• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hubungan Panjang Bobot Ikan Tamban (Sardinella albella)

Berdasarkan hubungan panjang dan bobot ikan tamban pada pengambilan sampel di Kabupaten Serdang Bedagai dijelaskan bahwa ukuran panjang berkisar antara 102 mm sampai 191 mm dan dengan kisaran bobot 10 gram sampai 64 gram (Lampiran 2). Data panjang bobot ikan tamban dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Panjang Bobot Ikan Tamban (S. albella)

Bulan

Betina Jantan Gabungan

N (ekor) Panjang (mm) Berat (g) N (ekor) Panjang (mm) Berat (g) N (ekor) Panjang (mm) Berat (g) Maret 114 129 - 191 22- 64 234 102 – 185 10 – 61 348 102 – 191 10 – 64 April 62 134 - 185 24 – 61 162 133 – 188 21 – 62 224 133 – 188 21 – 62 Mei 80 127 - 170 22 – 51 69 134 – 175 25 – 54 149 127 – 175 22 – 54 Jumlah 256 127 - 191 22 – 64 465 102 – 188 10 – 62 721 102 – 191 10 – 64

Sampel ikan tamban yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 721 ekor (3 bulan) dengan jumlah jantan sebanyak 465 ekor dan jumlah betina sebanyak 256 ekor. Hubungan panjang bobot ikan tamban dapat dilihat pada Gambar 7.

xxxix

(a) (b)

Gambar 7. Hubungan panjang bobot ikan tamban (a) jantan dan ikan tamban (b) betina

Berdasarkan Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa nilai “b” untuk ikan tamban jantan berkisar antara 2,568 – 3,127 dan ikan tamban betina berkisar 2,229 – 2,923. Ikan tamban betina di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai memiliki nilai b < 3, sedangkan ikan tamban jantan pada bulan mei nilai b > 3, setelah dilakukan perhitungan regresinya Thit > Ttab (Lampiran 3), sehingga dapat disimpulkan bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik

xl

negatif yaitu pertumbuhan panjang tubuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bobot tubuh.

Faktor Kondisi Ikan Tamban (S. albella)

Hasil perhitungan faktor kodisi (FK) ikan tamban jantan maupun betina berdasarkan pola pertumbuhan allometrik negatif berada dalam kisaran 0,630 – 1,633, nilai tersebut menunjukkan ikan tamban Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai bentuk pipih (kurus).

Distribusi Sebaran Frekuensi Ikan Tamban (S. albella)

Sampel ikan tamban yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 721 ekor (3 bulan) dengan jumlah jantan sebanyak 465 ekor dan jumlah betina sebanyak 256 ekor. Jumlah ikan tamban jantan lebih banyak daripada ikan tamban jantan. Ukuran panjang minimum dan maksimum ikan tamban yang diamati adalah 102 – 191 mm. Berdasarkan Gambar 8 diketahui bahwa distribusi sebaran frekuensi ikan tamban tertinggi bulan Maret pada kisaran 167 – 171, bulan April 147 – 151, bulan Mei 157 – 167.

xli

(a) (b)

Gambar 8. Sebaran frekuensi panjang ikan tamban (a) jantan maupun (b) betina di perairan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan bulan pengambilan sampel

Selanjutnya dilihat pada Gambar 9 distribusi sebaran frekuensi keseluruhan terletak pada kisaran 147 – 152 mm.

Gambar 9. Sebaran frekuensi panjang ikan tamban (a) jantan maupun (b) betina di perairan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Maret – Mei 2015

xlii

Parameter Pertumbuhan Ikan Tamban (S. albella)

Berdasarkan hasil analisis plot Ford-Walfrod didapatkan nilai parameter pertumbuhan (K dan L) dan t0 ikan tamban, baik jantan maupun betina yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter pertumbuhanikan tamban hasil analisis dengan metode ELEFAN dalam program FISAT II

