• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Nutrisi dan Sifat Fisik Polen Buatan

Hasil uji proksimat ketiga pasta polen buatan menunjukkan perbedaan kandungan nutrisi, terutama kandungan lemak dan protein. Persentase kandungan air, lemak, protein dan serat kasar pasta kacang kedelai, kacang hijau, dan kacang merah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Proksimat Pasta Kacang Kedelai, Pasta Kacang Hijau dan Pasta Kacang Merah

Sampel Kandungan (%)

Air Protein Lemak Serat Kasar Pasta Kacang Kedelai 35,65 20,41 19,7 2,53 Pasta Kacang Hijau 37,36 14,51 1,2 0,49 Pasta Kacang Merah 37,26 13,84 1,5 1,36

Sumber : Hasil analisis Pusat Studi Antar Universitas (PAU) IPB (Januari 2008)

Kandungan protein pada ketiga pasta tersebut masih berada pada kisaran protein polen alami, yaitu berkisar antara 6-28 % (Winston, 1987). Pasta kedelai mempunyai kandungan lemak yang tinggi, sedangkan pada polen alami kandungan lemaknya relatif rendah. Kandungan lemak pada polen alami adalah antara 1-20 % (Winston, 1987), dan biasanya sekitar kurang dari 5% (Chalmers, 1980). Polen alami mempunyai kandungan vitamin B yang lengkap, sedangkan pada polen pengganti adalah sebaliknya. Selain itu, terdapat perbedaan sifat fisik (warna dan aroma) pada masing-masing polen buatan. Tepung kedelai berwarna terang yaitu putih kekuningan dengan bau khas langu, tepung kacang hijau berwarna lebih terang dari tepung kedelai dengan warna kuning muda sedikit kehijauan dan tepung kacang merah berwarna putih sedikit kemerahan dengan aroma asing-masing yang khas. Tekstur tepung kedelai dan tepung kacang hijau lebih lembut dibanding tekstur tepung kacang merah. Tekstur tepung kedelai sedikit lengket dan bulky (voluminous), sedangkan tepung kacang hijau dan kacang merah teksturnya lebih padat dan lembut, seperti pasir yang sangat halus. Ukuran kehalusan tepung yang digunakan adalah 80-100 mash.

Gambar 3 memperlihatkan bentuk tepung dari kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan polen jagung. Sedangkan Gambar 4 adalah bentuk pasta dari masing-masing tepung kacang setelah dicampur dengan sirup gula

Gambar 3. Tepung Polen Jagung, Tepung Kacang Kedelai (TKK), Tepung Kacang Hijau (TKH) dan Tepung Kacang Merah (TKM)

Gambar 4. Pasta Kacang Kedelai (PKK), Pasta Kacang Hijau (PKH), dan Pasta Kacang Merah (PKM)

Setelah polen buatan tersebut dibuat menjadi adonan pasta, warna yang semula muda pada semua jenis tepung yang dibuat, menjadi lebih pekat. Warna pada PKK adalah kuning terang, PKH berwarna hijau dan PKM berwarna merah.

Penambahan vitamin B komplek, tidak mempengaruhi warna pada pasta. Selain itu, aroma dari ketiga pasta tersebut bau khasnya lebih tercium dibanding ketika masih dalam bentuk tepung. Pasta kacang kedelai (PKK) mempunyai aroma khas kacang kedele dengan bau langu, PKH dengan aroma kacang hijau, sedangkan PKM mempunyai aroma kacang merah. Ketika semua jenis pasta tersebut diberikan pada koloni lebah, pada hari ke 4-5 pasta tersebut mengalami perubahan fisik, baik warna maupun aromanya. Aroma PKK tersebut menjadi berbau asam,tengik dan warnanya menjadi kuning pucat keputihan. Pada PKH, baunya menjadi bau apek, karena mengering, dengan warna hijau muda. Sedangkan pada PKM, aroma atau baunya hampir sama dengan PKH, tetapi warnanya menjadi merah muda pucat.

