• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIODE KRITIS PERTUMBUHAN KEDELAI HITAM (Glycine max (L.) Merr) DALAM BERKOMPETISI DENGAN GULMA SANDRY GULTOM A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERIODE KRITIS PERTUMBUHAN KEDELAI HITAM (Glycine max (L.) Merr) DALAM BERKOMPETISI DENGAN GULMA SANDRY GULTOM A"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERIODE KRITIS PERTUMBUHAN KEDELAI HITAM

(Glycine max (L.) Merr) DALAM BERKOMPETISI

DENGAN GULMA

SANDRY GULTOM

A24120071

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Periode Kritis Pertumbuhan Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merr) dalam Berkompetisi dengan

Gulma adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Sandry Gultom

(4)
(5)

iii

ABSTRAK

SANDRY GULTOM. Periode Kritis Pertumbuhan Kedelai Hitam (Glycine max

(L.) Merr) dalam Berkompetisi dengan Gulma. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN dan HENI PURNAMAWATI.

Periode kritis terhadap persaingan dengan gulma menjadi pertimbangan dalam menentukan kapan saat dan tindakan yang tepat untuk melakukan pengendalian gulma. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dengan ketinggian tempat 209 meter diatas permukaan laut pada bulan April-Juli 2016. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak dengan 12 taraf perlakuan dengan tiga ulangan. Taraf perlakuan terdiri atas bersih gulma dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-panen). Penyiangan gulma dilakukan secara manual dan waktunya disesuaikan dengan perlakuan periode kompetisi gulma untuk setiap petak. Berdasarkan hasil penelitian, periode kritis kedelai hitam Mallika adalah 2-6 MST dengan kehilangan hasil panen dari awal tanam hingga panen diperoleh berkisar antara 23,61% hingga 83,54%.

Kata kunci : kehilangan hasil, penyiangan gulma, persaingan.

ABSTRACT

SANDRY GULTOM. The Critical Period for the Growth of Black Soybean

(Glycine max (L.) Merr) in Competition with Weeds. Supervised by and

SOFYAN ZAMAN and HENI PURNAMAWATI.

The critical period of the competition with weeds has to make into

consideration in determining the right time to control weeds and appropriate action taken to manage weeds. The experiment was carried out at the Sawah Baru field Experiment, Dramaga, Bogor Agricultural University, Bogor, altitude of 209 meters above sea level from April-July 2016. The environmental design used was the Randomized Complete Block Design with 12 levels of treatment with three replications. The levels of treatment consists of without weeds and weeds (2, 0-4, 0-6, 0-8, 0-10, 0-harvest) weeks after planting. Weeding was done manually and the time is adjusted with the treatment period for weed competition. Based on the research results, the critical period of black soybeans Mallika is 2-6 weeks after planting with the loss of the crops of early planting to the harvest obtained ranges between 23,61% to 83,54%.

(6)
(7)

i

PERIODE KRITIS PERTUMBUHAN KEDELAI HITAM (Glycine max (L.) Merr) DALAM BERKOMPETISI DENGAN GULMA

SANDRY GULTOM A24120071

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

1 Judul : Periode Kritis Pertumbuhan Kedelai Hitam (Glycine max (L.)

Merr) dalam Berkompetisi dengan Gulma Nama : Sandry Gultom

NIM : A24120071

Disetujui oleh

Ir. Sofyan Zaman, M.P Dr. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si Ketua Departemen

Tanggal Disetujui:

(10)
(11)

1

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Periode Kritis Pertumbuhan Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merr) dalam Berkompetisi

dengan Gulma. Karya ilmiah ini diselesaikan setelah melakukan penelitian bulan April hingga Juli 2016.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Ir. Sofyan Zaman, M.P dan ibu Dr. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Dr. Dwi Guntoro, S.P, M.Si sebagai dosen penguji yang banyak memberikan perbaikan sehingga skripsi ini lebih baik.

3. Kedua orang tua saya, Djadiaman Gultom, S.Pd dan Rusdiana Sinaga S.Pd serta kakak saya Winny Sanny Gultom, S.Pd dan Frisshy Laifshy Gultom, S.Si serta kedua adik saya Vinancy Gultom dan Sonly Wanty Gultom yang selalu memotivasi dan doa selama kegiatan akademik dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan motivasi dan arahan dalam melaksanakan tugas akademik. 5. Sahabat sahabat yaitu Nur Melasari, Kurniati Endah Paramita, Lusia Santi

Krisna Kartika Manubelu, Amalia Isniana, Luh Putu Yuni Widyastuti, Ni Luh Gede Mitariastini, Desy Anggreni Simangungsong, Devi Kurnia Aprilianti, Iin Nurbaetun yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta selalu bersedia membantu penulis selama kegiatan pelaksanaan penelitian.

6. Pak Adang (teknisi Kebun Percobaan Sawah Baru), Ibu Ismi (teknisi Lab Pasca Panen) yang senantiasa membantu dalam penilitian ini.

7. Serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian.

Bogor, September 2016

(12)
(13)

1

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Kedelai Hitam 2

Standar Penyiangan Gulma pada Budidaya Kedelai 2

Biaya Produksi Kedelai 4

Kompetisi Tanaman Kedelai dengan Gulma 5 Periode Kritis Kedelai Hitam 6

METODE PENELITIAN 7

Tempat dan Waktu 7

Bahan dan Alat 8

Rancangan Percobaan 8

Prosedur Percobaan 9

Pengamatan Percobaan 10

Analisis Data 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Kondisi Umum Penelitian 12

Keragaan Karakter Agronomi 13

Keadaan Gulma 27

Periode Kritis Tanaman Kedelai dalam Bersaing dengan Gulma 37

KESIMPULAN DAN SARAN 39

Kesimpulan 39

Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 43

(14)
(15)

1

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil sidik ragam 14 2 Tinggi tanaman kedelai hitam Mallika 15 3 Jumlah daun kedelai hitam Mallika 16 4 Jumlah cabang kedelai hitam Mallika 17 5 Jumlah bintil akar aktif dan total kedelai hitam Mallika 18 6 Umur berbunga kedelai hitam Mallika 19 7 Indeks luas daun kedelai hitam Mallika 20 8 Bobot kering tajuk kedelai hitam Mallika 21 9 Bobot kering akar kedelai hitam Mallika 22 10 Jumlah polong isi dan hampa kedelai hitam Mallika 23 11 Bobot 100 butir kedelai hitam Mallika 24 12 Bobot biji kering kedelai hitam Mallika 25 13 Hasil kedelai hitam Mallika 1,5m2 26 14 Persen penutupan gulma kedelai hitam Mallika 28

15 Biomassa gulma total 30

16 Nisbah jumlah dominan (NJD) 32 17 Produktivitas kedelai hitam Mallika 37

DAFTAR GAMBAR

1 Hama dan penyakit 13

2 Bintil akar kedelai hitam Mallika 18 3 Bobot biji kedelai hitam Mallika 26

4 Keadaan gulma 29

5 Identifikasi gulma pada lahan kedelai hitam Mallika 35 6 Gulma dominan pada areal pertanaman kedelai hitam Mallika 36 7 Periode kritis tanaman kedelai hitam Mallika 38

(16)
(17)

1

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi varietas Mallika 45

2 Data iklim Dramaga 46

3 Layout percobaan 47

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan kedelai di Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi makanan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 mencapai 254,9 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk penduduk sebesar 1,40% (BPS, 2015). Peningkatan kebutuhan kedelai dapat dikaitkan dengan meningkatknya konsumsi masyarakat terhadap tahu dan tempe, serta untuk pasokan industri kecap. Indonesia hanya mampu menyediakan kebutuhan kedelai dalam negeri sebesar 65,61% (FAO, 2013) sehingga 35% dipenuhi dari kedelai impor yang setiap tahun mengalami laju peningkatan rata-rata mencapai 0,05% (Deptan, 2008). Konsumsi total kedelai pada tahun 2012 mencapai sekitar 2,95 juta ton, jauh lebih besar dibandingkan konsumsi total pada tahun 2008 hanya 1,72 juta ton (BAPPENAS, 2013).

Produksi kedelai di Indonesia mengalami ketidakstabilan setiap tahunnya. Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 produksi kedelai sebesar 851.286, 843.153, 779.992, 954.997 dan 963.183 ton. Ketidakstabilan produksi kedelai di Indonesia disebabkan oleh adanya penurunan luas panen kedelai. Luas panen kedelai pada tahun 2015 mencapai 614.095 ha sedangkan pada tahun 2014 luas panen kedelai mencapai 615.685 ha. produktivitas kedelai di Indonesia relatif stabil dari tahun ke tahun dimana produktivitas kedelai Indonesia pada tahun 2015 mencapai 15,68 kuintal ha-1 (Deptan, 2015). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai adalah melalui peningkatan luas pertanaman kedelai dengan melakukan penanaman kedelai pada lahan yang belum digunakan. Kegiatan pembukaan lahan dan pengolahan tanah akan mengubah lingkungan sehingga akan menimbulkan munculnya gulma yang selanjutnya akan berkompetisi dengan tanaman kedelai.

