• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Berikut ini merupakan klasifikasi persepsi masyarakat mengenai pengertian DAS (Gambar 7).

Penampungan air

Mata air

Air Sungai

(cai) Irigasi

(73,33%) Air resapan hutan

Pesawahan (serang) Pengertian DAS Areal lahan/daratan Kebun (kebon)

(10% ) Tegalan

Tidak tahu (16,67%)

Gambar 7. Klasifikasi Pengertian Daerah aliran Sungai (DAS)

Sebagian besar masyarakat (73,33 %) menyatakan DAS adalah air, meliputi penampungan air, mata air, sungai, irigasi dan air resapan hutan. Sebanyak 10% masyarakat menyatakan Daerah Aliran sungai adalah areal lahan atau daratan seperti pesawahan, kebun, dan tegalan. Sebagian masyarakat lainnya (16,67 %) menyatakan tidak tahu mengenai pengertian Daerah Aliran sungai.

Beberapa alasan yang mendasari pernyataan masyarakat mengenai pengertian DAS antara lain:

• Masyarakat menyatakan DAS adalah air (73,33 %). Mereka beranggapan bahwa DAS adalah Sungai Cikundul atau sesuatu yang berhubungan dengan air, seperti penampungan air, mata air, irigasi dan air resapan hujan. Ciri-ciri masyarakat yang menyatakan persepsi tersebut adalah masyarakat yang merupakan anggota kelompok tani (15 orang), permukiman mereka seluruhnya jauh dari sungai dan pendidikannya hanya mencapai tingkat sekolah dasar (tamat maupun tidak tamat). Berikut ini beberapa pernyataan masyarakat mengenai pengertian DAS.

D a e ra h a lira n s u n ga i n u d id ie u m a h n ya w a h a n ga n Ciku n d u l, n ga n ka d itu n a te b ih p is a n . Aya ge w a h a n ga n cip u tri n u s o k d ia n ggo iriga s i ka s e ra n g.” Salah seorang informan lain mengatakan :

” D a e ra h Alira n S u n ga i d i le m b u r ie u s a m i s a re n g iriga s i, n ya e ta ca i a n u tia s a a lirke u n ka s e ra n g, a ya o ge n u n ga n ggo d is e l ja n g n a rik ka lu h u rn a ”.

• Masyarakat menyatakan DAS adalah areal lahan atau daratan (10 %). Mereka beralasan bahwa, yang mereka pahami mengenai DAS adalah wilayah yang dialiri atau dilewati sungai, sehingga mereka beranggapan DAS berupa pesawahan, kebun dan tegalan. Ciri-ciri msyarakat yang menyatakan persepsi tersebut adalah masyarakat yang merupakan anggota kelompok tani, dua orang diantaranya bermukim dekat dengan sungai, dan pendidikannya mencapai tingkat Sekolah Dasar (1 orang), SLTP (1 orang) dan SLTA (1 orang).

Menurut aparat desa, pengarahan atau penyuluhan mengenai DAS masih dalam rencana dan akan dijadikan materi sekolah lapang. Berikut ini pernyataan informan aparat desa :

” D i le m bu r Cika n ye re , p e la tih a n a ta n a p i p e n yu lu h a n D AS te u a ca n le b e t. N e m b e a ya re n ca n a w a e , e n gkin ti AMD AL ce u n a h b a d e m a s ih a n m a te ri. Ta p i d u ka ira h a ...??”

Masyarakat sebesar 16,67 % menyatakan tidak tahu mengenai pengertian DAS. Ciri-ciri masyarakat yang menyatakan hal tersebut adalah, masyarakat bukan anggota kelompok tani, pendidikannya hanya sampai tingkat Sekolah Dasar dan letak permukiman mereka jauh dari sungai.