Konsumsi Bahan Kering dan Protein Polen Pengganti Konsumsi Bahan Kering

Konsumsi bahan kering polen buatan berkisar antara 56,71-87,19 gram/minggu/koloni (Tabel 7). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis kacang (polen pengganti) sangat mempengaruhi tingkat konsumsi polen buatan (P<0,01), tetapi penambahan vitamin B dan interaksi antara jenis pasta dengan vitamin adalah tidak berpengaruh nyata.

Tabel 7. Rataan dan Koefisien Keragaman Konsumsi Pakan Lebah Madu Dengan dan Tanpa pemberian Vitamin B Komplek

Pasta Tanpa Vitamin B KK DenganVitamin B KK Rataan KK

g/minggu/koloni (%) g/minggu/koloni (%) g/minggu/koloni (%)

PKK 65,33 13,49 48,08 34,23 56,71B 26.67

PKH 83,1 26,14 85,0 20,53 84,04A 21,14

PKM 85,52 7,93 88,85 7,41 87,19A 7,17

Rataan 77,98 73,98 75,98

Keterangan : A,B = Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan rataan yang sangat nyata (P<0.01).

KK = Koefisien Keragaman PKH = Pasta Kacang Hijau PKK = Pasta Kacang Kedelai PKM = Pasta Kacang Merah

Konsumsi koloni per minggu yang paling rendah adalah pada koloni yang mendapat PKK (56,71 gram), sedangkan konsumsi yang lebih tinggi adalah pada koloni yang mendapat PKH dan PKM (84,04 dan 87, 19 gram).

Banyaknya pakan yang dikonsumsi oleh koloni lebah cenderung konstan untuk setiap minggunya, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Konsumsi PKH dan PKM lebih tinggi bila dibandingkan dengan PKK. Konsumsi yang berbeda pada polen buatan yang diberikan kemungkinan dapat dipengaruhi oleh tekstur, bau (aroma), lemak atau palatabilitas dari masing-masing jenis pasta. PKH dan PKM memiliki tekstur yang padat dan lembut, dan aroma yang lebih enak dibanding PKK. Selain itu, PKK mempunyai kandungan lemak yang tinggi dibanding pasta lainnya. Indra penciuman pada lebah madu sangat tajam untuk mengetahui bau (aroma) makanan yang disukainya dengan terdapatnya 30.000 reseptor bau pada antenanya (Alexander dan Klots, 1961). Winston (1987), menyatakan bahwa lebah pekerja akan memilih polen untuk diambil atau dikonsumsi tidak berdasarkan kandungan nutrisi, umur atau warna, tetapi berdasarkan bau dan bentuk fisik dari butiran polen.

Rendahnya konsumsi PKK didukung pula oleh hasil penelitian Krisnawati (2003) dan Febretrisiana (2006) yang memberi perlakuan pakan polen buatan dengan menggunakan bahan dasar kedelai dalam membuat pakan untuk lebah madu. Berikut merupakan pola konsumsi pasta pengganti polen yang diberikan selama 6 minggu. Pakan pengganti tersebut terdiri dari pakan tanpa penambahan vitamin dan dengan penambahan vitamin B komplek, dan dapat dilihat pada Gambar 5.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 konsum si ke-K ons um s i B K ( g) PKK PKH PKM 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 konsum si ke-k o ns um s i BK (g ) PKK+ PKH+ PKM+ (A) (B)

Gambar 5. Grafik konsumsi PKK, PKH dan PKM Tanpa Vitamin B (A) dan Dengan Penambahan Vitamin B (B)

Gambar 5 menunjukan bahwa pola konsumsi PKH dan PKM cenderung sama pada setiap minggu, kecuali pada minggu pertama. Hal tersebut kemungkinan karena koloni yang mendapat perlakuan pakan tersebut masih mengalami penyesuaian, dari konsumsi polen alami menjadi polen pengganti atau buatan. Berbeda dengan PKH

dan PKM, konsumsi bahan kering pada PKK pada tiap minggu selalu rendah. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh aroma khasnya yang tidak sedap yaitu berbau langu dan rasanya yang tidak enak. Lebah madu dan serangga air diindikasikan bahwa hewan tersebut sensitif terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit atau tidak enak, dan dapat membedakan rasa seperti manusia (Alexander dan Klots, 1961).

