• Tidak ada hasil yang ditemukan

03 Kerangka Teoritis dan Penyusunan Hipo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "03 Kerangka Teoritis dan Penyusunan Hipo"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RMK METODE

PENELITIAN

PERTEMUAN IV

K E L A S A S T A R

U N I V E R I S T A S H A S A N U D D I N

2 0 1 5

DANAR SUTOPO SIDIG

(2)

KERANGKA TEORITIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

A. Pentingnya Sebuah Kerangka Teoritis

Sebuah kerangka teoritis terdiri atas model dan teori. Model merepresentasikan

bagaimana fenomena/variabel/konsep saling berkorelasi. Adapun teori

menjelaskan mengapa fenomena/variabel/konsep tersebut saling berkorelasi.

Kerangka teoritis dibangun melalui tahapan-tahapan proses sebagai berikut.

1. Mendefinisikan variabel/konsep pada model yang akan digunakan.

2. Mengembangkan model yang menyatakan korelasi antarvariabel/konsep yang

telah didefinisikan sebelumnya.

3. Menyajikan teori yang menjelaskan korelasi antarvariabel/konsep sebagaimana

dinyatakan dalam model yang telah dikembangkan sebelumnya.

Kerangka teoritis adalah sesuatu yang sangat penting karena merupakan fondasi untuk dapat menyusun hipotesis. Bahkan, dalam kasus tertentu yang dirasa tidak perlu untuk menyusun hipotesis, kerangka teoritis tetap penting disusun sebagai dasar untuk memeriksa permasalahan yang akan diteliti.

B. Jenis-Jenis Variabel

Telah dijelaskan bahwa kerangka teoritis merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah riset. Sebagaimana juga telah didefinisikan bahwa kerangka teoritis terdiri atas model, yaitu korelasi antarvariabel dan teori, yaitu penjelasan atas korelasi antarvariable tersebut. Dengan demikian, perlu dipahami jenis-jenis variabel dalam sebuah riset.

Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki nilai yang dapat berubah-ubah, misalnya unit produksi, ketidakhadiran, motivasi, dan lain-lain. Variabel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis utama, yaitu:

1. Variabel Terikat (Criterion Variable/Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama periset karena periset bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan variabel tersebut atau menjelaskan dan memprediksikan perubahan-perubahannya. Dalam sebuah riset mungkin terdapat satu atau lebih variabel terikat.

2. Variabel Bebas (Predictor Variable/Independent Variable)

(3)

 Baik variabel bebas maupun variabel terikat harus bersifat kovarian, yaitu perubahan variabel bebas dapat diasosiasikan dengan perubahan variabel terikat.

 Variabel bebas harus mendahului variabel terikat.

 Tidak terdapat faktor-faktor lain yang memperngarui variabel terikat.

 Terdapat teori yang menjelaskan secara logis pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

3. Moderating Variable

Moderating variable merupakan sebuah variabel yang memiliki pengaruh kuat terhadap korelasi di antara variabel bebas dan terikat. Artinya, moderating variable tersebut dapat memperkuat ataupun memperlemah korelasi di antara variabel bebas dan terikat tersebut.

4. Mediating Variable (Intervening Variable)

Variabel yang akan mengalami perubahan setelah adanya perubahan variabel bebas, tetapi sebelum terjadinya perubahan variabel terikat.

Pasangan-pasangan korelasi di antara variabel-variabel tersebut adalah sbb.

(i) (ii)

(iii)

C. Kerangka Teoritis

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, kerangka teoritis merepresentasikan hubungan di antara variabel-variabel, teori yang menjelaskan hubungan tersebut, serta sifat dan arah dari hubungan tersebut. Dengan demikian, komponen-kompoen dari kerangka teoritis adalah sebagai berikut.

1. Variabel-variabel relevan yang didefinisikan secara jelas

Variabel-variabel dalam kerangka toritis harus didefinisikan secara jelas. Untuk, itu definisi tersebut sebaiknya bukan diambil dari kamus, melainkan dari literatur-literatur yang relevan. Di smping itu, selain memberikan definisi, hal yang tidak kalah penting adalah menjelaskan mengapa definisi tersebut dipilih.

Independent Dependent Independent Dependent

Moderating

(4)

Terdapat beberapa manfaat dari mendefinisikan variabel secara jelas. Pertama, definisi yang jelas akan mempermudah penentuan korelasi antar variabel. Kedua, definisi yang jelas akan mempermudah proses pengumpulan data.

2. Model konseptual sebagai sarana untuk mendiskripsikan hubugan antarvariabel

Model konseptual membantu dalam menjelaskan korelasi satu variabel dengan variabel yang lainnya. Sebuah diagram yang sistematik dari model konseptual biasanya dibuat untuk memvisualisasikan korelasi antarvariabel tersebut. Namun, model konseptual dapat pula berupa penjelasan dengan kata-kata, bukan berupa diagram yang sistematik.

3. Penjelasan yang jelas tentang mengapa hubungan tersebut ada

Penjelasan tersebut harus memuat seluruh korelasi penting antarvariabel yang ada. Jika korelasi tersebut dapat dijelaskan sifat dan arahnya, baik berdasarkan riset sebelumnya maupun berdasarkan pemikiran periset sendiri maka perlu untuk menjelaskan apakah hubungan tersebut bersifat positif atau negatif dan linear atau nonlinear.

D. Penyusunan Hipotesis 1. Definisi Hipotesis

Definisi merupakan sebuah pernyataan yang tentatif, tetapi dapat diuji, yang memprediksikan penemuan yang diharapkan oleh periset. Hipotesis dapat diturunkan dari teori yang mendasari model konseptual dan bersifat relasional. Dengan demikian, hipotesis dapat didefinisikan sebagai perkiraan yang logis atas korelasi di antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam pernyataan-pernyataan yang dapat diuji.