Berdasarkan data karakteristik responden, diketahui bahwa tingkat pedidikan masyarakat sebesar 93% tidak tamat atau tamat Sekolah Dasar (SD).Tingkat pendidikan pada taraf tersebut tergolong rendah. Rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pembentukan persepsi. Menurut Asngari (1984) dalam Dewi (2002), bahwa persepsi bukan hanya dipengaruhi karakteristik pengalaman masa silam, tetapi dipengaruhi pula oleh karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Apabila informasi sulit atau lambat diperoleh, bagaimana persepsi yang baik dapat terbentuk. Walaupun sesungguhnya pendidikan maupun informasi tidak selalu diperoleh melalui jalur formal saja. Misal bagi para petani, informasi dan pendidikan dapat diperoleh melalui kelompok tani. Keadaan tersebut tergantung pula pada aktif dan tidak aktifnya anggota kelompok tani. Jauh dekatnya letak permukiman masyarakat dengan sungai, ternyata menunjukan persepsi yang tidak berbeda mengenai pengertian DAS. Seutuhnya mereka belum memahami pengertian DAS.

Tutupan lahan banyak (seueur pepelakan)

Infiltrasi baik/ cepat menyerap air (gampil nyerep cai) Sedikit erosi/tidak pernah terjadi erosi

Tanah (taneuh) kasar, menggumpal Tanaman selalu tumbuh dengan baik

Baik Kondisi tanahnya baik Warna tanah hitam (hedeung), merah (beureum)

(73,33%) Jika dibiarkan rumput (jukut) cepat tumbuh

Gembur

Adanya lahan terbuka

Infiltrasi lambat / agak lama menyerap air Erosi sedang/pernah terjadi erosi

Kondisi DAS Agak rusak (26,67 %)

Tanah halus (taneuh lemes)

tanah agak rusak

Jika ditanami tanaman tumbuh kurang bagus

Rusak (0%)

Klasifikasi di atas (Gambar 8) menggambarkan bahwa, 73,33% masyarakat mengatakan DAS dalam kondisi baik. Keadaan tersebut ditandai dengan :

• Lahan yang masih banyak tertutup tumbuhan. Lahan dengan keadaan selalu tertutup oleh tumbuhan, baik tanaman pertanian maupun pohon. Tanaman pertanian dengan sengaja ditanam dalam rangka budi daya usaha tani, sedangkan pohon ditanam dalam rangka penghijauan, rehabilitasi lahan dan atas perintah pemilik lahan.

• Infiltrasi tanah baik. Ditunjukan oleh kemampuan tanah yang cepat menyerap air hujan, sehingga tidak terjadi genangan air di permukaan tanah. • Erosi yang terjadi sedikit atau hampir tidak terjadi. Sesuai yang tampak

dilapangan, bahwa topografi Desa Cikanyere adalah datar dan sedikit berbukit.

• Keadaan tanah baik. Sesuai pandangan masyarakat, tanah yang baik adalah tanah yang jika dipegang terasa kasar dan jika diamati tanah masih menggumpal, mengandung liat, jika ditanami, tanaman selalu tumbuh subur. Dari segi warna, tanah berwarna hitam, merah dan jika tanah dalam kondisinya baik dibiarkan, maka rumput akan cepat tumbuh.

Masyarakat yang menyatakan keadaan DAS baik, dicirikan oleh sebanyak 16 orang merupakan anggota kelompok tani, tingkat pendidikan hanya mencapai Sekolah Dasar, dan letak permukiman mereka jauh dari sungai. Letak lahan yang diusahakan pun bervariasi, dari lahan yang letaknya dekat dengan sungai dan pemukiman, dekat permukiman dan jauh dari sungai, serta jauh dari sungai dan permukiman.

Sebesar 26,67% masyarakat mengatakan DAS kondisinya agak rusak. Keadaan tersebut ditandai dengan :

• Adanya lahan terbuka atau lahan tersebut tidak dimanfaatkan. Lahan terbuka ditandai dengan tidak adanya tumbuhan pada areal lahan tersebut atau lahan tersebut belum diusahakan untuk budi daya tertentu.

• Infiltrasi tanah lambat. Apabila hujan turun, tanah agak lambat menyerap air sehingga sempat terjadi genangan.

• Pernah terjadi erosi (erosi sedang). Kemungkinan terjadi erosi adalah pada lokasi yang agak berbukit.

• Tanah agak rusak. Ciri tanah rusak menurut masyarakat, yaitu jika diremas tanahnya terasa halus, tanaman tumbuh kurang baik sehingga hasil panen rugi. Berakibat pada kerugian hasil panen.