Konsumsi polen pengganti pada penelitian ini adalah sekitar 56,71 – 87, 19 gram per minggu/koloni, dan jumlah konsumsi yang sama juga diperoleh pada penelitian Winston et al.(1983) mengenai konsumsi pakan pengganti polen dengan bahan dasar tepung ikan hering atau ragi (brewer’s yeast) dengan konsumsi antara 56 sampai 87 gram/minggu/koloni. Bila dibandingkan dengan koloni yang mendapat polen alami, konsumsi polen segar setiap minggu berkisar antara 354-700 gram dengan populasi koloni 100.000-200.000 per tahun (Imdorf et al.,1983 dalam Keller et al, 2005a). Sedangkan pada penelitian ini, bila dilihat dari jumlah konsumsi bahan segar polen pengganti antar perlakuan adalah berkisar antara 64-250 gram.

Konsumsi Protein

Protein adalah komponen organisme yang paling kompleks dan khas yang terdapat dalam semua sel hidup dengan peranan yang sangat luas. Salah satu diantaranya adalah penentu utama pertumbuhan dan perkembangbiakan lebah madu, seperti pada serangga lain pada umumnya (Sihombing, 1997).

Konsumsi protein polen pengganti pada PKK, PKH dan PKM berkisar antara 17,85-18,01 gram/minggu/koloni, seperti yang tercantum pada Tabel 8. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pasta (kacang), penambahan vitamin dan interaksi antara jenis pasta dengan vitamin B tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi protein. Rataan konsumsi protein adalah 18,07 gram/minggu/koloni.

Tabel 8. Rataan dan Koefisien Keragaman Konsumsi Protein Lebah Madu Dengan dan Tanpa pemberian Vitamin B

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan Vitamin B KK Rataan KK

g/minggu/koloni (%) g/minggu/koloni (%) g/minggu/koloni (%)

PKK 20,00 13,50 15,69 33,58 17,85 24,80

PKH 18,08 26,42 18, 51 20,52 18,58 21,14

PKM 17,75 7,91 18,44 7,42 18,01 7,16

Rataan 18,61 17,55 18,07

Keterangan : KK = Koefisien Keragaman PKH = Pasta Kacang Hijau PKK = Pasta Kacang Kedelai PKM = Pasta Kacang Merah

Konsumsi protein pada ketiga pasta adalah tidak berbeda, meskipun jumlah konsumsi bahan kering setiap koloni berbeda. Hubungan antara konsumsi bahan kering polen pengganti dengan konsumsi protein dalam bahan tersebut, dapat terlihat pada Gambar 6. 87.61 126.06 130.78 17.36 18.29 18.1 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 PKK PKH PKM Perlakuan K o ns um s i ( gr a m )

Konsumsi Bahan Kering (g) Konsumsi Protein

Gambar 6. Grafik Rataan Hubungan Konsumsi Bahan Kering Pakan dengan Konsumsi Protein

Tabel 8 menjelaskan bahwa meskipun konsumsi bahan kering PKK rendah, tetapi kandungan proteinnya tinggi (20,41%) dibanding PKH dan PKM (14,51 dan 13,84 %). Dari hal tersebut, maka jumlah proteinnya yang dikonsumsi tidak berbeda dari PKH dan PKM. Distribusi dan konsentrasi protein atau asam amino di dalam tubuh lebah madu dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis, makanan, umur, strata (kasta) spesies dan kondisi lingkungan (Sihombing, 1997). Protein yang dibutuhkan oleh lebah adalah sekitar 20% pada polen (Haydak dalam Keller et al, 2005). Dengan demikian, meskipun kandungan protein pada polen yang diperoleh tinggi, namun hal tersebut tidak terlalu dapat mempengaruhi perkembangan lebah.

