-2 MST 563,67 a 97,00 a Bergulma 0-4 MST 411,33 a 67,00 a Bergulma 0-6 MST 238,67 b 35,00 a Bergulma 0-8 MST 103,00 b 25,33 a Bergulma 0-10 MST 170,33 b 69,67 a Bergulma 0-panen 112,00 b 48,00 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 696,33 a 68,00 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Polong Hampa

Perlakuan kontrol tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah polong isi pada perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen).

Polong hampa pada kedelai dapat diakibatkan dengan adanya serangan hama ulat penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella), kepik penghisap polong kedelai (Riptortus linearis) dan kepik hijau (Nezara viridula). Menurut Marwoto (2013) periode kritis tanaman kedelai terhadap serangan hama penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian polong biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan sering kali menyebabkan polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan membusuk. Menurut Sembodo (2010) gulma berakibat pada kehilangan hasil dengan cara bersaing dengan tanaman budidaya dimana gulma sebagai inang alternatif dari hama dan penyakit sehingga mereduksi hasil sehingga mengakibatkan kehilangan hasil.

Bobot 100 Butir

Berat 100 butir digunakan untuk menentukan ukuran biji yang dimana ukuran biji merupakan karakteristik penting dalam produksi tanaman (Gomes et

al., 2014). Perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST,

24

dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada bobot 100 butir kedelai hitam. Bobot 100 butir kedelai hitam Mallika yang dihasilkan berdasarkan Tabel 7 berkisar antara 8,65-10,42 g.

Menurut Permentan (2007) kedelai hitam Mallika memiliki bobot 100

Dokumen terkait