Ikan Tamban (Sardinella albella) Parameter Pertumbuhan L∞ (mm) K (t -1 ) t0 (tahun) Lt (mm) Betina 211,05 0,550 -0,604 211,05(1-e(-0,55(t+0,603525))) Jantan 211,89 0,230 -2,615 211,89(1-e(0,23(t+2,61513))) Gabungan 204,05 0,290 -0,721 204,05(1-e(-0,29(t+0,7206))) Nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan persamaan Von Bertalanffy ikan tamban, yaitu Lt = 211,89*(1- e(0,23(t+2,61513))) untuk ikan jantan, Lt = 211,05*(1-e(-0,55(t+0,603525))), untuk ikan betina dan Lt= 204,05*(1-e(-0,29(t+0,7206))) untuk data keseluruhan. Berdasarkan persamaan-persamaan Von Bertalanffy tersebut, grafik pertumbuhan ikan tamban dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

xliii

Gambar 11. Grafik pertumbuhan (Lt) ikan tamban jantan

Selanjutnya, didapatkan kurva pertumbuhan ikan tamban (Gambar 12 dan Gambar 13).

Gambar 12. Kurva pertumbuhan ikan tamban betina

xliv

Laju Eksploitasi Ikan Tamban (S. albella)

Pendugaan laju mortalitas total (Z) dianalisis dengan menggunakan metode Beverton dan Holt (Sparre dan Venema, 1998).Pendugaan konstanta laju mortalitas total (Z) ikan tembang dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinierkan berbasis data panjang.

Berdasarkan hasil analisis laju mortalitas total (Z) pada ikan tamban diperoleh 1,31 pertahun terdiri atas mortalitas alami (M) ikan tamban diperoleh 0,49 pertahun, dan mortalitas akibat penangkapan (F) adalah 0,82 pertahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi (E) sebesar 0,63 pertahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan tamban di Perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

Ikan Tamban (Sardinella albella) Z (pertahun) M (pertahun) F (pertahun) E (pertahun) Jantan 1,19 0,42 0,78 0,65 Betina 3,65 0,74 2,92 0,80 Gabungan 1,31 0,49 0,82 0,65 Kualitas Perairan

Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap pengambilan sampel dan dilakukan disetiap stasiun pengambilan sampel (Lampiran 4), adapun rata-rata nilai kulitas air pada setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Kualitas Air di Perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

Parameter Satuan Alat/Metode Pengambilan Sampel

Maret April Mei

Fisika

Suhu OC Termometer 27 30 31 - 33 31 33 Salinitas Ppt Refraktometer 30 – 31 30 - 31 31 Kecerahan Cm Secchi disk 53 - 138 103 - 197 142 – 227

xlv Tabel 4. (lanjutan)

Parameter Satuan Alat/Metode Pengambilan Sampel

Maret April Mei

Kimia

pH - pH meter 7,2 – 7,3 7 – 8 7

DO mg/l Metode Winkler 5,6 – 6,6 6 – 7 6,6 – 7,2

Pembahasan

Hubungan Panjang Bobot Ikan Tamban (Sardinella albella)

Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 1 diketahui kisaran panjang tubuh ikan tamban di Perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai adalah 102 – 191 cm dengan kisaran bobot tubuh 10 – 64 gram. Chan (1965) menyatakan bahwa panjang tubuh Sardinella sp. dapat mencapai 23 cm tetapi pada umumnya hanya 10 – 15 cm, pernyataan ini diperkuat lagi oleh Ginanjar (2006) bahwa rata-rata panjang kepala Sardinella sp. 25 – 29 % dari panjang baku, dengan tinggi sekitar 27 – 31 %, dan panjang baku maksimum 23 cm.

Berdasarkan hasil pada Gambar 7 analisis hubungan panjang bobot diketahui bahwa persamaan hubungan panjang bobot ikan tamban jantan dari bulan Maret sampai Mei adalah W = 0,00002L2,899 dengan kisaran nilai b sebesar 2,568 – 3,127 dan ikan tamban betina adalah W = 0,0005L2,229 dengan kisaran nilai b sebesar 2,229 – 2,923. Dari nilai b yang diperoleh dan setelah dilakukan uji t (α=0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan tamban memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, artinya pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan bobot (Effendie 1997).