Bobot Lebah Pekerja Umur Sehari

Rataan bobot lebah pekerja umur sehari yang diperoleh pada perlakuan PKK, PKH dan PKM berkisar antara 93,25 -101,90 mg (Tabel 9), dan pada koloni yang mendapat pakan polen alami adalah 98 mg. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa jenis pasta (kacang) memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot lebah pekerja umur sehari (P<0,05). Pemberian vitamin B dan interaksi antara jenis kacang dengan vitamin B, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rataan bobot lebah pekerja umur sehari. Rataan bobot lebah pekerja umur sehari, disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan dan Koefisien Keragaman Bobot Lebah Pekerja Umur Sehari

Bobot Lebah

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan Vitamin B KK Rataan KK

(mg/ekor) (%) (mg/ekor) (%) (mg/ekor) (%)

PKK 98,50 1,76 91,50 3,86 95.70Bp 4,59 PKH 101,25 2,44 102,33 3,73 101.90Ap 2,97 PKM 91,17 4,12 95,33 5,96 93.25Bp 5,23 Rataan 97,31 96,39 96,85 Polen Alami - - 98,00 p 9,93 Keterangan : A,B = Superskrip besar menunjukan nyata untuk kolom yang sama (P<0,05)

p = Superskrip kecil menunjukan tidak berbeda pada baris yang berbeda (uji t) PKK = Pasta Kacang Kedelai PKM = Pasta Kacang Merah

PKH = Pasta Kacang Hijau KK = Koefisien Keragaman

Rataan bobot badan lebah pekerja umur sehari pada koloni dengan PKH (101,90 mg) lebih tinggi dibanding koloni yang mendapat PKK dan PKM (95,70 dan 93,25 mg). Bila dilihat dari konsumsi bahan kering, koloni dengan pemberian PKH konsumsinya lebih tinggi dibanding PKK, akan tetapi konsumsi protein pada pasta yang diberikan tidak berbeda dengan PKK atau PKM. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh tingginya kandungan karbohidrat pada kacang hijau, seperti yang tertera pada Tabel 2 mengenai Nilai gizi kedelai, kacang hijau, dan kacang merah dalam berat kering.

Salah satu fungsi karbohidrat dalam susunan makanan adalah sebagai “pasangan protein”. Karbohidrat yang cukup dapat menjamin bahwa protein dalam makanan dapat digunakan untuk pertumbuhan (Gaman dan Sherrington, 1992). Bobot lebah pekerja umur sehari yang mendapat PKH lebih tinggi dari PKK karena

konsumsi bahan kering yang lebih tinggi. Meskipun konsumsi proteinnya tidak berbeda dengan PKK, tetapi konsumsi zat nutrisi lainnya lebih tinggi, misalnya adalah karbohidrat. Kandungan karbohidrat pada kacang hijau adalah 60 % (Kay, 1979), seperti yang terlihat pada Tabel 2. Konsumsi bahan kering PKM tidak berbeda dengan PKH, namun bobot lebah pekerja umur seharinya lebih rendah. Hal ini dapat dikarenakan oleh kandungan serat kasar pada PKM lebih tinggi dibanding PKH. Serat kasar yang tinggi pada makanan, dapat menurunkan kecernaan zat nutrisi lainnya (Gaman dan Sherrington, 1992). Purwono dan Heni (2007), menyatakan bahwa kacang hijau mempunyai kandungan karbohidrat yang mudah dicerna, karena serat kasarnya rendah.

Jika dibandingkan dengan bobot lebah pekerja umur sehari pada koloni yang mendapat polen alami (98 mg), maka rataan bobot pekerja umur sehari dengan pakan polen pengganti mempunyai bobot yang tidak berbeda dengan kisaran 93,25-101,90 mg. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga pasta dari jenis kacang yang berbeda tersebut, dapat dijadikan sebagai pengganti polen alami. Kisaran bobot lebah pekerja umur sehari pada penelitian ini, masih berada dalam kategori normal. Winston (1987), menyatakan bahwa bobot badan lebah pekerja yang baru keluar dari sel adalah berkisar antara 81 – 151 mg. Bila bobot badan nya rendah atau berada dibawah kisaran, maka bobot badan lebah pekerja tersebut tidak dapat mengangkut nektar dan polen dengan baik.