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya yang dapat merugikan tanaman budidaya sehingga pertumbuhannya perlu dikedalikan. Kerugian yang ditimbulkan di bidang usaha tani adalah menurunkan hasil, menurunkan mutu, dan menambah biaya produksi (Sembodo, 2010). Menurut Moenandir (2010) beberapa jenis gulma yang merugikan pada tanaman kedelai adalah Cynodon datylon (griting), Polytrias amaura (lamuran), Cyperus rotundus

(teki), Imperata cylindrica (alang-alang), Paspalum conjugatum (pahitan),

Phylanthus ninuri (meniran), Ageratum conyzoides (wedusan), Portulaca

oleraceae (krokot), Digitaria sanguinalis (lemon), dan Amaranthus sp.. Menurut

Hendrival et al. (2014) keberadaan gulma di pertanaman dapat menurunkan hasil

karena gulma mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Faktor utama dalam kompetisi tanaman dan gulma untuk memperoleh sumber daya yang tersedia seperti air, unsur hara, cahaya serta ruang tumbuh. Gulma yang tumbuh pada area aman bagi tanaman akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman.

Periode kritis adalah suatu keadaan dimana tanaman sangat sensitif terhadap kehadiran gulma di areal pertanaman (Moenandir, 2010). Menurut

(20)

2

Sembodo (2010) periode kritis atau masa rentan terhadap persaingan dengan gulma menjadi pertimbangan dalam menentukan kapan saat yang tepat untuk mengendalikan gulma dan tindakan yang tepat dilakukan untuk melakukan pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan upaya manusia dalam menangani gulma sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi manusia.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui periode kritis pertumbuhan tanaman kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma.

Hipotesis

1. Semakin lama periode gulma berada pada areal pertanaman kedelai hitam, maka pertumbuhan dan produksi kedelai akan semakin menurun.

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai Hitam

Kedelai termasuk dalam famili Leguminosae, subfamili Papilonideae yang berasal dari China kemudian dikembangkan di berbagai negara di Amerika Latin, Amerika Serikat dan negara-negara di Asia. Penanaman kedelai di Indonesia berpusat di Jawa, Nusa Tenggara Barat, Aceh dan untuk kedelai hitam ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beberapa varietas kedelai hitam yang sudah dibudidayakan oleh petani di Indonesia antara lain Mallika, Cikuray, Merapi, Detam 1 dan Detam 2.

Menurut Balitkabi (2012) kedelai hitam mengandung protein sebesar 40,40%, air 14,05%, lemak 19,30%, karbohidrat 14,10%, dan mineral 5,25%. Kedelai hitam di Indonesia pada umumnya lebih disukai sebagai bahan baku pembuatan kecap karena dapat memberi warna alami pada produk kecap. Kedelai hitam sebagai pangan fungsional yang mengandung unsur non-gizi yang berkhasiat bagi tubuh karena mengandung antioksidan yang tinggi pada kulitnya dan isoflavon pada bijinya. Kedelai hitam merupakan sumber antosianin primer karena memiliki kulit berwarna hitam dimana antosianin total yang terkandung dalam kedelai hitam adalah 1,58–20,18 mg g-1.

Standar Penyiangan Gulma pada Budidaya Kedelai

Gulma adalah tumbuhan yang berasosiasi dengan tanaman budidaya dan beradaptasi pada habitat buatan manusia. Keberadaan gulma disekitar tanaman budidaya dapat menimbulkan suatu persaingan yang menimbulkan resiko yang akan merugikan manusia dengan intensitas gangguan yang beragam dan tertentu. Persaingan antara gulma dan tanaman budidaya dapat terjadi bila bahan faktor

(21)

3

tumbuh yang dipersaingkan berada pada tingkat dibawah kebutuhan. Persaingan juga dapat terjadi karena gulma dan tanaman budidaya membutuhkan suatu faktor tumbuh secara bersamaan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya suatu pengelolaan gulma (Moenandir, 2010).

Pengelolaan gulma merupakan upaya manusia dalam menangani gulma sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. Pengelolaan gulma juga merupakan membatasi dan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan penyebaran gulma. Pengelolaan gulma dapat dilakukan dengan cara pengendalian gulma, yaitu membatasi atau menekan infestasi gulma sampai batas tertentu sehingga tidak merugikan secara ekonomis (Sembodo, 2010). Menurut Hikmawati (2015) pengendalian gulma merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada di antara sela-sela tanaman budidaya pertanian yang bertujuan untuk membersihkan tanaman yang sakit, mengurangi persaingan dalam penyerapan unsur hara, mengurangi hambatan produksi anakan, dan mengurangi persaingan penetrasi sinar matahari. Menurut Perkasa et al. (2016) pengendalian gulma pada tanaman kedelai di Indonesia umumnya dilakukan secara manual. Faktor yang menjadi kendala dalam pengendalian gulma yaitu ketersediaan tenaga kerja, biaya, dan luas areal pertanaman.

Pengendalian gulma pada tanaman kedelai di sentra-sentra produksi umumnya belum optimal karena terbatasnya tenaga, biaya dan waktu yang dimiliki petani. Agar pengendalian gulma pada kedelai dapat dilaksanakan dengan baik dan efisien, pengetahuan praktisi kedelai (petani) tentang seberapa besar kerugian yang disebabkan oleh gulma, kapan tanaman harus bebas gulma dan bagaimana cara pengendaliannya perlu ditingkatkan. Pengendalian gulma adalah suatu cara untuk menekan populasi gulma sampai jumlah tertentu sehingga tidak menimbulkan kerugian terhadap tanaman. Agar pengendalian gulma dapat dilaksanakan dengan efisien, pengendalian sebaiknya dilakukan pada awal periode kritis tanaman dan gulma yang tumbuh setelah periode kritis dikendalikan sekedarnya saja karena kehadirannya tidak begitu merugikan tanaman (Harsono, 2013).

Gulma bersaing dengan tanaman kedelai 25% hingga 30% pertama dari siklus tanaman. Apabila gulma dibiarkan tumbuh diantara pertanaman kedelai dapat mempengaruhi penurunan hasil sebesar 18-76%. Dampak negatif gulma yang tidak dikendalikan sama besarnya dengan serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma disebabkan oleh sifat gulma yang mempunyai daya saing tinggi terhadap lingkungan tumbuh yang digunakan secara bersamaan. Oleh karena itu, agar tidak menimbulkan perlu dilakukannya pengendalian gulma. Pengendalian gulma harus dilakukan pada waktu yang tepat sehingga biaya, waktu, dan tenaga dapat lebih hemat. Waktu yang tepat untuk mengendatikan gulma adalah waktu periode kritis tanaman, yaitu periode di mana tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan. Periode kritis biasanya terjadi umur 1/4 atau 1/3 sampai 1/2 umur tanaman. Pada tanaman kedelai, gulma mulai banyak tumbuh kira-kira dua minggu setelah tanam, sehingga pada saat tanaman berumur 2-3 minggu perlu segera dilakukan pengendalian atau biasa disebut dengan tindakan penyiangan gulma. Penyiangan kedua dilakukan 6 minggu setelah tanam atau setelah selesai masa berbunga (BPPP, 2014).

(22)

4

Menurut BBPP (2014) penyiangan gulma pada tanaman dilakukan sebanyak saat terjadinya periode kritis tanaman kedelai. Penyiangan gulma pertama kali dilakukan saat 2-3 minggu setelah tanam (MST), penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga yakni pada umur sekitar 45-60 HST atau 6-8 MST (tergantung periode berbunga suatu varietas kedelai tersebut), dan penyiangan ketiga dilakukan bila saat tanaman kedelai tampak mulai ditumbuhi oleh gulma. Menurut Rukmana dan Yuniarsih (2013) penyiangan kedua dilakukan setelah dilakukan saat pembungaan karena penyiangan yang dilakukan saat berbunga dapat mengganggu proses persarian bunga yang akan menyebabkan terjadinya penurunan hasil produksi sebesar 20% hingga 50%.

Menurut Balitbangtan (2013) perbaikan teknologi budidaya tanaman kedelai dengan penyiangan gulma saat terjadinya periode kritis yaitu sebanyak dua kali pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam (HST) dapat meningkat hasil 60% jika dibandingkan dengan tanaman kedelai yang tidak disiangi pada saat periode kritis tanaman kedelai tersebut.