Masyarakat yang menyatakan keaadaan DAS agak rusak, dicirikan oleh sebanyak 2 orang merupakan anggota kelompok tani, tingkat pendidikan hanya mencapai Sekolah Dasar, dan letak permukiman mereka jauh dari sungai. Letak lahan yang diusahakan pun bervariasi, dari lahan yang letaknya dekat dengan sungai dan pemukiman, dekat permukiman dan jauh dari sungai, serta jauh dari sungai dan permukiman.

Mengacu pada persepsi masyarakat mengenai kondisi DAS (Gambar 8), dapat diketahui persepsi masyarakat apabila DAS rusak (Gambar 9).

Hasil panen turun dan tidak menguntungkan Biaya ekstra untuk pemupukan tanah (ngaberakan taneuh) Kerugian usaha pertanian

Tanaman tidak tumbuh subur

Tidak bisa bertani

Rugi Erosi

(93,33%)

Longsor DAS rusak

Faktanya

Tidak rugi DAS tidak rusak Pohon & tanaman

banyak yang tumbuh (6,67%)

Tidak pernah terjadi longsor

Tanaman selalu tumbuh subur

Gambar 9. Pengelompokan Alasan Ada Tidaknya Kerugian yang Dirasakan Jika DAS Rusak

Apabila DAS mengalami kerusakan, masyarakat akan merasa rugi. Bentuk kerugian yang dirasakan berupa terjadinya erosi, longsor dan kerugian usaha

pertanian. Menurut masyarakat, DAS yang rusak mengakibatkan tanah kurang subur. Akibat tanah yang kurang subur, kerugian usaha tani yang dirasakan berupa, hasil panen turun sehingga tidak menguntungkan, perlu tambahan biaya untuk pemupukan. Sebagian masyarakat (6,67%) menyatakan, tidak rugi jikalau DAS rusak. Faktanya sampai saat ini DAS masih terlihat baik, ditandai oleh, banyak pohon dan tanaman tumbuh subur, dan tidak pernah terjadi longsor.

Kerugian yang dirasakan masyarakat jika DAS rusak, dapat dihubungkan dengan tingkat kebutuhannya. Berdasarkan data karakteristik responden, 93 % memiliki mata pencaharian utama sebagai petani. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat sangat membutuhkan lahan untuk usaha tani.Apabila lahan yang mereka butuhkan kurang subur, usaha tani pun tidak menghasilkan, akibatnya penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan berkurang. Ciri lain dari masyarakat yang menyatakan kerugian jika DAS rusak adalah sebanyak 18 orang diantaranya merupakan anggota kelompok tani, matapencaharian utama sebagai petani, berpendapatan kurang dari Rp 500.000 (26 orang) dan pendidikannya hanya mencapai tingkat Sekolah Dasar. Dengan demikian rusaknya DAS akan sangat merugikan masyarakat.

Rusaknya DAS akan menimbulkan kerugian. Jika kualitas air di suatu DAS menurun maka, akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat (76,67%). Pengaruh yang dirasakan diantaranya, air tidak dapat dikonsumsi sehari-hari, mengakibatkan kekeringan (menurut masyarakat, kualitas air menurun berarti air tersedia sedikit) dan penyakit kulit. Air yang tidak dapat dikonsumsi adalah air dengan cirri-ciri :

- Berwarna kuning, merah - Berbau

- Banyak mengandung kotoran.

Ciri masyarakat yang menyatakan hal tersebut adalah informan bukan anggota kelompok tani, pendapatannya Rp 500.000 – Rp 1.000.000, mata pencaharian utama sebagai petani, buruh tani dan wiraswasta, serta tingkat pendidikannya ada yang telah melampaui tingkat Sekolah Dasar.

Menurunnya kualitas air di DAS, tidak menimbulkan pengaruh apapun bagi kehidupan(23,33 %). Masyarakat akan beralih menggunakan PAM, karena

PAM sudah masuk ke Desa Cikanyere. Faktanya air di Desa Cikanyere selalu bagus,sehingga selama ini mereka tidak merasakan pengaruh apapun.

