• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Setiap parameter pengamatan baik tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun total dan biomassa total bibit mengalami perbedaan pada setiap intensitas naungan yang berbeda. Hasil uji DMRT pada taraf 5% menunjukkan bahwa intensitas naungan memberikan pengaruh nyata pada setiap parameter pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Parameter pengamatan Intensitas naungan Satuan

0% 25% 50% 75%

Tinggi rata- rata bibit 8,52a 12,36b 16,27c 12,55b (cm) Diameter Rata-rata bibit 0,39a 0,41a 0,49b 0,42a (cm) Jumlah daun Rata-rata

bibit

3a 5b 6b 5b (helai)

Luas Daun Total rata-rata bibit

31,76a 66,39b 94,97c 86,78bc (cm2

Biomassa total rata-rata bibit

)

1,16 2,17 5,38 2,98 (g)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple RangeTest (DMRT) pada taraf 5 %.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0% 25% 50% 75% D ia m e te r ra ta -r at a b ib it Intensitas Naungan 0% 25% 50% 75% 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0% 25% 50% 75% T in ggi r a ta -r at a b ib it Intensitas Naungan 0% 25% 50% 75%

Hasil yang terlihat pada tabel diatas dapat dijadikan diagram batang yang ada pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2. Diagram batang setiap parameter yang diamati pada pengamatan 1-13 MST (Minggu setelah tanam). 0 1 2 3 4 5 6 7 0% 25% 50% 75% Ju m la h D a u n ( h el a i) Intensitas Naungan 0% 25% 50% 75% 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0% 25% 50% 75% B ioma ss a t ot a l ra ta -r at a b ib it Intensitas Naungan 0% 25% 50% 75% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0% 25% 50% 75% R at a -r a ta Lua s D a un To ta l bi bi t Intensitas Naungan 0% 25% 50% 75%

Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas dapat diketahui bahwa setiap parameter yang diamati memiliki nilai yang berbeda pada setiap intensitas naungan yang berbeda. Data setiap parameter pengamatan baik tinggi rata-rata, diameter rata-rata bibit, jumlah daun, luas daun total rata-rata bibit, dan biomassa total bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 MST. Dari tabel dan diagram batang tersebut dapat dilihat pertumbuhan tinggi rata-rata bibit A. marina tertinggi adalah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 16,27 cm dan terendah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 8,52 cm. Pertumbuhan diameter rata-rata bibit A. marina yang tertinggi terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 0,49 cm dan terendah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 0,39 cm. Jumlah daun terbanyak terdapat pada intensitas naungan 50% yaitu rata-rata sebanyak 6 helai sedangkan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada intensitas naungan 0% yaitu rata-rata sebanyak 3 helai. Luas daun total bibit A. marina yang terluas adalah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 94,97 cm2 dan terendah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 31,76 cm2

Perbedaan perlakuan intensitas naungan A. marina memberikan pengaruh nyata terhadap setiap parameter yang diamati baik tinggi rata-rata bibit, diameter rata-rata bibit, jumlah daun, luas daun total, dan biomassa total bibit A. marina. Persentase peningkatan pertumbuhan bibit A. marina dari setiap parameter yang diamati berbeda pada setiap perlakuan intensitas naungan yang berbeda. Berikut . Biomassa total rata-rata bibit A. marina yang terbesar adalah pada bibit A. marinadengan intensitas naungan 50% yaitu 0,54 gram dan terendah pada bibit A. marinadengan intensitas naungan 0% yaitu 0,38 gram.

adalah peningkatan persentase pertumbuhan bibit A. marina dari setiap parameter yang diamati pada setiap intensitas naungan yang berbeda yang disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Persentase peningkatan pertumbuhan bibit A. marina dari setiap parameter yang diamati pada setiap intensitas naungan yang berbeda.