Biaya Produksi Kedelai

Komponen teknologi pengendalian gulma termasuk salah satu komponen budidaya yang memerlukan biaya tinggi. Usaha pengendalian telah dilakukan dengan berbagai cara, namun belum menuntaskan masalah kehadiran gulma di lapang. Banyak faktor yang masih perlu diteliti seperti sifat setiap jenis gulma, pengelolaan tanaman, kesuburan tanah, dan iklim. Idenlifikasi gulma yang benar merupakan langkah awal untuk menentukan cara pengendalian yang benar. Pengendalian gulma yang sering dilakukan oleh petani di Indonesia adalah secara manual yaitu disiang dengan tangan tanpa alat atau dengan menggunakan alat kored, cangkul kecil, garu.

Penyiangan dengan cara manual memerlukan waktu lama dan membutuhkan rata-rata tenaga kerja yang diperlukan untuk menyiangi 1 ha pertanaman kedelai sekitar 40-50 hari kerja orang, namun tergantung kerapatan populasi gulma. Jadi cara ini terbatas pada waktu, ketersediaan tenaga, dan biaya. Di beberapa tempaf tenaga sebanyak ini sulit diperoleh sehingga pelaksanaan penyiangan menjadi tertunda. Agar gulma tidak berpengaruh lebih besar terhadap tanaman budi daya, penyiangan harus dilakukan tepat waktu. Penggunaan herbisida di tingkat petani masih belum difahami dengan benar spesifikasinya sehingga hasilnya kurang efektif. Gulma di lahan pertanian tidak harus selalu dikendalikan dari awal sampai panen (BBPP, 2014).

Kedelai adalah tanaman yang diproduksi secara massal dan diperdagangkan secara curah dalam jumlah besar. Keuntungan petani hanya akan layak apabila total produksi per usahatani mencapai minimal 10 ton. Keuntungan yang diperoleh atas dasar produksi per kg relatif kecil, berkisar antara Rp 1.500-2.000. Pemasaran kedelai produksi dalam negeri akan bersaing keras dengan kedelai di pasar internasional yang berasal dari usahatani kedelai skala besar di Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina, yang skala usahanya berkisar antara 100-500 ha per petani. Petani kedelai Indonesia dengan skala usaha 0,1-0,4 ha/KK sangat sukar bersaing untuk memperoleh keuntungan, seperti pelaku usaha di negara lain (Sumarno, 2004). Harga kedelai hitam dalam negeri berkisar antara Rp

(23)

5 8.500-9.000 kg-1. Produktivitas kedelai hitam Mallika 2,94 ton ha-1 dengan harga jual Rp 9.000 kg-1 akan memberikan hasil sebesar Rp 26.460.000 dengan biaya penyiangan gulma Rp 45.000 orang-1 adalah Rp 3.600.000 untuk 2 kali penyiangan gulma berdasarkan waktu periode kritis gulma yaitu pada saat 2 MST dan setelah terjadinya pembungaan pada kedelai (4 MST atau 5 MST). Apabila total produksi per usahatani cukup banyak, maka keuntungan yang diperoleh menjadi cukup layak. Menurut Sumarno (2004) usahatani kedelai seluas 8 ha dapat menghasilkan minimal 10 ton biji kering bersih, dengan keuntungan Rp 15-22 juta per usahatani atau dengan luasan 1 ha, keuntungan yang diperoleh adalah 1,9 juta per usahatani.

Kompetisi Tanaman Kedelai dengan Gulma

Periode kritis yang diakibatkan oleh persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma bergantung dari waktu tanam, jenis tanah, perbedaan musim tanam, termasuk perbedaan kadar air tanah dan kesuburan tanah serta pola tanaman tunggal atau ganda (Moenandir, 2010). Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma antara lain karena gulma berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam hal penyerapan unsur hara, cahaya matahari, air, CO2, serta ruang tumbuh dan gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit, atau mengeluarkan zat racun seperti alelopati yang dapat menekan pertumbuhan tanaman budidaya disekitarnya.

Kedelai yang tumbuh bersama dengan gulma menyebabkan tingkat pertumbuhan kedelai terhambat, daun lebih jarang, serta polong berukuran lebih kecil dibanding dengan kedelai yang tumbuh tanpa gulma. Semakin besar populasi gulma mengakibatkan pertumbuhan semakin tertekan dan polong yang dihasilkan semakin kecil. Kehadiran gulma pada pertanaman kedelai juga akan menekan jumlah bintil akar kedelai. Menurut Inawati (2000) gulma Cyperus

rotundus mampu menekan jumlah bintil akar kedelai varietas Wilis dan

Pangrango. Hal ini disebabkan karena bakteri bintil akar memerlukan unsur P yang cukup tinggi untuk pembentukan bintil akar sedangkan gulma memiliki kemampuan yang kuat untuk menyerap unsur P tersebut. Oleh karena itu kehadiran gulma dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam penyerapan unsur hara P oleh kedelai sehingga pembentukan bintil akar menjadi tertekan.

Gulma bersaing dengan tanaman dengan cara mengeluarkan senyawa alelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman yang berada di sekitarnya. Alelopati Boreria alata

memiliki potensi yang tinggi dalam menghambat pertumbuhan dan produksi kedelai. Potensi penekanan Boreria alata berpengaruh terhadap rata-rata daya

kecambah, tinggi bibit, indeks luas daun (ILD), jumlah bintil akar. Boreria alata

berpotensi menekan rata-rata jumlah polong, bobot biji per tanaman dan bobot 25 biji paling kecil bila dibandingkan dengan Ageratum conyzoides dan Cyperus

rotundus. Namun, Cyperus rotundus menunjukkan potensi yang tinggi dalam

(24)

6

semakin tinggi. Cyperus rotundus memiliki senyawa-senyawa allelopati yang

bersifat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman (Wibowo, 2002). Gulma Synedrella nodiflora berpengaruh terhadap bobot basah bintil akar

dan bobot biji tanaman kedelai namun tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter pangkal batang, jumlah bintil akar, jumlah polong, dan jumlah biji kedelai. Pertumbuhan Synedrella nodiflora tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan terhadap tinggi tanaman, diameter pangkal batang dan jumlah biji kedelai karena antara gulma dan tanaman belum terjadi persaingan dalam unsur hara, air, cahaya dan faktor tumbuh lainnya. Jumlah bintil akar kedelai berpengaruh sangat nyata terhadap densitas gulma sedangkan bobot basah bintil akar pada pengamatan 45 HST berpengaruh nyata terhadap densitas gulma karena dipengaruhi keadaan lingkungan seperti temperatur, air, kemasaman tanah (pH) dan ketersediaan unsur hara dalam tanah akan mempengaruhi jumlah nitrogen (Hasanuddin et al., 2012).

Kehilangan hasil panen akibat berkompetisi dengan gulma dapat dilakukan dengan cara pengendalian gulma yang tepat dengan mengetahui kapan periode kritis suatu tanaman sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil panen hingga kurang dari 5%. Gulma yang tumbuh setelah dilakukan penyiangan apabila tanaman kedelai sudah berumur lebih dari 6 MST tidak akan memiliki dampak yang serius lagi terhadap hasil panen dan memiliki kemampuan memproduksi benih gulma yang rendah karena tajuk tanaman kedelai yang satu dengan tanaman yang lain sudah saling menutupi sehingga tidak adanya cahaya yang dapat diterima oleh gulma yang tumbuh dibawah naungan (Knezevic et al., 2002). Oleh

karena itu, persaingan antara tanaman budidaya dan kedelai semakin berkurang dalam memperebutkan faktor sarana tumbuh seperti air, cahaya serta ruang tumbuh.

Periode Kritis Kedelai Hitam

Periode kritis merupakan rentang waktu antara periode setelah penyemaian dan munculnya gulma sehingga penting untuk mempertahankan lingkungan yang bebas gulma untuk mencegah tanaman kerugian hasil yang tidak dapat diterima. Periode kritis bertujuan dalam mengurangi jumlah herbisida yang digunakan, mengurangi degradasi lingkungan dan ekologi yang terkait dengan penggunaan herbisida, dan menentukan metode pengendalian gulma yang sesuai dengan lingkungan. Masa kritis untuk pengendalian gulma diperlukan untuk melindungi hasil panen agar tidak menimbulkan kerugian hasil yang lebih dari 5% (Knezevic

et al., 2002).