Pernyataan salas seorang informan :

“ Ah , ca i d i d ie u m a h s a e , ta ra a ya ga n ggu a n ja n te n tia s a te ra s d ia n ggo s a d id in te n ”

Ciri-ciri air yang baik menurut pandangan masyarakat adalah, - Tidak berbau

- Air yang berasal dari galian sumur dengan kedalaman ≥ 20, berikut merupakan pernyataan informan :

“U p a m i s u m u rn a je ro , ca in a o ge s a e , n a h la m u n ca in a kiru h a rtin a s u m u r ke d a h d ita m b ih a n je ro n a ” - Berwarna bening, bening kebiruan

- Tidak terdapat kotoran

- Air yang berasal dari PAM, sungai dan sumur - Rasanya sejuk

Klasifikasi persepsi masyarakat mengenai pengaruh menurunnya kualitas air di DAS disajikan pada Gambar 10.

Air kuning, merah Tidak bisa dikonsumsi

sehari-hari (air buruk) Bau Banyak kotoran Berpengaruh Kekeringan

(76,67%)

Penyakit kulit Kualitas air dalam

DAS menurun

Dapat beralih menggunakan PAM Tidak berpengaruh

(23,33 %)

Tidak bau Air galian sumur ≥ 20 m

Warna bening, bening kebiruan Faktanya air disini

selalu bagus Tidak mengandung

kotoran

Air PAM, Sungai, air sumur Rasa air sejuk Gambar 10. Klasifikasi Pengaruh Menurunnya Kualitas Air dalam DAS

Hampir seluruh masyarakat di desa Cikanyere mengkonsumsi air sehari-harinya berasal dari sumur. Mereka jarang atau tidak pernah menggunakan air sungai, karena letaknya jauh dari permukiman. Hanya masyarakat yang lokasinya dekat dengan sungai saja yang menggunakan air sungai.

Anak sungai cikundul (Ciputri) yang melalui salah satu dusun (dusun IV) banyak digunakan untuk irigasi sawah. Sungai Cikundul memiliki empat anak sungai, yaitu Ciputri, Ciwalen, Cisarua dan Cipendawa. Khusus untuk penampungan persediaan air dibangun Chek DAM yang terletak di dusun I (panyirapan) dan yang terbaru terletak di dusun IV (simpang) Desa Cikanyere.

Persepsi Masyarakat Mengenai Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat besar manfaatnya, bagi seluruh (100%) masyarakat. Manfaat DAS menurut pandangan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 11. 83.30% 3.33% 3.33% 6.67% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 1 Pertanian Irigasi

Pertanian & pemukiman Pertanian & peternakan

Gambar 11. Manfaat DAS Menurut Informan

Sebagian besar masyarakat (83,33 % ) menyatakan bahwa DAS berfungsi untuk areal pertanian. Pertanian dan peternakan (6,67%), untuk pertanian, permukiman dan peternakan (3,33%) dan untuk irigasi (3,33%).

Manfaat adalah dapat menghasilkan sesuatu bagi kehidupan, sehingga arah pandangan manfaat lebih tertuju pada pemanfaatan areal lahan untuk pertanian. Usaha tani merupakan kegiatan yang menghasilkan dan dapat dijadikan sebagai mata pencaharian. Tingkat kepentingan terhadap usaha pertanian sangat tinggi, dibuktikan dengan 93 % responden bermata pencaharian sebagai petani.

Mengingat sungai adalah karunia Tuhan, dimana setiap orang berhak menikmati dan memanfaatkannya, maka penduduk merasa bebas memperlakukan sungai sesuai dengan kehendak mereka. Gambaran mengenai kepentingan responden terhadap sungai disajikan pada Gambar 12.