Parameter pengamatan Intensitas naungan Satuan

0% 25% 50% 75%

Tingi rata-rata bibit - 45,07 90,96 47,30 (%)

Diameter Rata-rata bibit - 5,13 25,64 7,69 (%)

Jumlah daun Rata-rata bibit

- 66,67 100 66,67 (%)

Luas Daun Total rata-rata bibit

- 109,04 199,02 173,24 (%)

Biomassa total rata-rata bibit

- 87,07 363,79 156,90 (%)

Gambar 3. Diagram batang peningkatan persentase pertumbuhan bibit A. marina dari setiap parameter yang diamati pada pengamatan 1-13 MST (Minggu setelah tanam).

0 50 100 150 200 250 300 350 400

tinggi diameter jumlah daun luas daun total biomassa total 0% 25% 50% 75%

Tinggi rata-rata bibit A. marina (cm)

Pertambahan tinggi bibit A. marina mengalami perbedaan pada setiap perlakuan intensitas naungan. Pertumbuhan tinggi rata-rata bibit A. marina tertinggi adalah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 16,27. Hal ini disertai dengan persentase peningkatan tinggi dari bibit A. marina yang paling tinggi juga terdapat pada intensitas naunga 50% yaitu 90,96%. Pertumbuhan tinggi rata-rata bibit A. marina terendah terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 8,52 cm. Data tinggi rata-rata bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 MST. Hasil analisis sidik ragam, tinggi rata-rata bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 2, sedangkan persentase peningkatan tinggi bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 7.

Diameter rata-rata bibit A. marina (cm)

Pertambahan diameter bibit A. marina mengalami perbedaan pada setiap perlakuan naungan. Pertumbuhan diameter rata-rata bibit A. marina tertinggi adalah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 0,49 cm. Hal ini disertai dengan persentase peningkatan diameter dari bibit A. marina yang paling tinggi juga terdapat pada intensitas naunga 50% yaitu 25,64%. Pertumbuhan diameter rata-rata bibit A. marina terendah terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 0,39 cm. Data diameter rata-rata bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 MST. Hasil analisis sidik ragam, diameter rata-rata bibit A. marina dapat dilihat lampiran 3, sedangkan persentase peningkatan diameter bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 7.

Jumlah daun rata-rata A. marina(helai)

Perbedaan perlakuan intensitas naungan A. marina memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun rata-rata bibit A. marina. Jumlah daun rata-rata bibit A. marina berbeda pada setiap intensitas naungan. Jumlah daun terbanyak terdapat pada intensitas naungan 50% yaitu memiliki rata-rata jumlah daun sebanyak 6 helai daun. Hal ini disertai dengan persentase peningkatan rata-rata jumlah daun dari bibit A. marina yang paling banyak juga terdapat pada intensitas naunga 50% yaitu 100%. Jumlah daun bibit A. marina yang paling sedikit terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu sebanyak 3 helai daun. Data jumlah daun rata-rata bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 MST. Hasil analisis sidik ragam, jumlah daun rata-rata bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 4, sedangkan persentase peningkatan diameter bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 7. Perbedaan perlakuan intensitas naungan A. marina memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun rata-rata bibit A. marina.

Luas daun total rata-rata bibit A. marina (cm2

Perbedaan perlakuan intensitas naungan A. marina memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun total rata-rata bibit A. marina. Luas daun total rata-rata bibit A. marina terluas terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 94,97 cm

)

2

.Hal ini disertai dengan persentase peningkatan luas daun total bibit A. marina yang paling banyak juga terdapat pada intensitas naunga 50% yaitu 100%. Luas daun total rata-ratabibit A. marina yang terendah terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 31,76 cm2 . Data luas daun

total bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 MST. Hasil analisis sidik ragam luas daun total bibit A. marina dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan persentase peningkatan luas daun total bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 7.