Pola pertumbuhan yang berbeda terdapat pada ikan tembang yang hidup di Teluk Pelabuhan Ratu, yang memiliki pola pertumbuhan Isometrik dengan nilai b

xlvi

2,86 – 3,12 (Syakila, 2009) yang artinya pertambahan panjang dan berat seimbang (Effendie, 1997). Perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh beberapa faktor misalnya kondisi lingkunagn, perbedaan lokasi penangkapan dan proses fisiologi ikan itu sendiri. Penjelasan ini sesuai dengan pernyataan Jennings, dkk. (2001) dalam Mulfizar, dkk. (2012) menyatakan secara umum, nilai b tergantung pada kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan teknik sampling.

Faktor Kondisi Ikan Tamban (S. albella)

Analisis hubungan panjang bobot ikan tamban di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dengan hasil perhitungan faktor kondisi (FK) berkisar 0,630 – 1,633. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa nilai tersebut menunjukkan contoh ikan pada pengamatan dalam kondisi baik (kurang pipih), dengan ketentuan nilai faktor kondisi pada ikan yang badannya agak pipih berkisar antara 2 – 4, sedangkan pada ikan yang kurang pipih antara 1 – 3.

Distribusi Sebaran Frekuensi Ikan Tamban (S. albella)

Hasil penelitian Syakila (2009) melaporkan bahwa panjang minimum dan maksimum ikan sebanyak 978 ekor dengan kisaran panjang 122 mm – 166 mm di perairan Teluk Pelabuhan Ratu Sukabumi Jawa Barat, Aswar (2011) sebanyak 1.181 ekor dengan kisaran panjang 130 mm – 274 mm di perairan Laut Flores Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan dan Sari, dkk. (2013) sebanyak 1500

xlvii

ekor dengan kisaran panjang 103 – 165 mm di TPI pelantar KUD Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.

Bila dibandingkan antara hasil Syakila (2009), Aswar (2011) dan Sari, dkk (2013) dengan hasil yang didapat di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, di peroleh hasil yang berbeda baik dari ukuran terkecil maupun ukuran terbesar. Perbedaan dalam penelitian ini ukuran minimum ikan tambanyaitu 102 mm dan ukuran maksimum 191 mm. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi pengambilan sampel dan perbedaan kondisi lingkungan perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) Spesies ikan yang sama tapi hidup di lokasi perairan yang berbeda akan mengalami pertumbuhan yang berbeda pula.

Parameter Pertumbuhan Ikan Tamban (S. albella)

Berdasarkan Tabel 2 persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy yang terbentuk untuk ikan tamban jantan adalah Lt= 211,89(1-e(0,23(t+2,61513))) dan ikan tamban betina adalah Lt = 211,05(1-e(-0,55(t+0,603525))). Panjang total maksimum ikan yang tertangkap di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagaiadalah 191 mm, panjang ini lebih kecil dari panjang asimtotik (infinitif) ikan tamban. Koefisien pertumbuhan (K) ikan tamban jantan di Perairan Selat Malaka adalah 0,23 per tahun, dan ikan tamban betina adalah 0,55 per tahun.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, ikan di KUD Tanjung Pinang memiliki K sebesar 2,569 per tahun dan L∞ =166 mm (Sari, dkk., 2013). Perbedaan nilai yang diperoleh dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat berpengaruh adalah keturunan

xlviii

(faktor genetik), parasit dan penyakit sedangkan faktor eksternal dapat berpengaruh adalah suhu dan ketersediaaan makanan (Effendie 1997).