Pembuatan DAM Pengairan ke masjid

Memiliki kepentingan (16,67%) buang sampah Irigasi sawah Kebutuhan sehari-hari Kepentingan masyarakat terhadap sungai Untuk kebutuhan sehari-hari dari sumur/PAM Tidak memiliki kepentingan (83,33%)

Letaknya jauh dari sungai

Gambar 12. Kepentingan Masyarakat Terhadap Sungai

Sebanyak 16,67% masyarakat memiliki kepentingan terhadap sungai. Masyarakat memanfaatkan sungai untuk pembuatan DAM, untuk pengairan ke masjid maupun kesawah, konsumsi kehidupan sehari-hari serta sebagai tempat untuk pembuangan sampah. Masyarakat memandang bahwa sungai berfungsi untuk membersihkan. Airnya dapat dipakai untuk mencuci dan membersihkan segala sesuatu. Aliran sungainya mampu membersihkan segala macam kotoran yang masuk kedalamnya, artinya kotoran yang dibuang kedalamnya hanyut ketempat lain dan lingkungan sekitar mereka tetap bersih (Putra, 1997). Kegiatan membuang sampah disungai dilakukan oleh sebagian masyarakat yang tinggal di dekat sungai. Penduduk yang masih menggunakan sungai adalah mereka yang bermukim dekat dengan sungai yaitu di dusun IV.

Pernyataan informan :

” La m u n d u s u n n a ca ke t ka w a h a n ga n , w a h a n ga n tia s a d im a n fa a tke u n ka n ggo m ice u n ru n ta h . D a re p o t p is a n u p a m i ke d a h n ga ga li lia n g. N gge u s m a h la h a n d i b u m i s e m p it, ke d a h n ga d a m e l lia n g

d e u i. N ya te u a ya te m p a tn a a tu h ...n a h a te u m a n fa a tke u n w a h a n ga n w a e ”

Beberapa dusun lainnya terletak jauh dari sungai, sehingga 83,33% responden mengatakan tidak menggunakan air sungai, untuk pengairan lahan pertanian hanya bergantung dari air hujan. Umumnya usaha tani dilakukan di lahan kering (93,33 %) dan konsumsi air sehari-hari berasal dari sumur atau PAM.

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Apabila Daerah Aliran Sungai rusak, maka masyarakat di wilayah tersebut merasakan kerugian. Pihak yang paling merasakan kerugian apabila DAS rusak adalah masyarakat, sedangkan pemerintah tidak merasakan kerugian apapun. Bentuk kerugian yang dirasakan masyarakat, berupa hilangnya lapangan pekerjaan bidang pertanian, kerugian tenaga dan biaya guna pengembalian kesuburan tanah dan hasil panen yang kurang bagus sehingga tidak menguntungkan.

Terdapat pula 3,33% masyarakat yang berpandangan tidak ada pihak yang merasa dirugikan dengan rusaknya DAS, karena jelas terlihat DAS saat ini kondisinya baik.

Pernyataan salah satu informan :

” Te u a ya ka ru gia n n a n a o n n u d ira o s ku s a b a b to s u n in ga p a m i D AS d id ie u te u re u ks a k, h a s il p a n e n s a e , s a re n g d i p e u la ka n n a n a o n ge ja n te u n ”.

Adanya pihak yang merasa dirugikan (96,67 %) apabila DAS rusak, menjadikan mereka berpandangan bahwa sebaiknya ada tindakan yang dilakukan melihat kondisi DAS saat ini. Seharusnya masyarakat melakukan pengelolaan terhadap Daerah Aliran Sungai, dimana pengelolaan dilakukan dengan pengurusan dan pengembangan dari semua sumber daya alam guna mencukupi kebutuhan masa kini dan masa depan penduduknya. Pengurusan dan pengembangan sumberdaya alam erat sekali dengan pola tata guna tanah dari wilayah tersebut. Pandangan masyarakat mengenai tindakan yang harus dilakukan terhadap DAS berupa :

• Memanfaatkan untuk areal pertanian (48%). Sejauh ini yang dapat mereka lakukan hanya memanfaatkan lahan untuk usaha tani, karena usaha tersebut merupakan mata pencaharian utama (93,33%).

• Menjaga dan mengembalikan kesuburan tanah. Upaya yang dilakukan berupa, konservasi tanah secara kimia melalui pemupukan (10%).

• Melakukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, menanam pohon pada lahan pertanian (46,67%). Penanaman pohon pelu dilakukan karena pohon mampu menyimpan air (3,33%). Kegiatan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) pernah dilakukan pada tahun 2004, berlokasi di Dusun Nenggeng Desa Cikanyere seluas 125 ha.

• Menggarap lahan atau memanfaatkan lahan, artinya tidak membiarkan lahan terbengkalai begitu saja (3,33%).