Biomassa total rata-rata bibit A. marina (g)

Perbedaan perlakuan intensitas naungan A. marina memberikan pengaruh nyata terhadap biomassa total rata-rata bibit A. marina. Biomassa total rata-rata bibit A. marina yang terbesar adalah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu 0,54 gram. Hal ini disertai dengan persentase peningkatan biomassa total rata-rata bibit A. marina yang paling besar juga terdapat pada intensitas naunga 50% yaitu 363,79%. Biomassa total rata-rata bibit A. marina yang terendah terdapat pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 0% yaitu 0,38 gram. Data biomassa total bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 MST. Hasil perhitungan biomassa total bibit A. marina dapat dilihat pada Lampiran 6 sedangkan persentase biomassa total rata-rata bibit A. marina dapat dilihat pada lampiran 7.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4. Bentuk bibit A. marina dalam berbagai intensitas naungan. (a. intensitas naungan 0%, b. intensitas naungan 25%, c. intensitas naungan 50% dan d. intensitas naungan 75% pada 13 MST (Minggu Setelah Tanam).

Pembahasan

Tinggi rata-rata bibit A. marina

Persentase hidup bibit A. marina pada intensitas naungan 0%, 25%, 50% dan 75% memiliki nilai yang sama yaitu 100%. Pemberian perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup bibit. Hal ini sesuai dengan pernyatan Hanley et al. (2005) yang menyatakan bahwa A.marina dapat tumbuh pada semua tingkatan lokasi di sepanjang pesisir. Menurut Anwar (2004) bibit Avicennia spp. dapat tumbuh baik pada tanah yang lembek dan berlumpur. Pertumbuhan bibit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Setiap biji memiliki genetik yang berbeda walaupun berasal dari satu pohon induk yang sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mohr dan Schopfer (1995) yang menyatakan bahwa kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh sifat genetik tanaman. Secara genetik, tanaman yang toleran terhadap naungan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.

Intensitas naungan 50% adalah intensitas naungan yang terbaik yang memberikan persentase peningkatan tertinggi dari setiap parameter pertumbuhan bibit A. marina yang diamati. Menurut Schmidt (2002) dalam Sudomo (2009), Intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi sedangkan intensitas cahaya yang rendah akan mengganggu jalannya fotosintesis sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu intensitas cahaya optimal sangat diperlukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal dan dapat menghasilkan bibit berkualitas baik. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

dapat diketahui bahwa intensitas naungan 50% adalah yang terbaik untuk pertumbuhan bibit A. marina. Hal ini dapat dilihat dari persentase peningkatan tertinggi dari setiap parameter pertumbuhan bibit A. marina baik persentase peningkatan tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun total dan persentase peningkatan biomassa yang tertinggi terdapat pada intensitas naungan 50%.

Pertumbuhan tinggi rata-rata bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% merupakan pertumbuhan bibit tertinggi yaitu sebesar 16, 27cm. Sedangkan pertumbuhan tinggi rata-rata bibit terendah terdapat pada intensitas naungan 0% yaitu sebesar 8,52cm. Perbedaan naungan memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini berkaitan langsung dengan intensitas, kualitas dan lama penyinaran cahaya yang diterima untuk tanaman melaksanakan proses fotosintesis.

Intensitas cahaya yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kondisi lingkungan yang panas menyebabkan panjang tanaman pendek, daunnya kecil-kecil, jumlah bunga sedikit dan diameter kanopi yang sempit. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Gardner et al. (1985) bahwa intensitas radiasi yang terlalu tinggi dapat menekan kerja auksin, sebaliknya suhu terlalu rendah akan memacu kerja auksin, tertekannya kerja auksin dapat mengurangi pertumbuhan tanaman. Hal ini karena hormon auksin yang berada di pucuk tanaman tidak dapat bekerja secara aktif sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Pernyataan di atas didukung oleh Ulumiyah, et al. (2008), Intensitas cahaya tinggi dapat menurunkan pertumbuhan tinggi. Pertumbuhan tinggi lebih cepat pada tempat ternaung daripada tempat terbuka.