Meskipun bobot badan lebah pekerja umur sehari dari koloni yang mendapat ketiga pasta tersebut tidak berbeda dengan yang mendapat polen alami, sebaiknya dipilih PKH yang menghasilkan bobot lebah pekerja umur sehari tertinggi, karena menurut Free (1982), bobot badan lebah pekerja anggota koloni menentukan kemampuan dalam melakukan aktivitas yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan koloni. Jay (1963) dalam Winston (1987), menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi bobot lebah pekerja yang baru lahir atau baru keluar dari sel adalah ukuran sel, ukuran dan umur lebah perawat, populasi koloni, nektar dan polen yang diperoleh, serta penyakit dan musim.

Bobot dan Pertambahan Bobot Koloni Bobot Koloni

Kisaran bobot koloni pada koloni yang mendapat perlakuan pakan PKK, PKH dan PKM berkisar antara 811,9 - 952 gram, sedangkan pada koloni dengan pakan polen alami, bobot koloninya adalah 786 gram. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) pada bobot koloni, dengan perlakuan pakan yang diberikan Selain itu, pemberian vitamin B, dan interaksi antara jenis pasta dengan vitamin B tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot koloni. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan dan Koefisien Keragaman Bobot Koloni yang Mendapat Pasta Dengan dan Tanpa Penambahan Vitamin B Komplek

Bobot Koloni

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan Vitamin B KK Rataan KK

(g/koloni) (%) (g/koloni) (%) (g/koloni) (%)

PKK 861 39,10 763 6,39 811,9 27,30 PKH 904 49,03 927 47,47 916 43,17 PKM 867 30,12 1038 24,52 952 26,14 Rataan 877,33 909,33 893,33 Polen alami - - 786 29,19

Keterangan : KK = Koefisien Keragaman. PKH = Pasta Kacang Hijau PKM = Pasta Kacang Merah PKK = Pasta Kacang Kedelai

Berdasarkan Tabel 10, rataan koefisien keragaman yang terbesar adalah pada koloni yang mendapat PKH. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keragaman atau pengaruh faktor dari luar dan sulit untuk dikendalikan. Pada saat pengamatan, salah satu koloni yang mendapat pakan PKH terserang oleh kutu Varoa, sehingga koloninya menjadi lemah.

Bila dibandingkan dengan koloni yang mendapat polen alami, bobot koloni yang mendapat perlakuan pasta pengganti polen alami adalah tidak berbeda nyata. Dengan demikian, ketiga pasta kacang tersebut dapat dijadikan sebagai pengganti polen alami. Keller et al (2005b), menyatakan bahwa pemberian pakan tambahan mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah pekerja dalam suatu koloni, akan tetapi berpengaruh terhadap umur koloni. Populasi lebah pada koloni normal adalah

berkisar antara 60.000-80.000 ekor pada saat musim bunga berlimpah atau bahkan hanya 10.000 ekor pada saat musim paceklik (Sihombing, 1997).

Pertambahan Total Bobot Koloni

Kisaran rataan pertambahan bobot koloni total selama pemeliharaan tersebut adalah berkisar antara 15,76-29,24 gram/koloni. Berdasarkan analisis sidik ragam, jenis pasta (kacang), pemberian vitamin dan interaksi antara jenis pasta dan vitamin B tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan bobot koloni total. Pertambahan bobot koloni total selama penelitian disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan dan koefisien Keragaman Pertambahan Bobot Koloni yang mendapat Polen Pengganti Dengan dan Tanpa Vitamin B

Pertambahan Bobot

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan Vitamin B KK Rataan KK

(g/koloni) (%) (g/koloni) (%) (g/koloni) (%)

PKK 16,90 39,86 13,82 92,89 15,76 55,51 PKH 25,84 20,26 33,00 27,20 29,24 25,27 PKM 18,76 4,42 24,21 12,79 22,03 16,90 Rataan 20,5 23,67 22,33 Polen alami - - 20,41 27,43

Keterangan : KK = Koefisien Keragaman. PKH = Pasta Kacang Hijau PKM = Pasta Kacang Merah PKK = Pasta Kacang Kedelai

Pada Tabel 11, terlihat bahwa koefisien keragaman dari pakan buatan yang diberikan sangat beragam. Koefisien keragaman pada koloni yang mendapat perlakuan pakan tersebut sangat tinggi sekali (lampiran), namun setelah dilakukan transformasi koefisien keragamannya menjadi rendah.