Meskipun tingkat pendidikan masyarakat tergolong rendah (93 % tamat/tidak tamat SD), namun persepsi mereka terhadap pengelolaan DAS menunjukan persepsi yang positif. Mereka merasa perlu melakukan pengelolaan DAS.

Pola tata guna tanah mempengaruhi kondisi suatu DAS. Sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Penerapan pola tanam dan budi daya jenis tertentu, ternyata tidak berpengaruh terhadap kualitas Daerah Aliran Sungai (DAS). Petani belum menyadari,bahwa sesungguhnya yang diterapkan selama ini pada lahan mereka telah mengarah pada upaya pengelolaan DAS. Mereka hanya berpandangan bahwa lahan yang mereka usahakan harus mampu memberikan hasil yang baik.

Persepsi Masyarakat Mengenai Peran Para Pihak dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Apabila Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalami kerusakan, pihak yang paling dirugikan adalah masyarakat yang yang bermukim di sepanjang DAS. Oleh sebab itu, pihak yang seharusnya berpartisipasi dalam pengelolaan DAS adalah masyarakat (26,67%), penggarap lahan (3,37%) dan 70% mengatakan masyarakat dengan bimbingan para pihak atau pemerintahlah yang seharusnya berpartisipasi dalam pengelolaan DAS.

Pihak yang seharusnya berpartisipasi dalam pengelolaan DAS adalah masyarakat dengan bimbingan pihak-pihak atau pemerintah (70% ), baik pihak yang berada di masyarakat bersangkutan maupun dari pemerintah daerah setempat. Pihak-pihak ataupun pemerintah belum berperan dalam pengelolaan DAS (43,33%), sedangkan masyarakat hanya sebatas melakukan usaha tani di lahan pribadi, garapan atau lahan sewa. Sebanyak 40 % masyarakat menyatakan pihak-pihak ataupun pemerintah sudah berperan dalam pengelolaan DAS. Selebihnya 16,67% menyatakan tidak tahu.

Sejauh ini, pengelolaan DAS dilakukan (50 %) dengan ajakan pemerintah dan sebagian lagi (50%) menyatakan belum ada ajakan pemerintah untuk mengelola DAS. Bentuk ajakan yang diberikan pada masyarakat berupa:

• Membantu dalam bidang pertanian.

Menurut pandangan mereka, pemanfaatan lahan untuk pertanian merupakan salah satu upaya pengelolaan DAS.

• Memberikan bantuan biaya. Sebagai upaya mengurangi terjadinya erosi melalui proyek pembuatan teras pada lahan miring seluas 40 Ha. Kegiatan ini pernah dilakukan pada tahun 1982.

• Penyuluhan dan pengarahan melalui sekolah lapang, baik berupa ajakan penghijauan, cara menanam yang baik maupun pelaksanaan program-program pemerintah atau dari pihak lainnya.

Adanya pandangan yang berbeda mengenai ada tidaknya ajakan pemerintah kepada masyarakat dalam pengelolaan DAS disebabkan oleh, informan yang terpilih bukan merupakan anggota kelompok tani sehingga ada kemungkinan penyebaran informasi ataupun ajakan tidak sampai pada mereka. Adanya anggota kelompok tani yang belum merasakan ajakan tersebut karena, mereka tidak aktif menghadiri pertemuan yang diadakan serta kurang aktif dalam mengali informasi yang sampai pada kelompok tani.

Persepsi Masyarakat Mengenai Pengorganisasian Petani

Daerah Aliran Sungai perlu mendapat pengelolaan demi tercapainya kondisi hidrologi DAS yang menjamin upaya pemanfaatan sumber daya alam lainnya di Wilayah DAS tersebut secara optimal berkelanjutan dalam rangka

pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (Manan, 1995). Mengingat betapa pentingnya keberadaan DAS yang baik,43,33% masyarakat menyatakan perlu adanya aturan mengenai pengelolaan DAS. Beberapa aturan yang seharusnya ada menurut pandangan masyarakat berupa :

• Aturan mengenai penanaman dan penentuan jenis tanaman yang baik. (lebih menguntungkan)

• Aturan yang menjaga agar tutupan lahan tetap ada, adanya penanaman pohon dan aturan menebang.