Menurut Marjenah (2001), intensitas cahaya yang relatif sedikit, tanaman cenderung memacu pertumbuhan tingginya untuk memperoleh sinar yang diperlukan untuk proses fisiologi. Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan senyawa lain juga rendah. Pernyataan di atas didukung oleh Widiastoety et al. (2000) yang menyatakan bahwa intensitas cahaya yang kurang menyebabkan laju fotosintesis menurun, sehingga hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses respirasi, cadangan makanan berkurang sehingga pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Fitter dan Hay (1991) mengemukakan bahwa cahaya merupakan satu dari faktor-faktor lingkungan terpenting karena perannya dari proses fotosintesis.

Diameter rata-rata bibit A. marina

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa data diameter rata-rata tertinggi adalah pada bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% yaitu sebesar 0,49 cm, disusul bibit A. marina dengan intensitas naungan 75% sebesar 0,42 cm, kemudian bibit A. marina dengan intensitas naungan 25% sebesar 0,41 cm dan yang terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% yaitu sebesar 0,39 cm. Perbedaan diameter rata-rata bibit mengalami perbedaan antara satu naungan dengan naungan yang lain disebabkan besarnya cahaya yang diterima berbeda

pada setiap intensitas naungan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Simarangkir (2000) bahwa pertumbuhan diameter tanaman berhubungan erat

dengan laju fotosintesis akan sebanding dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi. Akan tetapi pada titik jenuh cahaya, tanaman tidak

mampu menambah hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah. Pernyataan di atas didukung oleh Daniel et al. (1992) dalam Irwanto (2006) yang menyatakan bahwa terhambatnya pertumbuhan diameter tanaman karena produk fotosintesisnya serta spektrum cahaya matahari yang kurang merangsang aktivitas hormon dalam proses pembentukan sel meristematik kearah diameter batang, terutama pada intensitas cahaya yang rendah.

Diameter bibit A. marina dengan intensitas naungan 50% lebih baik dibandingkan dengan intensitas naungan 75% dan intensitas naungan yang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wibisono (2008) yang menyatakan bahwa baik di bedeng darat maupun pasang surut, A. marina harus dinaungi dengan intensitas 50%. Hal yang sama dikemukakan oleh Anwar (2004) bahwa tingkat naungan yang disarankan untuk pembuatan bedeng sapih atau semai adalah lebih kurang 50%.

Menurut Magfoer dan Koesrihartati (1998), efek penggunaan naungan dapat mengurangi cahaya yang diterima tanaman, menurunkan suhu udara dan mempertahankan kelembaban tanah. Semai yang mendapat intensitas naungan yang tinggi memiliki kelembaban tanah yang tinggi sehingga tanah banyak mengandung air yang mampu mengoptimalkan proses fotosintesis. Semakin besar tingkat naungan, menyebabkan intensitas cahaya yang diterima tanaman semakin kecil, maka suhu udara rendah, kelembaban udara semakin tinggi.

Jumlah daun rata-rata bibit A. marina

Perhitungan jumlah daun rata-rata yang dilakukan diperoleh bahwa jumlah daun rata-rata terbanyak terdapat pada intensitas naungan 50% yaitu sebesar 6 helai daun, sedangkan pada intensitas naungan 25% dan 75% memiliki jumlah