Kurva pertumbuhan ikan tamban dengan memasukkan data umur (tahun) dan data panjang teoritis (mm) ikan, secara teoritis panjang total ikan adalah 211 mm dan pertambahan laju pertumbuhan ikan tamban jantan mulai berhenti pada saat berumur 23 bulan atau kurang lebih 2 tahun dan ikan tamban betina pada saat berumur 15 bulan atau kurang lebih 1 tahun. Berdasarkan Gambar 10 dan Gambar 11 terlihat bahwa ikan yang berumur < 23 bulan memiliki laju pertumbuhan yan lebih cepat dibandingkan ikan yang berumur > 23 bulan. Azis (1989) dalam Sari, dkk. (2013) menjelaskan bahwa kurva pertumbuhan panjang ikan yang cepat terjadi pada umur muda dan semakin lambat seiring dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang asimptotnya dimana ikan bertambah panjang lagi.

Laju Eksploitasi Ikan Tamban (S. albella)

Berdasarkan hasil analisis laju mortalitas ikan tamban (Tabel 3) diperoleh laju mortalitas total (Z) ikan tamban 1,31 pertahun dengan laju mortalitas alami (M) sebesar 0,49 pertahun dan mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,82 pertahun. Nilai dugaan mortalitas total (Z) dari penelitian ini sebesar 0,63 pertahun, nilai tersebut menunjukkan perbedaan dari nilai dugaan Z yang diperoleh Sari, dkk. (2013) di Tanjung Pinang yaitu 11,01 pertahun, Aswar (2011) di perairan Laut Flores yaitu 1,85 pertahun dan Syakila (2009) di Teluk Pelabuhan Ratu yaitu 8,522 pertahun. Tingginya tingkat mortalitas total, menunjukkan bahwa bekurangnya stok ikan tamban di perairan bukan hanya disebabkan oleh besarnya tekanan penangkapan, tetapi juga akibat kematian alami.

xlix

Laju mortalitas penangkapan (F) dari penelitian ini sebesar 0,82 pertahun (Tabel 3) menunjukkan perbedaan dari nilai dugaan F yang diperoleh Sari, dkk. (2013) di Tanjung Pinang yaitu 9,32 pertahun, Aswar (2011) di perairan Laut Flores yaitu 1,33 pertahun dan Syakila (2009) di Teluk Pelabuhan Ratu yaitu 7,376 pertahun. Tingginya tingkat mortalitas penangkapan tergantung pada jumlah effort dan efektivitas (daya tangkap) alat tangkap.

Laju mortalitas penangkapan (F) dari pengamatan yang dilakukan tidak dapat dikontrol dengan baik, dikarenakan tidak adanya monitoring atau pengawasan dari pihak tempat pelelangan ikan secara langsung, hal ini disebabkan karena sebagian besar nelayan tidak mendaratkan hasil tangkapannya di TPI. Menurut keterangan nelayan yang tidak menjual ikan melalui TPI disebabkan karena mereka sudah terikat dengan tauke, sebagai pemilik kapal maupun tauke sebagai penanggung biaya selamamereka ke laut. Selain itu menurut keterangan nelayan lainnya jauhnya lokasi TPI dari tempat tinggal menyebabkan mereka tidak mau mendaratkan ikan di TPI. Sedangkan menurut kepala TPI terbatasnya areal tempat sandaran kapal ikut mempengaruhi minat nelayan untuk menjual ikan di TPI. Hendrik (2013) juga menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya dapat diambil kesimpulan TPI Tanjung Beringin berperan sebesar 33,8% dalam pemasaran hasil perikanan Kecamatan Tanjung Beringin.

Laju mortalitas alami (M) dari penelitian ini sebesar 0,49 pertahun (Tabel 3), menunjukkan perbedaan dari nilai dugaan M yang diperoleh Sari, dkk. (2013) di Tanjung Pinang yaitu 1,69 pertahun, Aswar (2011) di perairan Laut Flores yaitu 0,51 pertahun dan Syakila (2009) di Teluk Pelabuhan Ratu yaitu

l

1,146 pertahun. Nilai M sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, dalam hal ini adalah besarnya nilai rata-rata suhu perairan.