• Aturan yang membantu petani dalam perolehan modal, bibit, pupuk, dan pemasaran hasil.

• Adanya tempat konsultasi masalah pertanian • Aturan rotasi tanaman dan penanggulangan hama

• Aturan pendirian bendungan untuk menanggulangi masalah kekeringan di saat kemarau

Sebesar 26.67% masyarakat, menyatakan tidak tahu mengenai perlu tidaknya aturan tentang pengelolaan DAS. Sebagian masyarakat (33,33 %) menyatakan tidak perlu adanya peraturan tentang pengelolaan DAS, dengan alasan akan merugikan. Mereka menganggap bahwa mengelola DAS sama dengan kegiatan usahatani, sehingga mereka beranggapan adanya aturan hanya akan merugikan. Dari segi modal tani mereka pernah memperoleh pinjaman modal, bibit dan pupuk. Ketika panen bukan untung yang diperoleh, tetapi menjadi hutang yang bagi mereka amat memberatkan.

Salah satu informan mengatakan :

”ka n ggo n a o n a ya a tu ra n ?! Ab d i m a h ka p o k ku a ya n a a tu ra n te h , m a ta k n ga ru gike u n p a ta n i w u n gku l! Ab d i ke n gin g b a n to s a n m o d a l, b ib it ja go n g s a re n g p u p u kn a . Eh , p a s p a n e n te h s a n e s u n tu n g...n u a ya m a h m a la h b u n tu n g! Ab d i ja n te n b in gu n g, tim a n a n ga lu n a s a n n a n a ?!?! D a p a ka s a b a n a b d i n ga n u ku r ti u s a h a ta n i d i ke b o n b a tu r s a re n g ja d i b u ru h ta n i”

Kemudian kerugian dari segi penanaman, jika diterapkan pembuatan teras sebelum penanaman hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga saja disamping bibit tanaman yang dapat ditanam lebih sedikit. Menurut mereka tidak menerapkan pembuatan teras di lahan miring tidak akan berdampak apapun. Mereka menanam dengan cara di hampar, karena cara ini merupakan cara yang baik. (Gambar 13)

Gambar 13. Menanam dengan Cara Dihampar

Pernyataan informan mengenai kerugian yang dialaminya :

” N ga d a m e l te ra s n ga n u ku r m ice u n a n ta n a ga s a re n g w a kto s w u n gku l. Ab d i ka n to s m ra kte ke u n n ga d a m e l te ra s s a p e rto s n u d ia n ju rke u n ti d in a s P KT. Ka n ya ta a n a n a lu a s a n ta n a e u h n u tia s a d ip e la ka n n ga n s a ke d ik, ja n te n h a s il p a n e n a o ge s a ke d ik. Ab d i te u n ga la ks a n a ke u n a n ju ra n ti d in a s P KT d e u i, ta p i te te p d ih a m p a rke u n d a ka n ggo a b d i m a h te u a ya ru gin a , m a rgi s a la m i ie u m a h te u a ca n p e rn a h a ya e ro s i”.

Pemanfaatan lahan untuk pertanian, merupakan upaya dalam pengelolaan

DAS

,

tidak perlu perlakuan lainnya. Ada pula yang mengatakan bahwa biarkan saja lahan apa adanya sesuai dengan kondisi alam, artinya alam sendiri akan mampu mengembalikan keadaan tanah yang subur dari rumput-rumput yang

Pengelolaan DAS tidak dapat dilakukan oleh satu atau dua orang saja, tetapi perlu adanya kesatuan pandangan dan pemahaman dalam gerak sehingga secara serentak seluruh lapisan masyarakat dapat ikut berperan dalam pengelolaan DAS.

Untuk memfasilitasi gerak dalam pengelolaan DAS, perlu adanya perkumpulan atau wadah untuk menggerakan (66,67%). Wadah yang dimaksud dapat berupa perkumpulan yang menangani masalah pengelolaan DAS secara khusus ataupun cukup melalui kelompok tani saja.

Bagi sebagian kecil (3,33 %) masyarakat berpandangan tidak perlu adanya wadah yang menggerakan pengelolaan DAS , dengan alasan belum ada pihak

Dokumen terkait