daun rata-rata yang sama yaitu sebesar 5 helai daun. Jumlah daun rata-rata terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% sebesar 3 helai daun. Daun-daun yang ternaungi memiliki jumlah klorofil yang lebih banyak dibanding jumlah klorofil pada daun-daun yang mendapat cahaya matahari secara langsung sehingga jumlah daun lebih banyak pada tempat yang ternaungi. Tanaman ternaungi akan mengurangi sistem perakaran untuk membentuk daun yang lebar dan tipis. Daun Tanaman yang ternaungi menggunakan lebih banyak energi untuk menghasilkan pigmen pemanen cahaya yang memungkinkannya mampu menggunakan semua cahaya dalam jumlah terbatas yang mengenainya.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat terlihat bahwa bibit A. marina yang hidup pada kondisi ternaungi memiliki struktur daun yang lebih besar dan tipis dibandingkan dengan bibit A. marina yang hidup pada kondisi tidak ternaungi. Hal ini sesuai pernyataan Marjenah (2001) yang mengemukakan bahwa jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Daun tanaman yang ada dalam naungan menggunakan lebih banyak energi untuk menghasilkan pigmen pemanen cahaya yang memungkinkannya mampu menggunakan semua cahaya dalam jumlah terbatas yang mengenainya. Pernyataan ini didukung oleh Salisbury dan Ross (1995) yang mengemukakan bahwa intensitas cahaya yang tinggi akan meningkatkan kadar karotenoid, kandungan nitrogen, dan mempengaruhi struktur anatomi daun. Intensitas cahaya yang tinggi akan mengakibatkan permukaan daun menjadi lebih terbuka, namun intensitas cahaya yang sangat tinggi akan menurunkan kadar klorofil daun.

Fitter dan Hay (1998) serta Taiz dan Zeiger (2002) menyatakan bahwa daun tanaman yang ternaungi menjadi lebih tipis dibanding daun tanaman yang tidak ternaungi. Hal ini disebabkan oleh pengurangan lapisan palisade dan sel-sel mesofil. Sugito (1999) menyatakan bahwa daun yang tipis dimaksudkan agar lebih banyak radiasi matahari yang dapat diteruskan ke bawah sehingga distribusi cahaya merata sampai pada bagian daun bagian bawah. Penurunan tebal daun diiringi dengan pelebaran atau penambahan luas daun dimaksudkan agar penerimaan cahaya matahari lebih banyak. Pernyataan lain yang mendukung adalah menurut Dwijoseputro (1980) yang menyatatakan bahwa Perbedaan jumlah daun yang tumbuh dibawah naungan dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya yang diperoleh sehingga energi foton yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis menjadi berkurang. Laju fotosintesis berkurang mengakibatkan fotosintat yang dihasilkan berkurang sehingga pertumbuhan vegetatif terutama pertumbuhan daun terhambat. Pada tingkat naungan yang ekstrim untuk tanaman tertentu bisa mengakibatkan kematian jaringan tanaman dan diikuti kematian tanaman itu sendiri.

Menurut Marschner (1995) dalam Delvian (2006), cahaya dan suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit di persemaian. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan bibit tumbuh kerdil, daun kering dan gugur, bahkan dapat berakibat bibit mati. Sedangkan intensitas cahaya yang rendah atau kurang akan menimbulkan pengaruh yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan bibit serta menyebabkan etiolasi pada bibit.

Luas daun total rata-rata bibit A. marina

Perhitungan luas daun total yang tertinggi adalah bibit dengan intensitas naungan 50% sebesar 94,97cm2, sedangkan yang terendah adalah 0% sebesar 31,376cm2

Menurut Djukri dan Purwoko (2003) naungan mengakibatkan peningkatan luas daun sebagai upaya tanaman dalam mengefisiensikan penangkapan energi cahaya untuk fotosintesis secara normal pada kondisi intensitas cahaya rendah. Pernyataan tersebut didukung oleh Sirait (2006) yang menyatakan bahwa dalam kondisi ternaungi, salah satu bentuk adaptasi tanaman adalah dengan memperluas daun untuk memaksimalkan jumlah cahaya yang dapat diserap. Dengan demikian bahan baku yang dihasilkan dalam fotosintesis lebih banyak digunakan untuk perkembangan pucuk daripada akar. Alur transportasi hasil fotosintesis adalah