Laju mortalitas total (Z) menunjukkan bahwa faktor kematian ikan tamban di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai diakibatkan oleh kedua faktor yaitu mortalitas alami dan mortalitas akibat penangkapan, namun lebih besar diakibatkan oleh kegiatan penangkapan. Menurut Sparre dan Venema (1998), mortalitas alami dipengaruhi oleh pemangsaan, penyakit, stress pemijahan, kelaparan dan usia tua.

Nilai dugaan laju eksploitasi (E) ikan tamban di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,63 (Tabel 3). Nilai laju eksploitasi (E) ikan tamban melebihi nilai optimum yaitu 0,5 menunjukkan adanya tekanan penangkapan yang tinggi atau kondisi tangkap lebih (overfishing) terhadap stok ikan tamban di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ernawati dan Mohammad (2010) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat eksploitasi di suatu daerah maka mortalitas penangkapannya semakin besar.

Kondisi Lingkungan Perairan

Kondisi kualitas lingkungan perairan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan. Demikian juga dengan ikan tamban pertumbuhan dan laju mortalitas alaminya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.

Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air (Tabel 4) menunjukkan kisaran suhu rata-rata yang didapatkan selama penelitian adalah 28 – 32,33 ˚C. Nontji (2007) menyatakan suhu erat kaitannya dengan kehidupan hewan laut,

li

hewan laut hidup dalam batas-batas suhu yang tertentu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu dan ada pula yang toleransinya kecil terhadap perubahan suhu. Ikan pelagis kecil cenderung memiliki kemampuan beradaptasi pada kisaran suhu 28 ˚C - 30 ˚C dan kecenderungan penangkapan optimal berada pada kisaran 29˚C– 30˚C. Kisaran suhu tersebut masih merupakan kisaran suhu normal yang dapat ditoleransi ikan tamban.

Kisaran pH air yang didapatkan selama penelitian adalah 7 – 7,33. Kisaran nilai pH tersebut merupakan kisaran yang dapat mendukung kehidupan ikan tamban. Pernyataan Effendi (2003) mendukung pernytaan diatas bahwa sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5.

Pengelolaan Sumberdaya Ikan Tamban (S. albella)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kegiatan penangkapan terhadap sumberdaya ikan tamban terjadi tekanan penangkapan yang tinggi atau berada pada kondisi tangkap lebih (overfhising) dengan nilai laju eksploitasi (E) sebesar 0,65 per tahun dan melebihi nilai laju eksploitasi optimum sebesar 0.5. Penangkapan berlebih diartikan sebagai jumlah usaha penangkapan sedemikian tinggi sehingga stok ikan tidak mempunyai kesempatan (waktu) untuk berkembang, hal ini menyebabkan total hasil tangkapan yang lebih rendah (Sparre dan Venema, 1999).

Hal penting yang dapat dilakukan dalam rencana pengelolaan sumberdaya ikan tamban adalah perlunya peranan penting dari tempat pelelangan ikan (TPI) di Kecamatan Tanjung Beringin untuk dapat mengawasi kegiatan perikanan tangkap dan sangat disarankan untuk mencatat data keseluruhan hasil tangkapan dari

lii

nelayan di perairan Selat Malaka Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Hendrik (2013) bahwa peranan TPI Kecamatan Tanjung Beringin dalam pemasaran hasil perikanan di Kecamatan Tanjung Beringin hanya 33,8 % saja. Diharapkan sarana dan prasarana yang terdapat di TPI dapat digunakan sebagaimana peruntukannya.

Peunurunan populasi, penyebaran ukuran yang tidak merata dan kepunahan yang disebabkan oleh mortalitas alami dan aktivitas penangkapan dengan kisaran nilai laju eksploitasi sebesar 1,31 juga dapat dihindari dengan pengaturan penangkapan dengan cara mengurangi penangkapan dan jumlah unit kapal penangkapan. Langkah ini dilakukan agar daya pulih kembali sumberdaya ikan tamban sesuai kapasitas yang optimal dan lestari dapat terjamin.

liii

Dokumen terkait