Pertumbuhan tanaman kedelai pada komponen hasil kedelai seperti, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, berat biji per tanaman, dan berat 100 biji secara umum dipengaruhi oleh kompetisi tanaman kedelai dengan gulma. Semakin lama periode bersih gulma maka semakin tinggi nilai komponen hasil kedelai dan semakin lama periode bergulma maka semakin rendah nilai komponen hasil kedelai. Komponen hasil kedelai turun secara nyata ketika gulma berada di areal pertanaman kedelai selama 4 minggu sejak tanam (MST). Tanaman kedelai membutuhkan pengendalian gulma selama 6 MST pada periode bersih gulma agar dominasi tanaman tercapai sehingga kehilangan hasil tidak nyata, tetapi pada periode bergulma 0-2 MST belum menurunkan hasil secara nyata jika dibandingkan dengan periode bersih gulma 0–panen, sehingga periode

(25)

7 kritis kedelai terhadap kompetisi gulma terjadi pada umur 2-6 MST. Pengendalian gulma pada kedelai varietas Kipas Merah dapat dilaksanakan mulai 2-6 MST untuk mencegah kehilangan hasil (Hendrival et al., 2014).

Persaingan antara gulma dan tanaman kedelai menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan pada jumlah polong per tanaman dan berat kering gulma, namun tidak pada bobot kedelai per 100 butir pada periode bersih gulma dan periode bergulma. Jumlah polong per tanaman secara signifikan meningkat dengan semakin panjangnya periode bersih gulma dan menurun dengan semakin panjangnya periode bergulma. Namun, berat biji polong per 100 biji tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan gulma. Berat kering gulma pada periode gulma meningkat secara bertahap sampai akhir tahap pertumbuhan kedelai. Gangguan gulma dapat menurunkan berat kering gulma akibat adanya persaingan secara interspesifik dan intraspesifik pada gulma. Periode kritis dimulai pada saat 26 HST (hari setelah tanam) dan akhir periode kritis pada saat 63 HST dengan kehilangan hasil hingga 10%. Periode kritis dapat menentukan waktu yang tepat untuk dapat mengendalikan gulma, baik dengan menggunakan herbisida pratanam atau pratumbuh dengan dosis yang lebih rendah dari yang direkomendasikan (Keramati et al., 2008).

Perlakuan bebas gulma memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap hasil pada perlakuan bebas gulma (0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST) dan bergulma 0-2 MST namun mulai memberikan hasil panen yang berbeda nyata saat mulai perlakuan bergulma 0-4 MST. Hasil panen terus meningkat dan mencapai puncak saat berada pada perlakuan bebas gulma 0-6 MST, 0-8 MST dan 0-10 MST. Perlakuan bebas gulma pada tanaman kedelai hitam menunjukkan adanya penyiangan gulma akan menurunkan bobot kering gulma dan meningkatkan hasil panen kedelai. Hasil panen terendah ada pada perlakuan bergulma 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen. Perlakuan bergulma menunjukkan bobot gulma yang semakin besar sehingga menurunkan hasil panen kedelai hitam. Adanya penurunan hasil secara nyata ini diakibatkan gulma yang dibiarkan tumbuh selama 2-4 MST sehingga merupakan waktu dimana gulma mampu menekan pertumbuhan tanaman secara merugikan, dimana kompetisi antara gulma dengan tanaman mengakibatkan tanaman tidak dapat membentuk bagian vegetatif secara optimal yang akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan polong dan biji. Periode kritis kedelai hitam varietas Mallika adalah 2-4 MST karena persaingan dengan gulma (Widyatama, 2012).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Sawah Baru dengan ketinggian 209 m diatas permukaan laut (dpl), Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Kabupaten Bogor, Indonesia, dan analisis tanah dilakukan di

(26)

8

Laboratorium Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Kabupaten Bogor, Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Juli 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain benih kedelai hitam varietas Mallika, pupuk Urea, SP-36, dan KCl, rhizobium inokulan Nodulin. Bahan untuk perlindungan tanaman antara lain insektisida sipemetrin 50 g L-1, profenor 500 g L-1, klorpinfos 530 g L-1dan sipemetrin 55 g L-1. Peralatan yang digunakan antara lain alat budi daya, ajir, alat tulis kantor, timbangan digital, oven listrik, amplop coklat serta kuadrat berukuran 0,5 m x 0,5 m.

Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 1 perlakuan yaitu periode kompetisi gulma yang terdiri atas 12 taraf perlakuan yaitu:

1. Bersih gulma 0-2 MST (V1) 2. Bersih gulma 0-4 MST (V2) 3. Bersih gulma 0-6 MST (V3) 4. Bersih gulma 0-8 MST (V4) 5. Bersih gulma 0-10 MST (V5) 6. Bersih gulma 0-panen (V6) 7. Bergulma 0-2 MST (V7) 8. Bergulma 0-4 MST (V8) 9. Bergulma 0-6 MST (V9) 10.Bergulma 0-8 MST (V10) 11.Bergulma 0-10 MST (V11) 12.Bergulma 0-panen MST (V12)

Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Perlakuan bersih gulma 0-panen (V6) digunakan sebagai kontrol. Model percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + τi+ ßj + εij dimana i = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12 dan j = 1,2,3.

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan periode kompetisi gulma ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai rataan umum

τi = pengaruh perlakuan periode kritis gulma ke-i ßj = pengaruh periode penyiangan gulma ke-j εij = pengaruh galat keseluruhan

Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan dengan melakukan uji F pada taraf nyata = 5%.

(27)

9

Prosedur Percobaan Penyiapan Petak Percobaan

Dua minggu sebelum penanaman kedelai (Glycine max L. (Merr), tanah

diolah, selanjutnya digaru dan diratakan dengan cangkul. Setelah itu petak-petak percobaan dibuat dengan ukuran 3 m x 2,5 m dengan jarak antar perlakuan 100 cm dan jarak antar ulangan 100 cm (Lampiran 3).

Penanaman

Benih kedelai ditanam dengan jarak tanam 25 cm x 20 cm dengan cara tugal sebanyak 1 butir per lubang. Insektisida karbofuran 3% diberikan pada saat tanam sebanyak 15 kg ha-1 untuk mencegah serangan hama lalat bibit (Ophiomya

phaseoli). Benih kedelai diinokulasi dengan rhizobium inokulan Nodulin (biakan

murni rhizobium) sebanyak 5 g kg-1 benih dengan cara membasahi benih kedelai dengan air sampai lembab lalu menaburkan Nodulin secara merata pada benih.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sekali pada saat tanam kedelai hitam Mallika dengan dosis 100 kg Urea ha-1, 100 kg SP-36 ha-1, dan 60 kg KCl ha-1. Pupuk diberikan dengan cara dialur dengan jarak 7 cm dari barisan tanaman kedelai hitam Mallika.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kedelai meliputi penyulaman, penyiraman, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan menyemprotkan insektisida. Penyulaman dilakukan pada 7-10 HST (hari setelah tanam). Penyiraman tanaman kedelai dilakukan pada saat 5-8 MST sampai tanah cukup lembab. Pengendalian hama yang menyerang tanaman kedelai dengan menggunakan insektisida berbahan aktif sipemetrin 50 g/l untuk mengendalikan kepik hijau (Nezara

viridula), ulat penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella), kepik penghisap

polong kedelai (Riptortus linearis), insektisida berbahan aktif profenor 500 g/l

untuk mengendalikan kutu daun (Aphis glycine), dan insektisida berbahan aktif

klorpinfos 530 g/l dan sipemetrin 55 g/l untuk mengendalikan lalat buah

(Ophiomya phaseoli). Pengendalian penyakit yang terdapat pada pertanaman

kedelai dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah terinfeksi.

Panen

Panen dilakukan mulai minggu ke-12 setelah tanam dimana daun tanaman kedelai hitam Mallika sudah menguning.

(28)

10

Pengamatan Percobaan

Pengamatan dilakukan terhadap 6 tanaman contoh per petak yang diambil secara acak. Peubah yang diamati antara lain :

1. Kedelai

a. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh. Pengukuran dimulai dari minggu 2 MST (minggu setelah tanam) hingga 7 MST.

b. Jumlah daun. Jumlah daun dihitung pada semua daun trifoliate dimulai dari 2 MST sampai dengan 7 MST.

c. Waktu saat 75% populasi tanaman sudah berbunga.

d. Jumlah cabang diukur mulai 2 MST sampai dengan 7 MST.

e. Pengamatan jumlah bintil akar total dan bintil akar aktif pada saat 4 MST. Bintil akar aktif ditandai dengan warna merah bila bintil dibelah. Jumlah tanaman yang diambil adalah 1 tanaman per petak percobaan.

f. Indeks luas daun diukur pada saat 7 MST dengan mengambil 1 tanaman per petak percobaan. Luas daun diukur dengan metode gravimetri. Cara kerja metode gravimetri adalah

 Siapkan daun yang akan diukur luas daunnya.  Pisahkan daun dari akar dan batang.