Hedley (2001) menyatakan bahwa saponin atau zat anti nutrisi sering dijumpai pada kacang-kacangan, khususnya pada kacang kedelai. Kandungan saponin (g kg-1) pada kacang kedelai adalah 6,5, kacang hijau 0,5 dan kacang merah 2,3. Saponin tersebut dapat menurunkan kecernaan terhadap makanan yang dikonsumsi, sehingga asupan zat nutrisi yang dikonsumsi tidak dapat terserap dengan optimal .

Berikut merupakan grafik pertambahan bobot koloni dari awal penimbangan sampai akhir pemeliharaan pada semua perlakuan, dapat dilihat pada Gambar 7.

0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 aw al akhir penimbangan per tambahan bobot k ol oni ( g) pkk pkh pkm Polen alami pkk+ pkh+ pkm+

Gambar 7. Pertambahan Total Bobot Koloni

Dari Gambar 7, dapat terlihat bahwa semua koloni yang mendapatkan perlakuan polen pengganti, mengalami pertambahan bobot koloni. Bila dibandingkan dengan koloni yang mendapat polen alami, pertambahan bobot koloninya adalah tidak berbeda dengan koloni yang mendapat perlakuan. Pada penelitian, tanaman yang dominan tumbuh dilingkungan lokasi penelitian adalah tanaman jagung, sehingga koloni yang tidak mendapat perlakuan akan mengkonsumsi polen jagung tersebut sebagai sumber makanannya. Polen mengandung; 10 jenis asam amino, protein esensial, asam lemak esensial, 10 jenis mineral, vitamin A, B, C, D, dan E, hormon pertumbuhan, hormon reproduksi dan berbagai jenis alkaloid yang mempunyai khasiat dalam melakukan stabilitasi metabolisme sel dan pertumbuhan sel normal (regenerasi – rehabilitasi) pada umumnya (Jacobus, 2008).

Konversi Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Koloni

Konversi pakan adalah banyaknya pakan yang dikonsumsi untuk menaikan satu satuan unit bobot badan. Semakin kecil nilai konversi, berarti semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot koloni. Rataan konversi pakan pada koloni yang mendapatkan perlakuan adalah berkisar antara 1,13-1,93. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa jenis pasta (kacang) memberikan pengaruh terhadap konversi pakan (P<0,05). Hal tersebut dapat terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan dan Koefisien Keragaman Konversi Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Koloni Dengan dan Tanpa Vitamin B Komplek

Konversi Pakan

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan vitamin B KK Rataan KK

(%) (%) (%)

PKK 1,72 37,36 1,08 2,78 1,40b 38,36

PKH 1,17 43,33 1,08 44,34 1,13ab 39,47

PKM 2,19 7,63 1,68 35,97 1,93a 25,02

Rataan 1,694 1,281

Keterangan : a,b = Superskrip kecil menunjukan nyata untuk kolom yang sama (P<0,05) PKK = Pasta Kacang Kedelai PKM = Pasta Kacang Merah

PKH = Pasta Kacang Hijau KK = Koefisien Keragaman

Penambahan vitamin B komplek pada pasta kacang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konversi pakan, demikian halnya dengan interaksi antara jenis pasta dan vitamin B komplek. Rataan konversi pakan dari yang tertinggi ke rendah secara berurutan yaitu pada PKM (1,93), PKK (1,40) dan PKH (1,13). Dengan demikian, PKH sangat efektif digunakan oleh lebah untuk meningkatkan bobot koloni dibanding pasta lainnya, dengan bobot lebah pekerja umur sehari yang lebih berat. Sebaliknya, PKK paling tidak efisien untuk menaikkan bobot koloni. Jika dilihat dari nutrisinya, kacang kedelai mempunyai kandungan karbohidrat yang rendah, serta lemak yang tinggi (Tabel 2) dan mengandung anti nutrisi. Selain itu, serat kasarnya lebih tinggi dibanding PKH. Rataan konversi pakan dari yang rendah ke tinggi adalah PKH, kemudian PKK dan PKM. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan oleh palatabilitas pada pakan yang diberikan, sehingga diperoleh konsumsi pakan dan pertambahan bobot koloni yang berbeda. Lebah madu dan serangga air diindikasikan sensitif terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit atau tidak enak, dan dapat membedakan rasa seperti manusia (Alexander dan Klots, 1961). Rataan konversi pakan pada serangga lainya seperti jangkrik pada penelitian Fitriyani (2005) adalah berkisar antara 1.11-1.17 dengan rataan umum 1.15. artinya, jangkrik rata2 membutuhkan 1.15 mg pakan untuk menaikan 1 mg bobot badannya. Sedangkan pada penelitian Mansy (2002) dalam Fitriyani (2005) konversi pakannya adalah sebesar 0.85. Dari hal tersebut dapat diindikasikan bahwa lebah dapat menggunakan polen pengganti yang dikonsumsi dengan efisien untuk meningkatkan bobot koloninya.