. Luas daun merupakan kemampuan adaptasi daun terhadap intensitas cahaya tinggi dan rendah. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi tidak baik bagi tanaman karena menyebabkan daun menjadi tebal dan kecil sedangkan daun yang didalam naungan, terlihat lebih tipis dan permukaan daun lebih luas. Hal ini karena daun yang ternaung menyebabkan hormon auksin dapat bekerja secara aktif untuk memperluas daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marjenah (2001) dalam Irwanto (2006) bahwa daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan dari pada jika berada di tempat terbuka. Hal ini karena daun-daun yang ternaung mempunyai jumlah klorofil yang lebih banyak, sedangkan daun-daun ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil yang lebih rendah. Pernyataan ini didukung pula oleh Gardner et al. (1985) yang mengemukakan berkurangnya persentase penyinaran yang diterima tanaman menyebabkan luas daun meningkat.

dari daun menuju ke bagian lain yang memerlukan seperti batang dan akar melalui pembuluh floem. Dengan mekanisme tersebut, pada kondisi naungan akar akan memperoleh fotosintat yang lebih sedikit dibandingkan dengan pucuk.

Jumlah luas daun menjadi penentu utama kecepatan pertumbuhan. Heddy (1996) menyebutkan dalam satu tanaman, daun yang terluar yang mendapat cahaya matahari penuh tumbuh lebih kecil daripada daun yang sebelah dalam yang terlindung. Bila tumbuhan berada lama dalam cahaya yang lemah, ia akan mengalami etiolasi, yakni batangnya menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut penyokong yang cukup, daunnya keputih-putihan tanpa klorofil yang cukup. Namun apabila penyinaran yang berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil dengan perkembangan yang abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian.

Biomassa Total rata-rata bibit A. marina

Biomassa tanaman merupakan akumulasi produk fotosintesis maupun penyerapan hara dalam bentuk senyawa organik penyusun seluruh jaringan pada organ vegetatif maupun generatif tanaman. Sitompul dan Guritno (1995) menyebutkan bahwa Pengukuran berat basah tanaman dilakukan secara langsung setelah tanaman dipanen agar tidak kehilangan air. berat basah tanaman adalah berat tanaman pada saat masih hidup. Selain bahan organik, kandungan air pada jaringan tanaman akan mempengaruhi berat basah tanaman

Menurut Lakitan (1996), Berat kering total tanaman merupakan akibat efisiensi penyerapan dan pemanfaatan radiasi matahari yang tersedia, sepanjang musim pertumbuhan oleh tajuk tanaman. berat kering tanaman mencerminkan

akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik, terutama air dan karbondioksida. Besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan berat kering.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, Biomassa total rata-rata tertinggi adalah bibit dengan intensitas naungan 50% sebesar 0,54 gram sedangkan biomassa total rata-rata terendah adalah bibit dengan intensitas naungan 0% sebesar 0,35 gram. Biomassa total bergantung pada semua parameter lain yakni tinggi bibit, diameter bibit, jumlah daun, luas daun total dan akar dari bibit tanaman. Biomassa menunjukkan banyaknya cahaya yang tertangkap oleh bibit untuk proses fotosintesis. Menurut Lakitan (2008), Bobot basah di lahan ternaungi lebih banyak mengandung klorofil (terutama klorofil b) per satuan berat daun. Klorofil yang lebih banyak ini berkaitan dengan lebih banyak grana yang terbentuk pada daun ternaung sehingga bobot basah dan kering total per tanaman lahan ternaungi lebih tinggi daripada di lahan tanpa naungan. Pernyataan ini didukung oleh Fitter dan Hay (1991), Peningkatan berat kering terjadi karena laju fotosintesis berupa fotosintat yang merupakan hasil akhir dari proses metabolisme. Produk akhir dari proses fotosintesis adalah gula. Gula merupakan materi dasar penyusun materi organik di dalam sel tanaman seperti senyawa struktural, metabolik, dan cadangan makanan yang penting. Bagian-bagian sel tanaman seperti sitoplasma, inti sel dan dinding sel tersusun atas materi organik tersebut. Proses ini mengakibatkan akumulasi bahan kering tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tohari dkk. (2004), Bila luas daun meningkat, asimilat

Dokumen terkait