 Daun dijiplak pada kertas milimeter block.

 Jiplakan daun yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya.  Gunting kertas milimeter block tersebut berbentuk persegi dengan ukuran

20 cm x 20 cm kemudian ditimbang untuk mengetahui berat kertas.  Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun, kertas milimeter block

berbentuk persegi serta timbangan daun, kemudian luas daun dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

L1 =

Keterangan :

L1 = Luas daun (cm2)

L2 = Luas kertas milimeter block berbentuk persegi (cm2)

M1 = Berat total jiplakan pola daun (g)

M2 = Berat pola kertas milimeter block berbentuk persegi (g)

 Setelah diperoleh luas daun kemudian indeks luas daun (ILD) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

ILD =

g. Bobot kering tajuk tanaman kedelai hitam Mallika. Pengamatan dilakukan dengan cara memotong tanaman kedelai hitam Mallika tepat setinggi permukaan tanah sebanyak 1 tanaman per petak percobaan pada saat 4 MST, 8 MST, dan 12 MST kemudian tajuk dioven pada suhu 80°C selama 3 hari dan kemudian ditimbang.

(29)

11 h. Bobot kering akar tanaman kedelai hitam Mallika. Pengamatan dilakukan

dengan cara mencabut tanaman kedelai hitam Mallika dan memisahkan akar dengan tajuk sebanyak 1 tanaman per petak percobaan pada saat 4 MST, 8 MST, dan 12 MST kemudian akar dioven pada suhu 80°C selama 3 hari dan kemudian ditimbang.

i. Jumlah polong isi dan hampa, bobot biji kering dan bobot 100 butir biji pada saat panen

j. Hasil panen 1,5 m2. Hasil panen dipanen dengan luasan 1 m x 1,5 m sehingga terdapat 30 tanaman kedelai hitam Mallika. Petakan 1,5 m2 tiap perlakuan berada pada suatu areal tertentu yang letaknya sama.

2. Gulma

a. Persen penutupan gulma total pada setiap petak perlakuan dengan metode kuadrat 0,5 m x 0,5 m. Pengamatan dilakukan pada saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST.

b. Biomassa gulma total. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 2 petak contoh secara acak dengan kuadrat 0,5 m x 0,5 m pada saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST. Gulma yang ada dalam petakan contoh tersebut dipotong tepat setinggi permukaan tanah. Biomassa diperoleh setelah gulma total dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 80°C selama 3 hari dan kemudian ditimbang.

c. Nisbah jumlah dominan (NJD) ditentukan berdasarkan data kerapatan, frekuensi dan berat kering gulma.

Kerapatan mutlak (KM) = Jumlah individu spesies gulma tertentu dalam petak contoh

Kerapatan nisbih (KN) =

x 100%

Berat kering mutlak (BKM) = Berat kering total spesies tertentu dalam petak contoh

Berat kering nisbih (BKN) = x 100% Frekuensi mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies

tertentu

Frekuensi nisbih (FN) = x 100% Nisbah jumlah dominan (NJD) =

(30)

12

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut T-dunnet pada

taraf kesalahan 5%. Penentukan periode kritis kedelai terhadap gulma digunakan cara yaitu dengan membuat grafik pengaruh periode bebas gulma dengan periode bergulma terhadap hasil panen tanaman. Periode kritis ditentukan pada saat dalam suatu periode bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap periode bersih gulma 0-panen (kontrol) dan pada saat periode bergulma dalam suatu periode bergulma 0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap periode bersih gulma 0-panen (kontrol).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Curah hujan rata-rata selama penelitian dari bulan April hingga Juli 2016 adalah 558,2 mm; 329,7 mm; 373,0 mm; dan 292,5 mm (BMKG, 2016) (Lampiran 2). Curah hujan yang optimum untuk tanaman kedelai berkisar 200 mm per bulan (Sumarno dan Manshuri, 2007). Menurut data BMKG (2016), suhu rata-rata lingkungan selama pertanaman adalah 26,35°C. Menurut Adie dan Krisnawati (2007) suhu yang baik untuk pertanaman kedelai adalah 25-27°C

Hasil analisis tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa lahan penelitian memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan komposisi 14,85% pasir; 47,93% debu dan 37,22% liat. Kandungan C-organik dan N-total berturut turut adalah 2,93% dan 0,16% (Lampiran 4) sehingga C/N rasio adalah 18,31 yang menurut Lembaga Penelitian Tanah (1983) termasuk dalam kategori tinggi. Lahan penelitian yang digunakan memiliki pH masam yakni 5,42 sedangkan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai 5,8-7 (BKPP, 2009).

Hama yang menyerang tanaman kedelai selama penelitian adalah lalat buah (Ophiomya phaseoli), kepik hijau (Nezara viridula), kepik penghisap polong

kedelai (Riptortus linearis) dan kutu daun (Aphis glycine). Penyakit yang

menyerang tanaman kedelai adalah bercak daun, virus mozaik kedelai (Soybean

mosaic virus) dan busuk daun yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii.

Pengendalian hama yang menyerang tanaman kedelai dengan menggunakan insektisida berbahan aktif sipemetrin 50 g L-1 untuk mengendalikan kepik hijau (Nezara viridula), kepik penghisap polong kedelai (Riptortus

linearis), insektisida berbahan aktif profenor 500 g L-1 untuk mengendalikan kutu

daun (Aphis glycine), dan insektisida berbahan aktif klorpinfos 530 g L-1 dan

sipemetrin 55 g L-1 untuk mengendalikan lalat buah (Ophiomya phaseoli). Pengendalian penyakit yang terdapat pada pertanaman kedelai dilakukan dengan mencabut tanaman yang telah terinfeksi dengan intensitas serangan yang tinggi seperti pada penyakit virus mozaik kedelai.

(31)

13 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) a. Hama kutu daun (Aphis glycine)

b. Hama lalat buah (Ophiomya phaseoli)

c. Hama kepik hijau (Nezara viridula)

d. Hama kepik penghisap polong kedelai (Riptortus linearis)

e. Penyakit virus mozaik virus (Soybean mosaic virus)

f. Penyakit busuk daun yang disebabkan oleh jamur Sclerotium rolfsii

g. Penyakit bercak daun

Gambar 1. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai hitam Mallika

Keragaan Karakter Agronomi

Pengamatan yang dilakukan terhadap karakter agronomi kedelai hitam yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bintil akar, indeks luas daun, waktu berbunga, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot 100 butir, bobot biji kering, dan hasil panen kedelai hitam dengan luasan 1,5 m2

Hasil sidik ragam menunjukkan periode penyiangan gulma memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah daun 5-7 MST, jumlah cabang 5-7 MST, bobot kering akar kedelai 8 MST, jumlah polong isi, bobot biji kering dan hasil panen 1,5 m2. Hasil sidik ragam menunjukkan periode penyiangan gulma berpengaruh nyata terhadap waktu berbunga, bobot kering tajuk 12 MST dan bobot kering akar 12 MST. Periode penyiangan gulma juga menunjukkan perngaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2-7 MST, jumlah daun 2-4 MST, jumlah cabang 4 MST, jumlah bintil akar, indeks luas daun (ILD), bobot kering tajuk 4 MST, bobot kering akar 4 MST, jumlah polong hampa dan bobot 100 butir (Tabel 1).

Karakter-karakter yang menunjukkan perbedaan nyata dan sangat nyata kemudian diuji lanjut dengan T-dunnett pada taraf 5%. Uji lanjut dilakukan

dengan menjadikan periode bersih gulma 0-panen sebagai kontrol. Uji lanjut

T-dunnett berfungsi untuk membandingkan nilai tengah 11 taraf perlakuan

(32)

14

mendapatkan waktu periode penyiangan gulma yang tepat dilakukan agar tidak kehilangan hasil.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam periode kritis petumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Variabel MST KT F value KK (%) Tinggi Tanaman 2 0,54 0,87tn 9,50 3 3,30 2,91tn 8,40 4 4,19 1,44tn 8,48 5 8,01 1,10tn 8,17 6 15,85 1,69tn 7,32 7 88,98 2,09tn 10,48 Jumlah daun 2 0,03 0,61tn 18,29 3 0,08 0,45tn 10,73 4 1,36 1,48tn 10,73 5 36,21 4,46** 23,49 6 86,95 9,11** 20,01 7 300,55 11,25** 18,99 Jumlah cabang 4 0,23 1,86tn 10,26 5 4,71 6,42** 5,70 6 9,01 16,67** 18,56 7 9,57 23,85** 13,60 Jumlah bintil akar 4 10,11 0,84tn 7,08 Indeks luas daun 7 109.012,03 1,36tn 6,65 Waktu berbunga 4-5 8,97 6,27** 2,86 Bobot kering tajuk kedelai 4 1,16 0,71tn 9,38 8 24,87 1,18tn 5,70 12 180,68 2,37* 8,72 Bobot kering akar kedelai 4 0,03 0,82tn 10,30 8 0,76 2,38* 5,87 12 0,70 2,47* 6,90 Jumlah polong isi 12-14 121.548,06 3,89** 13,31 Jumlah polong hampa 12-14 7.103,36 0,81tn 8,76 Bobot 100 butir 14 0,87 0,97tn 10,10 Bobot kering biji 14 2.939,28 16,58** 21,52 Hasil kedelai 1,5 m2 14 10.368,01 9,90** 27,39 Keterangan : **=berpengaruh sangat nyata pada taraf =5%, *=berpengaruh nyata

pada taraf =5% MST=minggu setelah tanam, tn=tidak nyata, KT=kuadrat tengah, KK=koefisien keragaman.