2. Format Pernyataan Hipotesis

Hipotesis dapat disajikan dalam bentuk proposisi maupun penyataan jika-maka. Kedua format tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut:

Pegawai yang lebih sehat akan lebih jarang mengajukan izin sakit.

Jika pegawai lebih sehat maka mereka akan lebih jarang mengajukan izin sakit.

3. Hipotesis Direksional dan Nondireksional

Hipotesis direksional adalah hipotesis yang menentukan hubungan atau membandingan 2 atau lebih variabel yang dinyatakan dalam hubungan positif, negatif, lebih dari, kurang dari, dan sama dengan. Contohnya:

Semakin besar stress yang dialami dalam menjalankan sebuah pekerjaan, semakin rendah tingkat kepuasan kerja yang diperoleh.

(5)

Hipotesis nondireksional adalah hipotesis yang menentukan hubungan dua atau lebih variabel tanpa menyatakan bahwa hubungan tersebut positif, negatif, lebih dari, kurang dari, atau sama dengan. Contohnya:

Usia berkorelasi dengan kepuasan kerja.

Terdapat perbedaan nilai etika antara pekerja Amerika dan Asia.

Tidak dicantumkannya hubungan positif, negatif, lebih dari, kurang dari, atau sama dengan tersebut disebabkan karena tidak ada riset sebelumnya yang telah menyatakannya, atau karena kurangnya dasar yang dimiliki periset untuk menentukan hubungan tersebut, atau juga karena hubungan yang dinyatakan oleh periset-periset sebelumnya saling bertentangan.

4. Hipotesis Nul dan Alternatif

Metode hypothetico-deductive mensyaratkan agar hipotesis dapat disalahkan, yaitu hipotesis harus dapat dinyatakan sedemikian rupa sehingga periset lain dapat menyatakan bahwa hipotesis tersebut salah. Unutk alasan itulah terkadang hipotesis disertai dengan hipotesis nul (H0). Hipotesis nul adalah yang

sengaja dibuat untuk ditolak dalam rangka memeperkuat hipotesis alternatif (HA).

Contoh pasangan hipotesis nol dan alternatif yang bersifat direksional, yaitu Wanita memiliki motivasi kerja lebih tinggi daripada laki-laki adalah sebagai berikut.

µW adalah level motiasi kerja pria dan wanita.

Adapun contoh pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang bersifat nondireksional, yaitu Terdapat perbedaan nilai etika kerja di antara pekerja Amerika dan Asia adalah sebagai berikut.

(6)

atau

H0: µAM - µAS = 0

dan

HA: µAM ≠ µAS

Dengan H0 sebagai hipotesis nol, HA sebagai hipotesis alternatif, serta µAM dan

µAS adalah etika kerja pegawai Amerika dan Asia.

Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipoteis meliputi: 1. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.

2. Memilih pengujian statistik yang sesuai (tes-t atau test-F) tergantung jenis data, yaitu parametrik atau nonparametrik.

3. Menetapkan signifikan level yang dikehendaki.

4. Membaca hasil komputerisasi untuk menentukan tercapai tidaknya

signifikan level tersebut.

Penyusunan dan pengujian hipotesis dapat dilakukan secara deduktif maupun induktif. Metode deduktif dimulai dengan adanya model teoritis yang diikuti dengan penyusunan hipotesis, pengumpulan data, dan pengujian hipotesis. Sedangkan metode Induktif penyusunan hipotesis dimulai dengan apa-apa yang telah diketahui dari data yang terkumpul untuk selanjutnya dilakukan pengujian.

E. Pengujian Hipotesis dengan Riset Kualitatif

Pengujian hipotesis dapat pula dilaksanakan dengan data kualitatif. Misalnya, setelah melaksanakan interviu yang intensif seorang periset kemudian menyusun kerangka teoretis bahwa praktik-praktik tidak etis yang dilakukan oleh karyawan merupakan fungsi ketidakmampuannya dalam membedakan antara benar dan salah atau sebagai akibat kebutuhan yang amat terhadap uang, atau juga sebagai akibat pengabaian praktik tersebut oleh organisasi. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengumpulan data untuk menguji hipotesis tersebut. Dalam hal setelah dilakukan pengujian ternyata faktor penyebabnya bukan dari ketiga variabel

yang telah disebutkan tersebut maka fenomena ini disebut sebagai the negative case

method. Dalam kondisi ini, teori dan hipotesis harus terus direvisi sampai diperoleh teori yang kokoh.

F. Implikasi-Implikasi bagi Manajemen

Referensi

Dokumen terkait

Kesalahpahaman sering terjadi karena faktor komunikasi Apabila pelayanan yang diberikan buruk, pasien akan memberikan respon negatif berupa ketidakpuasan sehingga pasien tersebut

mengkoordinasikan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, anggota Satlinmas, anggota Polmas dan elemen masyarakat lainnya dalam kegiatan di bidang

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019

Alat itu digunakan pada proses terakhir yaitu pada proses pengaduk telur omlet, dimana alat tersebut bekerja menggunakan sumber daya dari motor listrik yang menggerakkan

Untuk memperolehi keputusan akhir bagi mendapatkan perhubungan diantara ujian Proba JKR dan Ujian Penusukan Piawai, data-data yang telah dianalisis daripada ketiga-tiga tapak

Terdapat delapan nilai berita sebagaimana dirangkum dari Ishwara (2011, pp. Berdasarkan nilai berita yang dirangkum Ishwara tersebut, terdapat dua nilai berita yang terkait

b) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal

Dengan kata lain level ruang media dalam konteks akun @qurancall dapat diidentifikasi melalui berbagai elemen postingan mereka yang menjadi identitas sebagai bagian