Luasan dan Pertambahan Luasan Sarang Anakan Luasan Sarang Anakan

Luasan sarang yang berisi anakan pada koloni yang mendapat berbagai jenis pasta sebagai pengganti polen, mempunyai kisaran rataan antara 2.835-3.607 cm2. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis pasta, vitamin B dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap luasan anakan. Rataan luasan sarang anakan tersebut disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan dan Koefisien Keragaman Luasan Anakan Koloni Apis mellifera Dengan dan Tanpa Vitamin B Komplek

Luasan Anakan

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan Vitamin B KK Rataan KK

(cm2) (%) (cm2) (%) ( cm2) (%) PKK 2933 39,32 2737 46,32 2835 38,42 PKH 3473 54,91 3503 51,23 3488 47,48 PKM 3185 36,39 4029 4,59 3607 24,25 Rataan 3197 3423 3310 Polen alami - - 2947 26,08

Keterangan : KK = Koefisien Keragaman PKH = Pasta Kacang Hijau PKM = Pasta Kacang Merah PKK = Pasta Kacang Kedelai

Pada Tabel 13, rataan luasan sarang anakan pada koloni yang mendapat PKK, PKH dan PKM adalah 3.310 cm2. Bila hasil perlakuan tersebut dibandingkan dengan koloni yang mendapat pakan polen alami adalah tidak berbeda. Semua koloni yang mendapat perlakuan pakan tersebut mempunyai koefisien keragaman yang beragam dan koefisien keragaman yang rendah adalah pada koloni yang mendapat PKM.

Jika polen tidak tercukupi selama periode krisis dapat mengakibatkan tidak diproduksinya anakan (Gojmerac,1980). Banyaknya jumlah populasi lebah dan luasan anakan pada koloni lebah madu Apis mellifera sedikit sulit untuk diprediksi, khususnya pada musim tertentu. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diperoleh, suhu, iklim, lokasi geografi dan umur ratu (Herbert dan Shimanuki, 1983). Akan tetapi, penelitian ini menunjukan bahwa polen pengganti yang diperoleh tidak memberikan pengaruh terhadap luasan sarang anakan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masih ada faktor lain selain pakan yang dapat mempengaruhi luasan sarang anakan.

Pertambahan Total Luasan Sarang Anakan

Kisaran rataan pertambahan sarang berisi anakan selama periode pemeliharaan adalah berkisar antara 1360-2730 cm2. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, jenis kacang memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05) terhadap pertambahan luasan sarang anakan. Pertambahan luasan sarang anakan terebut disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan dan Koefisien Keragaman Pertambahan Luasan Sarang Anakan

Pertambahan

Jenis

Pasta Tanpa Vitamin B KK Dengan Vitamin B KK Rataan KK

(cm2) (%) (cm2) (%) ( cm2) (%) PKK 1.301 18,88 1.418 54,02 1.360bp 37,71 PKH 2.941 26,14 2.519 18,21 2.730ap 22,40 PKM 1.329 49,38 1.431 33,97 1.385bp 37,65 Rataan Polen alami - - 2.426 p 32,01 Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukan sangat nyata untuk kolom yang sama (P<0,05) p = Superskrip kecil menunjukan tidak berbeda pada baris yang berbeda (uji t)

Dokumen terkait