Tinggi Tanaman

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada tinggi tanaman kedelai hitam Mallika saat 2-7 MST (Tabel 2).

(33)

15 Tabel 2. Tinggi tanaman kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan

kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) saat 2-7 MST Bersih Gulma 0-2 MST 7,83-60,44 Bersih Gulma 0-4 MST 7,89-55,03 Bersih Gulma 0-6 MST 7,61-63,61 Bersih Gulma 0-8 MST 8,08-58,56 Bersih Gulma 0-10 MST 8,33-57,61 Bergulma 0-2 MST 8,17-59,39 Bergulma 0-4 MST 8,44-59,92 Bergulma 0-6 MST 8,06-63,72 Bergulma 0-8 MST 9,28-73,00 Bergulma 0-10 MST 8,47-61,42 Bergulma 0-panen 8,25-72,25 Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 8,42-60,86 Keterangan : MST = minggu setelah tanam.

Tidak adanya perbedaan tinggi pada tanaman kedelai hitam diakibatkan karena persaingan antara tanaman kedelai dan gulma belum terjadi. Menurut Sembodo (2010) persaingan antara gulma dan tanaman terjadi dalam perebutan faktor tumbuh seperti ruang tumbuh, cahaya, air, nutrisi, CO2 dan bahan lainnya. Persaingan dapat terjadi bila faktor yang dibutuhkan berada dibawah keadaan terbatas dan persaingan tidak akan terjadi apabila semua faktor tumbuh tersebut berada dalam keadaan yang cukup. Ukuran tinggi tanaman pada kedelai pada 2-7 MST berkisar antara 7,61-73,00 cm. Menurut Permentan (2007), kedelai hitam Mallika memiliki tinggi sebesar 60-80 cm.

Jumlah Daun

Perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) saat kedelai berumur 6-7 MST memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada jumlah daun kedelai hitam Mallika. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keadaan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan keadaan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, 0-panen) kehadiran gulma pada 2-5 MST tidak memberikan pengaruh pertumbuhan jumlah daun kedelai karena pertumbuhan gulma berada pada fase pertumbuhan lambat. Namun pada keadaan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST) dan keadaan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST) pada tanaman kedelai 6-7 MST daun sudah bertambah banyak dan daun dari masing-masing tanaman sudah saling menutupi satu dengan yang lainnya sehingga pertumbuhan gulma terhambat dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah daun dengan perlakuan bersih gulma 0-panen (kontrol).

Kehadiran gulma pada perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) pada kedelai 6-7 MST menghambat pertumbuhan daun kedelai karena semakin lama gulma berada dalam area pertanaman kedelai hitam

(34)

16

mengakibatkan jumlah daun kedelai semakin berkurang. Persaingan antara gulma dan kedelai hitam semakin meningkat dalam mendapatkan faktor tumbuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan daun tersebut.

Tabel 3. Jumlah daun kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 6 MST Jumlah daun (helai) 7 MST Bersih Gulma 0-2 MST 18,06 a 28,50 a Bersih Gulma 0-4 MST 19,55 a 34,89 a Bersih Gulma 0-6 MST 20,55 a 33,72 a Bersih Gulma 0-8 MST 20,67 a 42,78 a Bersih Gulma 0-10 MST 21,22 a 26,78 a Bergulma 0-2 MST 17,83 a 33,89 a Bergulma 0-4 MST 14,89 a 30,44 a Bergulma 0-6 MST 8,00 b 14,33 b Bergulma 0-8 MST 8,61 b 14,52 b Bergulma 0-10 MST 10,05 b 16,33 b Bergulma 0-panen 7,50 b 14,06 b Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 18,28 a 36,33 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Cabang

Perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada saat tanaman kedelai mulai berumur 5 MST. Tabel 4 menunjukkan bahwa cabang kedelai mulai terbentuk pada minggu ke-5 sehingga gulma tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST dan 0-4 MST) terhadap periode bersih gulma 0-panen (kontrol). Pertumbuhan gulma pada 0-4 MST masih lambat dan tajuk antar tanaman mulai saling menutupi areal pertanaman sehingga kompetisi dalam penggunaan faktor sarana tumbuh belum tinggi. Gulma yang semakin lama berada dalam areal pertanaman kedelai maka akan mengakibatkan semakin sedikitnya jumlah cabang yang terbentuk. Terhambatnya pembentukan cabang kedelai ini disebabkan karena kebutuhan faktor sarana tumbuh yang semakin terbatas sehingga terjadi kompetisi antara gulma dan kedelai.

(35)

17 Tabel 4. Jumlah cabang kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan

kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 5 MST Jumlah cabang (buah) 6 MST 7 MST Bersih Gulma 0-2 MST 3,06 a 4,72 a 6,06 a Bersih Gulma 0-4 MST 3,61 a 5,22 a 6,05 a Bersih Gulma 0-6 MST 3,72 a 5,17 a 5,94 a Bersih Gulma 0-8 MST 3,89 a 5,84 a 6,17 a Bersih Gulma 0-10 MST 4,00 a 5,45 a 5,61 a Bergulma 0-2 MST 3,33 a 4,89 a 5,50 a Bergulma 0-4 MST 2,22 a 4,78 a 5,61 a Bergulma 0-6 MST 1,03 b 1,44 b 2,22 b Bergulma 0-8 MST 0,94 b 1,78 b 2,44 b Bergulma 0-10 MST 1,39 b 2,11 b 2,55 b Bergulma 0-panen 1,06 b 1,33 b 1,83 b Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 3,83 a 4,83 a 5,89 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Bintil Akar

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada jumlah bintil akar aktif kedelai hitam. Jumlah bintil akar aktif yang dihasilkan pada periode bersih gulma dan periode bergulma berkisar antara 3,67 hingga 34,67 buah.

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-0-10 MST) memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol jumlah pada bintil akar total kedelai hitam, namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan bergulma 0-panen. Perlakuan bergulma 0-panen tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata karena jumlah bintil akar yang tidak aktif yang lebih banyak. Bintil akar total yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 4,67 hingga 36,33 buah bintil akar.

Kehadiran gulma Cyperus rotundus mampu menekan jumlah bintil akar

kedelai karena bakteri yang terdapat pada bintil akar memerlukan unsur P yang cukup tinggi untuk membentuk bintil akar. Cyperus rotundus merupakan

golongan teki yang pada umumnya lebih kuat dalam menyerap unsur P dibandingkan dengan gulma golongan lainnya. Unsur P dibutuhkan tanaman dalam proses pembungaan, pembuahan, pengisian polong dan perkembangan akar. Penekanan terhadap jumlah bintil akar oleh gulma disebabkan akibat terjadi ketidakseimbangan dalam penyerapan unsur hara dimana pada saat pembentukan bintil akar, tanaman kedelai juga membutuhkan unsur P dalam fase generatifnya (Inawati, 2000).

(36)

18

Tabel 5. Jumlah bintil akar aktif dan total kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Jumlah bintil akar aktif (buah) Jumlah bintil akar total (buah) Bersih Gulma 0-2 MST 9,33 b 11,00 b Bersih Gulma 0-4 MST 10,33 b 14,00 b Bersih Gulma 0-6 MST 19,67 b 15,67 b Bersih Gulma 0-8 MST 10,00 b 14,67 b Bersih Gulma 0-10 MST 10,00 b 13,00 b Bergulma 0-2 MST 3,67 b 4,67 b Bergulma 0-4 MST 6,67 b 9,00 b Bergulma 0-6 MST 7,00 b 8,67 b Bergulma 0-8 MST 11,67 b 12,00 b Bergulma 0-10 MST 6,33 b 8,67 b Bergulma 0-panen 13,33 b 18,33 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 34,67 a 36,33 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Bintil akar pada tanaman kedelai juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen di dalam tanah, kelembaban, pH, dan adanya bakteri rhizobium (Kumalasari et al., 2013).

(a) (b)

a. Bintil akar kedelai hitam Mallika b. Bintil akar aktif kedelai hitam

Mallika

Gambar 2. Bintil akar kedelai hitam Mallika

Umur Berbunga

Umur berbunga ditentukan saat 75% dari populasi sudah berbunga. Perlakuan perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, dan 0-6 MST) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada umur berbunga kedelai hitam namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan bergulma (0-8 MST, 0-10 MST dan 0-panen). Umur berbunga kedelai hitam Mallika (Tabel 6) berkisar antara 40,00-45,60 HST. Kedelai hitam Mallika memiliki umur berbunga mulai 36 HST (Permentan, 2007).

(37)

19 Tabel 6. Umur berbunga kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan

kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Waktu berbunga (hari) Bersih Gulma 0-2 MST 40,33 a Bersih Gulma 0-4 MST 41,67 a Bersih Gulma 0-6 MST 41,00 a Bersih Gulma 0-8 MST 40,00 a Bersih Gulma 0-10 MST 40,00 a Bergulma 0-2 MST 41,67 a Bergulma 0-4 MST 41,00 a Bergulma 0-6 MST 42,67 a Bergulma 0-8 MST 43,33 b Bergulma 0-10 MST 45,60 b Bergulma 0-panen 44,33 b Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 40,00 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Menurut Irwan (2006) tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari sekitar 12 jam dan suhu yang tinggi (>30°C) sebagian besar mulai berbunga pada umur 5-7 MST dengan bunga berwarna ungu dan putih. Kedelai hitam Mallika memiliki bunga berwarna ungu. Menurut Nasution (2009) umur berbunga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, air, dan cahaya matahari yang diperoleh oleh tanaman kedelai.

Indeks Luas Daun (ILD)

Indeks luas daun digunakan sebagai karakteristik untuk mengukur berapa besar source yang diterima oleh daun tanaman kedelai. ILD yang rendah dapat

menghasilkan bobot biji yang rendah karena menghasilkan fotosintesis yang rendah namun ILD yang relatif tinggi juga cenderung menghasilkan bobot biji yang rendah karena banyak daun yang tidak efektif dalam menghasilkan fotosintat akibat daun yang ternaungi oleh daun yang lain. ILD optimum yang dapat menghasilkan bobot biji yang tinggi berkisar antara 4-5 (Sutoro et al., 2008)

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada indeks luas daun. Indeks luas daun (ILD) berkisar antara 0,78-1,97 (Tabel 5). Menurut Eprim (2006) tanaman yang masih mampu untuk memanfaatkan faktor sarana tumbuh secara optimal maka pertambahan luas daun kedelai tidak terhambat.

(38)

20

Tabel 7. Indeks luas daun kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Indeks luas daun Bersih Gulma 0-2 MST 1,97 a Bersih Gulma 0-4 MST 1,30 a Bersih Gulma 0-6 MST 1,67 a Bersih Gulma 0-8 MST 1,15 a Bersih Gulma 0-10 MST 1,30 a Bergulma 0-2 MST 0,78 a Bergulma 0-4 MST 1,07 a Bergulma 0-6 MST 1,04 a Bergulma 0-8 MST 0,93 a Bergulma 0-10 MST 0,90 a Bergulma 0-panen 1,71 a

Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 1,66 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Gulma yang semakin lama berada pada areal pertanaman kedelai dapat mengakibatkan indeks luas daun kedelai akan semakin menurun karena kehadiran gulma menyebabkan kedelai tidak mampu bersaing dengan gulma dalam memanfaatkan faktor sarana tumbuh yang berada disekitarnya secara maksimal sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan pada daun trifoliet kedelai menjadi terhambat. Namun pertumbuhan daun kedelai hitam tidak terhambat karena keadaan lingkungan tempat tumbuh dan faktor sarana tumbuh seperti unsur hara, air, cahaya serta ruang tumbuh masih terpenuhi dalam jumlah yang cukup.

Bobot Kering Tajuk Kedelai

Bobot kering tanaman merupakan kemampuan tanaman menyerap cahaya dan memiliki korelasi yang positif dengan laju fotosintesis, yang dipengaruhi oleh oleh kondisi lingkungan (hara, air, iklim dan cahaya). Tanaman akan memberikan hasil yang optimal apabila kondisi lingkungan di sekitar tanaman cukup akan hara, air, dan terhindar dari hama dan penyakit (Manshuri, 2011). Bobot kering tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun yang mengalami fotosintesis (Hardiman, 2014).

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-0-10 MST, dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada bobot kering tajuk tanaman kedelai pada kedelai hitam 4 MST dan 12 MST, namun pada 8 MST perlakuan kontrol memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman pada periode bergulma 0-panen.

Tanaman kedelai pada umur 8 MST menurut Sumarno (1999) berada pada fase R6 (polong pada batang utama berisi biji berwarna hijau yang telah memenuhi rongga polong dan besar biji mencapai maksimum), namun pada

(39)

21 periode bergulma 0-panen tanaman kedelai berada pada kondisi lingkungan yang terganggu akibat adanya gulma dan terjadinya kompetisi antara gulma dan tanaman kedelai sehingga pertumbuhan kedelai saat pengisian polong terganggu. Menurut Eprim (2006) semakin lama periode bersih gulma maka bobot kering tajuk kedelai akan semakin besar sedangkan semakin lama periode bergulma maka bobot kering tajuk kedelai akan semakin rendah.

Tabel 8. Bobot kering tajuk kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 4 MST Bobot kering tajuk (g) 8 MST 12 MST Bersih Gulma 0-2 MST 1,09 a 13,78 a 20,97 a Bersih Gulma 0-4 MST 1,61 a 12,42 a 27,13 a Bersih Gulma 0-6 MST 2,04 a 13,78 a 11,05 a Bersih Gulma 0-8 MST 2,59 a 17,34 a 14,88 a Bersih Gulma 0-10 MST 1,54 a 14,60 a 31,06 a Bergulma 0-2 MST 1,93 a 14,11 a 22,63 a Bergulma 0-4 MST 1,67 a 13,02 a 13,52 a Bergulma 0-6 MST 0,57 a 13,26 a 15,17 a Bergulma 0-8 MST 0,50 a 14,12 a 8,55 a Bergulma 0-10 MST 1,53 a 13,20 a 6,01 a Bergulma 0-panen 0,78 a 10,70 b 9,69 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 1,69 a 22,10 a 20,74 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Bobot Kering Akar Kedelai

Perlakuan kontrol tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot kering akar kedelai hitam pada saat 4 MST dan 12 MST. Namun pada 8 MST, perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-4 MST dan 0-8 MST) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada perlakuan bergulma (0-2 MST, 0-6 MST, 0-10 MST, dan 0-panen) (Tabel 6).

Gulma bersaing dengan tanaman dengan mengeluarkan senyawa alelopati yang bersifat toksik ke sekitarnya sehingga dapat menganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya terutama menganggu pertumbuhan akar dan perubahan sel akar tanaman. Alelopati akan menyebabkan terjadinya kekacauan struktur dari membran plasma akar, memodifikasi saluran pada membran plasma dan hilangnya fungsi enzim pada akar yang akan menghambat pembelahan sel-sel akar dan menghambat respirasi akar. Menurut Sembodo (2010) jarak yang berdekatan antara tanaman dan gulma dapat menyebabkan unsur hara yang tersedia dalam tanah dan semakin menekan pertumbuhan dan perkembangan akar pada tanaman kedelai hitam.

(40)

22

Tabel 9. Bobot kering akar kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan 4 MST Bobot kering akar (g) 8 MST 12 MST Bersih Gulma 0-2 MST 0,30 a 2,00 a 1,43 a Bersih Gulma 0-4 MST 0,11 a 1,89 a 1,81 a Bersih Gulma 0-6 MST 0,07 a 1,66 a 0,89 a Bersih Gulma 0-8 MST 0,19 a 1,62 a 0,75 a Bersih Gulma 0-10 MST 0,38 a 2,20 a 2,13 a Bergulma 0-2 MST 0,10 a 1,30 b 1,20 a Bergulma 0-4 MST 0,25 a 1,46 b 0,68 a Bergulma 0-6 MST 0,04 a 1,02 b 1,13 a Bergulma 0-8 MST 0,14 a 1,38 a 0,90 a Bergulma 0-10 MST 0,14 a 1,36 b 0,89 a Bergulma 0-panen 0,26 a 1,04 b 0,42 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 0,22 a 2,76 a 1,24 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Polong Isi

Perlakuan bersih gulma (2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST dan 0-4 MST) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada jumlah polong isi kedelai hitam namun memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan bergulma (0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen). Jumlah polong isi yang dihasilkan berkisar antara 103,00 hingga 696,33 buah polong dengan perlakuan bersih gulma 0-panen (kontrol) menghasilkan polong isi tertinggi.

Menurut Hendrival et al. (2014) persaingan antar tanaman dapat

mengakibatkan penurunan komponen hasil seperti jumlah polong. Tanaman kedelai yang tumbuh bersama dengan gulma dapat menyebabkan tingkat pertumbuhan tanaman terhambat, daun lebih jarang, serta polong berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kedelai yang tumbuh tanpa gulma. Semakin besar populasi gulma dalam area pertanaman kedelai maka akan mengakibatkan semakin tertekannya pertumbuhan dan semakin rendah polong kedelai yang dihasilkan. Nugraha et al. (2014) menyatakan bahwa kekurangan air pada fase

pembentukan dan pengisian polong juga dapat mengakibatkan jumlah polong yang dihasilkan pada tanaman kedelai semakin rendah.

Menurut Eprim (2006) jumlah polong isi yang terbentuk dapat diakibatkan oleh jarak tanam kedelai karena memberikan ruang optimum sehingga polong isi yang terbentuk semakin banyak. Jarak tanam yang lebih kecil akan menyebabkan adanya persaingan yang lebih besar dalam pengambilan zat hara dan cahaya antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma akibat ruang tumbuh yang tidak optimum. Menurut Widyatama et al. (2012) gulma yang tumbuh pada areal

pertanaman kedelai yang semakin rapat dan lebat akan semakin memperlambat pertumbuhan fase vegetatif yang akan menimbulkan pertumbuhan vegetatif tanaman yang kurang maksimal, akibatnya saat memasuki fase generatif

(41)

23 terjadinya penurunan potensi source dan mengakibatkan rendahnya pertumbuhan

organ pemakai (sink) seperti polong dan biji.

Tabel 10. Jumlah polong isi dan polong hampa kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Polong isi Polong hampa Bersih Gulma 0-2 MST 295,00 a 31,00 a Bersih Gulma 0-4 MST 523,33 a 44,33 a Bersih Gulma 0-6 MST 596,67 a 87,33 a Bersih Gulma 0-8 MST 533,67 a 84,00 a Bersih Gulma 0-10 MST 408,00 a 50,67 a Bergulma 0-2 MST 563,67 a 97,00 a Bergulma 0-4 MST 411,33 a 67,00 a Bergulma 0-6 MST 238,67 b 35,00 a Bergulma 0-8 MST 103,00 b 25,33 a Bergulma 0-10 MST 170,33 b 69,67 a Bergulma 0-panen 112,00 b 48,00 a Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 696,33 a 68,00 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Jumlah Polong Hampa

Perlakuan kontrol tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah polong isi pada perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST) dan bergulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, 0-10 MST, dan 0-panen).

Polong hampa pada kedelai dapat diakibatkan dengan adanya serangan hama ulat penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella), kepik penghisap polong

kedelai (Riptortus linearis) dan kepik hijau (Nezara viridula). Menurut Marwoto

(2013) periode kritis tanaman kedelai terhadap serangan hama penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian polong biji. Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan sering kali menyebabkan polong gugur. Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan membusuk. Menurut Sembodo (2010) gulma berakibat pada kehilangan hasil dengan cara bersaing dengan tanaman budidaya dimana gulma sebagai inang alternatif dari hama dan penyakit sehingga mereduksi hasil sehingga mengakibatkan kehilangan hasil.

Bobot 100 Butir

Berat 100 butir digunakan untuk menentukan ukuran biji yang dimana ukuran biji merupakan karakteristik penting dalam produksi tanaman (Gomes et al., 2014). Perlakuan bersih gulma (0-2 MST, 0-4 MST, 0-6 MST, 0-8 MST, dan

(42)

24

dan 0-panen) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol pada bobot 100 butir kedelai hitam. Bobot 100 butir kedelai hitam Mallika yang dihasilkan berdasarkan Tabel 7 berkisar antara 8,65-10,42 g.

Menurut Permentan (2007) kedelai hitam Mallika memiliki bobot 100 butir sebesar 9-10 g namun bobot 100 butir pada 0-2 MST, 0-8 MST, dan 0-10 MST berada pada kisaran 8,65 hingga 8,88 g. Berat 100 biji pada periode kompetisi gulma dapat mengalami penurunan hasil kedelai apabila gulma dibiarkan pada areal pertanaman kedelai dari awal tanam hingga panen. Gulma yang tumbuh pada awal pertumbuhan tanaman lebih besar pengaruhnya terhadap berat biji tanaman.

Kehadiran gulma pada areal pertanaman kedelai yang tidak dapat dihindarkan dapat mengakibatkan kompetisi antara gulma dan tanaman kedelai. Gulma menjadi tumbuhan penganggu yang memanfaatkan ruang, cahaya, penyerapan air dan nutrisi sehingga dapat menurunkan hasil tanaman. Persaingan antara gulma dengan tanaman mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga karbohidrat yang dihasilkan juga berkurang. Peningkatan bobot 100 butir berkaitan dengan besar fotosintat yang sangat menentukan hasil biji karena sebagian fotosintat ditimbunkan dalam biji (Hendrival et al., 2014). Tanaman

yang memanfaatkan faktor sarana tumbuh dengan baik dapat melakukan aktivitas fotosintesis yang lebih baik (Hasanuddin, 2012).

Tabel 11. Bobot 100 butir kedelai hitam Mallika pada periode kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma

Perlakuan Bobot 100 butir (g) Bersih Gulma 0-2 MST 9,28 a Bersih Gulma 0-4 MST 9,35 a Bersih Gulma 0-6 MST 9,22 a Bersih Gulma 0-8 MST 9,84 a Bersih Gulma 0-10 MST 9,41 a Bergulma 0-2 MST 8,78 a Bergulma 0-4 MST 9,78 a Bergulma 0-6 MST 10,42 a Bergulma 0-8 MST 8,65 a Bergulma 0-10 MST 8,88 a Bergulma 0-panen 9,05 a

Bersih Gulma 0-panen (kontrol) 10,06 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol berdasarkan hasil

T-dunnett pada taraf =5%, MST = minggu setelah tanam.

Menurut Dinarto dan Astriani (2012) bobot 100 biji menggambarkan tingkat kebernasan biji tanaman dan kebernasan biji tanaman menggambarkan banyaknya hasil fotosintesis (fotosintat) yang dapat diakumulasi oleh tanaman ke dalam biji. Lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman akibat adanya penyiangan gulma akan menghindarkan tanaman dari kompetisi dalam mendapatkan faktor tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman dan gulma seperti air, unsur hara, dan sinar matahari sehingga biji yang dihasilkan juga lebih baik.

Gambar

Gambar 1.  Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kedelai hitam                                 Mallika
Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam periode kritis petumbuhan kedelai hitam  dalam  berkompetisi dengan gulma
Tabel  3.  Jumlah  daun  kedelai  hitam  Mallika  pada  periode  kritis  pertumbuhan  kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma
Tabel  5.  Jumlah  bintil  akar  aktif  dan  total  kedelai  hitam  Mallika  pada  periode   kritis pertumbuhan kedelai hitam dalam berkompetisi dengan gulma
+7

Referensi

Dokumen terkait

PDVLQJ NODVLILNDVL WHUVHEXW DNXQ DNXQ KDUXV GLVDMLNDQ VHFDUD EUXWR EXNDQ QHWR PHQJHOROD GDQ PHQJDORNDVLNDQ GDQD GDQD GHQJDQ WHSDW VHVXDL GHQJDQ NHSHQWLQJDQ SHPEHUL VXPEHU GD\D

Penelitian ini bertujuan untuk membantu para pengusaha dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ingin membuat suatu sistem pencatatan akuntansi dan pelaporan

Berdasarkan Pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah unit Usaha Kecil Menengah yang ada di Pangkalpinang tahun 2011 sebanyak 563 unit di mana

Orang dengan HIV/AIDS tidak hanya berjuang masalah fisik tetapi juga psikososial seperti stigma, kemiskinan, depresi, penyalahgunaan zat dan keyakinan tertentu yang

Sasaran program KB Nasional Provinsi Jawa Tengah (RPJM 2004–2009) adalah : 1) menurunnya laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 0,80% per tahun, 2) menurunnya angka

Guru merupakan pelaksana kurikulum dan pemegang kunci keberhasilan proses pendidikan di tingkat mikro (kelas). Guru dalam menghadapi tuntutan kurikulum telah

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala

siswa SMP Negeri 1 Pallangga yaitu dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia. Guru menyiapkan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan kepada kepada siswa dengan